Upload
fatimah-shellya-shahab
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
1/17
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
2/17
corpus intra abdomen mendatar dengan flesi ke anterior fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan perempuan.
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinal, ligamentum
ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rektouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterine cabang arteri hipolastica dari iliaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
f. Salping/tuba falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari duktus muleri. Sepasan tuba kiri kanan panjang 8-14
cm berfungsi sebagai jalan transportassi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. Diding tuba terdiri
atas 3 lapisan: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular), serta mukosa dengan epitel bersilia.
Bagian ini terdiri dari pars interstitialis, pars isthimica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengankarakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda pada setiap bagian.
g. Pars istmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendli transfer
gamet.
h. Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
i. Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbrie serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi untuk menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba
j. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
k. OvariumOrgan endrokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Ovarium dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf, terdiri dari
korteks dan medulla. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum
(dari sel epitel germinal primordial dilapisan terluar epitel ovarium pada korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormone-hormone steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesterone oleh korpus luteum pasca ovulasi). Ovarium berhubungan dengan pars infundibulum
tuba falopi melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
3/17
Uterus tumbuh membesar primer, maupun sekunder, akibat pertumbuhan isi konsepsi
intrauterine. Estrogen menyebabkan adanya hiperplasi jaringan., sedangkan progesterone berperan
untuk elastisitas / kelenturan uterus. Taksiran kasar perbesaraan uterus pada perabaan tinggi fudus
adalah:
- Tidak hamil/ normal: sebesar telur ayam ( 30 g)
-
Kehamilan 8 minggu : telur bebek
- Kehamilan 12 minggu: telur angsa
- Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis (pusat)
- Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
- Kehamilan 24 minggu: pinggir atas pusat
- Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat (xyphoid)
- Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat (xyphoid)
- Kehamilan 32-42 minggu: 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
2. CARA PENEGAKKAN DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
A. Diagnosis Perdarahan post partum
Pada tiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya, secara ringkas membuat
diagnosisnya adalah:
1.
Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri2. Memeriksa plasenta dan ketuban: apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari: sisa plasenta, robekan rahim, plasenta
suksenturiata
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan laboratorium: periksa darah, Hb, clot observation test(COT) dan lain-lain
B. Diagnosis atonia uteri
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
C. Diagnosis perdarahan post partum karena atonia uteri
1. Pendarahan Pervaginam berjumlah lebih dari 500 cc
2. Uterus dalam keadaan tidak mempunyai tonus atau kontraksi dapat berkontraksi lemah dan hanya
sebentar.
3.
Pada pemeriksaan inspekulo tidak ada robekan placenta lengkap
4. Lama kelamaan akan timbul gejala pendarahan umum seperti anemia shock.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
4/17
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dalam perdarahan post partum menurut Rochmat (2008), adalah :
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih
(SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil : 37%-47%, saat
hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan
kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa
protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
3. DIAGNOSIS BANDING
Tabel Diagnosis Banding perdarahan postpartum
Gejala & Tanda yang Selalu Ada Gejala & Tanda yang AdaDiagnosis
Kemungkinan
Uterus tidak berkontraksi & lembek
o Perdarahan segera setelah
persalinan (HPP primer)
Syok Atonia uteri
Perdarahan segera
o Darah segar yg mengalir segera
stlh bayi lahir
o Uterus kontraksi baik
o Plasenta lengkap
Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan jalan lahir
Plasenta blm lahir stlh 30 mnt
o Perdarahan segera
o Uterus kontraksi baik
Tali pusat putus akibat
traksi berlebihan
Inversio uteri akibat
tarikan
Perdarahan lanjutan
Retensio plasenta
Plasenta / sebagian selaput (
mengandung pembuluh darah ) tdk
lengkap
o Perdarahan segera
Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus tdk
berkurang
Tertinggalnya
sebagian dr
plasenta
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
5/17
Uterus tdk teraba
o Lumen vagina terisi massa
o Tampak tali pusat ( jika
plasenta blm lahir )
o Perdarahan segera
o Nyeri sedikit / berat
Shock neurogenik
Pucat & limbungInversio uteri
Sub involsi uterus
o Nyeri tekan perut bawah
o perdarahan > 24 jam pasca
partus
Anemia
Demam
Perdarahan
terlambat
Perdarahan segera (perdarahan
intraabdominal / vaginum )
o
Nyeri perut berat
Shock
Nyeri tekan perut
Denyut nadi ibu cepat
Ruptura uteri
4. ETIOLOGI
PENYEBAB PERDARAHAN POST PARTUM
Penyebab perdarahan postpartum primer menurut Wiknjosastro (2002) dan WHO (2002) yaitu :
1. Uterus atonik Terjadi karena plasenta atau selaput ketuban tertahan
2.
Trauma genital Meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan,misalnya kelahiran yang 10 menggunakan peralatan termasuk seksio sesaria, episiotomi, pemotongan
ghisiri.
3. Inversi uterus (jarang) d) Kelelahan akibat partus lama.
4. Pimpinan persalinan yang salah dalam kala uri.
5. Perlekatan plasenta terlalu erat.
6. Retensio plasenta.
7. Retensi sisa plasenta.
8.
Laserasi jalan lahir atau trauma jalan jahir.
Penyebab perdarahan postpartum sekunder menurut WHO (2002) antara lain :
1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet Dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih,
rektum.
3. Terbukanya luka pada uterus Setelah seksio sesaria atau ruptur
PENYEBAB ATONIA UTERI
Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan myometrium/uterus tidak berkontraksi
secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta dapat dihentikan
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
6/17
sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali. Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan
resiko perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, diantaranya adalah :
1. Distensi rahim yang berlebihan
Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain:
- kehamilan ganda
-
poli hidramnion
- makrosomia janin (janin besar)
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu
berkontraksi segera setelah plasenta lahir.
2. Pemanjangan masa persalinan (partus lama) dan sulit
Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot rahim tidak mampu melakukan
kontraksi segera setelah plasenta lahir.
3. Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)
Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan
menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.
4. Kehamilan dengan mioma uterus
Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma intra mular, dimana
mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.
5. Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)
Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah kehamilan dengan
segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk berkontraksi.6. Persalinan lewat waktu
Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya kehamilan, ataupun juga terlalu lama menahan
beban janin di dalamnya menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk berkontraksi.
7. Infeksi intrapartum
Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang potensial akan menjalar pada otot uterus
sehingga menjadi infeksi dan menyebabkan gangguan untuk melakukan kontraksi.
8. Persalinan yang cepat
Persalinan cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah kehamilan dengansegera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk berkontraksi.
9. Kelainan plasenta
Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur mengakibatkan gangguan uterus untuk
berkontraksi. Adanya benda asing menghalangi kontraksi yang baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
10. Anastesi atau analgesik yang kuat
Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi dalam kondisi relaksasi yang berlebih,
sehingga saat dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu. Demikian juga dengan
magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsi/eklamsi yang berfungsi
sebagai sedativa atau penenang.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
7/17
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
8/17
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia atau eklampsia.
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(35 tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus
dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari
uterus.
7. PATOFISIOLOGI
Akibat terjadinya kehamilan ganda menyebabkan uterus distensi berlebihan, distensi berlebihan
tersebut menyebabkan atonia uteri. Pada saat terjadi pelepasan plasenta dapat menyebabkan perdarahan,
namun mekanisme normalnya perdarahan ini bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga
aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium yang disebabkan atonia uteri menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.
8. MANIFESTASI KLINISPerdarahan postpartum
HPP tidak terjadi mendadak
- Pendarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum pendarahan tersebut dapat teratasi
- Pendaarahan melebihi 20 % dari seluruh volume darah sehingga timbul gejala pendarahan yang
jelas
Perasaan lemah
Mengantuk / menguap
Pandangan kabur
Pada pemeriksaan : Tekanan darah menurun ,nadi meningkat,nafas cepat dan dangkal
Penderita tampak anemis
Kesadaran hilang sampai meninggal
Tanda dan gejala atonia uteri
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada
kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembeku darah.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
9/17
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
a.
Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmhg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
9. TATA LAKSANA
Penanganan Umum Atonia Uteri
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih dalam
keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus
dilakukan tergantung pada keadaaan klinisnya.
NO Langkah penatalaksanaan Alasan
1 Masase fundus uteri segera setelah lahirnya
plasenta(maksimal 15 detik)
Masase merangsang kontraksi uterus. Saat
dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uterus
2 Bersihkan bekuan darah adan selaput ketuban
dari vaginadan lubang servik
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina
dan saluran serviks akan dapat menghalang
kontraksi uterus secara baik.
3 Pastikan bahwa kantung kemih kosong,jika
penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi
menggunakan teknik aseptic
Kandung kemih yang penuh akan dapat
menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
4 Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5
menit
Kompresi bimanual internal memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan
juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai membantu
kompresi bimanual eksternal
Keluarga dapat meneruskan kompresi bimanual
eksternal selama penolong melakukan langkah-
langkah selanjutnya
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan Menghindari rasa nyeri
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi
hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg
Ergometrin dan misopostrol akan bekerja dalam 5-
7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
10/17
Bimanual Internal
8 Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18
dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat
mungkin
Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV
secara cepat atau tranfusi darah. RL akan
membantu memulihkan volume cairan yang hilang
selama perdarahan.oksitosin IV akan cepat
merangsang kontraksi uterus.
9 Ulangi kompresi bimanual internal KBI yang dilakukan bersama dengan ergometrin
dan oksitosin atau misopostrol akan membuat
uterus berkontraksi
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2
menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas
yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi
darah
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan
melakukan KBI
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langung
pada pembuluh darah dinding uterus dan
merangsang uterus berkontraksi
12 Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam
500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam
sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian
berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan
yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengankecepatan sedang dan berikan minum untuk
rehidrasi
RL dapat membantu memulihkan volume cairan
yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat
merangsang uterus untuk berkontraksi.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
11/17
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
12/17
Penanganan Khusus Atonia Uteri :
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan
oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan
monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan transfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan
perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik).
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini
menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur
kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan
secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter,
jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian
oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi
cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani
uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit
sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan
(IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan
hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien
dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat
diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal.
Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum
2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 g
= 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
13/17
prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang
disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-
kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal
temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan
pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius
penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan
kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia
uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh
atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan
masif yang terjadi.
4. Uterine lavage dan Uterine Packing
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam cavum uteri
mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Pemberian 1-2 liter salin 47C-50C
langsung ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infus. Tangan operator tidak boleh menghalangi
vagina untuk memberi jalan salin keluar.
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya adalah
hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan tekanan maksimum
pada dinding uterus. Segmen bawah rahim harus terisi sekuat mungkin, anestesi dibutuhkan dalam
penanganan ini dan antibiotika broad-spectrum harus diberikan. Uterine packing dipasang selama 24-
36 jam, sambil memberikan resusitasi cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing diberikan
jika tidak tersedia fasilitas operasi atau kondisi pasien tidak memungkinkan dilakukan operasi
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%.
Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas
segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah
rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang
sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk
ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukanligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium,
untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah
diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan
vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah
ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen
bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Ligasi arteri Iliaka Interna. Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk
melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter.
Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
14/17
bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan
benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka
interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah
ligasi. Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan.
Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.
Teknik B-Lynch.Teknik B-Lynch dikenal juga dengan brace suture, ditemukan oleh Christopher
B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum akibat
atonia uteri.
Histerektomi. Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi
perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per
10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
15/17
10. KOMPLIKASI
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
1. Syok hemorraghic
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat
banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan
menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang
dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis
dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak
ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom
ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar
hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.
4. Kematian
11. PENCEGAHAN
Antenatal care yang baik dan mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan merupakan hal yangpaling penting. Karena pada persalianan nanti, kehilangan darah dalam jumlah normal dapat membahayakan
ibu yang menderita anemi.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari
40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling
bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin
setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip
100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset
kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada
membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan
operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
16/17
12. PROGNOSIS
Perdarahan pascapersalinan masih merupakan ancaman yang tidak terduga walaupun dengan
pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan pascapersalinan masih merupakan salah satu sebab
kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern: Perdarahan
pascapersalinan tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin. Pendapat ini memang benar bila
kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta
fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya adalah merupakan
hidupnya karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk menolong jiwa istri dan
keluarganya sendiri.
Pada perdarahan pascapersalinan, Mochtar R.ddk, melaporkan angka kematian ibu 7,9% dan
Wiknjosastro H. 1,8-4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena banyak penderita yang dikirim dari luar
dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak
menolong.
Progonis baik jika ditangani dengan betul dan pada masa yang tepat. Kasus inimerupakan kasus
darurat dan perlu penanganan segera. Atonia uteri menyumbang 63 %dari total kematian karena
perdarahan post partum.
13. SKDI
Perdarahan post partum : 3B
3B. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya pemeriksaan lab atau x-ray.
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis
yang relevan (kasus gawat darurat)
8/10/2019 Laporan Sella Skenario g Blok 23
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul BS, Gulardi HW, Biran A, Djoko W, editor. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Ed. 1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2002.
Febrianto H.N. Perdarahan Pasca Persalinan. Fakultas Kedokteran. Universitas Sriwijaya. 2007.
James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta:
Widya Medika, 2002.