Upload
denis-puja-sakti
View
133
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
SKENARIO ABLOK 23
A woman attends a routine antenatal appointment at 31 weeks gestation. She is 26 years old
and this is her fifth pregnancy. She has four children, all spontaneous vaginal deliveries at
term. Her fourth child is 18 months old and the delivery was complicated by a pospartum
haemorrhage (PPH) requiring a 4 unit blood tranfusion. She is reffered by midwife to doctor
(public health centre) with possibility of breech presentation. The mother complain of
malaise and dizzy. Due to her economic condition, she admit that during her pregnancy she
only eat some foot that she can afford to buy. She feels generally tired and attributes this to
caring for her four young children. She reports good fetal movements (more than 10 per day).
In the examination findings :
Height = 150 cm; Weight = 45 kg; Blood pressure = 126/73 mmHg; Pulse = 92 x/m;
RR = 22 x/m
Palpebral conjunctival looked pale
Outer examination :
Hard parts are palpabled in the right side of mother’s abdomen
Haemoglobin 7,8 g/dL
Mean cell volume 68 fL
Mean corpuscular hemoglobin concetration 28 g/dL
Serum iron level 32 µg/dL
Total iron binding capacity 510 mg/dL
White cell count 11.200/L
Platelets 237.000/L
Keadaan spesifik: auskultasi paru terdengar wheezing, frekuensi denyut jantung 120 x/menit,
regular.
Urinalysis : Negative
Blood group : A Negative
No atypical antibodies detected.
Halaman | 1
I. Klarifikasi Istilah
a. Routine atenatal:Serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan
b. Gestation: Periode waktu antara konsepsi dan kelahiran
c. Spontaneous vaginal: Kelahiran spontan pervaginam
d. Postpartum Haemorrhage: Konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat
implantasi placenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya,keduanya
terjadi setelah kelahiran bayi dengan mengacu pada ibu
e. Breech presentation: Presentasi bokong / kaki janin dari persalinan
f. Malaise: Perasaan yang tidak jelas dari ketidaknyamanan
g. Dizzy: Sensasi tidak kokoh dengan perasaan kepala berputar-putar / pusing ,kepala
terasa ringan ,ketidakseimbangan,gangguan perasaan dari hubungan terhadap
ruangan
h. Fetal movements: Pergerakan janin seperti menendang
i. Atypical antibodies:
II. Identifikasi masalah
a. Seorang ibu 26 tahun datang memeriksakan kehamilan anak kelimanya yang berusia
31 minggu dengan pergerakan janin baik serta dugaan bayi presentasi bokong.
b. Ia menderita malaise dan pusing.
c. Riwayat kehamilan; G : 5 P : 4 A : 0
4 anaknya lahir spontan pervagina cukup bulan.
d. Riwayat persalinan; anak ke 4 usia 18 bulan lahir dengan komplikasi postpartum
haemorrhage (PPH) membutuhkan 4 unit transfusi darah.
e. Gizi selama kehamilan kurang karena makan seadanya.
f. Ia merasa lelah mengurus 4 anaknya.
g. Pemeriksaan fisik.
h. Pemeriksaan laboratorium.
Halaman | 2
III. Analisis Masalah
a. Masalah 1: Seorang ibu 26 tahun datang memeriksakan kehamilan anak kelimanya
yang berusia 31 minggu dengan pergerakan janin baik serta dugaan bayi presentasi
bokong.
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi janin usia 31 minggu!
Jawab:
Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya
mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang
menyebabkan perubahan pada:
1. Rahim atau uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali
seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan
kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan
cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya
mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
2. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada
vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda
Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
Halaman | 3
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal
(Prawirohardjo, 2008).
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin
(Prawirohardjo, 2008).
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran
darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya
pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu,
sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk
hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja
Halaman | 4
jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh
dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi
hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia
fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah
sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju
endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka
normal.
3) Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim
dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke
pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
Halaman | 5
6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai
daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama
striae gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin
tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan
selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian
payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada
kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia
postprandial dan hiperinsulinemia.
Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan
kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat.
(Prawirohardjo, 2008).
Pertumbuhan Janin Normal
Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial
pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan sera organ yang
ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat melalui
plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom
(Cuningham dkk, 2005).
Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang
berurutan (Lin dan Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama
16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara
cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi
hiperplasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu,
Halaman | 6
pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase
inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju
pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini
adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-
24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Cuningham dkk,
2005).
Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses
pertumbuhan janin, mekanisme selular dan molekular sebenarnya untuk
pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Pada
kehidupan awal janin penentu utama pertumbuhan adalah genom janin
tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan
hormonal menjadi semakin penting.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin
Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk
janin, diferensiasi dan fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi
makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari-ari)
mempuyai peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi
keturunan ini (Pudjiadi, 1990).
Janin memperoleh kontur yang membulat karena adanya endapan lemak di
bawah kulit. Kulit dibungkus oleh zat lemak keputih-putihan yang terbentuk
dari produk-produk sekresi kelenjar sebum. Pertumbuhan panjang badan = 20-
30 cm. Berat badan = 900-1300 gram (2xlipat dari BB awal)
Denyut jantung
Dalam keadaan normal frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120-140
denyutan per menit. Jika jumlah denyutan jantung >160x/min disebut takikardi,
sedangkan jika <120x/min disebut bradikardia. Dengan mengadakan pencatatan
denyut jantung yang dikaitkan dengan pencatatan his, dapat diramalkan ada atau
tidaknya hipoksia pada janin. Ketika partus denyut jantung ini sebaiknya
didengar satu meit setelah his terakhir.
Halaman | 7
Fisiologi vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus Myometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi
cabang arteri radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri spiralis.
Pada hamil normal, tanpa sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke
dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan zsekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi
dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran
darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan
perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik. Proses ini dinamakan "remodelling arteri spiralis".
Pada kehamilan normal, uterus dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa arteri arkuata memberi cabang arteri radialis.
Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis
memberi cabang arteri spiralis.
2. Apa saja yang dinilai dari pemeriksaan atenatal dan kapan saja
pemeriksaan atenatal dilakukan?
Jawab:
Asuhan antenatal/antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Jadwal kunjungan asuhan antenatal pada kehamilan normal cukup empat kali.
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi
kode K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama
Halaman | 8
kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu.
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 – 36 minggu : 2 minggu sekali
- di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
Bila kehamilan termasuk risiko tinggi, perhatian dan jadwal kunjungan harus
lebih ketat.
Anamnesis
Identitas Pasien
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat
pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun. Pada
kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada
unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi.
Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya
komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan
preterm, abortus.
Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil,
atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan.
Jika ada amenorea, kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanya
berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual
dan memperkirakan saat persalinan menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3 + x
+ 1mg) untuk siklus 28 + x hari. Ditanyakan apakah sudah pernah periksa
kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini bukan kunjungan
antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial pemeriksaan
kita).
Halaman | 9
Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik yang berhubungan
dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat
alergi makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi
umum / lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan
sebagainya).
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
Riwayat khusus obstetri ginekologi
Adakah riwayat kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya (dinyatakan
dengan kode GxPxAx, gravida / para / abortus), berapa jumlah anak hidup.
Ada/tidaknya masalah2 pada kehamilan / persalinan sebelumnya seperti
prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya.
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat.
Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan haid
lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.
Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan, kebiasaan, kehidupan sehari-hari.
Pemeriksaan Fisis
Status generalis / pemeriksaan umum
Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi.
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan.
Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan 75
kg.
Halaman | 10
Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih
bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta).
Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal,
hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).
Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi.
Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri
(kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul).
Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi
masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetrik
Abdomen
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen
mungkin belum nyata).
Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus – pada kehamilan
lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak
antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus dengan
kedua telapak tangan.
Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala
pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin
bagian keras bulat (kepala) janin.
Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
Leopold IV
Halaman | 11
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki
pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian
tersebut sudah masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya dinyatakan
dengan satuan x/5)
Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin
(meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan
aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec
yaitu : tinggi fundus (cm) – (12/13/14)) x 155 gram.
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang
ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik
pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk
memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang
ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.
Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada
janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi
beban / stress pada janin (fetal distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka /
perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari
pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas. Inspeksi dalam menggunakan spekulum
(in speculo) : Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum
Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di
dalam liang vagina diputar 90o sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi
keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya
darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina,
ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup
horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina.
Genitalia interna
Palpasi : colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari sebelah tangan dan
BIMANUAL dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen.
Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan serviks.
Halaman | 12
Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan.
Ditentukan bagian terbawah.
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri
klinik untuk memperkirakan ada/tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik.
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah :
1. perdarahan per vaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena
kemungkinan adanya plasenta previa, dapat menjadi pencetus perdarahan yang
lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja operasi, dilakukan dengan cara
perabaan fornices dengan sangat hati-hati)
2. ketuban pecah dini – dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi
(korioamnionitis).
Pemeriksaan dalam (vaginal touché) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan
antenatal pertama, kecuali ada indikasi.
Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan
obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36
minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks
uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian
kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia
kehamilan kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir
masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi.
Pemeriksaan rektal (rektal touché) : dilakukan atas indikasi.
3. Apa hubungan usia ibu dengan riwayat kehamilan sekarang dan
kehamilan yang lalu?
Jawab:
Di usia nya yang ke 26 tahun sedangkan ia telah memiliki riwayat kehamilan
sebanyak 4 kali menandakan bahwa terlalu pendeknya jarak kelahiran tiap-tiap
anak. Hal ini dapat menjadi faktor resiko untuk mengalami perdarahan post
partum seperti halnya yang ia alami ketika ia melahirkan anaknya yang
keempat. Sedangkan riwayat kehamilan grande multipara juga dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya perdarahan post partum walaupun bukan sebagai
faktor resiko independen. Selain itu, perdarahan post partum bisa juga
disebabkan oleh hal-hal lain seperti atonia uteri. Atonia uteri adalah uteri tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta
Halaman | 13
telah lahir). Atonia uteri bisa disebabkan karena umur ibu yang terlalu muda
atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran pendek, malnutrisi, dan lain-
lain. Perdarahan post-partum yang ibu ini alami bisa menyebabkan terjadinya
anemia. Apalagi dengan adanya kehamilan berulang dengan interval yang
pendek bisa menyebabkan anemia, terutama anemia defisiensi besi yang berat.
Karena kebutuhan besi pada ibu hamil akan meningkat, sedangkan asupan
makanan tidak mencukupi maka dapat memperberat timbulnya anemia pada ibu
ini dan bermanifestasi timbulnya gejala seperti lemah, lesu dan pusing. Grande
multipara juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya presentasi
sungsang pada bayi yang akan dilahirkan.
4. Apa saja jenis-jenis presentasi letak janin?
Jawab:
1. Pengertian
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex. (Saifudin AB, 2007 :
191)
2. Jenis – jenis Malpresentasi Janin
a. Letak Sungsang
1) Pengertian
Letak Sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. (Hanifa
Wiknjosastro, 2007 : h 606).
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sunsang) dimana bayi letaknya
sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan
bokong merupakan bagian bawah (didaerah PAP/simpisis). (
2) Etiologi
letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin
Halaman | 14
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang melipat lebih besar dari kepala, maka bokong
dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas difundus uteri, sedangkan
kepala berada diruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilanbelum cukup bulan
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan
janin ditemukan sebagian besar dalam presentasi kepala. Factor – factor lain
yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah :
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrochepalus, plasenta previa dan
panggul sempit. Letak sungsang kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus,
dan bentuk uterus. Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena lasenta mengurangi luas ruengan didaerah
fundus.
3) Jenis – jenis Letak sungsang
Jenis-jenis letak sungsang yakni : presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan presentasi kaki.
Klasifikasi Presentasi Sungsang
1. Frank breech /bokong murni (50-7-%) ekstremitas bawah
mengalami fleksi pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga
kaki terletak berdekatan dengan kepala.
2. Complete breech/bokong sempurna (5-10%) satu atau kedua kaki
atau lutut dalam keadaan fleksi.
3. Foot lign atau incomplete /presentasi kakai (10-30%) satu atau
kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong sehingga kaki atau lutut bayi
terletak paling bawah pada jalan lahir.
b. Letak Lintang
1) Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.
(Hanifa Wiknjosastro, 2007 : 622).
Letak lintang adalh letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin
memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. (Sumarah, 2008 : h 141)
Halaman | 15
2) Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan premature(letak janin belum
menetap), hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam
keadaan letak lintang. Keadaan – keadaan lain yang dapat menghalangi
turunnya kepala kedalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit,
tumor didaerah panggul dan plasenta previa dapat pula mengakibatkan letak
lintang. Demikian pula kelainan bentuk rahim, seperti misalnya uterus arkuatus
atau uterus subseptus, juga merupakan penyebab terjadinya letak lintang.
3) Diagnosis
Menurut Sumarah (2008 : h 142)
a) Inspeksi : Abdomen biasanya melebar kearah samping dan fundus uteri
melebar diatas umbilicus.
b) Palpasi :
- Leopold I : fundus uteri tidak ditemukan bagian janin
- Leopold II : teraba ballotemen kepala pada salah satu fosa iliaka
dan teraba bokong pada fosa iliaka yang lain.
- Leopold II dan IV : tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat
persalinan berlangsung dengan baik dapat teraba bahu didalam panggul.
c) Pada pemeriksaan dalam teraba bagian yang bergerigi yaitu tulang rusuk
pada dada janin diatas PAP pada awal persalinan. Pada persalinan lebih lanjut
teraba klavikula. Posisi aksila menunjuk kemana arah bahu janin menghadap
tubuh ibu. Bila persalinan terus berlanjut bahu janin akan masuk rongga panggul
dan salah satu lengan sering menumbung (lahir terlebih dahulu) kedalam vagina
dan vulva.
4) Prognosis
prognosis dari letak lintang adalah :
a) Prognosis bagi ibu
- Rupture uteri
- Robekan jalan lahir
Halaman | 16
b) Prognosis bagi janin
- Kematian janin
- Tali pusat menumbung
- Trauma
- Sepsis akibat bagian janin menumbung (Sumarah, 2008 : h 144)
c. Presentasi Muka
1) Pengertian
Presentasi Muka adalah hiperekstensi sehingga ubun-ubun kecil menempel pada
punggung dan petunjuknya adalah dagu.
Presentasi muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah menghadap kebawah.
2) Etiologi
Presentasi muka disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala
janin, penolong akan meraba muka bayi : mulut, hidung dan pipi. (Saifudin AB,
2007 : h 194)
Menurut Sumarah (2008 : h 140), penyebab lain pada presentasi muka:
a) Panggul sempit
b) Perut yang menggantung pada multipara menyebabkan punggung janin
menggantung kedepan atau kearah lateral. Vertebra torakal dan servikal menjadi
ekstensi.
c) Leher terdapat lilitan tali pusat
d) Pada janin dengan anensephalii
3) Diagnosa
a) Palpasi abdomen : os occipitalmenonjol jelas, kepala teraba lebih besar
b) Pemeriksaan pelvic : tak teraba 2 fontanel/fontanel anterior, tetapi teraba
lunak, mata, hidung, mulut (perabaan lembut),
c) Hasil Radiologi menunjukkan kepala hiperekstensi, tulang-tulang muka
berada pada atau dibawah PAP.
Halaman | 17
5. Bagaimana cara menentukan letak janin?
Jawab:
SIKAP / HABITUS
Merupakan hubungan antara bagian-bagian badan fetus satu sama lain. Biasanya
fetus berada dalam sikap fleksi, membentuk ovoid mengikuti bentuk kavum
uteri (ruangan fundus lebih luas dari serviks).
Fleksi yang terjadi pada keadaan normal adalah fleksi maksimal kepala,
punggung membungkuk, kedua tangan bersilang di depan dada dan kedua
tungkai bersilang di depan perut. Tali pusat terletak di antara kedua lengan dan
tungkai.
LETAK / SITUS
Hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir.
1. Letak memanjang
Sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir.
2. Letak melintang
Sumbu fetus tegak lurus sumbu jalan lahir.
3. Letak oblik
Sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu jalan lahir.
Prognosis keberhasilan persalinan spontan pervaginam terbesar adalah pada
janin letak memanjang, dan nilai prognosis akan berbanding terbalik dengan
sudut antara sumbu fetus dengan jalan lahir (letak lintang memiliki nilai
prognosis persalinan spontan pervaginam yang terkecil).
PRESENTASI
Bagian tubuh fetus yang terdapat di bagian terbawah jalan lahir.
1. Letak lintang atau oblik : dapat presentasi bahu atau punggung.
2. Letak memanjang : dapat presentasi kepala, atau sungsang / presentasi bokong.
3. Presentasi kepala : kemungkinan presentasi belakang kepala, puncak kepala,
dahi atau muka, tergantung kepada sikap kepala terhadap badan janin.
Pada persalinan normal, janin letak memanjang dengan presentasi belakang
kepala.
Terdapat beberapa kemungkinan :
1. Presentasi bokong sempurna (complete breech).
Halaman | 18
Fetus berada dalam posisi duduk dalam jalan lahir tetapi bokong masih
merupakan presenting part. Seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna
(tungkai dan lutut fleksi).
2. Presentasi bokong murni (frank breech).
Bagian terbawah (presenting part) dari fetus adalah bokong, kedua tungkai
dalam fleksi dan sejajar toraks (lutut ekstensi).
3. Presentasi kaki (footlink breech / incomplete breech).
Salah satu atau kedua kaki lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan
menjadi bagian pertama yang lahir.
POSISI
Hubungan antara bagian tertentu fetus (ubun-ubun kecil, dagu, mulut, sakrum,
punggung) dengan bagian kiri, kanan, depan, belakang, atau lintang, terhadap
jalan lahir.
Ubun-ubun kecil (belakang kepala) bentuk segitiga. Ubun-ubun besar (depan
kepala/dahi) bentuk segiempat/wajik.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI KELAINAN LETAK JANIN
LETAK SUNGSANG
A) DEFENISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang /
membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah cavum
uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni :
1. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) : 5 - 10 %.
Fetus berada dalam posisi duduk dalam jalan lahir tetapi bokong masih
merupakan presenting part. Seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna
(tungkai dan lutut fleksi). (1,4)
2. Presentasi bokong murni (frank breech) : 50 - 70 %.
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat
ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan
demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. (1,4)
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or
footlink) : 10 - 30 %.(1,4)
Halaman | 19
Gambar 1. Berbagai Posisi Letak Sungsang
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang
dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh
bagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah rahim. Dari rwayat
kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang. Dsamping itu,
pemeriksaan fisik Leopold dan penunjang seperti USG dan rontgent juga
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan luar (abdomen)
1. Inspeksi: Abdomen tampak membesar pada kedua sisi
2. Palpasi :
Leopold I : Daerah fundus uteri teraba keras dan bulat, dengan balotemen
positif yang menandakan kepala.
Leopold II : Menentukan punggung janin yang berada disalah satu sisi
pada abdomen dan bagian yang kecil di sisi yang lain.
Leopold III : Terabanya bokong menuju ke pintu atas panggul. Bokong
dapat digerakkan diatas pintu atas oanggul jika belum masuk panggul (engage)
Leopold IV : Menunjukan bagian yang turun pada pintu atas panggul.
Setelah janin masuk panggul (engagement), bokong terfiksasi di dalam simfisis.
3. Auskultasi: Denyut jantung fetus biasanya terdengar keras pada punggung fetus
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Halaman | 20
Pemeriksaan dalam :
Dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum,
kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu
jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang
lebih sama dengan telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin
mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit membedakan bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan
otot, sedangkan jari yang dimasukkan mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong.
Pemeriksaan penunjang :
Konfirmasi terbaik pada dugaan presentasi bokong adala dengan pemeriksaan
sonografi. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi mengenai tipe dari
presentasi bokong dan sudut leher. Pemeriksaan sonografi juga dapat memberi
informasi lain seperti:
Derajat fleksi dan ekstensi dari kepala
Perkiraan berat janin
Kelainan kongenital
Volume cairan amnion
Posisi tali pusat
Lokasi plasenta
Metode lain adalah CT scan untuk memberikan penilaian panggul, dan
MRI untuk menilai kapasitas dan struktur panggul. Pemeriksaan dengan
pelvimetri radiografik untuk membantu mnentukn cara pelahiran pada
presentasi bokong masih kontroversial.
Halaman | 21
LETAK LINTANG
A) PENGERTIAN LETAK LINTANG.
Letak lintang dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi
yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala
janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat
berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah
(dorsoinferior). Atau letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin
menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat
dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Dari beberapa pendapat para ahli
dapat disimpulkan bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin
melintang.
DIAGNOSIS LETAK LINTANG.
Letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak
lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di
samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu turun ke dalam
panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan
dengan cara bersalaman. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan
atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri. Letak punggung
ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan
dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum
pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
3. LETAK MUKA/ PRESENTASE MUKA
A) PENGERTIAN
Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga oksipt
menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah
janin. Pada janin aterm, kemajuan biasanya terhalang oleh presentasi muka
Halaman | 22
mentum osterior karena dahi janin tertekan simfisis ibu. Banyak presentasi
mentum posterior yang berubah spontan menjadi presentasi mentum anterioir
pada tahap akhir persalinan. Posisi ditentukan oleh dagu ( mento ), jadi ada
posisi :
Left Mento Anterior ( LMA ) = dagu kiri depan
Right Mento Anterior ( RMA ) = dagu kanan depan
Left Mento Posterior ( LMP ) = dagu kiri belakang
Right Mento posterior ( RMP ) = dagu kanan belakang
B) DIAGNOSA
Presentasi muka didiagnosa melalui pemeriksaan dalam (vaginal touche) dan
palpasi bagian muka yang jelas seperti mulut dan hidung, tulang pipi dan
terutama tonjolan tulang orbita. Pemeriksaan radiologi menunjukkan kepala
bayi dalam posisi hiperekstensi dan tulang-tulang muka yang berada pada atau
sedikit dibawah pinti atas panggul merupakan gambaran yang cukup khas.
4. PRESENTASE DAHI
A) PENGERTIAN
Presentasi yang sangat jarang dijumpai. Didiagnosa bila bagian kepala janin
yang berada diantara tonjolan orbita dengan ubun-ubun besar tampak pada pintu
atas panggul.
B) DIAGNOSA
Dapat diketahui dengan palpasi abdomen bila oksiput atau dagu dapat diraba
dengan mudah tapi pemeriksaan dalam (vaginal touche) juga penting dilakukan.
.
5. KELAINAN LETAK PADA KEPALA
A) PRESENTASI PUNCAK KEPALA
Pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah dan UUb berputar
kedepan. Menurut statistik hal ini terjadi pada 1 % dari seluruh persalinan.
Halaman | 23
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar kedepan atau
sesudah anak lahit caput terdapat di daerah UUB.Dalam memimpin partus, kita
harus sabar menunggu sambil mengobservasi. Karena kira-kira 75% dapat lahir
spontan. Untuk menolong perputaran, ibu miring kearah punggung anak. Bila
ada indikasi dapat ditolong dengan ekstraksi forcep atau vakum.
6. Jelaskan etiologi dan mekanisme presentasi letak bokong jani pada kasus
ini!
Jawab:
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam
presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan
trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala.
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa
faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktural uterus,
polihidramnion, oligohidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,
kehamilan mulipel, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat
presentasi bokong sebelumnya.
Presentasi bokong yang menetap berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya morbiditas perinatal akibat kelahiran yang sulit, prolaps tali pusat,
anomali uterus (septum, fibroid), plasenta previa, anomali fetus atau neonatus.
Halaman | 24
7. Apa komplikasi kelahiran sungsang?
Jawab:
a. Bayi
1. Gangguan pernafasan: Sufokasi / aspirasi, Hipoksia, asfiksia, anoksia
2. Fraktur tulang humerus, femur, tulang-tulang kepala, klavikula
3. Dislokasi panggul, dislokasi bahu, dislokasi leher, dislokasi congenital
pinggul, khususnya dengan bokong memanjang, paralisis brakhialis,
cidera muskulus sternokleidomastoideus kaku leher, pertumbuhan
terhambat
4. Kerusakan neurologis jangka panjang dan jaringan otak (trauma otak
janin), Kerusakan medulla spinalis atau fraktur spinal, hemoragi
intracranial, kerusakan jaringan lunak, cerebral palsy
5. Prolaps tali pusat
6. Kerusakan organ (ginjal, hepar, limpa, kandung kemih rupture bila
berdistensi), jejas faring dalm bentuk rubekan atau pseudodivertikel,
cedera testis, hematoma otot-otot
7. Cold injury dan hipoglikemi
8. Kasus adrenal idiopatik
9. Sindom kematian bayi mendadak (Sudden infant death syndrome,
SIDS). (wiknjosastro, 2000; Boyle,2008; sastrawinata, 1984;
cunningham, 2005; saifudin, 2002; sarwono, 2006)
b. Ibu
1. Trauma jalan lahir (trauma vagina, rupture perineum, perlukaan serviks),
trauma uretra
2. Distress psikologis
3. Atonia uteri, perdarahan post partum endometritis (Mauren Boyle, 2008;
sastrawinata, 1984; saifuddin, 2002; Cunningham, 2005)
8. Bagaimana makna klinis pemeriksaan pergerakan janin?
Jawab:
Jumlah gerakan janin yang diharapkan memang adalah 10 kali dalam satu hari ,
artinya janin ini dalam keadaan baik (masuk dalam 11% yang fisiologis), namun
Halaman | 25
perlu diketahui bahwa jenis gerakan yang seharusnya terjadi pada trimester III
adalah “stepping” yaitu gerakan memutar (bicycling) dari kaki yang seharusnya
membantu untuk memutar kepala kebawah untuk persiapan kelahiran. Bila
gerakan ini terjadi pada bayi ke 5 ibu ini maka kemungkinan besar bayi ini
akan memutar dan menghasilkan presentasi kepala yang normal, karena
sebagian besar presentasi bokong akan menjadi presentasi kepala pada usia 34
minggu, dan kemungkinan pada bayi ini cukup tinggi.
Penghitungan ini secara informal dikenal sebagai jumlah tendangan . The
American Pregnancy Association menyatakan bahwa keuntungan melakukan
tendangan jumlah berkisar dari memberikan wanita hamil kesempatan untuk
ikatan dengan bayinya untuk mengurangi risiko bayi lahir mati , .Jumlah
tendangan terutama dianjurkan pada kehamilan berisiko tinggi [ 22 ]
Adapun Cara melakukan pemeriksaan “kick Count” ini adalah : Untuk membuat
jumlah tendangan , seorang wanita menemukan posisi yang nyaman , seperti
duduk tegak dengan punggung didukung atau berbaring miring ke kiri ( yang
memaksimalkan aliran darah ke janin ) , dan waktu berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk merasa setidaknya sepuluh gerakan seperti sebagai
tendangan , berdebar , atau gulungan . Idealnya , sepuluh gerakan harus
dirasakan dalam waktu dua jam (walaupun ada yang mengatakan 10 gerakan
dalam satu hari cukup) , walaupun sering jumlah tersebut tercapai dalam waktu
yang jauh lebih singkat . Hasilnya dapat direkam untuk mengungkapkan pola
gerakan . Perubahan yang signifikan dalam pola ini dapat memberitahu seorang
wanita dari masalah dengan janinnya , yang memungkinkan dirinya untuk
memberitahu praktisi nya awal dalam kasus masalah
b. Masalah 2: Ia menderita malaise dan pusing.
1. Jelaskan etiologi dan mekanisme malaise?
Jawab:
Defisiensi zat besi akan menyebabkan berkurangnya jumlah hemoglobin di
dalam tubuh. Hal ini (berkurangnya hemoglobin) bersamaan dengan
berkurangnya jumlah sel darah merah akan menyebabkan rendahnya
oksigenasi selular. Keadaan tersebut akan menyebabkan penurunan jumlah
Halaman | 26
energi yang dihasilkan karena dalam proses pembentukan energi yang cukup,
dibutuhkan oksigen yang memadai. Rendahnya energi ini akan menyebabkan
perasaan lemas atau lemah pada pasein.
2. Jelaskan etiologi dan mekanisme pusing?
Jawab:
Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritopoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang
jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah.
Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan
besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi. Selain itu pasien juga tidak mampu memenuhi kebuuhan nutrisi
selama kehamilan sehingga mendukung terjadinya anemia. Anemia defisiensi
besi ini akan bermanifestasi sebagai pusing karena menurunnya oksigenasi ke
otak yang menyebabkan rasa pusing oada pasien.
c. Masalah 3: Riwayat Riwayat kehamilan; G : 5 P : 4 A : 0
4 anaknya lahir spontan pervagina cukup bulan.
1. Berapa tahun jarak kehamilan yang ideal?
Jawab:
Jarak kehamilan yang ideal adalah antara 2-5 tahun. Perhitungan pertama adalah
dari segi medis. Waktu (minimal) dua tahun memungkinkan si ibu untuk
melakukan persiapan kehamilan setelah pemulihan persalinan sebelumnya
secara lebih baik. Ibu perlu mendapatkan kembali kesehatannya yang mungkin
sempat menurun ketika hamil dan melahirkan serta merawat jabang bayi yang
baru dilahirkan. Pun melahirkan dalam jangka waktu dekat akan mempengaruhi
kesehatan ibu secara negatif.
Selain itu, waktu dua tahun merupakan waktu ideal bagi seorang bayi untuk
mendapatkan air susu ibu atau ASI yang bermanfaat bagi ibu dan bayi. ASI dua
tahun akan memberikan dampak positif bagi kecerdasan dan kesehatan sang
anak. Jika ibu ternyata hamil kembali saat masih menyusui, kemungkinan yang
sering terjadi adalah kurangnya perhatian terhadap anak (pertama) dan
berkurangnya nutrisi dari ASI yang diberikan padanya; karena fokus juga harus
Halaman | 27
diberikan kepada bayi dalam kandungan. Dengan demikian, si anak pertama
tidak akan mendapatkan jumlah ideal perhatian dan ASI dari ibunya, yang
mungkin mempengaruhi pertumbuhannya.
Perhitungan kedua dilihat dari segi psikologis anak. Umumnya, secara teori,
anak bisa mulai mengerti atau bisa menerima adanya adik ketika sudah berusia
di atas dua tahun. Oleh karena itu, jika ibu mereka hamil dan melahirkan lagi
sebelum mereka mencapai usia itu, kemungkinan akan sulit bagi mereka untuk
menerima keberadaan ‘orang baru’ di tengah keluarganya.
2. Apa saja risiko terhadap jarak kehamilan yang dekat?
Jawab:
Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2 tahun)
akan mengalami resiko antara lain (Yolan, 2007) :
- Resiko perdarahan trimester III
- Plasenta previa
- Anemia
- Ketuban pecah dini
- Endometriosis masa nifas
- Kematian saat melahirkan
- Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat menimbulkan resiko
tinggi antara lain persalinan lama.
Dengan adanya resiko dalam menentukan jarak kehamilan maka diperlukan
penelitian tentang hubungan umur, pendidikan maupun ekonomi terhadap
penentuan jarak kehamilan.
3. Apa dampak riwayat kelahiran sebanyak 4 kali dengan anatomi rahim
ibu?
Jawab:
Uterus merupakan organ tempat janin berkembang, terdiri dari jaringan otot
polos. Kehamilan yang terlalu rapat akan mengendurkan otot-otot tersebut
sehingga setelah persalinan rahim menjadi sulit berkontraksi untuk kembali ke
ukurannya yang semula dan terjadilah perdarahan. Selain itu, rahim yang kendur
Halaman | 28
akan menjadi faktor resiko kehamilan dengan presentasi bokong karena dapat
memudahkan bayi bergerak dan beputar sampai kehamilan diatas 37 minggu.
d. Masalah 4: Riwayat persalinan; anak ke 4 usia 18 bulan lahir dengan komplikasi
postpartum haemorrhage (PPH) membutuhkan 4 unit transfusi darah.
1. Jelaskan etiologi dan mekanisme PPH! (Berapa banyak darah yang
dikeluarkan , sekalian cari faktor risiko PPH)
Jawab:
Definisi PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada
umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah
menyebabkan perubahan tanda vital ( seperti kesadaran menurun, pucat,
limbung, berkeringat dingin, sesak nafas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100
/ menit), maka penanganan harus segera dilakukan.
Kausanya dibedakan atas :
- Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
Hipotoni sampai atonia uteri (50-60%)
Akibat anestesi
Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
Partus lama, partus kasep
Partus presipitatus/partus terlalu cepat
Multiparitas
Korioamnionitis
Pernah atonia sebelumnya
Sisa plasenta (23-24%)
Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
Plasenta susenturiata
Retensio plasenta (Plasenta akreta, inkreta, perkreta) (16-17%)
- Perdarahan karena robekan (4-5%)
Episiotomy yang melebar
Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
Halaman | 29
Rupture uteri
- Gangguan koagulasi (0,5-0,8%)
Jarang terjadi. Tetapi bisa memperburuk keadaan diatas. Misalnya pada kasus
trombofilia, sindroma HELLP, preeclampsia, solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan dan emboli air ketuban.
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir
dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan
oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang
tertinggal.
Mekanisme
Karena penyebab PPH masih belum diketahui, namun apabila dilihat dari
banyaknya riwayat kehamilan dan persalinan, maka kemungkinan elastisitas
uterusnya sudah menurun, sehingga menyebabkan hipotonia atau atonia uteri
sehingga pada saat persalinan uerus tidak berkontraksi sehingga pembuluh
darah tidak tertekan. Hal ini menyebabkan darah tidak berhenti sebagai mana
mestinya sehingga terjadilan PPH.
2. Apa dampak PPH?
Jawab:
PPH adalah Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya
darah 500 cc atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi
sebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta. Perdarahan postpartum yang tidak
ditangani dapat mengakibatkan :
1. Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani
Halaman | 30
dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal
dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila
hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan
berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi sebagai akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi sistem endokrin.
3. Apa saja kriteria pendarahan yang patologi dan berapa jumlah darah yang
keluar pada pendarahan yang normal?
Jawab:
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi sesudah sesaat
proses persalinan berlangsung dengan volume perdarahan melebihi dari 500
ml. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan
volume perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air ketuban, dan
serapan pakaian atau kain alas tidur. Oleh sebab itu operasional untuk periode
pasca persalinan adalah setelah bayi lahir. Sedangkan tentang jumlah
perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana
dapat menyebabkan perubahan tanda vital, seperti; pasien mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi
>100 x/menit, dan kadar Hb <8 g% (Saifuddin,
2001).
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir
yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan
akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml
tanpa menyebabkan ganggua n homeostasis. Dengan demikian secara
Halaman | 31
konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat
dikategorikan sebagai perdarahan pasca persalinan dan perdarahan yang secara
kasat mata mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius.
Definisi baru mengatakan bahwa setiap perdarahan yang dapat mengganggu
homeostasis tubuh atau mengakibatkan tanda hipovolemia termasuk dalam
kategori perdarahan pasca persalinan. Perdarahan sebanyak lebih dari 1/3
volume darah atau
1000 ml harus segera mendapatkan penanganan. Perdarahan pasca persalinan
dapat terjadi segera setelah janin lahir, selama pelepasan plasenta atau setelah
plasenta lahir (Siswosudarmo, 2008).
Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan,
maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan
serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin (Khoman, 2002).
e. Masalah 5: Gizi selama kehamilan kurang karena makan seadanya.
1. Apa hubungan status gizi dengan kehamilannya sekarang?
Jawab:
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa kehamilan mak
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan
berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keadaan gizi ibu selama hamil(Lubis, 2003).
Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda
dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada
trimester pertama hidupnya janin, hingga kekurangan zat tertentu yang sangat
dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat menyebabkan tidak terbentuknya
suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat berlangsungnya kehidupan
janin tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir
kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan dalam periode tersebut dapat
menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat dan
Halaman | 32
panjang yang kurang daripada seharusnya. Malnutrisi juga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi yang berdampak pada ibu dan janin.
a. Bahaya selama kehamilan
· Dapat terjadi abortus
· Persalinan prematuritas
· Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
· Mudah terjadi infeksi
· Ancaman dekompensasi kordis
· Mola hidatidosa
· Hiperemis gravidarum
· Perdarahan antepartum
· Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan
· Gangguan his, kekuatan mengejan
· Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
· Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
· Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum karena
atonia uteri
· Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
Halaman | 33
c. Pada kala nifas
· Terjadi sub involusio uteri menimbulkan perdarahan post partum
· Memudahkan infeksi post partum
· Pengeluaran ASI berkurang
· Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
· Anemia kala nifas
· Mudah terjadi infeksi mamae
2. Apa saja nutrien yang dibutuhkan selama kehamilan?(Kegunaannya juga)
Jawab:
Protein, Lemak, dan Karbohidrat
Ibu hamil memerlukan 2.500 kalori setiap hari. Dalam keadaan normal,
perempuan dewasa hanya butuh 2.200 kalori. Pasokan kalori yang utama
didapatkan dari lemak, yang juga digunakan untuk pertumbuhan plasenta.
Sumber lemak yang utama adalah daging, susu, telur, mentega, dan minyak
nabati.
Protein : Jumlah protein yang dibutuhkan setiap hari adalah 85 g. sumber
protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau
hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan
premature, anemia, dan edema
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gr perhari. Kalsium dibutuhkan
untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka.
Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan
kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi
atau osteomalasia pada ibu.
Halaman | 34
Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi
jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui
hemoglobin di dalam sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi Hb yang
normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari,
terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia pemberian
besi per minggu cukup adekuat. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrous
gluconate, ferrous fumarate, atau ferrous sulfat. Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat menyebabkan ADB.
Vitamin
Kebutuhan tambahan akan vitamin umumnya sudah terpenuhi apabila
konsumsi kalori dan protein sudah adekuat. Yang menjadi pengecualian
adalah asam folat, yang mana seringkali dibutuhkan suplementasi tersendiri
terutama pada wanita hamil dengan muntah-muntah berkepanjangan, anemia
hemolisis, atau janin lebih dari satu. Namun, jika ada keraguan akan intake
nutrisi ibu hamil, terutama pada lingkungan yang kurang sejahtera, dapat
dilakukan pemberian multivitamin yang mana dapat mengurangi kejadian
bayi berat lahir rendah dan pertumbuhan janin yang terganggu.
Asam folat
Selain zat besi, sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil adalah 400
mikogram perhari. Bahan makanan yang kaya akan asam folat adalah sereal,
roti gandum, sayuran hijau, toge, dan kacang-kacangan.Kekurangan asam
folat dapat menyebbkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
Vitamin A
Intake tambahan akan vitamin A tidak direkomendasikan karena biasanya
sudah tercukupi pada konsumsi keseharian. Ditambah lagi, jika konsumsi
vitamin A berlebih, justru dikhawatirkan terjadi beberapa defek pada
kelahiran. Konsumsi yang dianggap berlebih adalah sekitar 10.000-50.000 IU
perhari. Namun, jika sampai terjadi defisiensi vitamin A, dapat terjadi
kondisi seperti ibu hamil dengan rabun senja sedangkan pada janin dapat
terjadi peningkata resiko anemia dan kelahiran prematur spontan.
Vitamin B12
Halaman | 35
Kadar vitamin B12 pada wanita hamil berkurang karena terjadi penurunan
protein pembawa dalam plasma yaitu transkobalamin. Vitamin B12 bisa
didapatkan dari makanan hewani. Kadar vitamin B12 juga dapat berkurang
pada mereka yang mengkonsumsi vitamin C berlebihan. Meskipun masih
diperdebatkan, vitamin B12 juga dapat mencegah terjadinya defek tabung
saraf sebagaimana asam folat.
Vitamin B6
Suplementasi vitamin B6 umumnya tidak terlalu diperlukan pada wanita
hamil kecuali mereka yang beresiko mengalami defisiensi seperti pada
pelaku penyalahgunaan obat, remaja dan janin lebih dari satu. Suplementasi
yang dapat diberikan adalah sebesar 2 mg perhari.
Vitamin C
Rekomendasi konsumsi vitamin C perhari adalah sebesar 80-85 mg/hari.
Angka tersebut lebih tinggi 20% daripada wanita tidak hamil.
Yodium
Yodium penting bagi perkembangan otak dan sistem saraf lainnya dari janin.
Kebutuhan Yodium meningkat sekitar 47% saat hamil dan 80% selama
menyusui. Makanan sehari-hari, seperti seafood dan daging dapat menjadi
sumber yang cukup untuk yodium. Akan tetapi suplementasi yodium dapat
diberikan untuk memastikan kebutuhannya untuk pertumbuhan janin tetap
tercukupi. Pada janin, kekurangan akan yodium dapat berdampak pada
kondisi seperti kretinisme, yang ditandai dengan berbagai defek neurologis
berat.
Potassium
Kadar potassium pada wanita hamil berkurang sekitar 0,5 mEq/L pada
pertengahan kehamilan. Dampak kekurangan potassium pada wanita hamil
kurang lebih sama seperti wanita tidak hamil.
3. Apa dampak makan seadanya terhadap kehamilan?
Jawab:
Dampak bagi kehamilan.
Berbagai keluhan pada ibu hamil seperti merasa lelah, mual, pegal, sembelit , bahkan
masalah di kulit, gigi atau gusi tidak hanya disebabkan faktor hormonal, tapi juga
asupan gizi yang dikonsumsi ibu hamil. Rasa lelah serta mual terjadi karena bumil
Halaman | 36
kekurangan protein dan karbohidrat kompleks. Lalu, sembelit bisa terjadi karena ibu
hamil kurang asupan makanan berserat,. Kram kaki bisa terjadi karena minim mineral
fosfor dan kalsium.
Dampak bagi janin.
Pada trimester pertama, jika ibu hamil kekurangan gizi, bisa mengakibatkan kerusakan
janin atau perkembangan janin yang tak sempurna. Karena pada trimester awal ini,
organ-organ tubuh janin sedang dalam masa perkembangan. Kemudian, pada trimester
kedua, organ janin terus berkembang dan hampir sempurna. Pada trimester terakhir,
otak janin mengalami perkembangan paling pesat, terus berlanjut sampai lahir. Semua
perkembangan itu membutuhkan asupan gizi yang cukup dan seimbang. Bila tidak,
tumbuh kembang janin tidak akan optimal.
Dampak pada bayi.
Sebuah penelitian yang dilakukan di sekolah kesehatan masyarakat, menunjukkan,
status kesehatan bayi pada saat lahir berhubungan erat dengan pola makan ibu selama
kehamilan. Pada ibu hamil yang dietnya tergolong baik, 95 % bayi yang dilahirkan
dengan kesehatan yang tergolong baik pula. Sedangkan 8 % dari ibu yang dietnya
tergolong buruk (sebagian mengonsumsi jajanan tidak bergizi), mempunyai bayi
dengan kesehatan yang tergolong baik, sementara 65 persen dari mereka memiliki bayi
yang meninggal sebelum lahir, prematur, fungsi tubuhnya belum sempurna atau
memiliki cacat lahir. Terkait hal tersebut, ibu hamil perlu menerapkan pola makan
sehat. Bila sebelumnya ibu memiliki pola makan yang kurang sehat, segera ubah.
Berbagai gangguan saat hamil yang dapat menyebabkan terganggunya pola makan
sehat pun seharusnya diatasi.
f. Masalah 6: Ia merasa lelah mengurus 4 anaknya.
1. Apa saja aktivitas yang ideal bagi ibu hamil?
Jawab:
Prinsip-prinsip aktifitas selama kehamilan :
1. Aktifitas yang dilakukan oleh ibu hamil sangat bervariasi misalnya berjalan,
berdiri, duduk. Asalkan tidak berat, pada prinsipnya semua aktifitas dapat
dilaksanakan oleh ibu hamil.
2. Waktu dalam melakukan kegiatan tidak boleh terlalu lama dan diselingi dengan
istirahat.
3. Posisi/cara berjalan adalah tegak/tidak membungkuk
Halaman | 37
4. Posisi pada saat berdiri yaitu dengan salah satu kaki ke depan sebagai penahan
untuk menjaga keseimbangan & kenyamanan. Cara berjalan dengan kepala
tegak, punggung lurus, dagu ke depan dan bagian pelvic terangkat.
5. Saat duduk, punggung tegak dan gunakan penyangga pada kaki.
6. Jika akan menaiki tangga, seluruh telapak kaki lurus menapak pada tangga dan
otot-otot kaki digunakan untuk mengangkat. Hindari badan condong ke depan.
7. Jangan mengangkat beban yang terlalu berat atau lebih berat dari berat badan.
Apabila harus mengangkat barang jangan mengangkat dengan membungkukkan
badan. Posisi badan jongkok dengan punggung tetap tegak.
8. Gunakan dua tangan bila mengangkat barang-barang yang besar atau gunakan
trolley.
9. Semua pekerjaan dengan posisi lebih rendah dari badan dilakukan dengan
jongkok atau duduk, jangan membungkuk. Misalnya mencuci pakaian.
10. Hindarkan pergerakan yang tiba-tiba atau tersentak, misalnya memutar badan
secara tiba-tiba, atau melompat, hal ini karena sumbu tubuh ibu hamil akan
berubah.
11. Hindari alas kaki yang tinggi dan licin, pergunakan sepatu dg alas rendah untuk
keseimbangan badan ibu hamil.
JENIS AKTIVITAS
Olahraga
Olahraga semasa hamilpun dapat diteruskan, hanya saja olahraga yang
dilakukan bukanlah yang berbahaya dan mengandung resiko, seperti balapan
mobil, berkuda, lompat-lompat, arum jeram dan sebagainya, tapi olahraga yang
dilakukan adalah olahraga yang ringan selama 5 – 30 menit, misalnya jalan
pagi, senam ringan, berenang dan sebagainya.
1. Jalan Pagi
Memberi manfaat kardiovaskuler tanpa mengalami banyak tekanan di lutut dan
pergelangan kaki. Bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja selama 9 bulan
penuh.
Halaman | 38
2. Yoga
Membantu menjaga kelenturan sendi-sendi dan mempertahankan fleksibilitas,
memperkuat system otot, merangsang peredaran darah dan membuat rileks.
3. Latihan Beban
Menyiapkan tubuh mengangkat beban kelak setelah bayi lahir, mengurangi
resiko cidera selama kehamilan dengan menguatkan otot-otot di sekeliling
sendi. Angkt beban yang terlalu berat bisa mengakibatkan otot menjadi tegang,
dan tekanannya yang berlebihan bias membahayakan perut. Caranya : dengan
posisi duduk kaki dikasih barbell 1 kg diayun-ayunkan.
4. Berenang
Alasan berenang dianjurkan bagi ibu hamil :
a. Renang dapat melatih paru-paru dan jantung.
b. Ketika berenang, suhu badab ibu stabil sehingga gangguan pada janin akibat
meningkatnya uhu tubuh ibu tidak akan terjadi.
c. Renang membantu menguatkan otot-otot rahim dan sendi-sendi panggul
sehingga diharapkan pada proses melahirkan menjadi lebih mudah.
Renang menjaga tubuh ibu hamil selalu bugar selama ia menjalani
kehamilannya.
Hal yang perlu diperhatikan :
- Jangan melakukan gaya punggung terjadi penekanan pada penbuluh darah di
bagian belakang rahim.
- Jangan melakukan gaya kupu-kupu terlalu banyak melibatkan gerakan pada
bagian pinggang sehingga dikhawatirkan akan terjadi benturan pada janin.
- Lakukan 3x dalam seminggu dan jangan lebih dari 30 menit berenang lebih dari
30 menit justru akan meningkatkan suhu dalam kandungan.
- Lakukan olahraga ini di pagi hari sebelum pukul 10.00 WIB dan sore hari
sesudah pukul 15.00 WIB agar tidak terkena sinar ultraviolet dan udara yang
panas karena sangat tidak baik bagi janin.
Gaya yang dianjurkan :
Halaman | 39
o Melakukan gerakan secara tenang, perlahan-lahan, santai dan jangan ada
benturan agar rahim tidak terguncang.
o Bagi ibu yang tidak bisa berenang, cukup melakukan gerakan berjalan di kolam
renang yang dangkal.
o Ibu hamil dianjurkan unuk melakukan gaya bebas tetapi pelan-pelan dan tidak
keras, dan gaya dada karena gaya inilah yang paling tenang, perlahan dan tidak
ada benturan.
Naik Tangga
Naik tangga diyakini sebagai salah satu yang sering dianggap pencetus
keguguran atau bayi lahir premature. Jika selama atau setelah beraktivitas naik
turun tangga kondisi ibu malah tidak fit. Tandanya ibu hamil yang terengah-
engah yang merupakan tanda kekurangan oksigen, akibatnya aktivitas ini dapat
mengundang kontraksi. Jika naik tangga dilakukan secara pelan-pelan dan tidak
menguras tenaga, maka aktivitas ini tidak mengundang masalah. Sedapat
mungkin hindari naik turun tangga untuk meminimalkan kemungkinan jatuh
terpeleset yang akan menyebabkan trauma atau sesuatu yang buruk pada
kehamilan.
Menyetir
Menyetir memang beresiko bagi ibu hamil. Kondisi perut ibu yang semakin
membesar sehingga menyulitkan. Meminimalkan masalah psikis dan stress,
terutama bila terjebak macet di jalan. Sters memicu kontraksi, akibatnya si janin
lahir sebelum waktunya. Hal yang perlu diperhatikan jika ibu hamil terpaksa
menyetir Posisi setir agar tidak menekan posisi perut. Jok atau tempat duduk
harus nyaman dan posisi kaki tidak boleh menggntung.
Agar perut tidak tersenggol oleh setir, ada baiknya pasangi bantal di depan perut
yang akan berfungsi sebagai peredam. Memilih sabuk pengaman yang baik
yakni yang bersifat elastis dan dapat mengikuti gerak dan bentuk tubuh
sekaligus bila mobil direm mendadak sabuk ini mampu menyentak ke belkang
tanpa mengganggu kehamilan.
Selewat usia kehamilan 8 bulan sebaiknya ibu tidak menyetir dulu. Kalau
kondisi memaksa untuk menyetir sendiri pada usia kehamilan 8 bulan,
sebaiknya didampingi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Halaman | 40
Berdiri Terlalu Lama
Banyak ibu hmail mengalami varises, gusi berdarah atau hipotensi. Sebab saat
hamil terjadi pelebaran pembuluh darah akibat pengaruh hormone progesterone.
Ibu hamil yang mengalami hipotensi berdiri terlalu lama, bisa beresiko terjatuh
dan mengakibatkan trauma pada kandungannya, terjadi karena perfusi jaringan
berkurang. Pusing dan pandangan yang gelap karena suplai darah ke otak yang
berkurang.
Tidak ada patokan berapa lama waktu maksimal ibu hamil boleh berdiri, hanya
yang bersangkutan yang dapa mengetahuinya. Kalau sudah merasa pusing dan
gelap ibu disarankan mencari tempat yang nyaman untuk duduk atau beristirahat
sejenak.
Mengenakan Sepatu Berhak Tinggi
Penggunaan sepatu berhak tinggi tentu berbahaya karena mengganggu
konsentrasi titik berat badan atau keseimbangan berat badan yang condong ke
depan dan beresiko jatuh karena membawa beban janin. Kalaupun ibu hamil
berhasil menyeimbangkan tubuhnya dengan cara menekuk punggung ke
belakang, cara ini cepat membuat ibu pegal-pegal, capek serta tungkai bawah
akan mudah kram karena harus menopang bobot tubuh yang semakin berat.
Sebaiknya menggunakan sepatu berhak rendah karena menghindari resiko jatuh.
2.2.6 Menempuh Perjalanan Jauh
Yang perlu diperhatikan :
o Ibu hamil jangan terlalu capek atau kelelahan. Memicu konstraksi dini.
o Ibu hamil jangan sampai kekurangan cairan / dehidrasi (secara ilmiah,
kebutuhan minum ibu hamil 1,5 liter / 24 jam).
o Otot rahim dapat mengerut akan menyebabkan kontraksi.
o Jika ibu hamil lelah, disarankan berhenti sejenak dan beristirahat.
o Berdasarkan pertimbangan medis, kandungan usia 36 minggu tidak boleh
bepergian naik pesawat atau kapal karena dikhawatirkan kalahiran bias terjadi
setiap saat selama perjalanan.
o Naik pesawat bila kondisi udara buruk, ibu menjadi stress.
Melukis
Halaman | 41
Aktivitas melukis tetap bisa dilakukan selama hamil, tetapi jangan terlalu lama /
berlebihan, misalnya sepanjang hari. Cukup 1-2 jam setiap hari karena
dikhawatirkan selama melukis bau cat dapat terhirup dalam waktu lama.
Sebaiknya melukis dilakukan di udara terbuka untuk mengurangi terekspos
terlalu lama dengan cat.
Bekerja di Depan Komputer
Bekerja di depan komputer boleh saja tetapi jangan terlalu lama. Sebaiknya
setiap 1-2 jam melakukan kegiatan lain, seperti jalan-jalan sebentar atau
menggerakkan anggota badan agar tidak muncul keluhan sakit pinggang.
Mandi Malam
Boleh saja mandi malam asal tidak sampai kedinginan. Bila tidak ingin mandi,
minimal membasuh dengan washlap, membersihkan daerah kemaluan,
membersihkan daerah lipatan kulit dan mengganti pakaian dalam karena bisa
timbul jamur karena wanita hamil sering berkeringa
2. Apa makna klinis mudah lelah?
Jawab:
Defisiensi zat besi akan menyebabkan berkurangnya jumlah hemoglobin di
dalam tubuh. Hal ini (berkurangnya hemoglobin) bersamaan dengan
berkurangnya jumlah sel darah merah akan menyebabkan rendahnya
oksigenasi selular. Keadaan tersebut akan menyebabkan penurunan jumlah
energi yang dihasilkan karena dalam proses pembentukan energi yang cukup,
dibutuhkan oksigen yang memadai. Rendahnya energi ini akan menyebabkan
perasaan lemas atau lemah pada pasein.
Defisiensi besi menimbulkan penurunan fungsi mioglobin,enzim sitokrom dan
gliserofosfat oksidase, menyebabkan gangguan glikolisis yang berakibat
penumpukan asam laktat sehingga mempercepat kelelahan otot.
g. Masalah 7: General examination.
1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?
Jawab:
Halaman | 42
Hasil Pemeriksaan Normal Interpretasi
Height: 150cm
Weight: 45 kg
IMT = 18 - 25 Normal (untuk yang tidak hamil)
Pada kehamilan, BB ideal sebelum
hamil + (usia kehamilan × 0,35)
BB ideal sebelum hamil = TB-105
(Tapi rumus ini belum tahu
validitasnya).
Blood Pressure:
126/73 mmHg
120/80 mmHg Normal
Pulse: 92x/menit 60-100x/menit Normal
RR: 22x/menit 18-24x/menit Normal
Konjungtiva
palpebra terlihat
pucat
(-) pucat Anemia
Periksa luar : Bagian
keras teraba di sisi
kanan abdomen ibu
bagian keras teraba pada sisi kanan ibu
berarti bahwa punggung janin berada
di sebelah kanan uterus. (Leopold II)
Mekanisme :
Konjungtiva palpebra pucat
Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritopoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi
yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter
darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada
anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi ini akan bermanifestasi sebagai
konjungtiva pucat yang diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke jaringan perifer
karena tubuh akan mengutamakan perfusi ke organ-organ internal.
2. Berapa pertambahan berat badan normal pada ibu hamil?
Jawab:
Normalnya, berat badan akan bertambah sebanyak 12-15 kg selama kehamilan.
Pada trimester ke-2 janin akan tumbuh hingga 10 gram per hari. Pada minggu ke
Halaman | 43
16 bayi akan tumbuh sekitar 90 gram, minggu ke-20 sebanyak 256 gram,
minggu ke 24 sekitar 690 gram, dan minggu ke 27 sebanyak 900 gram.
Beberapa sumber menggolongkan kenaikan berat badan normal saat hamil
berdasarkan indeks masa tubuh Anda sebelum masa kehamilan, seperti berikut
ini:
Kriteria Kenaikan Berat Normal Badan Pada Ibu Hamil:
1. Ibu hamil yang sebelumnya memiliki berat badan underweight dengan
indeks massa tubuh (BMI) kuang dari 18,5 maka peningkatan berat badan
dikatakan normal bila bobotnya bertambah 13 sampai 18 kg.
2. Ibu hamil yang sebelumnya memiliki berat badan normal dengan indeks
massa tubuh (BMI) antara 18,5 dan 24,9 maka peningkatan berat badan
dikatakan normal jika bertambah 11 hingga 16 kg.
3. Pada ibu overweight dengan indeks massa tubuh (BMI) antara 25 dan 29,9
maka peningkatan berat badan dikatakan normal bila ibu hamil bobotnya
bertambah 7 sampai 11 kg.
4. Ibu yang mengalami obesitas sebelum hamil dengan indeks massa tubuh
(BMI) lebih dari 30 maka peningkatan berat badan dikatakan normal bila
pada saat hamil bobotnya bertambah 5 sampai 9 kg.
Idealnya, berat badan calon ibu saat mulai kehamilan berkisar antara 45 sampai
65 kg. Calon ibu yang memiliki berat badan yang kurang (underweight) atau
berlebih (overweight) dapat menimbulkan risiko pada ibu maupun janin dalam
kandungan. Berat badan yang berlebih (overweight) bisa menimbulkan
berbagai dampak negatif terhadap ibu dan janin baik selama hamil, persalinan,
maupun setelah proses persalinan.
Halaman | 44
h. Masalah 8: Laboratorium Examination .
1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan
laboratorium?
Jawab:
Pemeriksaan Pada Kasus Nilai Normal Intepretasi
Hemoglobin 7,8g/dl >11 g/dl Anemia derajat
Halaman | 45
sedang
MCV 68 fl 74,4-95,6 fl Anemia mikrositer
MCHC 28 g/dl 32-35 g/dl Anemia hipokrom
mikrositer
Serum Iron 32 ug/dL 80-160 ug/dL ADB
TIBC 510 mg/dL 250-400 mg/dL ADB
WBC 11.200 6000-16.000 Normal
trombosit 237.000 150.000-400.000 Normal
Urinalisis (-) (-) Normal, tidak ada
proteinuria
Hb 7,8 g/dL (Intepretasi : Anemia/ normal 10,5 – 11 g/dl)
Pada kehamilan, konsentrasi Hb menurun akibat hemodilusi, mencapai titik
terendahnya pada saat usia kehamilan 32 minggu; rata-rata konsentrasi Hb turun
sebanyak 1,5 – 2 g/dl. Konsentrasi Hb turun meskipun terdapat kenaikan masa
eritrosit sebanyak 300 ml, dan disebabkan karena meningkatnya volume plasma
sebanyak 1 liter (hemodilusi). Selain itu anemia pada kasus ini juga disebabkan
akibat defisiensi yang disebabkan intake yang tidak adekuat.
MCV = 68 (Intepretasi : Mikrositik) normal 81 – 99 fL
Sehingga intepretasi = dibawah normal atau mikrositik. MCV yang rendah
dapat ditemukan pada kelainan anemia deficiency Fe, Talasemia, Anemia
penyakit kronis.
MCHC = 28 (Interpretasi : hipokrom)
Konsentrasi hemoglobin sel rerata memilik nilai normal 32-36 %. Fungsi utama
besaran ini adalah dalam menegakan diagnosis defisiensi zat besi.
Iron serum = 32 µg/dL Rentang normal 50-150
Kadar turun pada : defisiensi besi, infeksi kronis, dan keganasan
Halaman | 46
TIBC = 510 µg/dL
Rentang normal 240 – 360 µg/dL. Kapasitas mengikat besi total meningkat pada
defisiensi besi dan kehamilan, tetapi mungkin normal atau menurun pada
penyakit kronis dan malnutrisi.
Malnutrisi absorbsi besi dari usus untuk membentuk hemoglobin <<
menurunnya cadangan zat besi serum iron << ferritin << TIBC >>
WBC=11.200/L normal
Platelet= 237.000 normal
i. Masalah 9
1. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang apa saja
yang diperlukan?
Jawab:
Presentasi bokong dapat didiagmosis melalui:
Pemeriksaan luar (abdomen)
1. Inspeksi: Abdomen tampak membesar pada kedua sisi
2. Palpasi :
Leopold I : Daerah fundus uteri teraba keras dan bulat, dengan balotemen
positif yang menandakan kepala.
Leopold II : Menentukan punggung janin yang berada disalah satu sisi
pada abdomen dan bagian yang kecil di sisi yang lain.
Leopold III : Terabanya bokong menuju ke pintu atas panggul. Bokong
dapat digerakkan diatas pintu atas oanggul jika belum masuk panggul (engage)
Leopold IV : Menunjukan bagian yang turun pada pintu atas panggul.
Setelah janin masuk panggul (engagement), bokong terfiksasi di dalam simfisis.
3. Auskultasi: Denyut jantung fetus biasanya terdengar keras pada punggung fetus
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Pemeriksaan dalam :
Halaman | 47
Dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum,
kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu
jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang
lebih sama dengan telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin
mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit membedakan bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan
otot, sedangkan jari yang dimasukkan mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong.
Pemeriksaan penunjang :
Konfirmasi terbaik pada dugaan presentasi bokong adala dengan pemeriksaan
sonografi. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi mengenai tipe dari
presentasi bokong dan sudut leher. Pemeriksaan sonografi juga dapat memberi
informasi lain seperti:
Derajat fleksi dan ekstensi dari kepala
Perkiraan berat janin
Kelainan kongenital
Volume cairan amnion
Posisi tali pusat
Lokasi plasenta
Metode lain adalah CT scan untuk memberikan penilaian panggul, dan
MRI untuk menilai kapasitas dan struktur panggul. Pemeriksaan dengan
pelvimetri radiografik untuk membantu mnentukn cara pelahiran pada
presentasi bokong masih kontroversial.
2. Apa differential diagnosis dan working diagnosis dari kasus ini?
Jawab:
Differential diagnosis presentasi bokong adalah:
Halaman | 48
a. Apabila yang diduga adalah presentasi bokong tipe Frank, bila dalam
palpasi teraba anus, maka kemungkinan ada dilatasi servikal kecil.
b. Presentasi bokong dan presentasi wajah bisa membingungkan
c. Anomali fetus bisa mempersulit penentuan:
Presentasi bokong dengan teratoma sakrikoksigeal
Anensefali
DD Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan :
a. Anemia fisiologis kehamilan
b. Anemia Megaloblastic
Defisiensi asam folat
Defisiensi vit B 12
c. Anemia Penyakit kronis
Chronic renal disuse (defisiensi EPO)
Pyelonefritis
d. Hemoglobinopathi
Penyakit sel sabit
Talasemia
e. Anemia hemolitik
Didapat (autoimun, dipicu obat-obatan, paroksismal nokturnal
hemoglobinuria)
Genetik (sperositosis herediter, defek enzim sel darah merah)
3. Apa etiologi pada kasus ini?
Jawab:
Etiologi Letak Sungsang
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, multiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus
(malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
Halaman | 49
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan
didaerah fundus. Kelainan fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti
malformasi CNS, massa dileher, aneuploidi.
Etiologi Anemia Defisiensi Besi Pada Kehamilan
ADB merupakan penyebab anemia paling sering dalam kehamilan. Sekitar 95%
wanita hamil dengan anemia mengalami ADB karena menstruasi yang terlalu
banyak atau kehilangan besi akibat kehamilan sebelumnya. ADB juga termasuk
jenis anemia yang tidak dapat ditentukan yang paling sering terjadi, tanpa
memandang morfologi sel.
Kehamilan meningkatkan kebutuhan total besi ibu hamil. Dari ±1 gram (4-5
mg/dl) unsur besi yang diperlukan, 300 mg untuk janin dan plasenta dan 700 mg
ditambahkan ke hemoglobin ibu. Sekitar 200 mg besi hilang akibat perdarahan
selama dan setelah melahirkan. Untungnya, sekitar 500 mg besi dari sisa (proses
metabolisme) sel darah merah ibu dikembalikan ke simpanan besi post partum.
Sehingga, ibu kehilangan sekitar 500 mg besi dalam setiap kehamilan viabel.
Kehamilan berulang, terutama dengan interval pendek, dapat menyebabkan
defisiensi besi yang berat. Banyak wanita yang anemis sebelum hamil,
kebutuhan besinya tidak pernah terkejar selama kehamilan atau setelahnya
karena simpanan besinya tetap rendah.
Etiologi Perdarahan Post Partum
Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa
plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar
perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang
keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus
genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara
lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks
uteri.
4. Bagaimana epidemiologi dari kasus ini?
Jawab:
Halaman | 50
Epedemiologi breech presentation
Dengan insidens 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan
cukup bulan (> 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai.Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang
ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur
kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi
sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi
pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada
kehamilan aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal
dari tahun 1990 sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang.
Epidemiologi ADB pada bumil
Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar
63,5%. Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada
trimester II didapati 23 (74 %) menderita anemia, dan 13 (42 %) menderita
kekurangan besi.
Penelitian Thanglela dkk (1994) di India dari 1040 wanita hamil didapatkan
70,4% menderita anemia, dengan distribusi 23% anemia ringan, 38,2% anemia
sedang dan 9,2% anemia berat8 , Desai (1995) mendapatkan prevalensi anemia
pada kehamilan 62% 9, sedangkan Abel dkk (1998) mendapatkan anemia
defisiensi besi pada kehamilan 70,3%. 5
5. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini?
Jawab:
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah
dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis
dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah
6. Apa saja faktor resiko pada kasus ini?
Halaman | 51
Jawab:
Faktor Risiko Breech Presentation :
- Multiparitas,
- Prematuritas
- Hamil kembar,
- Hidramnion,
- anomali janin (hidrosefalus, anensefali)
- Plasenta previa,
- Panggul sempit,
- Mioma uteri,
- riwayat presentasi bokong sebelumnya
Faktor risiko Anemia :
- Rendahnya asupan nutrisi (terjadi defisiensi nutrisi)
- Gangguan absorbsi
- Faktor usia.
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 –35 tahun.
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan
anemia.
- Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan
kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan
nutrisi janin yang dikandung.
- Faktor Sosioekonomi :
Status Sosioekonomi rendah
RAS
Pendidikan yang rendah
Perawatan prenatal yang terlambat
Penggunaan zat (alcohol, tembakau)
- Kondisi Medis :
Hemoglobinopati
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Penyakit paru-paru
Halaman | 52
Faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum :
Persalinan lama
Persalinan dengan alat bantu
Persalinan yang terlalu cepat
Memiliki riwayat perdarahan pasca persalinan
Episiostomi (mediolateral>midline)
Preeklamsia
Overdistensi uterus
· Multiple gestasi atau multiparitas
· Makrosomia
· Hydramnion
Persalinan dengan forcep atau operasi
Etnis asia atau hispanik
Korioamnionitis
Plasenta previa
Plasenta accerata.
7. Bagaimana patofisiologi kasus ini?
Jawab:
Pada ibu multipara dapat terjadi gangguan pada lapisan oblique miometrium.
Yang mungkin dapat mempengaruhi bentuk uterus karena tonus dan kontraksi
yang melemah. Bentuk dan tonus uterus yang terganggu dapat mempengaruhi
posisi janin intrauterin karena pada kondisi uterus yang normal, posisi janin
akan mengikuti bentuk uterus dimana bagian fundus yang lebih luas akan
ditempati oleh bagian janin yang lebih luas yaitu bokong dan kaki sedangkan
kepala akan berada di bagian bawah uterus.
Letak Janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di
Halaman | 53
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
berada dalam posisi sungsang.
Selain itu, multiparitas dapat menjadi penyebab terjadinya perdarahan
postpartum. Pada multiparitas, uterus yang lemah akibat banyak melahirkan
anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. Perdarahan
post partum secara fisiologis diatur oleh kontraksi serabut-serabut miometrium
yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi
plasenta. Akan tetapi, akibat multiparitas yang menyebabkan lemah nya uterus
dan bisa mengakibatkan terjadinya atonia uteri dimana serabut-serabut
miometrium tersebut tidak berkontraksi. Akibatnya terjadilah perdarahan post
partum.
8. Bagaimana pencegahan pada kasus ini?
Jawab:
Pencegahan ADB
Empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi yaitu:
1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
2. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi
melalui makanan
3. Pengawasan penyakit infeksi
4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah
anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi
saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100
dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali.
Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan
Halaman | 54
yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin
( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum
(oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per
bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara intramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral
ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada
daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil
haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet
sehari selama masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk
makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak
mineral serta vitamin (Sasparyana, 2010 ; Wiknjosastro 2005).
Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat
adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi
60 mg) dan asam folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyarapannya ( Depkes RI, 2009). Menurut Shafa (2010) kebutuhan Fe selama
ibu hamil dapat diperhitungkan untuk peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr,
pembentukan plasenta 300 mgr, pertumbuhan darah janin 100 mgr. Sloan et al. (
1992) ; cook & Redy ( 1996), dan Yp ( 1996) dalam Galegos (2000)
membuktikan bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin
selama kehamilan. Sedangkan Brien et al. ( 1999) menyatakan dengan suplemen
Fe dibuktikan serum feritin lebih meningkat secara signifikan disamping itu
serum besi lebih tinggi ditemukan pada kelompok pemberian Fe dibandingkan
kelompok control.
Halaman | 55
Pencegahan Breech Presentation
Konseling Alat kontrasepsi dan membatasi jumlah kelahiran
a. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banya dipakai oleh
akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik 28%, pil 13% dan implant
4% atau jika ditotal sekitar 15,2 juta perempuan usia reproduktif menggunakan
kontrasepsi hormonal. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progestin atau
campuran keduanya.
Saat ini makin banyak metode yang bisa dipilih dalam menggunakan
kontrasepsi hormonal selain suntik, pil yang diminum dan implan/susuk yaitu
kontrasepsi hormonal dalam rahim (dimasukkan dalam IUD), transdermal patch
(seperti koyo), vaginal ring (kondom wanita), kontrasepsi emergensi (pil KB
darurat setelah berhubungan).
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR atau yang lebih dikenal dengan IUD atau spiral yajuga banyak digemari.
Beberapa alasannya adalah penggunaannya yang jangka panjang, tidak
mengganggu produksi ASI serta tidak memerlukan upaya tertentu untuk
mempertahankan AKDR ini bertahan di dalam rahim.
Banyak jenis AKDR yang pernah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah
bentuk spiral tapal kuda, copper T. Saat ini telah dikembangkan metode terbaru
dari AKDR yang dapat mengeluarkan hormon progestin levonogestrol dari
tangkainya. AKDR yang populer dengan nama lenovogestrel intrauterine
system (LNG-IUS) ini memberikan efek lokal pada daerah rahim (uterus) dan
sekitarnya. Manfaat kontrasepsinya sangat baik dengan indeks “pearl” mencapai
0.09 dan bisa bertahan selama 5 tahun dengan efek samping cukup minimal.
c. Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
Kontrasepsi mantap adalah pilihan untuk mengakhiri kehamilan, biasanya
dianjurkan untuk ibu yang sudah memiliki cukup anak dan usia di atas 35 tahun
dan harus dipilih dengan sukarela oleh akseptor. Pada tubektomi, dilakukan
pemotongan tuba atau saluran yang berfungsi sebagai jalan lewat sel telur dari
ovarium ke dalam rahim.
Halaman | 56
d. Kontrasepsi mantap pria (vasektomi)
Vasektomi sebagai cara mantap kontrasepsi pria yang sangat efektif melindungi
istri dari kehamilan dengan tingkat kegagalan 0.1 per 100 perempuan dalam
tahun pertama. Vasektomi berarti pemotongan vas deferens (saluran tempat
keluarnya sperma dari testis). Mengakhiri kesuburan dan pilihan menjalani
vasektomi harus secara sukarela, bahagia dan sehat. Untuk menilai 3 syarat
tersebut, maka setiap calon akseptor vasektomi harus menjalani konseling dan
seleksi kelayakan medik pratindakan.
9. Bagaimana tatalaksana kasus ini?
Jawab:
Tidak termasuk dalam Indikasi transfuse darah
Penggantian sel darah merah pada pasien anemia (transfuse) :
- Hb <7 g/dL
- Hb <10 g/dL dengan gejala anemia dan atau tanda vital tidak stabil
Tatalaksana ADB
o Untuk kadar Hb dibawah 9gr/dl diberikan Ferrous sulfat 60mg/hr 3X1 tablet
selama 9 minggu sampai hb naik menjadi 11 gr/dl dan siap untuk persalinan
normal
o Diberikan juga vitamin C untuk meningkatkan absorbs Fe sebanyak 3 X 100
mg/ hari
Peparat zat besi oral adalah : Ferrous sulfonat, glukonat dan fumarat. Prinsip
pemberian terapi zat besi oral, Tidak boleh dihentikan setelah hemoglobin
mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan selama 2-3 bulan lagi untuk
memperbaiki cadangan besi. Maurer menganjurkan pemberian zat besi selama
2-3 bulan setelah hemoglobin menjadi normal. Beutler mengemukakan bahwa
yang penting dalam pengobatan dengan zat besi adalah agar pemberiannya
diteruskan dahulu sampai morfologi darah tepi menjadi normal dan cadangan
besi dalam tubuh terpenuhi. Sebelum dilakukan pengobatan harus
dikalkulasikan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya
Hemoglobin sebelumnya adalah 7,8 gr / dl, maka kekurangan Hemoglobin
Halaman | 57
adalah 11 – 7,8 = 3,2 gr / dl, sehingga kebutuhan zat besi adalah: 3 x 200 mg.
Kebutuhan besi untuk mengisi cadangan adalah 500 fig, maka dosis Fe secara
keseluruhan adalah 600+500=1100 mg.
Fero sulfat : 3 tablet / hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe
Fero glukonat : 5 tablet / hari, a 300 mg mengandung 37 mg Fe.
Fero fumarat : 3 tablet / hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe.
Efek samping: Konstipasi, berak hitam, mual dan muntah.
Respon : hasil yang dicapai adalah Hb meningkat 0,3-1 gr per-minggu,
Biasanya dalam 4-6 minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai yang
diharapkan, peningkatan biasanya dimulai pada minggu ke 2. Peningkatan
retikulosit 5-10 hari setelah pemberian terapi besi bisa memberikan bukti awal
untuk peningkatan produksi sel darah merah.
Tatalaksana Breech Presentation
Halaman | 58
(Ilmu Kebidanan, Sarwono. Hml 594)
1. Lakukan pemeriksaan dan pemantauan sampai janin usia 34 minggu dan nilai ,
bila tidak ada kontraindikasi persalinan pervaginal ( seperti hiperekstensi kepala
janin, presentasi bokong dan kaki, persetujuan pasien, berat badan bayi > 3.600
gram) apabila memenuhi persyaratan dimintakan informed consent untuk
dilakukan versi luar
2. Lakukan Non Stres Test, lalu Ubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
versi luar dengan menggunakan teknik penekanan dan maneuver pada perut ibu.
3. Bila Berhasil maka dilakukan persalinan pervaginal sesuai dengan posisi bayi
( melahirkan bokong dan kaki, melahirkan lengan di depan dada, melahirkan
lengan di atas kepala atau dibelakang leher/ maneuver lovset, melahirkan
kepala/ maneuver mauriceau-smellie-veit)
4. Bila persalinan pervaginal lambat atau gambaran CTG abnormal maka lakukan
bedah sesar, atau bila versi luar gagal lakukan bedah Sesar
5. Kala III dan Pasca Prosedur
Halaman | 59
- Manajeman aktif kala III untuk melahirkan plasenta (oksitosin 10 unit IM, traki
terkendali tali pusat, dan masase uterus setelah plasenta lahir)
- Periksa robekan pada jalan lahir dan penjahitan luka episiotomy
- Buang sampah yang terkontaminasi
- Cuci tangan
- Buat laporan tindakan
- Pengamatan pasca persalinan.
SYARAT PARTUS PERVAGINAM PADA LETAK SUNGSANG :
- janin tidak terlalu besar
- tidak ada suspek CPD
- tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara
dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.
taksiran berat janin : 33 – 12 x (155) = 3255 gram
SYARAT PIMPINAN MENERAN KALA II PADA PERSALINAN LETAK
SUNGSANG :
1. pembukaan lengkap
2. bokong terletak di Hodge III atau lebih
3. ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap
4. diyakini tidak ada prolaps tali pusat
Indikasi Persalinan Caesar :
1. Janin berukuran besar
2. Setiap derajat kontraksi atau bentuk pelvis tidak wajar
3. Kepala janin hiperekstensi
4. Ketika pesalinna diindikasikan pada keadaan tidak ada persalinna sponan
5. Disfungsi uterus
6. Presentasi bokong inkomplet atau kaki
7. Janin kurang bulan yang tampak sehat dan viable dengan ibu yang mengaam
persalinan aktf atau diindikasikan untuk melahirkan
8. Restriksi pertumbuhan janin yang berat
9. Riwayat kematian perinatal atau mengalami trauma pelahiran
10. Permintaan untuk sterilisasi
11. Kurangnya operator yang berpengalaman.
Halaman | 60
10. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
Jawab:.
Komplikasi presentasi bokong :
a) Komplikasi pada ibu
- Perdarahan
- Robekan jalan lahir
- Infeksi
b) Komplikasi pada bayi
Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- kematian bayi karena asfiksia berat.
Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang
dasar kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata,
hidung atau telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
Infeksi, dapat terjadi karena :
- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
Komplikasi Anemia pada kehamilan :
Bayi berat lahir rendah
Hipoksia janin
Gangguan pertumbuhan janin intrauterine
Berbagai kesulitan dalam persalinan
Komplikasi Malnutrisi pada Kehamilan :
Anemia kehamilan
Berbagai kelainan congenital
Halaman | 61
Gangguan pertumbuhan janin intrauterine
Bayi berat lahir rendah
Kematian janin intrauterin
11. Bagaimana prognosis kasus ini?
Jawab:
Ibu: dubia ad bonam
Janin: dubia ad bonam
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat
menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus
lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi
tidak menunjukan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru
beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.
12. Bagaimana SKDI pada kasus ini?
Jawab:
Presentasi Sungsang : KDU 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti
sesudahnya
ADB : KDU 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.
Halaman | 62
IV. Hipotesis
Seorang ibu 26 tahun dengan kehamilan Grande multipara dengan mal presentasi janin
dengan anemia defisiensi besi dengan riwayat PPH.
V. Learning Issue
Malpresentasi
Anemia
Fetal heart rate
VI. Sintesis
MALPRESENTASI
Faktor yang mempengaruhi malpresentasi:
Faktor maternal dan uterus : panggul sempit, neoplasma, kelainan uterus, pada uterus
bicornis, kelainan letak dan besarnya plasenta. Keadaan seperti plansenta previa
disertai dengan kedudukan janin yang tidak baik.
1. Faktor janin : bayi yang besar, kesalahan dalam dalam prioritas janin
misalnya pada presentasi bokong atau letak lintang, sikap janin: tidak
fleksi tapi ekstensi, kehamilan ganda, kelaina janin : hidrosefalus dan
anenchepalus, hydramnion.
Pengaruh malpresentasi:
1. Pengaruh pada ibu : karena diperlukan kerja otot uterus dan perut yang
lebih besar dan karena persalinan sering berjalan lama, perineum dsn
jaringan lunak lebih teregang sehingga lebih banyak terjadi robekan,
perdarahan lebih banyak berasal dari robekan uterus, cervix, dan vagina
dan tempat perlekatan plasenta.
Insidensi infeksi lebih tinggi, disebabkan oelh:
Ketuban pecah awal
Perdarahan banyak
Kerusakan jaringan
Pemeriksaan vaginal dan rectal yang sering
Halaman | 63
Pasien mengeluh kesakitan sebelum uterus mengeras dan masih
terus merasakan nyeri setelah uterus relaksasi.
Paresis usus dasn vesica urinaria menambah penderitaan pasien.
2. Pengaruh pada janin : janin tidak sempurna menyesuaikan diri dengan
panggul sehingga lebih melewati panggul dan menyebabkan perputaran
(moulage) berlebihan. Persalian yang lama berpengaruh lebih berat untuk
janin, mengakibatkan insidensi yang lebih tinggi. Insidensi tindakan yang
juga lebih tinggi memperbesar bahaya trauma pada bayi. Tali pusat
membumbung lebih sering terjadi.
Presentasi sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kacum uteri. Presentasi sungsang
terjadi bila panggung atau ekstremitas bawah janin berada di pintu atas panggul.
Dengan insidensi kejadian 3-4%
Klasifikasi Presentasi Sungsang
4. Frank breech /bokong murni (50-7-%) ekstremitas bawah mengalami fleksi
pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga kaki terletak
berdekatan dengan kepala.
5. Complete breech/bokong sempurna (5-10%) satu atau kedua kaki atau lutut
dalam keadaan fleksi.
6. Foot lign atau incomplete /presentasi kakai (10-30%) satu atau kedua kaki atau
lutut terletak dibawah bokong sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah
pada jalan lahir.
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan BB janin <2500g :
40% adalah FrankBreech, 10% adalah complete breech, dan 50% adalah
foot ling breech
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan BB janin >2500g:
adalah 65% frank breech, 10% adalah complete breech, dan 25% adalah
foot ling breech.
Halaman | 64
Etiologi:
⁻ Kehamilan prematur
⁻ Hidramnion, ologohidramnion
⁻ Kelainan uterus (uterus bicornu atau uterus septum)
⁻ Tumor panggul
⁻ Riwayat presentasi bokong
⁻ Multipara
⁻ Panggul sempit
⁻ Hidrosepalus, anensepalus
⁻ Kehamilan kembar
Penyulit
⁻ Morbiditas dan motalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit
⁻ BBLR pada kehamilan preterm, pertumbuhan terlambat atau keduanya
⁻ Prolaps tali pusat
⁻ Plasenta previa
⁻ Anomali janin, neonatus dan bayi
⁻ Anomali dan tumor uterus
Diagnosis
Halaman | 65
⁻ Palpasi dan balotement leopold I: teraba kepala (balotement) di
fundus uteri
⁻ Vaginal toucher: teraba bokong yang lunak dan irregular
⁻ X-ray: dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan
ini penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah
kehamilan serta adanya kelainan kongenital.
⁻ USG : presentasi janin, ukuran, jumlah kehamilan, lokasi plasenta,
jumlah cairan amnion, malforasi jaringan lunak atau tulang janin.
Penatalaksanaan:
1. Pemeriksaan:
Halaman | 66
⁻ Pasien harus dirawat di RS bila terdapat tanda persalinan atau
terjadi ketuban pecah (dikhawatirkan terjadi prolaps tali pusat)
⁻ Di RS dilakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan jenis
persalian sungsang –fleksi kepala janian –kelainan kongenital
⁻ Lakukan anamnesi dan pemeriksaan untuk menentukan keadaan
ibu dan anak
⁻ Tentukan cara persalinan yang dipilih
2. Pemantauan kesehatan janin
⁻ Selama persalinan, bila mungkin lakukan pemantauan detak
jantung janin secara terus-menerus (electronic fetal heart rate
monitoring)
3. Oksitosin drip
Digunakan bila kontraksi uterus tidak memuaskan dengan pengawasan
pada ibu dan anak secara ketat.
Persalinan
Penentuan cara persalinan;
Halaman | 67
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila Zatuchni
Andros Breech Scoring antara 0-4. Persalinan sungsang perabdominal
dengan sectio caesarea saat ini lebih sering dilakukan.
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr
% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,
2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada
ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi
hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Penyebab anemia pada ibu hamil
Umunya;
kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit –
penyakit kronik (Mochtar, 2004).
Faktor resiko
Halaman | 69
Umur yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun
dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun
secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia
> 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu
pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan
Wahyuddin, 2004).
kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe
Pemeriksaan Antenatal minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada
trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.
Multipara
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini
dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum
optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro,
2005; Mochtar, 2004).
Gejala anemia pada ibu hamil
Lemah, Pucat, Mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu
dicurigai anemia defisiensi besi.
Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).
Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 11,00 gr
%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu
dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:
⁻ Tidak anemia : Hb >11 gr%,
⁻ Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%,
⁻ Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%,
⁻ Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009).
Halaman | 70
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara
oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini
baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan
darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan
trimester III ( Depkes , 2009; Kusumah, 2009 ).
Metoda Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh International Committee for
Standardization in Hemathology (ICSH). Menurut cara ini darah dicampurkan dengan larutan
drapkin untuk memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian
diukur pada 540 mm dalam kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Cara penentuan Hb
yang banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukupsederhana tapi
ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO (Masrizal,
2007).
Prevalensi anemia kehamilan
Diketahui bahwa 10% - 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada kehamilannya. Di
dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada di negara sedang berkembang
(WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Prevalensi anemia pada ibu hamil di Negara berkembang
43 % dan 12 % pada wanita hamil di daerah kaya atau Negara maju ( Allen, 2007 ). Di
Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5% dengan rata-rata
63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6% ( Syaifudin, 2006). Di Bali prevalensi
anemia pada ibu hamil tahun 2007 yaitu 46,2 % (Ani dkk, 2007) Di RSUD Wangaya Kota
Denpasar ibu hamil aterm dengan anemia 25,6 % ( CM. RSUD Wangaya, 2010). Tingginya
prevalensi anemia pada ibu hamil sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Saifudin, 2006 dan Saspriyana, 2010).
Kematian ibu akibat anemia di beberapa Negara berkembang berkisar 27 per kelahiran hidup
( KH ) di India, dan 194 per 100 000 kelahiran hidup di Pakistan ( Allen, 2007 ). Menurut
WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.
(Saifudin, 2006 dan Saspriyana, 2010). Sedangkan di Kota Denpasar tahun 2008 kematian
ibu 42 per KH dan 20 % disebabkan oleh karena anemia (Profil Kesehatan Kota Denpasar ,
2008 ). Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya prevalensi
anemia pada ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zatbesi untuk
pembentukan haemoglobin. Keadaan kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak janin ( Depkes ,
2009) .
Halaman | 71
Transfer zat besi ke janin
Menrut Allen ( 2007) Transfer zat besi dari ibu ke janin di dukung oleh peningkatan
substansial dalam penyerapan zat besi ibu selama kehamilan dan diatur oleh plasenta. Serum
fertin meningkat pada umur kehamilan 12 – 25 minggu, Kebanyakan zat besi ditransfer ke
janin setelah umur kehamilan 30 minggu yang sesuai dengan waktu puncak efisiensi
penyerapan zat besi ibu. Serum transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk
transferin reseptor yang terletak pada permukaan apikal dan sinsitiotropoblas plasenta,
holotransferin adalah endocytosied ; besi dilepaskan dan apotransferin dikembalikan ke
sirkulasi ibu. Zat besi kemudian bebas mengikat fertin dalam sel – sel plasenta yang akan
dipindahkan ke apotransferrin yang masuk dari sisi plasenta dan keluar sebagai
holotransferrin ke dalam sirkulasi janin. Plasenta sebagai transfortasi zat besi dari ibu ke
janin. Ketika status gizi ibu yang kurang, jumlah reseptor transferrin plasenta meningkat
sehingga zat besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan ditransfortasi untuk janin serta zat
besi yang berlebihan untuk janin dapat dicegah oleh sintesis plasenta fertin.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
⁻ keguguran (abortus),
⁻ kelahiranprematurs,
⁻ persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
⁻ perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri),
⁻ syok,
⁻ infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin,
⁻ serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
⁻ Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan
(Wiknjosastro, 2005; Saifudin, 2006 ).
Pengaruh anemia pada kehamilan.
Risiko pada masa antenatal berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban
pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah,
perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.
Halaman | 72
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah,
gawat janin (Anonim,”tt”).
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi
kordis hingga kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his primer,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena
ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer
dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan
mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et al., 2010 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan:
⁻ gangguan his-kekuatan mengejan,
⁻ Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,
⁻ Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan,
⁻ Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri,
⁻ Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
⁻ Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum,
memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis
mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae ( Shafa,
2010 ; Saifudin, 2006)
Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan,
mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup,
mengkonsumsi vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan
250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan
segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin
C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat
besi seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Halaman | 73
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum (oral) atau
dapat secara suntikan (parenteral).
⁻ Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau
Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak
1 gr% per bulan.
⁻ Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran sebanyak
1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara intramuskulus, dapat meningkatkan
hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya
berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal,
anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk (Sasparyana, 2010 ;
Wiknjosastro 2005).
Fetal heart rate
Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dalam persalinan bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas janin yang dapat terjadi akibat asidosis metabolik atau hipoksia
serebral selama persalinan. Keadaan janin yang buruk dapat terjadi selama kehamilan, tidak
hanya dalam persalinan, dengan melakukan pemantauan denyut jantung janin, diharapkan
keadaan gawat janin dapat diprediksi dini sehingga kehamilan/persalinan dapat segera
diakhiri untuk mendapatkan keadaan janin yang lebih baik.Pemantauan denyut jantung dapat
dilakukan secara intermiten (terputus) atau terus menerus (kontinyu). Pada umumnya
pemantauan kontinyu dilakukan pada janin berisiko tinggi, sedangakan pada janin yang
normal pemantauan dilakukan secara intermiten.Pemantauan DJJ intrapartum selalu
dihubungkan dengan kontraksi rahim dengan pencatatan kardiotokografi (KTG) dan disebut
juga Electronic Fetal Monitoring (EFM) , sedangkan pemantauan saat kehamilan
(antepartum) biasanya dihubungankan dengan gerakan janin yang dilakukan dengan uji tanpa
beban (NST- Non Stress Test) atau uji dengan beban (Contraction Stress Test/CST , Oxytocin
Challenge Test/OCT).
1. Frekuensi Denyut Jantung Janin Basal (Baseline fetal heart rate)
Frekuensi rata-rata denyut jantung janin, di luar akselerasi dan deselerasi, atau di antara
dua kontraksi. Ditentukan dalam periode tertentu, biasanya sekitar 5 – 10 menit. Pada janin
prematur, DJJ basal sering meningkat, namun tidak menunjukkan keadaan patologis.
Frekuensi denyut jantung basal (baseline frequency) yang normal adalah antara 110 and 160
denyut per menit (DPM). Penentuan denyut jantung janin normal 120 – 160 denyut per menit
Halaman | 74
didapatkan dari penemuan Von Winckel pada pertengahan abad ke 19, yang saat ini sudah
berubah. Kelainan frekuensi DJJ basal dapat berupa melambatnya DJJ (bradikardia) atau
peningkatan frekuensi DJJ basal (takhikardia).
Bradikardi ringan 100-109bpm
Takhikardi ringan 161-180bpm
Bradikardi abnormal <100bpm
Takhikardi abnormal >180 bpm
Dalam menentukan interpretasi KTG, pertimbangkan apakah ibu dalam keadaan kehamilan
atau persalinan, umur kehamilan, kala persalinan, presentasi fetus, malpresentasi, apakah
dilakukan augmentasi oksitosin dan pemberian obat-obatan lainnya.
1. Bradikardi
Bradikardi dapat terjadi pada keadaan:
a. Hipoksia janin yang berat/akut
b. Hipotermi janin.
c. Bradiaritmia janin
d. Pemberian obat-obatan pada ibu (propanolol, obat anesthesia lokal).
e. Janin dengan kelainan jantung bawaan
Bila bradikardi antara 100-110 disertai dengan variabilitas yang masih normal biasanya
menunjukkan keadaan hipoksia ringan dimana janin masih mampu mengadakan kompensasi
terhadap keadaan hipoksia tersebut. Bila hipoksia janin menjadi lebih berat lagi akan terjadi
penurunan frekuensi yang makin rendah (< 100 dpm) disertai dengan perubahan variabilitas
yang jelas (penurunan variabilitas yang abnormal).
2. Takhikardi
Takhikardi dapat terjadi pada keadaan :
a. Hipoksia janin (ringan / kronik).
b. Kehamilan kurang bulan (< 30 minggu)
c. Infeksi ibu atau janin.
d. Ibu febris atau gelisah.
e. Ibu hipertiroid.
f. Takhiaritmia janin
g. Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
Halaman | 75
Biasanya gambaran takhikardi tidak berdiri sendiri. Bila takhikardi disertai gambaran
variabilitas denyut jantung janin yang masih normal biasanya janin masih dalam kondisi baik.
3. . Variabilitas Basal (Amplitudo)
Adalah fluktuasi amplitudo antar Denyut Jantung Janin. Dibedakan 2 macam variabilitas,
yakni:
- Variabilitas jangka pendek (short term variability)
- Variabilitas jangka panjang (long term variability)
Variabiliti basal yang meragukan ( Non-reassuring baseline variability) yakni bila
variabilitas < 5 dpm selama 40 menit atau lebih, tetapi kurang dari 90 menit. Variabilitas
basal abnormal bila amplitudo kurang dari 5 dpm selama 90 menit atau lebih. Pada umumnya
variabilitas jangka panjang lebih sering digunakan dalam penilaian kesejahteraan janin. Bila
terjadi hipoksia otak maka akan terjadi perubahan variabilitas jangka panjang ini, tergantung
derajat hipoksianya, variabilitas ini akan berkurang atau menghilang sama sekali. Sebaliknya
bila gambaran variabilitas ini masih normal biasanya janin masih belum terkena dampak dari
hipoksia tersebut. Berkurangnya variabilitas denyut jantung janin dapat juga disebabkan oleh
beberapa keadaan yang bukan karena hipoksia, misalnya :
1. Janin tidur (keadaan fisiologik dimana aktivitas otak berkurang).
2. Kehamilan preterm (SSP belum sempurna).
3. Janin anencephalus (korteks serebri tak sempurna).
4. Blokade vagal.
5. Kelainan jantung bawaan.
6. Pengaruh abat-obat narkotik, diasepam, MgSO4 dsb.
Terdapat suatu keadaan variabilitas jangka pendek menghilang sedangkan variabilitas jangka
panjang tampak dominan sehingga membentuk ```gambaran sinusoidal. Hal ini sering
ditemukan pada :
1. Hipoksia janin yang berat.
2. Anemia kronik.
3. Fetal Erythroblastosis
4. Rh-sensitized.
5. Pengaruh obat-obat Nisentil, Alpha prodine.
4. Akselerasi
Halaman | 76
Kenaikan sementara frekuensi DJJ sebanyak 15 dpm atau lebih, selama 15 detik atau lebih.
Akselerasi terjadi akibat respons simpatis yang merupakan keadaan fisiologis yang baik
(reaktif). Dapat terjadi akibat pergerkan janin atau akibat adanya his. Dalam rekaman 20
menit, dinyatakan normal bila terdapat akselerasi 2 kali atau lebih. Dampak tidak adanya
akselerasi saja pada gambaran KTG yang normal belum diketahui.
5. Deselerasi
Penurunan frekuensi DJJ sementara sebesar 15 dpm atau lebih di bawah frekuensi DJJ basal,
yang berlangsung selama 15 detik atau lebih. Deselerasi terjadi sebagai respons parasimpatis
melalui baroreseptor dan kemoreseptor sehinga terjadi perlambatan frekuensi DJJ.
- Deselerasi dini
Perlambatan/penurunan sementara frekuensi DJJ yang seragam, berulang dan periodik, mulai
pada saat kontraksi uterus dan berakhir pada saat kontraksi uterus selesai.
Pada deselerasi dini timbul dan menghilangnya sesuai dengan his ( seperti cermin gambaran
his), penurunan frekuensi tidak lebih dari 20 dpm dan lamanya tidak lebih dari 90 detik.
Frekuensi DJJ dasar dan variabilitas masih normal.
- Deselerasi variabel.
Penurunan sementara frekuensi DJJ yang bervariasi (tidak seragam/ tidak uniform), baik saat
timbulnya, lamanya, amplitudonya dan bentuknya. Saat mulainya dan berakhirnya dapat
sangat cepat dan penurunan DJJ dapat mencapai 60 dpm. Biasanya didahului dan diakhiri
dengan akselerasi (akselerasi pra deselerasi dan pasca deselerasi). Deselerasi variabel terjadi
akibat penekanan tali pusat yang dapat disebabkan karena lilitan tali pusat, oligohidramnion
atau tali pusat menumbung. Apabila frekuensi DJJ basal dan variabilitas normal, maka
deselerasi ini tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap hipoksia janin. Merubah posisi ibu,
memberikan amnioinfusion, atau pemberian oksigen dapat memperbaiki keadaan ini.
Deselerasi variabel disebut berat apabila deselerasi mencapai 60 dpm atau lebih, frekuensi
DJJ basal turun sampai 60 dpm dan lamanya deselerasi leboh dari 60 detik ( rule of sixty).
Pada keadaan seperti ini diperlukan pengakhiran persalinan.
- Deselerasi lambat.
Penurunan sementara frekuensi DJJ yang timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi
uterus dimulai dan berakhir sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus menghilang.
Lamanya kurang dari 90 detik (rata-rata 40-60 detik), berulang pada setiap kontraksi, dan
Halaman | 77
beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus. Frekuensi dasar denyut jantung janin
biasanya normal atau takhikardi ringan, tetapi pada keadaan hipoksia yang berat dapat terjadi
bradikardi. Pada umumnya deselerasi lambat menunjukkan keadaan yang patologis. Hal
ini menunjukkan adanya hipoksia janin akibat penurunan aliran darah uteroplasenta.. Jarak
waktu antara timbulnya kontraksi dan terjadinya deselerasi sesuai dengan waktu
yang diperlukan untuk rangsangan kemoreseptor dan n. vagus. Apabila hipoksia belum
sampai menyebabkan hipoksia otak dan janin masih mampu mengadakan kompensasi
untuk mempertahankan sirkulasi otak, variabilitas DJJ biasanya masih normal. Bila
keadaan hipoksia makin berat atau berlangsung lebih lama maka jaringan otak
akan mengalami hipoksia dan otot jantungpun mengalami depresi sehingga variabilitas
DJJ akan menurun dan menghilang pada saat kematian janin intrauterin
Halaman | 78
VII. Kerangka Konsep
Halaman | 79
Ibu 26 tahun (G:5 P:4 A:0)
Breech Presentation
Malaise
Riwayat PPH
Anemia defisiensi besi
Jarak kehamilan dekat
Defisiensi nutrisi
Dizzy Mudah lelah
VIII. Kesimpulan
Seorang ibu 26 tahun (G:5 P:4 A:0) usia gestasi 31 minggu menderita presentasi bokong
mengalami anemia defisiensi besi akibat riwayat post partum haemorrhage (PPH), jarak
kehamilan dekat dan defisiensi nutrisi.
Halaman | 80
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22nd edition. Mc Graw-Hill. New York : 2005
Prawirohardjo S. Perdarahan Paca Persalinan. Dalam : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002.
Hillard, Paula J. Adams. 2008. The 5-minute Obstetrics & Gynecology Consult. Philadelphia: incott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer Business.
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari, et al. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
F. Gary Cunningham, et al. Williams Obstetric 23rd ed. 2013. Jakarta: EGC
Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. 1998. Jakarta: EGC
Prawirohardjo,Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatn Maternal
Neonatal.2002. Jakarta: JNPKKR_POGI
Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu Kebidanan. 2005.
Jakarta: Yayasan Binna Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Halaman | 81