Upload
ayu-lestari
View
39
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikum
Citation preview
LAPORAN TETAP
BIOKIMIA 1
I. Percobaan Ke : 1 (satu)
II. Tanggal Percobaan : 28 Agustus 2015
III. Judul Percobaan : Reaksi Uji Terhadap Asam Amino
IV. Tujuan Percobaan :
Untuk mengetahui dan mempelajari uji terhadap asam amino yaitu Uji
Millon dan Uji Ninhidrin
V. Dasar Teori :
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya –NH2). Dalam Biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit bahwa asam amino terikat pada satu atom karbon yang
sama. Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan
sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik yaitu cenderung
menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini
terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk
golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya
sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat
empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H),
dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping
yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Asam amino
biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi
empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam
lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika non polar.
Menurut Lehninger (1982), Asam amino dapat digolongkan berdasarkan
gugus R. Terdapat empat golongan asam amino: (1) golongan dengan gugus R
nonpolar atau hidrofobik, (2) golongan dengan gugus R polar, tetapi tidak
bermuatan, (3) golongan dengan gugus R bermuatan negatif, dan (4) golongan
dengan gugus R bermuatan positif.
1. Golongan dengan gugus R nonpolar atau hidrofobik
Gugus R dalam golongan asam amino ini merupakan hidrokarbon, dan
bersifat hidrofobik. Meliputi lima asam amino dengan gugus R alifatik
(alanin, valin, leusin, isoleusin, dan prolin), dua dengan lingkaran aromatic
(fenilalanin dan triptofan), dan satu yang mengandung sulfur (metionin).
2. Golongan dengan gugus R polar tidak bermuatan
Gugus R dari asam amino polar lebih larut di dalam air, atau lebih hidrofilik,
dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golongan ini mengandung
gugus fungsionil yang membentuk ikatan hydrogen dengan air. Meliputi:
glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin, dan glutamine.
3. Golongan dengan gugus R bermuatan negatif
Mengandung gugus R dengan muatan total negative pada pH 7 adalah asam
aspartat dan asam glutamat, masing-masing mempunyai tambahan gugus
karboksil. Asam amino ini merupakan senyawa induk asparagin dan
glutamine berturut-turut.
4. Golongan dengan gugus R bermuatan positif
Asam amino yang mengandung gugus R dengan muatan total positif pada
pH 7 adalah lisin, yang mengandung tambahan gugus amino (kedua) di rantai
alifatiknya. Arginin yang mengandung gugus guanidin bermuatan positif, dan
histidin yang mengandung gugus inidazol yang mengion sedikit.
Uji asam amino dapat dilakukan melalui reaksi dengan reagen Millon dan
Larutan Ninhidrin 0,1 %.
1. Uji Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuri dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan protein yang mengandung
asam amino dengan rantai samping gugus fenolik, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Endapan
yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika
larutan protein yang dianalisis ada dalam suasana basa, maka terlebih dahulu
harus dinetralisasi dengan asam, karena dalam basa ion merkuri dalam
pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Pada penetralan ini digunakan
asam selain HCl, karena ion Cl- dapat bereaksi dengan asam nitrat
menghasilkan radikal klor (Cl.). Radikal klor dapat merusak kompleks
berwarna. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksi fenil yang berwarna.
Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil yang positif.
2. Uji Ninhidrin
Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan warna
ungu. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis
kualitatif protein dan produk hasil hidrolisisnya. Apabila ninhidrin
(triketohidrin) dipanaskan bersama asam amino, maka akan terbentuk
kompleks berwarna ungu. Kompleks berwarna ungu dihasilkan dari reaksi
ninhdrin dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Asam
amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas
warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut.
Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH3 sehingga asam amino dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang
dilepaskan. Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan kompleks yang berbeda
warnanya dengan asam amino lainya. Kompleks berwarna yang terbentuk
mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan amonia yang
dilepaskan pada oksidasi asam amino.
VI. Alat dan Bahan :
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet Tetes
3. Gelas Kimia
4. Penjepit Kayu
5. Botol Semprot
6. Rak Tabung Reaksi
7. Gelas Ukur
8. Bunsen
9. Korek Api
10. Water bath
11. Sentrifuge
Bahan
1 . Larutan putih telur 1% - 5%
2. Larutan kuning telur 1% - 5%
3. Larutan ikan giling 1% - 5%
4. Larutan susu 1% - 5%
5. Reagen millon
6. Larutan ninhidrin
7. Triptofan
8. Arginin
9. Tirosin
10. Akuadest
11. Spritus
VII. Prosedur Percobaan :
1. Reaksi uji millon
a. Pembuatan reagen millon
Larutkan 10 gram mercuri dalam 20 mL asam nitrat pekat.
Kemudian, apabila telah melarut semua dan uap coklat sudah tidak
terilhat lagi, encerkan dengan 60 mL air.
b. Uji Milon
1. Pipet larutan sampel protein putih telur 1 %, 2 %, 3 %, 4 % dan
5% sebanyak 3 mL kemudian masukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Tambahkan reagen millon sebanyak 3 tetes kedalam sampel
tersebut
3. Masukkan tabung reaksi tersebut kedalam water bath kemudian
panaskan sampai terbentuk endapan berwarna merah bata.
4. Setelah terbentuk endapan berwarna merah bata, kemudian
masukkan kembali kedalam sentrifuge agar terbentuk endapan
yang maksimal.
5. Ukurlah seberapa banyak endapan yang terbentuk, dan catatlah
pada table hasil pengamatan.
6. Ulangi percobaan 2 - 5 untuk sampel protein (larutan kuning
telur, larutan ikan giling dan larutan susu 1 % - 5 %).
2. Uji Ninhidrin
1. Pipet larutan sampel protein putih telur 1 %, 2 %, 3 %, 4 % dan 5%
sebanyak 3 mL kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan ninhidrin sebanyak 0,5 mL kedalam tabung reaksi.
3. Panaskan tabung reaksi dengan menggunakan bunsen sampai
terjadi perubahan warna menjadi ungu.
4. Catatlah rentan perubahan warna dari sampel 1 % - 5 % kedalam
table hasil pengamatan.
5. Ulangi percobaan 2 - 4 untuk sampel protein (larutan kuning telur ,
larutan ikan giling dan larutan susu 1 % - 5 %).
VIII. Hasil Pengamatan
No Bahan Uji Sebelum Sesudah Tinggi
Endapan (cm)
1. Putih telur 1 % Millon Bening Larutan bening -
2. Putih telur 2 % Millon Bening Larutan merah
dan endapan
merah bata
Ada
3. Putih telur 3 % Millon Bening Larutan merah
dan endapan
merah bata
1 cm
4. Putih telur 4 % Millon Bening Larutan merah
dan endapan
merah bata
1,5 cm
5. Putih telur 5 % Millon Bening Larutan merah
dan endapan
merah bata
2 cm
6 Kuning telur 1 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah bata
Ada
7 Kuning telur 2 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah bata
0,4
8 Kuning telur 3 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
0,5
merah bata
9 Kuning telur 4 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah bata
0,7
10 Kuning telur 5 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah bata
1
11. Ikan giling 1 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah muda
0,2
12. Ikan giling 2 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah muda
0,3
13. Ikan giling 3 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah muda
0,4
14. Ikan giling 4 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah muda
0,5
15. Ikan giling 5 % Millon Bening Larutan bening
dan endapan
merah muda
0,6
16. Susu 1 % Millon Putih Larutan putih
endapan merah
bata
0,2
17. Susu 2 % Millon Putih Larutan putih
endapan merah
bata
0,7
18. Susu 3 % Millon Putih Larutan putih
endapan merah
bata
1,1
19. Susu 4 % Millon Putih Larutan putih 1,3
endapan merah
bata
20. Susu 5 % Millon Putih Larutan putih
endapan merah
bata
1,4
21. Triptofan Millon Kuning Larutan kuning
dan endapan
coklat
3
22. Tirosin Millon Bening Larutan merah
dan endapan
nmerah bata
3
No Bahan Uji Sebelum Sesudah Waktu (s)
1. Putih telur 1 % Ninhidrin Bening Ungu bening 07 : 15
2. Putih telur 2 % Ninhidrin Bening Ungu 07 : 15
3. Putih telur 3 % Ninhidrin BeningUngu sedikit
pekat07 : 15
4. Putih telur 4 % Ninhidrin Bening Ungu pekat 07 : 15
5. Putih telur 5 % Ninhidrin BeningUngu sangat
pekat07 : 15
6. Kuning telur 1 % Ninhidrin Bening Ungu 05 : 49
7. Kuning telur 2 % Ninhidrin Bening Ungu bening 05 : 49
8. Kuning telur 3 % Ninhidrin BeningUngu sedikit
pekat05 : 49
9. Kuning telur 4 % Ninhidrin Bening Ungu Pekat 05 : 49
10. Kuning telur 5 % Ninhidrin BeningUngu sangat
pekat05 : 49
11. Ikan giling 1 % Ninhidrin Bening Ungu bening 06 : 47
12. Ikan giling 2 % Ninhidrin Bening Ungu 06 : 47
13. Ikan giling 3 % Ninhidrin BeningUngu sedikit
pekat06 : 47
14. Ikan giling 4 % Ninhidrin Bening Ungu pekat 06 : 47
15. Ikan giling 5 % Ninhidrin BeningUngu sangat
pekat06 : 47
16. Susu 1 % Ninhidrin Putih Ungu bening 06 : 58
17. Susu 2 % Ninhidrin Putih Unugu 06 : 58
18. Susu 3 % Ninhidrin PutihUngu sedikit
pekat06 : 58
19. Susu 4 % Ninhidrin Putih Ungu pekat 06 : 58
20. Susu 5 % Ninhidrin PutihUngu sangat
pekat06 : 58
21. Arginin Ninhidrin Bening Ungu 05 : 49
IX. Persamaan Reaksi
X. Pembahasan
Pada reaksi uji asam amino ini dilakukan dengan dua pengujian, yaitu uji
Millon, dan uji Ninhidrin. Uji-uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi asam
amino yang reaktif terhadap reagen-reagen tersebut. dalam pengujian ini
digunakan larutan protein yaitu larutan putih telur, kuning telur, ikan giling dan
susu dari 1 % hingga 5 % serta larutan baku seperti tirosin, tryptofan, dan arginin.
Pada uji asam amino yang pertama, dilakukan percobaan dengan
menggunakan reagen millon. Pada uji millon ini, larutan protein yang digunakan
adalah putih telur 1-5 %, kuning telur 1-5 %, ikan giling 1-5 %, susu 1-5 % dan
arginin sebagai larutan baku. Pada uji ini, reagen millon ditambahkan hanya 3
tetes saja karena jika kelebihan reagen millon maka warna yang seharusnya
didapatkan akan hilang saat pemanasan. Pemanasan yang dilakukan pada
percobaan uji millon menggunakan waterbath. Penggunaan ini dimaksudkan agar
pemanasan bisa dilakukan secara menyeluruh kesegala sisi tabung reaksi sehingga
reaksi pun akan berjalan sempurna. Pereaksi Millon merupakan campuran dari
larutan merkuri dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini
ditambahkan ke dalam larutan protein yang mengandung asam amino dengan
rantai samping gugus fenolik (tirosin), maka akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Setelah dilakukan pemanasan
pada larutan protein yang dipakai. Maka terjadi perbedaan antara larutan yang
satu dengan yang lainnya.
Untuk larutan putih telur dan kuning telur 1-5 % terdapat endapan
berwarna merah bata dengan ketingggian yang berbeda. Agar mendapatkan
endapat yang maksimal maka larutan tadi di sentrifuge terlebih dahulu. Setelah
disentrifuge sekitar 10 menit endapan diukur dengan menggunakan penggaris
dengan skala centimeter. Setelah diukur didapatlah tinggi endapan dari larutan
putih telur dan kuning telur berbeda, dari percobaan didapatkan hasil bahwa
larutan putih telur memiliki endapan yang lebih tinggi karena pada putih telur
terdapat protein yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuning telur.
Selanjutnya untuk larutan susu dan ikan giling, dilakukan dengan langkah
percobaan yang sama tetapi menghasilkan endapan yang berbeda. Endapan yang
dihasilkan pada susu lebih sedikit dari putih telur tetapi lebih banyak dari kuning
telur dan pada larutan ikan giling dengan prosedur yang sama juga menghasilkan
endapan tetapi sangat sedikit hingga tidak bisa diukur tinggi endapan dari larutan
ikan giling tersebut. Dan dilakukan juga pada larutan tirosin yang menghasilkan
larutan serta endapan berwarna merah dan triptofan yang menghasilkan larutan
dan endapan berwarna kuning setelah dipanaskan. Pada percobaan menggunakan
uji millon ini seharusnya larutan ikan giling memiliki endapan yang paling banyak
karena ikan yang dipakai adalah ikan gabus yang memiliki kandungan protein
paling banyak jika dibandingkan dengan putih telur, kuning telur dan susu.
Kesalahan ini bisa terjadi karena human error ataupun kesalahan saat membuat
larutan ikan giling.
Pada uji asam amino yang kedua adalah Uji Ninhidrin. Pada uji ini,
larutan protein yang akan digunakan diambil sebanyak 3 mL kemudian
ditambahkan dengan larutan ninhidrin sebanyak 0,5 mL dan dilakukan
pemanasan dengan bunsen. Apabila ninhidrin (triketohidrin) dipanaskan
bersama asam amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna ungu.
Kompleks berwarna ungu dihasilkan dari reaksi ninhdrin dengan hasil
reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Ketika dilakukan pemanasan
pada larutan protein yang diuji ( putih telur, kuning telur, susu, ikan giling
serta arginin 1-5 %) didapatlah perubahan warna dari larutan berwarna
bening menjadi larutan berwarna ungu dengan degradasi warna. Namun,
degradasi warna yang ditunjukkan akan menghasilkan warna yang
berurutan sesuai dengan konsentrasi. Hal ini dikarenakan waktu
pemanasan yang sama sehingga menghasilkan degradasi warna yang
sesuai. Pada larutan protein 1 % warna ungu yang dihasilkan tidak terlalu
pekat sedangkan untuk larutan protein 5 % warna ungu yang dihasilkan
sangat pekat, perbedaan warna yang dihasilkan ini karena pengaruh dari
konsentrasi larutan yang diuji. Perubahan warna pada larutan protein ini
menunjukkan terdapatnya α-amino bebas.
XI. Kesimpulan
1. Pada Uji millon, larutan putih telur, kuning telur, susu, ikan giling dan
tirosin bereaksi positif dengan reagen millon membentuk endapan merah
bata yang menunjukkan adanya gugus hidroksilfenil pada larutan
tersebut.
2. Pada Uji millon, larutan putih telur memiliki endapan yang paling tinggi
dari larutan protein lainnya (kuning telur, susu, dan ikan giling).
3. Pada Uji Ninhidrin, semua larutan protein yang diuji dan asam amino
menghasilkan uji positif terhadap larutan ninhidrin ditunjukkan dengan
terbentuknya kompleks berwarna ungu pada campuran.
4. Pada Uji Ninhidrin, larutan kuning telur membentuk warna ungu yang
sangat pekat pada konsentrasi 5 % dibandingkan dengan larutan protein
yang lain.
5. Pada uji ninhidrin, terjadi degradasi warna larutan. Warna larutan
berurutan sesuai dengan konsentrasi larutan sampel. Hal ini dikarenakan
waktu yang digunakan untuk memanaskan larutan sama pada semua
konsentrasi.
XII. Daftar Pustaka
Anonim. (2009). Struktur Asam Amino dan Zwitter Ion. Dipetik September 09,
2015, dari blogspot.com: http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/07/struktur-
asam-amino-dan-zwitter-ion.html
Lehninger, A. (1997). Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nahraeni, A. A. (2012). Asam Amino. Dipetik September 09, 2015, dari
blogspot.com : http://adlinna-kehidupanku.blogspot.com/2012/06/bab-i/html
Sya'bana, N. F. (2011). Asam Amino dan Protein. Dipetik September 09, 2015,
dari kimia.upi.edu:
http://nurul.kimia.upi.edu/web%202011/0800521/ujiprotein.html
LAMPIRAN