20
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TEKANAN OSMOSIS (17 – 23 Maret 2015) ANGELIA M. R. KARUNDENG 12 300 169 ILMU KIMIA / SEM VI Jurusan Kimia

Laporan Tekanan Osmosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Universitas Negeri Manado

Citation preview

LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIATEKANAN OSMOSIS(17 23 Maret 2015)

ANGELIA M. R. KARUNDENG

12 300 169ILMU KIMIA / SEM VIJurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2015LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIAA. Judul Praktikum

: Tekanan OsmosisB. Hari/Tanggal Praktikum: Selasa Senin, 17 23 April 2015C. Tujuan Percobaan

: Mengamati tekanan osmosis sel pada larutan yang

berbeda tingkat osmosisnya.D. Dasar Teori

: Sifat penting larutan yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut disebut sifat koligatif larutan. Larutan elektrolit dan non-elektrolit merupakan dua jenis larutan. Larutan elektrolit akan terurai menjadi ion-ion dan larutan non-elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Jadi, meskipun konsentrasi larutan elektrolit dan non-eletrolit tersebut sama tetapi jumlah partikel dalam kedua larutan tersebut tidaklah sama. Osmosis merupakan gerakan bersih molekul pelarut melewati membrane semipermeable dari pelarut murni atau dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat. Membara semipermeable ini memungkinkan molekul pelarut melewatinya tetapi menghalangi lewatnya molekul terlarut.Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis disebut tekanan osmosis (osmotic pressure). Seperti halnya dengan jenis sifat koligatif larutan yaitu kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, tekanan osmotik juga berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.

Jika suatu larutan dalam sel dan larutan diluar sel mempunyai konsentrasi yang sama, makan keduanya juga memiliki tekanan osmotik yang sama juga, sehingga keduanya disebut dalam keadaan isotonik. Dan jika suatu larutan dalam sel dan larutan diluar sel memiliki tekanan osmotik yang tidak sama, maka larutan yang lebih pekat disebut hipertonik dan larutan yang lebih encer disebut hipotonik. Dimana larutan dengan konsentrasi rendah akan melewati membran permeabel ke larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.Maka, bentuk sel pada larutan yang tekanan osmotiknya sama dengan bagian dalam sel (Isotonis) akan tetap, tidak pecah atau mengkerut. Sedangkan, sel pada larutan hipertonis akan mengkerut karena cairan dalam sel akan keluar sel. Hal ini karena konsentrasi zat terlarut di luar sel lebih tinggi dibandingkan zat terlarut di dalam sel. Dan sebaliknya, sel pada larutan hipotonis akan mengembang lalu pecah karena larutan di luar sel akan masuk ke dalam sel karena konsentrasi zat terlarut di luar sel lebih rendah dibandingkan zat terlarut di dalam sel.

Gambar 1. Suatu sel dalam (a) larutan isotonis, (b) larutan hipotonis, dan (c) larutan hipertonisSumber : Chang, R. 2005. Kimia Dasar Ed 3 Jilid 2. Hal 18E. Alat dan Bahan:Peralatan

Wadah/ Gelas Plastik (500 mL)

Pengaduk

Saringan

Mistar

Mangkuk/ Baskom

Bahan

Telur ayam (2 buah)

Tomat (2 buah)

Gula Pasir

Garam dapur (NaCl)

Aquades Larutan cuka

F. Prosedur Kerja

:Percobaan 1 SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

Percobaan 2

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

G. Hasil Pengamatan

:Percobaan 1NoHari / TanggalLarutan GaramLarutan Gula

JamUkuran Tomat ATinggi

LarutanJamUkuran Tomat BTinggi

Larutan

TinggiLebarTinggiLebar

0Selasa,17/03-201501.55

PM43,57,102.05PM43,57,15

1Rabu,18/03-201501.57PM43,57,302.07PM4,33,47,4

2Kamis,

19/03-201501.55PM3,73,17,402.05PM3,73,17,3

3Jumat,20/03-201501.56PM3,537,202.05PM3,63,25,6

4Sabtu,21/03-201511.34AM3,837,511.34PM3,635,7

5Senin,23/03-201511.08AM3,83811.08AM3,93,42,7

Keterangan : Ukuran tomat dan tinggi larutan dalam cmPercobaan 1NoHari / TanggalLarutan GaramAquades

JamUkuran Telur ATinggi

LarutanJamUkuran Telur BTinggi

Larutan

TinggiLebarTinggiLebar

0Kamis,

19/03-201502.38

PM64,54,502.38

PM6,25,24,5

1Jumat,

20/03-201502.39

PM64,57,202.39

PM6,24,97,3

2Sabtu,

21/03-201511.32

AM6,14,47,311.32

AM64,47,2

3Senin,

23/03-201511.08

AM64,77911.08

AM6,14,97,95

Keterangan : Ukuran telur dan tinggi larutan dalam cm

H. Pembahasan

:Pada percobaan 1, berdasarkan pengukuran yang dilakukan, bentuk atau ukuran tomat A yang berada dalam larutan jenuh garam, mengalami pengecilan atau pengerutan. Hal ini ditunjukan dengan ukuran awal tomat A, yaitu lebar 3,5 cm dan tinggi 4 cm yang lebih besar dari pada ukuran tomat A pada hari ke-5 perendaman , yaitu lebar 3 cm dan tinggi 3,8 cm. Fakta ini juga didukung dengan tinggi awal larutan jenuh garam yang merendam tomat A (7,1 cm) yang menjadi lebih besar (8 cm) dimana menunjukkan bahwa konsetrasi larutan jenuh garam lebih tinggi dari konsentrasi larutan yang berada di dalam tomat A, sehingga pelarut di dalam tomat A bergerak keluar dari sel tomat. Jadi, berdasarkan teori yang dipaparkan diatas maka larutan jenuh garam disebut larutan hipertonik.Selanjutnya, berdasarkan hasil pengukuran bentuk atau ukuran tomat B yang berada dalam larutan jenuh gula, juga mengalami pengecilan atau pengerutan. Hal ini ditunjukan dengan ukuran awal tomat B (lebar 3,5 cm dan tinggi 4 cm) yang lebih besar dari pada ukuran tomat B pada hari ke-5 perendaman (lebar 3,4 cm dan tinggi 3,9 cm). Dari hasil pengamatan ini, dapat diketahui bahwa pengecilan ukuran atau pengerutan bentuk tomat A lebih besar atau lebih cepat dari pada tomat B. Hal tersebut disebabkan karena tomat A direndam dalam larutan garam yang merupakan larutan elektrolit yang memiliki jumlah partikel yang lebih banyak karena zat terlarut dalam larutan garam akan terdisosiasi menjadi Na+ dan Cl-, jadi dua kali lipat jumlah partikel zat terlarut (Nelson, 2004). Sedangkan, larutan gula sendiri merupakan larutan non-elektrolit, yang zat terlarutnya tidak terdisosiasi menjadi ion-ion. Jadi, pergerakan osmosis pada tomat A dalam larutan jenuh garam akan lebih cepat dibandingkan pada tomat B yang direndam dalam larutan jenuh gula.

Tetapi, untuk tinggi larutan jenuh gula yang merendam tomat B berdasarkan hasil pengukuran mengalami penurunan. Padahal, idealnya tinggi larutan jenuh gula juga harus mengalami peningkatan karena ukuran tomat B mengalami pengerutan dimana hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergerakan osmosis dari dalam sel tomat B ke luat sel. Ketidaksesuaian hasil pengukuran dan teori ini, diperkirakan karena adanya penganggu seperti keberadaan semut di lingkungan atau di tempat dilakukannya percobaan sehingga tinggi larutan jenuh gula mengalami penurunan dari ukuran yang sebenarnya.

Gambar 2. Tomat A (kiri) dan Tomat B (kanan) setelah 5 hari perendaman

Sebagian besar penyusun kulit telur adalah kalsium karbonat (CaCO3), dengan menggunakan asam maka kulit ini akan larut dengan reaksi (Brady, 2005) :

CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)Pada percobaan 2, awalnya telur direndam dengan larutan cuka. Berikut adalah reaksi antara kalsium karbonat dan asam cuka atau asam asetat :

CaCO3 (s) + 2 CH3COOH (l) Ca(CH3COO)2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)Setelah kulit telur tersebut hilang, selanjutnya telur di rendam dalam larutan jenuh garam dan dalam aquades. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan ukuran telur A yang direndam dalam larutan jenuh garam pada hari kedua perendaman mengalami pengecilan dimana lebar awal tomat A adalah 4,5 cm dan pada hari kedua perendaman menjadi 4,4 cm. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bentuk telur A akan mengecil karena direndam dalam larutan dengan konsentrasi zat terlarut tinggi (hipertonik) dimana pelarut dalam telur akan bergerak keluar dari sel telur.

Tetapi, pada hasil pengukuran di hari terakhir atau hari ketiga perendaman, terjadi peningkatan ukuran lebar telur A menjadi 4,7 cm. Hal ini dapat disebabkan karena pada pengukuran hari ketiga ini, praktikan menggunakan alat ukur (mistar) yang berbeda dengan yang digunakan pada hari-hari sebelumnya. Selain itu, pengukuran pada hari ke-3 ini juga dilakukan oleh praktikan yang berbeda dengan yang mengukur ukuran telur pada hari-hari sebelumnya, sehingga dapat terjadi perbedaan dalam interpretasi ukuran telur A.Hasil pengukuran untuk tinggi larutan jenuh garam yang merendam telur A mengalami peningkatan dimana tinggi awal larutan jenuh garam adalah 4,5 cm dan pada hari ke-3 perendaman, tinggi larutan jenuh garam menjadi 7,9 cm. Hal ini sesuai dengan teori, dimana larutan di luar telur bertambah karena terjadi pergerakan osmosis: pelarut dalam sel telur A bergerak ke luar sel karena konsentrasi zat terlarut di luar sel ini lebih tinggi dari dalam sel telur A. Selanjutnya, berdasarkan hasil pengukuran bentuk atau ukuran telur B yang direndam dalam aquades mengalami pengerutan dimana ukuran awal telur B adalah lebar 5,2 cm dan tinggi 6,2 cm setelah 3 hari perendaman, lebarnya menjadi 4,9 cm dan 6,1 cm. sedangkan untuk tinggi larutan aquades mengalami peningkatan dari 4,5 cm menjadi 7,95 cm setelah perendaman selama 3 hari. Data ini tidak sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, dimana seharusnya telur B yang direndam dalam aquades akan mengembang karena konsentrasi zat terlarut dalam aquades lebih sedikit dari konsentrasi zat terlarut dalam sel telur atau disebut larutan hipotonik, sehingga akan terjadi pergerakan osmosis dimana cairan di luar sel telur B akan masuk ke dalam telur B dan membuat telur ini mengembang atau membesar.

Gambar 3. Sel dalam larutan hipotonik. Air masuk ke dalam, sehingga sel membengkak, dan akan pecah

Sumber : Nelson, D. 2004. Lehninger Principle of Biochemistry. Hal 58 Ketidaksesuaian hasil pengamatan dan teori ini dapat disebabkan karena kelalaian praktikan dalam pengukuran ataupun dalam menjaga objek pengamatan dari hal-hal disekitar tempat praktikum yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.

Gambar 4. Telur A (kiri) dan Telur B (kanan)

I. Kesimpulan

:Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

Pergerakan osmosis pada larutan elektrolit lebih cepat dibandingkan larutan non-elektrolit karena memiliki jumlah partikel atau zat terlarut yang lebih banyak. Larutan jenuh garam dan larutan jenuh gula merupakan larutan hipertonik, yaitu larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi sehingga cairan dari dalam sel yang direndam pada larutan-larutan ini akan ke bergerak keluar sel.

Aquades merupakan larutan hipotonis, larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah sehingga cairan dari luar sel akan bergerak masuk ke dalam sel.J.Saran Di lingkungan tempat preparasi dan pengamatan objek tidak boleh terdapat hal-hal yang dapat menggangu keadaan objek yang sebenarnya, contohnya semut.

Pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sama Pengukuran harus dilakukan oleh seorang praktikan yang sama Sisi objek yang diukur harus sama setiap waktu pengukuran

DAFTAR PUSTAKA___. 2015. Penuntun Praktikum Biokimia : Tekanan Osmosis. FMIPA Universitas Negeri Manado : Tondano

Bardy, J. Ahli Bahasa : Pudjaatmaka, A. 1994. Kimia Universitas : Asas dan Struktur Jilid 1. Penerbit Erlangga : JakartaChang, R. Ahli bahasa : Achmandi, S. 2005. Kimia Dasar Ed 3 Jilid 2. Penerbit Erlangga : JakartaNelson, D. 2004. Lehninger Principle of Biochemistry. W. H. Freeman and Company and Sumanas, Inc : AmerikaLAMPIRANTelur yang baru direndam dalam larutan cuka (Sabtu, 14 Maret 2015)

Hari ke 2 perendaman telur dalam larutan cuka (Senin, 16 Maret 2015)

Selasa, 17 Maret 2015

Proses pembuatan larutan jenuh garam dan larutan jenuh gula

Proses penyaringan larutan jenuh garam dan gula

Perendaman awal tomat pada larutan garam (kanan) dan di larutan gula (kiri)

Pengukuran tinggi larutan

Pengukuran ukuran tomat dan telur

Tomat A (kanan) dan Tomat B (kiri)

Telur A (kiri) dan Telur B (kanan)

Hasil perendaman tomat selama 5 hari; Tomat A (kiri) dan Tomat B (kanan)

Hasil perendaman telur selama 3 hari : Telur A (kiri) dan Telur B (kanan)

Garam

Gula

Dilarukan

Tomat A

Larutan Jenuh

Garam

Larutan Jenuh

Gula

Tomat B

Larutan Jenuh Garam

berisi Tomat A

Larutan Jenuh Gula

berisi Tomat B

Diakukan pengukuran :

Tinggi larutan

Diameter tomat

Tinggi tomat

(setiap hari, selama 5 hari) :

HASIL

HASIL

Garam

Dilarukan

Telur A

Larutan Jenuh

Garam

Aquades

Telur B

Larutan Jenuh Garam

berisi Telur A

Larutan aquades

berisi Telur B

Diakukan pengukuran :

Tinggi larutan

Diameter Telur

Tinggi Telur

(setiap hari, selama 3 hari) :

HASIL

HASIL

1