43
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN DAGING, KARKAS DAN IKAN Oleh : Kho Chin Ann (6103008023) Isabella Gunawan (6103008024) Ivana Halingkar (6103008103) Marcella Hilda (6103008131) Tanggal : 12 Februari 2010 Asisten : Drs.Sutarjo Surjoseputro Program Studi Teknologi Pangan

Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum pengetahuan bahan: daging, karkas, ikan

Citation preview

Page 1: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

DAGING, KARKAS DAN IKAN

Oleh :

Kho Chin Ann (6103008023)

Isabella Gunawan (6103008024)

Ivana Halingkar (6103008103)

Marcella Hilda (6103008131)

Tanggal : 12 Februari 2010

Asisten : Drs.Sutarjo Surjoseputro

Program Studi Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya

2010

Page 2: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Memahami sifat-sifat fisik dan kimiawi daging, karkas, dan ikan.

II. SASARAN BELAJAR

- Menentukan persentase jaringan-jaringan penyusun daging, karkas unggas,

dan ikan.

- Menentukan tingkat kualitas kesegaran ikan

- Menentukan karakteristik dari daging, karkas, dan ikan : warna, pH,

juiciness, dan keempukan

III. DASAR TEORI

Daging Sapi

Daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat pada

kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung, dan telinga yang berasal

dari daging hewan yang sehat sewaktu di potong. Karkas adalah bagian badan

ternak yang telah disembelih, dikuliti, dikeluarkan isi perutnya dan dipotong

kaki bagian bawah serta kepalanya. Daging biasanya sudah tidak mengandung

tulang sedangkan karkas masih mengandung tulang. Menurut FAO/WHO

tahun 1974, yang dimaksud dengan karkas adalah bagian tubuh hewan yang

telah disembelih, utuh, atau dibelah sepanjang tulang belakang, dimana hanya

kepala, kaki, kulit, organ bagian dalam (jeroan), dan ekor yang dipisahkan.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Jaringan tubuh hewan terdiri dari komponen-komponen fisik seperti

kulit, jaringan lemak, jaringan ikat, tulang jaringan pembuluh darah, jaringan

syaraf, dan jaringan otot. Jaringan otot, jaringan lemak, jaringan ikat, tulang,

dan tulang rawan merupakan komponen yang utama.

Untuk memperoleh karkas, ada beberapa tahapan yang harus dilewati,

yaitu inspeksi ante mortem, penyembelihan, penuntasan darah, dressing, dan

inspeksi pasca mortem. Inspeksi ante mortem adalah pemeriksaan penyakit

Page 3: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

dan kondisi abnormal ternak sebelum disembelih. Sebelum disembelih, ternak

harus bebas dari sakit dan luka, memiliki gizi baik, tidak lapar, tidak stress,

cukup istirahat, serta bersih dan kering. Prinsip yang harus diperhatikan dalam

penyembelihan adalah pemotongan pembuluh darah, jalan nafas, dan jalan

makanan. Saat penyembelihan ternak harus dalam keadaan tidak stress serta

penyembelihan sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Kebersihan selama

proses penyembelihan bertujuan untuk mengurangi kontaminasi oleh mikroba.

Penuntasan darah harus sempurna karena bakteri dari usus dan darah yang

tertinggal akan mengkontaminasi daging.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah dressing, yang merupakan

pemisahan bagian kepala, kulit, dan jerohan dari tubuh ternak. Cara

pemotongan karkas menjadi potongan-potongan dalam ukuran yang lebih

mudah ditangani dapat berupa “Whole cuts” atau “prime cuts”. Karkas sapi

umumnya dibelah menjadi dua di sepanjang garis tengah tulang punggung.

Belahan-belahan karkas tersebut selanjutnya dipotong lebih lanjut masing-

masing menjadi dua potongan bagian depan (fore quarters) dan dua potongan

belakang (hind quarters). Keempat potongan daging quarters tersebut

dipotong lebih lanjut menjadi :

1. Fore quarter atas : chuck dan rib

2. Fore quarter bawah : brisket dan shot plat

3. Hind quarter bagian pinggang : short loin dan sirloin

4. Hind quarter bagian perut : flank

5. Hind quarter bagian paha : round

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Page 4: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Bagian tubuh sapi menurut cara pemotongannya adalah sebagai

berikut :

(Cara pemotongan daging sapi menurut sistem Amerika)

(Cara pemotongan daging sapi menurut sistem British)

(http://en.wikipedia.org/wiki/Beef)

Penilaian mutu daging biasanya didasarkan pada penilaian secara

inderawi yang meliputi:

Keempukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keempukan daging sapi terbagi

menjadi dua yaitu faktor sebelum hewan mati dan sesudah hewan mati.

Faktor sebelum hewan mati meliputi sifat genetik, faktor fisiologis, serta

pelaksanaan manajemen dan pemberian pakan. Sedangkan faktor sesudah

hewan mati meliputi waktu dan suhu penyimpanan (pelayuan,

Page 5: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

pembekuan, dan sebagainya), cara pemotongan jaringan, ada tidaknya

penambahan senyawa pengempuk daging, serta cara pengolahan.

(Naruki,1991)

Protein miofibril terdapat pada sel otot, komponen protein

miofibril yang terbentuk dalam struktur serabut otot adalah aktin dan

miosin, aktin dan miosin berperan dalam kontraksi dan relaksasi saat

kontraksi otot aktin dan miosin akan saling tumpang tindih dan

membentuk potein kompleks yang disebut aktomiosin yang nantinya akan

menentukan keempukan dari daging. Protein stroma terdiri dari kolagen,

elastin, retikulin. Kolagen merupakan faktor yang utama yang

mempengaruhi keempukan daging, pemanasan dengan suhu tertentu akan

mengubah kolagen yang keras menjadi empuk.

(Burhan, 2003)

Sifat Berair (juiceness)

Juiceness daging olahan dapat dibagi dua jenis. Yang pertama

adalah kesan basah selama pengunyahan awal yang timbul karena ada

pengeluaran cairan daging secara cepat. Kedua, juiceness yang tampak

muncul karena adanya pengeluaran serum secara perlahan dan efek

perangsang lemak terhadap air ludah. Kesan kedua ini berlangsung lebih

lama daripada yang pertama. Terdapat hubungan erat antara juiceness

dengan kadar lemak daging. Daging dengan kadar lemak tinggi berkesan

mempunyai juiceness yang juga tinggi. Keempukan dan juiceness sangat

erat berkaitan satu dengan yang lainnya. Pada daging yang makin empuk

maka pengeluaran cairan daging saat pengunyahan juga makin cepat

sehingga berkesan lebih berair (juicy). Oleh karena itu, juiciness suatu

bahan daging juga ditentukan oleh Water Holding Capacity (WHC).

WHC atau daya menahan air menunjukkan kemampuan daging untuk

mengikat air bebas. WHC merupakan faktor penting dalam pembentukan

Page 6: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

gel. Nilai WHC menurun dengan menurunnya pH. Hal ini disebabkan

karena protein rusak dalam suasana asam. Selama proses aging, pH

daging menurun sehingga WHC juga menurun

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Warna

Intensitas warna daging merupakan gambaran dari jumlah

mioglobin yang terdapat pada jaringan daging mentah bebas lemak.

Mioglobin merupakan protein kompleks yang berfungsi membawa

oksigen untuk sel. Kandungan mioglobin pada jaringan bergantung pada

aktifitas jaringan, efisiensi darah membawa oksigen, umur serta jenis

hewan. Warna daging dapat berubah karena mioglobinnya mengalami

perubahan kimia. Bila mioglobin teroksidasi maka akan terbentuk

metmioglobin yang berwarna coklat.

(Soeparno, 2005)

Daging masak dari hewan yang lebih tua biasanya lebih gelap

dibandingkan daging masak hewan yang lebih muda. Sementara itu,

daging masak dari hewan yang aktif atau bagian tubuh yang kebutuhan

oksigennya tinggi akan lebih gelap dibanding dengan daging dari hewan

yang kurang aktif atau bagian tubuh yang kebutuhan oksigen rendah).

Warna coklat pada daging yang dimasak sampai matang betul berasal dari

sejumlah pigmen, termasuk senyawa heme yang terdenaturasi, serta hasil

dekomposisi dan polimerisasi karbohidrat, lemak, dan protein secara

visual.

(Naruki,1991)

pH

Setelah hewan mati, metabolisme aerobik terhenti karena sirkulasi

darah ke jaringan otot terhenti, sehingga metabolisme berubah menjadi

sistem anaerobik yang menyebabkan terbentuknya asam laktat. Adanya

Page 7: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

penimbunan asam laktat dalam daging menyebabkan turunnya pH

jaringan otot. Penurunan pH terjadi perlahan-lahan dari keadaan normal

(7,2 - 7,4) hingga mencapai pH akhir sekitar 5,3-5,5.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Penurunan pH karkas berhubungan erat dengan temperatur

lingkungan (penyimpanan). Pada dasarnya, temperatur tinggi akan

meningkatkan laju penurunan pH, sedangkan temperatur rendah akan

menghambat laju penurunan pH. Laju penurunan pH otot yang cepat dan

ekstensif akan mengakibatkan warna daging menjadi pucat, daya ikat

protein daging terhadap cairannya menjadi rendah, dan permukaan

potongan daging menjadi basah karena keluarnya cairan ke permukaan

potongan daging. Sebaliknya, pada pH yang tinggi, daging berwarna

gelap dan permukaan potongan daging menjadi sangat kering karena

cairan daging terikat secara erat oleh proteinnya.

(Soeparno, 2005)

Karbohidrat merupakan salah satu komponen kimiawi pada sapi

dengan kontribusi dalam daging sapi adalah sekitar 0,5-1,3% kandungan

karbohidrat dalam tubuh hewan disimpan dalam bentuk glikogen (gula

otot). Glikogen akan dimetabolisme menjadi glukosa dan glukosa akan

dimetabolisme lebih lanjut menjadi sam laktat. Jumlah asam laktat akhir

akan menentukan besarnya pH akhir daging. pH daging akan

mempengaruhi warna, daya ikat, dan keempukan daging. pH yang

dianggap normal untuk daging adalah 5,5. bila sapi mengalami stres atau

kelelahan sebelum dipotong, maka kandungan glikogen pada otot akan

menipis, sehingga konsentrasi asam laktat yang terbentuk tidak bisa

membuat pH akhir mencapai angka 5,6. bila pH akhir lebih tinggi misal

6,2 maka daging akan terlihat lebih gelap, keras, dan kering ini dikenal

dengan istilah Dry Firm Dark (DFD). Warna gelap pada daging ini dicatat

berhubungan dengan daya ikat air tersebut menyebabkan keadaan serabut

Page 8: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

otot menjadi lebih besar dan lebih banyak cahaya yang diserap dari pada

dipantulkan oleh permukaan daging. Ini yang menyebabkan daging dapat

terlihat lebih gelap. Bila proses pasca rigor berlangsng lebih cepat, dan

pH akhir yang dicapai lebih kecil dari 5,6 misal 5,1 daging akan terlihat

lebih pucat lunak dan berair, atau dikenal denagn istilah Pale, Soft,

Exudative (PSE). Pada kondisi ini, struktur jaringan otot renggang yang

berhubungan dengan rendahnya daya ikat air, menyebabkan banyak sinar

yang dipantulkan daripada diserap oleh permukaan daging sehingga

daging tampak lebih pucat.

( Burhan,2003)

Ikan

Badan ikan pada umumnya mempunyai bentuk dan ukuran yang

simetris dan dapat menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan dan ekor.

Bagian kepala yaitu dari bagian ujung mulut terdepan hingga ujung tutup

insang paling belakang. Pada bagian ini terdapat mulut, rahang atas, dan

bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan

sebagainya. Bagian badan yaitu bagian yang terletak antara tutup insang

paling belakang hingga permukaan sirip dubur. Pada bagian ini terdapat sirip

punggung, sirip dada, sirip perut, dan organ-organ dalam seperti hati, empedu,

lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa dan sebagainya.

Bagian ekor, yaitu bagian yang terletak dari permukaan sirip dubur hingga

sirip ekor terbelakang. Pada bagian ini terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor,

kadang-kadang juga ditemukan scute dan finlet.

Ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan dibandingkan daging

mamalia. Kebusukan ikan mulai terjadi segera setelah rigor mortis selesai.

Faktor yang menyebabkan ikan cepat busuk adalah kadar glikogennya rendah

sehingga rigor mortis berlangsung cepat dan pH akhir daging ikan cukup

tinggi yaitu 6,4 – 6,5, serta tingginya jumlah bakteri yang terkandung dalam

Page 9: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

perut ikan. Bakteri proteolitik mudah tumbuh pada ikan segar dan

menyebabkan bau busuk hasil metabolisme protein.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Adapun ciri-ciri ikan segar dan tak segar adalah sebagai berikut:

(Syarief dan Irawati, 1988)

Komposisi kimia daging ikan :

Ciri ikan segar Ciri ikan busuk

Mata Cemerlang, kornea bening,

pupil hitam, mata cembung.

Redup, tenggelam, pupil mata

kelabu tertutup lendir.

Insan

g

Warna merah sampai merah

tua, cemerlang, tak berbau,

tak ada off-odour.

Kotor, warna pucat atau gelap,

keabuan dan berlendir, bau

busuk.

Lendi

r

Terdapat lendir alami

menutup ikan yang baunya

khas menurut ikan. Rupa

lendir cemerlang seperti

lendir ikan hidup, bening.

Berubah kekuningan dengan

bau tak enak, atau lendirnya

sudah hilang, atau lendir

mengering dan putih susu, atau

lendir pekat melengket.

Kulit Cemerlang, belum pudar

warna asli kontras.

Rupa pudar. Bila pengesan

kurang baik kulitnya,

mengering, dan retak.

Sisik Melekat kuat, mengkilat

dengan tanda atau warna

khusus tertutup lendir jernih.

Banyak yang lepas, tanda dan

warna khusus ini memudar dan

lambat menghilang.

Bau Segar dan menyenangkan

seperti air laut atau rumput

laut. Tak ada bau yang

pesing.

Mulai dengan bau tak enak

makin kuat menusuk lalu timbul

bau busuk yang khusus

menusuk hidung.

Page 10: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Senyawa Kandungan (%)

Protein 18,0 – 30,0

Lemak 0,1 – 2,2

Karbohidrat / Glikogen 0,0 – 1,0

Mineral 2,5 – 4,6

Air 0,0 – 84,0

(http://www.bung-hatta.info/ambil.php?174)

Protein pada ikan dibedakan menjadi protein sarkoplasma, miofibrillar

dan protein pengikat (stroma), serta protein pembentuk enzim, koenzim dan

hormon. Karbohidrat dalam daging ikan merupakan polisakarida yaitu

glikogen yang terdapat dalam sarkoplasma diantara miofibril-miofibril.

Glikogen terdapat dalam jumlah jumlah terbanyak dari karbohidrat yang

terdapat pada daging ikan yaitu 0,05 – 0,085 %. Disamping itu terdapat juga

glukosa (0,038 %), asam laktat (0,005– 0,43 %) dan berbagai senyawa antara

dalam metabolisme karbohidrat.

(Hadiwiyoto,1993 dalam Anonim,2004)

Kadar air pada ikan adalah 66 – 84 %. Kadar air mempunyai hubungan

yang berlawanan dengan kadar lemak. Makin tinggi kadar air, makin rendah

kadar lemaknya. Air terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan plasma.

(Suzuki,1981 dalam Anonim,2004)

Air yang ditemukan dalam jaringan otot terdiri dari tiga tipe yaitu : air

konstitusional merupakan air yang terletak dalam molekul protein (1%), air

yang terikat kuat (0,3 g air/100 g protein) dan air permukaan yang terletak

pada permukaan multi layer protein dan dalam celah-celah kecil.

Warna tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh kromatofor yang terdapat

di lapisan sel-sel dermis. Umumnya warna ikan di daerah tropis putih

keperakan, yang disebabkan oleh kristal-kristal quanin yang banyak terdapat

pada sisik. Warna yang lainnya : hitam, kuning, orange dan kombinasi. Warna

ikan juga ada yang dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Pigmen daging

Page 11: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

ikan berupa senyawa-senyawa yang larut dalam lemak, antara lain karotenoid,

xantofil, astaxanthin dan taraxanthin, yang warnanya bervariasi antara kuning

sampai merah. Pigmen lain yang mempengaruhi warna daging adalah

hemoglobin dan mioglobin. Ikan memiliki daging yang berwarna putih

sedangkan daging sapi cenderung merah keunguan. Hal ini disebabkan karena

pigmen mioglobin pada daging ikan sangat sedikit dibanding daging sapi.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Ukuran ikan akan sangat mempengaruhi jenis penangangan yang akan

dilakukan. Ikan-ikan berukuran besar harus dibuang insang dan isi perut, ikan

berukuran sedang dan kecil hanya memerlukan pembersihan.

Berat masing-masing organ tubuh ikan pada umumnya dinyatakan

sebagai prosentase terhadap seluruh tubuh ikan. Komposisi ini penting untuk

diketahui, karena tidak semua organ ikan dapat dimakan, tetapi mungkin dapat

digunakan untuk keperluan yang lain : pakan ternak, obat-obatan. Komposisi

berat dapat digunakan untuk memperkirakan atau menghitung berapa bagian

dari tubuh ikan yang dapat digunakan untuk bahan makanan, pakan ternak,

dan sebagainya.

(Anonim,2004)

Otot ikan akan membentuk lapisan-lapisan tersendiri bila dimasak. Hal

ini disebabkan otot-otot tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis yang disebut

jaringan ikat. Pada ikan segar, otot-ototnya melekat kuat pada jaringan ikat.

(Murray and Burt, 2001)

Page 12: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

(http://www.fishlore.com/Pictures/FishAnatomy.gif)

Ayam

Karkas pada ayam adalah bagian dari tubuh ayam tanpa darah, bulu,

kepala, kaki, dan organ dalam. Tahap-tahap mendapatkan karkas ayam adalah

inspeksi ante mortem, penyembelihan, penuntasan darah, penyeduhan,

pencabutan bulu, dressing. Komponen dari karkas ayam yaitu otot, lemak,

tulang, dan kulit. Perbedaan karkas ayam dengan karkas mamalia adalah

karkas ayam masih mengandung kulit, sedangkan pada karkas mamalia kulit

sudah dipisahkan.

Pigmen daging terutama tersusun atas dua macam protein yaitu

hemoglobin dan mioglobin, namun yang mempengaruhi warna daging ialah

mioglobin karena kadarnya lebih tinggi. Kadar mioglobin bervariasi

jumlahnya tergantung spesies, umur, seks dan aktivitas fisik hewan yang

bersangkutan. Contohnya warna daging muda lebih cerah daripada daging tua

dan daging hewan jantan lebih gelap daripada hewan betina. Pada ayam

daging dada berwarna agak putih sedangkan daging paha berwarna lebih

merah. Perbedaan yang kontras ini disebabkan kandungan mioglobin pada

daging kaki dan paha lebih banyak daripada kadar mioglobin pada daging

dada.

Page 13: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Pada daging unggas ayam penurunan pH akan mencapai nilai 5,8-5,9

setelah melewati fase pasca mortem selama 2-4,5 jam. Kecepatan penurunan

pH sangat dipengaruhi oleh temperatur sekitarnya. Suhu tinggi, pH akan turun

lebih cepat.

(Synder dan Orr, 1964 dalam Soeparno, 2005)

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Timbangan kasar digital (Acculab Sartorius groups and denver instrument

XL-3100)

2. Timbangan kasar digital (Ohaus)

3. Telenan dan pisau

4. Piring plastik

5. Tabung sentrifuse (Iwaki Pyrex)

6. Penetrometer ( PNR10 Sur berlin)

7. Sentrifuse (Hettich eba 20 zentifugen)

8. Vortex (Vario Tab Dancer “Yellow Line”)

9. Gelas Ukur 25 mL (Herma)

10. Gelas Ukur 5 mL (Iwaki Pyrex)

10. Pengaduk

11. Freezer (Rotary Compressor-Mitsubishi)

12. Blender (Sharp)

13. pH meter (Scott)

14. Pipet tetes

15. Kompor gas

16. Beaker glass (Pyrex , Schott)

17. Panci

Page 14: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Bahan :

1. Daging sapi

2. Karkas ayam

3. Ikan bandeng

4. Akuades

V. CARA KERJA

1. Sifat Fisik dan Biologis Daging dan Karkas

2. Pengukuran Juiciness Daging

Daging, Karkas Ayam

Pengamatan kualitas fisik

Penimbangan secara utuh

Pemisahan (Jaringan otot, lemak, pengikat, dan kulit)

Penimbangan masing-masing bagian (Bandingkan presentase masing-masing bagian)

+/- 50 gram daging

Penghalusan (blender)

Penempatan 5 gram daging dalam tabung sentrifus

5 mL akuades

Pengocokan (Vortex)

Penutupan tabung

Inkubasi 0ºC, 1 jam

Sentrifus(3000 rpm, 20 menit)

Pemisahan supernatan

Pengukuran volume supernatan

Penghitungan % air

Page 15: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Daging

Penilaian Indrawi

Pemijatan dengan tangan / jari

Penilaian Objektif

Daging 2x2x2 cm3

Penetrometer(beban 50 g, 10 detik)

Perebusan Daging

Penetrometer(beban 50 g, 10 detik)

Pembandingan hasil penetrometer daging sebelum dan sesudah

direbus

3. Pengukuran Keempukan Daging

Page 16: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Pengamatan sifat fisik ikan

Pengamatan tingkat kesegaran(mengacu pada tabel kriteria penilaian)

Penimbangan ikan utuh

4. Pengukuran pH Daging

5. Pengujian Sifat Fisik dan Kimia Ikan

10 g Daging (sudah dicacah)

Pelarutan dalam 100 mL akuades(Beaker Glass)

Pengukuran pH(pH meter)

Page 17: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

VI. HASIL PENGAMATAN

1. Data pengamatan uji bahan baku daging dan karkas ayam

No KomponenAyam 1

(gram)%

1 Karkas (2) 577,21 100

2 Kepala 61,13 10,59

3 Badan 246,08 42,63

4 Sayap 79,61 13,79

5 Paha 142,55 24,70

6 Kaki 44,20 7,66

7 kulit (g) 69,60 12,49

10 tulang (g) 212,10 36,75

11 daging (g) 221,85 39,81

12 lemak (g) 21,51 3,86

13 lain-lain (g) 16,21 2,91

14 Derajat juiciness :    

Page 18: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

8.1. Daging paha (%)   42

8.2. Daging dada (%)   30

15

Derajat Keempukan    

9.1. Daging paha mentah (mm/det) 0,22  

9.1. Daging dada mentah (mm/det) 0,23  

9.1. Daging paha matang (mm/det) 0,19  

9.1. Daging dada matang (mm/det) 0,12  

16

pH (sebelum direbus)    

10.1. Daging paha 5,83  

10.2. Daging dada 5,39  

2. Data pengamatan uji ikan

No. Komponen Ikan (gram) %

1 Berat ikan utuh (g) 565,79 100

2 Kepala (g) 98,52 17,41

3 Badan (g) 441,23 77,98

4 Ekor 9,60 1,70

5 Kulit (g) 93,01 16,45

6 Daging (g) 258,35 45,66

Page 19: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

7 Duri (g) 18,64 3,29

8 Jeroan (g) 37,55 6,64

9 Sirip (g) 2,42 0,43

10 Sisik (g) 11,97 2,12

11

Derajat juiciness :    

Ulangan-1   30

Ulangan-2   32

Mean +/- SD   31

15

Keempukan daging mentah (mm/det)    

Ulangan-1 0,31  

Ulangan-2 0,47  

Mean +/- SD 0,39  

13

Keempukan daging rebus (mm/det)    

Ulangan-1 0,58  

Ulangan-2 0,25  

Mean +/- SD 0,42  

14

pH daging mentah    

Ulangan-1 5,32  

Ulangan-2 5,34  

Mean +/- SD 5,33  

Kualitas Ikan : Grade 2

Kriteria :

NO. Aspek Penilaian Deskripsi

1 Warna agak pudar

2 Mata keputihan

Page 20: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

142,55 g

3 Kulit sedikit berlendir

4 Tekstur lunak

5 Sisik melekat kuat

6 Insang agak pudar

7 Aroma netral

3. Data pengamatan uji bahan baku daging sapi

No Komponen Daging 1 %

1

Derajat juiciness :    

Ulangan-1   48

Ulangan-2   24

Mean +/- SD   36

2

Keempukan daging mentah (mm/det)    

Ulangan-1 0,32  

Ulangan-2 0,34  

Mean +/- SD 0,33  

3

Keempukan daging rebus (mm/det)    

Ulangan-1 0,02  

Ulangan-2 0,01  

Mean +/- SD 0,015  

4

pH    

Ulangan-1 5,00  

Ulangan-2 5,00  

Mean +/- SD 5,00  

Contoh Perhitungan :

Persentase bagian :

Page 21: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Volume air yang terserap (mL)

2,4 mL

Persentase bagian paha ayam = __________ x 100 %

577,21 g

= 24,70 %

Derajat Juiciness

Derajat Juiceness pada daging sapi I dengan berat 5 g dengan penambahan 5 mL

aquades, volume supernatant yang diperoleh : 2,6 mL.

Maka, vol air yang terserap = 5mL – 2,6 mL

= 2,4 mL

Derajat juiceness sapi = ________________________ x 100 %

Berat daging (g)

= _______ x 100 %

5 g

= 48%

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini digunakan sampel berupa daging sapi, karkas ayam,

dan ikan bandeng. Percobaan ini bertujuan untuk memahami sifat fisik dan kimiawi

daging, karkas , dan ikan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengukuran sifat

fisik dan biologis karkas dan ikan, juiceness, keempukan daging, dan pH daging.

Sifat Fisik dan Biologis

Daging sapi yang digunakan dalam praktikum adalah daging telah

dipisahkan dari tulangnya, berupa daging bagian lulur. Warna daging sapi pada

mulanya (sebelum diberi perlakuan) adalah merah keunguan dan tak cerah, teksturnya

tak terlalu kenyal serta sudah berkurang kesegarannya karena baru digunakan pada

waktu siang hari. Setelah dihancurkan dalam chopper , warna daging berubah

menjadi merah cerah. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi reaksi antara pigmen

Page 22: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

mioglobin yang terkandung dalam daging dengan oksigen. Pada saat dihancurkan,

daging terpecah-pecah menjadi ukuran yang sangat kecil. Sementara itu, perputaran

mesin blender(chopper) yang cepat menghasilkan sejumlah gas yang mengandung

oksigen. Daging yang luas permukaannya menjadi besar akibat penghancuran

mengalami kontak langsung dengan oksigen, sehingga terbentuk oksimioglobin yang

menyebabkan warna daging menjadi merah cerah sebagai hasil interaksi antara

mioglobin dengan oksigen. Warna pada daging akan mengalami perubahan lagi pada

tahap perebusan. Ion Fe2+ yang mengikat mioglobin mengalami oksidasi menjadi Fe3+

yang mengakibatkan terbentuknya metmioglobin yang menyebabkan timbulnya

warna coklat pada daging.

(Soeparno, 1998)

Karkas ayam terdiri atas beberapa bagian. Pemisahan bagian kepala, badan,

sayap, paha, kaki, kulit, daging, lemak dan tulang dilakukan untuk menentukan

persentase bagian-bagian jaringan dari karkas ayam. Persentase bagian jaringan akan

sangat bermanfaat untuk menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk

suatu proses produksi.

Warna pada karkas ayam berbeda dengan daging sapi. Hal ini disebabkan

karena kandungan pigmen mioglobin dalam daging ayam rendah. Daging ayam tidak

memiliki warna yang sama dan merata pada semua bagian. Pada bagian paha, warna

daging cenderung lebih gelap (merah) daripada bagian dada karena kandungan

mioglobin pada daging kaki dan paha lebih banyak daripada bagian dada. Perbedaan

kadar mioglobin pada daging putih dan daging merah berkaitan dengan tipe serabut

penyusunnya yaitu serabut merah,, intermediet dan serabut putih. Kadar mioglobin

bervariasi jumlahnya tergantung spesies, umur, seks dan aktivitas fisik hewan yang

bersangkutan. Sehingga semakin tinggi aktivitas fisik pada bagian tubuh tertentu,

kadar mioglobinnya makin banyak. Dalam hal ini, paha ayam lebih banyak

melakukan aktivitas dibandingkan dengan dada ayam.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Page 23: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Karkas ayam mengalami penyusutan berat setelah dipotong menjadi

beberapa bagian. Hal ini terjadi karena keluarnya sejumlah air dari karkas saat

pemutusan jaringan (pemotongan). Keluarnya air diakibatkan oleh tekanan dari alat

yang digunakan serta kerusakan jaringan. Selain itu, terdapat sejumlah kecil daging

yang tertinggal pada pisau dan telenan pada saat proses pemotongan berlangsung.

Pada pratikum digunakan ikan bandeng yang memiliki ukuran cukup besar,

dengan tingkat kesegaran yang cukup rendah. Warna kulit ikan telah pudar sedikit,

matanya telah berwarna putih, kulit sedikit berlendir, teksturnya lunak, sisiknya

melekat kuat, warna insang telah memudar, serta aroma yang netral menunjukkan

ikan tersebut berada pada kategori kualitas 2.

Ikan dipisahkan pada bagian kepala, ekor, badan, serta sisiknya.

Selanjutnya dilakukan lagi pemisahan duri, daging, tulang, serta jeroan pada ikan.

Kulit pada ikan merupakan pembungkus luar yang berfungsi sebagai garis pertahanan

pertama terhadap penyakit dan faktor-faktor luar yang mempengaruhi hidupnya. Kulit

juga berfungsi sebagai alat respirasi, ekskresi, dan osmoregulasi. Sehingga persentase

kulit cukup besar yaitu 16,45%. Bagian sisik ikan yang nampak dari luar disebut

eksposed pait, sedangkan bagian yang tidak tampak dari luar disebut embeded pait.

Sisik ini terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, yaitu 2,12%. Selain itu bagian

jeroan sebesar 6,64%. Jeroan ini merupakan isi perut, dapat berupa hati, empedu,

lambung, usus, dan sebagainya. Selain bagian-bagian tersebut, ada juga bagian lain

dalam jumlah kecil, yaitu duri sebesar 3,29% dan sirip sebesar 0,43%. Setelah

pemisahan terjadi penyusutan berat ikan karena adanya daging yang melekat pada

peralatan dan tangan, selain itu juga disebabkan oleh darah serta air yang keluar dan

menempel di peralatan.

Warna pada daging ikan agak kemerahan, namun pucat dan cenderung ke arah

putih karena sedikitnya kadar mioglobin pada ikan. Menurut Muchtadi (1992),

pigmen yang terkandung pada ikan merupakan senyawa yang larut dalam lemak

yaitu karotenoid, xantofil, astaxanthin dan taraxanthin yang warnanya berkisar dari

kuning sampai merah.

Page 24: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

Juiceness

Juiceness sangat dipengaruhi oleh pH, kadar lemak, protein dan WHC daging.

Semakin tinggi kadar lemak dalam daging maka semakin kecil kadar protein dan

juicenessnya. WHC merupakan kemampuan daging untuk mempertahankan air bebas

dari berbagai macam perlakuan, seperti pemotongan, pemasakan, penggorengan,

penghancuran, dan sebagainya. WHC sangat dipengaruhi oleh pH dan jumlah ATP.

Saat pH mendekati titik isoelektris, aktin dan myosin berikatan dan membentuk

aktomiosin, sehingga ruang antar serabut otot menjadi sempit, akibatnya WHC

menjadi rendah. Pada fase rigor mortis habisnya ATP menyebabkan ikatan aktin dan

miosin menjadi kuat dan menyempitkan ruangan pengikatan air. Penurunan pH otot

daging pada fase post rigor disebabkan karena terbentuknya asam laktat. Dengan

penurunan pH, enzim katepsin aktif dan menghilangkan daya adhesi antara serabut-

serabut otot, dan bersifat proteolitik yang melonggarkan struktur protein serat daging

sehingga daya ikat air akan meningkat.

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Daging sapi memiliki kadar juiceness yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan ayam dan ikan. Hal ini karena pada daging sapi pH nya adalah 5, di luar

lingkup pH isoelektris, sedangkan ikan berada pada kisaran pH isoelektris (5,3-5,5)

sehingga WHC nya rendah, demikian pula halnya dengan dada ayam yang berada

pada kisaran pH isoelektris. Sementara itu, paha ayam memiliki kadar juiceness yang

tinggi. Hal ini disebabkan karena pH paha ayam berada di luar titik isoelektris (5,83).

Selain itu, WHC pada dada dan paha ayam berbeda karena pada paha ayam terdapat

lebih banyak aktivitas daripada dada ayam.

Keempukan

Pengukuran keempukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengukuran

secara objektif dan subjektif. Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan cara

ditekan dengan tangan, sedangkan pengukuran objektif dilakukan dengan

menggunakan alat penetrometer (Muchtadi, 1992). Pada pengujian subjektif, tingkat

keempukan daging sapi ditentukan berdasarkan kemudahan menekan daging dengan

Page 25: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

jari. Pengukuran ini didasarkan pada elastisitas daging untuk kembali ke keadaan

semula apabila dilakukan penekanan. Semakin mudah untuk ditekan dan daging dapat

kembali ke bentuk semula maka daging makin empuk. Sedangkan pada pengujian

objektif tingkat keempukan ditentukan oleh kemudahan jarum pada penetrometer

untuk menembus daging. Pada penetrometer dilakukan pengukuran menggunakan

limit 50 g/10 detik.

Daging sapi memiliki derajat keempukan yang berbeda saat sebelum dimasak

dan sesudah dimasak. Sebelum dimasak, pengukuran keempukan pada daging sapi

adalah sebesar 0,33 mm/detik, setelah direbus sebesar 0,015 mm/detik. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa daging sapi yang masih mentah jauh lebih empuk daripada

setelah direbus. Hal ini terjadi karena selama perebusan, protein mengalami ikatan

silang (crosslinking) dan menyebabkan daging menjadi lebih keras. Protein miofibril

daging terdenaturasi sehingga struktur ikatannnya terbuka dan menyebabkan daya

ikat airnya menurun. Akibatnya, ruang antar serat daging menjadi lebih rapat.

Kandungan air yang menurun dan semakin rapatnya serat-serat yang ada

mengakibatkan tekstur daging menjadi lebih keras. Namun, perlakuan perebusan

akan memudahkan mencerna daging karena daging mudah dicabik. Meskipun

demikian, pemasakan yang lama akan mengurangi akan menyebabkan daging lebih

empuk. Pada praktikum daging hanya dimasak sebentar saja. Sehingga tak

menyebabkan daging jadi empuk.

Pada daging ayam yang masih mentah, bagian dada menunjukkan hasil

penetrometer yang lebih besar daripada bagian paha ( dada sebesar 0,23 mm/ detik,

sedangkan paha 0,22 mm/detik). Sedangkan daging ayam yang telah dimasak, hasil

penetrometer pada bagian dada sebesar 0,12 mm/detik sedangkan paha sebesar 0,19

mm/detik. Sebelum dimasak, daging pada bagian paha lebih keras daripada dada

karena paha merupakan bagian yang sering beraktivitas sehingga terjadi kontraksi

otot yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bagian dada yang aktivitasnya

minim. Sedangkan pada kondisi setelah pemasakan, daging bagian dada justru lebih

keras bila dibandingkan dengan daging bagian paha. Hal ini dikarenakan pada daging

Page 26: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

bagian paha lebih banyak terdapat jaringan ikat. Jaringan ikat menentukan

kekenyalan karena tersusun oleh kolagen, bila jaringan ikat terdenaturasi karena

panas dari pemasakan, maka daging paha akan menjadi lebih empuk.

Pengukuran penetrometer pada ikan sebelum direbus sebesar 0,39 mm/detik,

sedangkan sesudah direbus sebesar 0,42 mm/detik. Hasil menunjukkan ikan yang

telah direbus memiliki tekstur yang lebih empuk dibandingkan dengan yang masih

mentah, namun seharusnya daging ikan yang telah direbus lebih keras daripada yang

masih mentah. Kesalahan ini disebabkan karena saat pemasakan dilakukan secara

berlebihan sehingga protein (jaringan ikat) terdenaturasi, sehingga air terlepas, dan

tekstur jadi empuk. Daging ikan yang telah dimasak lebih mudah dicabik karena otot

ikan akan membentuk lapisan-lapisan (berkas-berkas) tersendiri bila dimasak. Hal ini

disebabkan otot-otot tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis yang disebut jaringan ikat.

Pada ikan segar, otot-ototnya melekat kuat pada jaringan ikat.

(Murray and Burt, 2001)

pH

pH daging sapi saat mentah mencapai 5,00, sedangkan pada daging ayam

bagian dada 5,39, bagian paha sebesar 5,83, sementara itu pada daging ikan diperoleh

pH sebesar 5,33. Dari ketiga hasil pengukuran pH dapat diperoleh kesimpulan bahwa

daging ikan dan dada ayam berada pada titik isoelektris, daging sapi mendekati

kisaran pH isoelektris, serta daging ayam bagian paha tak berada pada kisaran pH

isoelektris.

Setelah hewan mati, metabolisme aerobik terhenti karena sirkulasi darah ke

jaringan otot terhenti, sehingga metabolisme berubah menjadi sistem anaerobik yang

menyebabkan terbentuknya asam laktat. Adanya penimbunan asam laktat dalam

daging menyebabkan turunnya pH jaringan otot. Penurunan pH terjadi perlahan-lahan

dari keadaan normal (7,2 - 7,4) hingga mencapai pH akhir sekitar 5,3-5,5.

(Muchtadi dan Sugiyono,1992)

Penurunan pH karkas berhubungan erat dengan temperatur lingkungan

(penyimpanan). Pada dasarnya, temperatur tinggi akan meningkatkan laju penurunan

Page 27: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

pH, sedangkan temperatur rendah akan menghambat laju penurunan pH. Laju

penurunan pH otot yang cepat dan ekstensif akan mengakibatkan warna daging

menjadi pucat, daya ikat protein daging terhadap cairannya menjadi rendah, dan

permukaan potongan daging menjadi basah karena keluarnya cairan ke permukaan

potongan daging. Sebaliknya, pada pH yang tinggi, daging berwarna gelap dan

permukaan potongan daging menjadi sangat kering karena cairan daging terikat

secara erat oleh proteinnya.

(Soeparno, 2005)

Jumlah asam laktat akhir akan menentukan besarnya pH akhir daging. pH

daging akan mempengaruhi warna, daya ikat, dan keempukan daging. pH yang

dianggap normal untuk daging adalah 5,5. bila sapi mengalami stres atau kelelahan

sebelum dipotong, maka kandungan glikogen pada otot akan menipis, sehingga

konsentrasi asam laktat yang terbentuk tidak bisa membuat pH akhir mencapai angka

5,6. bila pH akhir lebih tinggi misal 6,2 maka daging akan terlihat lebih gelap, keras,

dan kering ini dikenal dengan istilah Dry Firm Dark (DFD). Warna gelap pada daging

ini dicatat berhubungan dengan daya ikat air tersebut menyebabkan keadaan serabut

otot menjadi lebih besar dan lebih banyak cahaya yang diserap dari pada dipantulkan

oleh permukaan daging. Ini yang menyebabkan daging dapat terlihat lebih gelap. Bila

proses pasca rigor berlangsng lebih cepat, dan pH akhir yang dicapai lebih kecil dari

5,6 misal 5,1 daging akan terlihat lebih pucat lunak dan berair, atau dikenal denagn

istilah Pale, Soft, Exudative (PSE). Pada kondisi ini, struktur jaringan otot renggang

yang berhubungan dengan rendahnya daya ikat air, menyebabkan banyak sinar yang

dipantulkan daripada diserap oleh permukaan daging sehingga daging tampak lebih

pucat.

( Burhan,2003)

VIII. KESIMPULAN

1. Karkas ayam paling banyak tersusun oleh daging (sebesar 39,81%), sedangkan

pada karkas ikan, jumlah daging sebesar 45,66%.

Page 28: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

2. Kualitas kesegaran ikan berada pada kategori kedua.

3. Warna pada daging sapi, ayam, dan ikan mengalami perubahan warna setelah

pemasakan.

4. Derajat juiceness pada ayam bagian paha 42%, bagian dada 30%, pada ikan 31%,

serta pada sapi 36%.

5. Tingkat juiciness daging berkaitan dengan WHC.

6. pH daging ayam bagian paha 5,83, bagian dada 5,39, pada daging ikan 5,33,

sedangkan pada daging sapi sebesar 5,00.

7. Daging mentah memiliki derajat keempukan yang lebih tinggi daripada daging

matang.

8. Derajat keempukan daging dipengaruhi oleh tingkat aktivitas jaringan daging

tersebut.

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Anonimous. 2004. Perubahan Biokimia daging Ikan.

http://www.damandiri.or.id/file/epirospiatiipbbab2.pdf

2. Anonimous. 2005. FishAnatomy. http://www.fishlore.com/Pictures/Fish

Anatomy.gif

3. Anonimous. 2008. Beef. http://en.wikipedia.org/wiki/Beef.

4. Bahar, Ir Burhan. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi.

Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

5. Efendi, Y. 2007. Teknologi Pengolahan Hasil Perairan. http://www.bung-

hatta.info/ambil.php?174.

6. Muchtadi, TR dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan

Bahan Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi

7. Murray, J and J.R. Burt. 2001. The Composition of Fish. Avaiable at :

http://www.fao.org/wairdocs/tan/x5916E/x5916e01.htm

8. Naruki,Sri.1991.Kimia Dan Teknologi PengolahanDaging .Yogyakarta:UGM

Page 29: Laporan Resmi Daging Kkas Ikan Baru

9. Soeparno, Dr.Ir. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

10. Syarief, Rizal dan Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri

Pertanian. Jakarta: Melton Putra