Upload
viska
View
163
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PESTISIDA NABATI, PESTISIDA BOTANI, DAN PEMUPUKAN BAHAN ORGANIK TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DAN SAWI(Laporan Akhir Praktikum Teknologi Pertanian Organik)
Oleh:
Kelompok 18
Viska Nurisma 1114121197Wayan Ana voulina 1114121198Reza Utama Saputra 0914013147
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-
bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama
pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan
pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak
merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara
internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi
(nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi
konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia
meningkat pesat.
Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya
terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi
antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk
pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus
memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada
kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut. Oleh
sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti
kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera
dikembangkan.
Komoditas yang sangat mungkin untuk diterapkan pada aplikasi pertanian adalah
sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan
yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar
atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut
sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi
mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih
dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak jarang), atau
disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan.
Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat bermacam-macam, baik sebagai
bagian dari menu utama maupun sebagai makanan sampingan. Kandungan nutrisi
antara sayuran yang satu dan sayuran yang lain pun berbeda-beda, meski
umumnya sayuran mengandung sedikit protein atau lemak, dengan jumlah
vitamin, provitamin, mineral, fiber dan karbohidrat yang bermacam-macam.
Beberapa jenis sayuran bahkan telah diklaim mengandung zat antioksidan,
antibakteri, antijamur, maupun zat anti racun.
Sayuran merupakan kelompok komoditas yang pada umumnya sangat banyak
dikonsumsi oleh masyarakat, baik sebagai sayuran mentah (lalapan) ataupun
dengan cara dimasak terlebih dahulu. Bagian tanaman yang dikonsumsi bisa
bagian daun, akar, batang, dan buah muda. Mengonsumsi sayuran memberi
sumbangan terutama vitamin A dan C, serta serat yang sangat penting bagi tubuh.
Sayuran umumnya rendah dalam kandungan protein dan lemak kecuali untuk
beberapa sayuran tertentu. Sayuran diklasifikasikan sebagai tanaman hortikultura.
Umur panen sayuran pada umumnya relatif pendek (kurang dari satu tahun ) dan
secara umum bukan merupakan tanaman musiman, artinya hampir semua jenis
sayuran dapat dijumpai sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Karakteristik ini
sedikit berbeda dengan beberapa jenis buahbuahan seperti mangga, durian dan
sebagainya yang hanya dijumpai pada musim-musim tertentu satu kali dalam satu
tahun. Tanaman sayur yang dibudidayakan pada praktikum ini adalahh kangkung
dan sawi.
Kangkung (Ipomoea sp.) merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk
kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau
keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat
tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu kangkung darat, hidup di
tempat yang kering atau tegalan, dan kangkung air, hidup ditempat yang berair
dan basah. Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan
hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik sepanjang tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh
rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi
rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang
yang agak rimbun.
Kangkung memiliki manfaat yang tinggi. Hal ini karena kangkung mengandung
vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten,
hentriakontan, sitosterol. Akar kangkung juga berguna untuk mengobati penyakit
wasir. Selain itu, tanaman kangkung juga bermanfaat sebagai antiracun
(antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan
(hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan
menenangkan.
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun
atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.
Tanaman sawi yang digunakan dalam praktikum ini adalah sawi hijau Brassica
rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin.
Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada
penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,
memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C..
Dalam pelaksanaan budidaya tanaman, pupuk adalah unsure penting untuk
menambah kandungan unsure hara dalam tanah agar pertumbuhan tanaman
berlangsung optimal. Pemupukan merupakan salah satu hal yang masuk ke dalam
teknik budidaya. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga
mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk
mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran
proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk
buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pemberian pupuk
perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat
terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat
berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun
disemprotkan ke daun.
Pupuk yang digunakan pada saat praktikum adalah pupuk kotoran ayam untuk
semua kelompok dan pupuk NPP untuk kelompok dengan perlakuan, kecuali
control.
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang
mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Pupuk
NPK mempunyai berbagai bentuk. Yang paling khas adalah pupuk padat yang
berbentuk granul atau bubuk. Ada juga pupuk NPK yang berbentuk cair, beberapa
keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan jangkauannya yang luas.
Di dalam praktikum pertanian organic Pengendalian hama terpadu (PHT)
merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang
diambil selalu bertujuan meminimalisasi serangan OPT,sekaligus mengurangi
bahaya yangditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan lingkungan. Sistem
PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk biologi,
genetis, mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni mungkin, guna
mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang
merugikan secara ekonomis. Dengan demikian, biaya perlindungan tanaman dapat
dikurangi, terlebih lagi apabila pengendalian OPT menggunakan pestisida hayati,
sehingga dampak negatif terhadap produk hortikultura dari residu pestisida dan
pencemaran lingkungan hampir tidak ada.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi dan kangkung
2. Mengetahui pengaruh pemberian pestisida nabati dan pestisida botani
terhadap tanaman sawi dan kangkung
3. Mengetahui pengaruh penanaman tanaman pengusir OPT terhadap tanaman
sawi dan kangkung
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian Organik
2.1.1 Pengertian Pertanian Organik
Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam
arti luas. Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari
bahan – bahan kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih,
penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai perlakuan
pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia, semua harus bahan hayati,
alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem produksi
pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau
membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida,
herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk
menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan
dengan menjaga siklus alaminya. Konsep awal pertanian organik yang ideal
adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian organik itu
sendiri, dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi.
2.1.2 Prinsip – Prinsip Pertanian Organik
Prinsip-prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan pertanian organik. Prinsip – prinsip ini berisi tentang sumbangan
yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi
untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Pertanian
merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua
orang perlu makan setiap hari. Nilai – nilai sejarah, budaya dan komunitas
menyatu dalam pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk
bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk
menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya.
Prinsip – prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan
lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk
generasi mendatang.
Pertanian organik didasarkan pada:
1. Prinsip kesehatan
2. Prinsip ekologi
3. Prinsip keadilan
4. Prinsip perlindungan
Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai dengan penjelasannya.
Prinsip – prinsip ini harus digunakan secara menyeluruh an dibuat sebagai prinsip
– prinsip etis yang mengilhami tindakan.
1. Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan
tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja
sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik,
mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri
merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran pertanian organik baik dalam
produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan
meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada
di alam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan
untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus
dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif
makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
2. Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan.
Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang
ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan
produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur,
hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut
membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan
pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan
ekologi di alam. Siklus – siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya
bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi,
ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan – bahan asupan sebaiknya dikurangi
dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan – bahan
dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi
sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis
melalui pola sistem pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman
genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan
atau mengkonsumsi produk – produk organik harus melindungi dan memberikan
keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim,
habitat, keragaman hayati, udara dan air.
3. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan
terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan
dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara
bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang
lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik
harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan
bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur,
pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup
yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan
dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan
kecukupan dan ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang
baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam
kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin
kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk
produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan
ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem
produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan
biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
4. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati – hati dan bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan
dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun
eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan
produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode – metode yang sudah ada perlu dikaji dan
ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan
pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan
tanggung awab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan
pemilihan teknologi di pertanian organik. lmu pengetahuan diperlukan untuk
menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah
lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu,
pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional
menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko
merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang
tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering).
segala keputusan harus mempertimbangkan nilai – nilai dan kebutuhan dari semua
aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses – proses yang
transparan dan artisipatif.
2.2 Tanaman Sawi
2.2.1 Deskripsi Sawi
Sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga,
brokoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) oleh karena
itui sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran,
struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam
kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang
memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi
dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam
berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai
macam penyakit. Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix primaria)
dan cabang-cabang akar yangbentuknya bulat panjang (silindris) menyebar
kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara
lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan
berdirinya batang tanaman. Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentukan dan
penopang daun. Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop.
Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) sehingga sukar
membentuk krop. Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik
di dataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam
tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang
banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satu buah putik yang berongga dua (Rubatzky, 1999).
2.2.2 Klasifikasi Ilmiah Sawi
Brassica rapa var. parachinensis L.
Nama Umum : Sawi Hijau
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L.
2.2.3 Kandungan Gizi Tanaman Sawi dan Manfaatnya
Sawi adalah bahan makanan sayur-mayur segar yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Sawi mengandung energi sebesar 22 kilokalori, protein 2,3
gram, karbohidrat 4 gram, lemak 0,3 gram, kalsium 220 miligram, fosfor 38
miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Sawi juga terkandung
vitamin A sebanyak 6460 IU, vitamin B1 0,09 miligram dan vitamin C 102
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram
Sawi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 87 %.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Sawi :
Nama Bahan Makanan : Sawi
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Sawi yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Sawi yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 87 %
Jumlah Kandungan Energi Sawi = 22 kkal
Jumlah Kandungan Protein Sawi = 2,3 gr
Jumlah Kandungan Lemak Sawi = 0,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Sawi = 4 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Sawi = 220 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Sawi = 38 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Sawi = 3 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Sawi = 6460 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Sawi = 0,09 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Sawi = 102 mg
Tanaman sayur sawi yang banyak digunakan pada ibu rumah tangga ini banyak
sekali manfaatnya yaitu sebagai berikut mencegah osteoporosis, mencegah
penyakit jantung, menjaga kornea mata agar selalu sehat, mencegah anemia, dapat
melindungi kulit, menyembuhkan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi
dan stress, mencegah diabetes militus, sebagai penangkal macam-macam kanker,
mencegah penyakit gondok, mencegah penyakit, mengendalikan kolesterol dan
mengurangi berat badan, membantu mengatasi wasir, sembelit, serta penyakit
kanker usus besar, membantu melawan kanker prostat, kanker usus, kanker
payudara, dan kanker ovarium dan melawan radikal bebas dan infeksi virus.
2.2.4 Syarat tumbuh
1.Iklim
Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi,
umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah yaitu pekarangan, ladang atau
di sawah, jarang diuasahakan di daerah pegunungan (Zulkarnain, 2000).
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk.
lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman
ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini
cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.
Sawi merupakan tanaman tahan hujan. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secar teratur. Tanamn sawi lebih cepat tumbuh
apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang
pada air yang menggenang.Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap
hujan. Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim
kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman (Ashari, 1995).
2.Tanah
Tanah yang cocok pada pertanaman sawi adalah latosol, andosol, dan regosol.
Derajat keasaman tanah (PH) yang cocok untuk tanaman sawi adalah 6-7 dan
kandungan air tanah yang cukup.Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah
tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
antara pH 6 sampai pH 7.Persyaratan tanah untuk tanaman sawi adalah subur
gembur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik
yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu (Damanik, dkk., 2010).
2.3 Tanaman Kangkung
2.3.1 Deskripsi Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea reptans
Poir1. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran.
Kangkung banyak dijual di pasar-pasar, serta banyak terdapat di kawasan Asia
dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di
kawasan berair.
Ada dua bentuk kangkung yaitu kangkung mempunyai daun yang licin dan
berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang
menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun.
Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang
menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis
daun lebar dan daun tirus.
Ada dua jenis penanaman yang diusahakan yaitu lahan kering dan basah. Dalam
keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar
tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung
ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga.
Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Kangkung sering
ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Kangkung dapat dipanen
setelah 6 minggu setelah tanam. Jika penanaman basah digunakan, potongan
sepanjang 12-inci ditanam dalam lumpur dan dibiarkan basah.
Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah ditenggelami pada tahap 6 inci dan
aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian dihentikan apabila tanah
harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila
pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen
setiap 7—10 hari. Semasa berbunga, pucuk kangkung tumbuh dengan lambat,
tetapi pembajakan tanah dan panen cenderung menggalakkan lebih banyak daun
yang dihasilkan.
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya.
Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach.
Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia,
China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di
Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting
Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di
Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak
ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar.
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam
waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin
Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut
Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau
parit-parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:
Warna bunga.
Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung. darat
bunga putih bersih.
Bentuk daun dan batang.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat.
Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung
darat putih kehijau-hijauan.
Kebiasaan berbiji.
Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya
kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek
pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-
pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga
memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C
serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan
badan dan kesehatan. Di samping itu hewan juga menyukai kangkung bila
dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci dan babi.
Seorang pakar kesehatan Filipina: Herminia de Guzman Ladion memasukkan
kangkung dalam kelompok "Tanaman Penyembuh Ajaib", sebab berkhasiat untuk
penyembuh penyakit "sembelit" juga sebagai obat yang sedang "diet". Selain itu,
akar kangkung berguna untuk obat penyakit "wasir"
2.3.2 Klasifikasi Ilmiah Kangkung
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea reptans
2.3.3 Syarat Pertumbuhan Kangkung
Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat
tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara
500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya
sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar.
Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar,
sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak
rimbun.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus.
Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang.
Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan
lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian
tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C.
Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan
daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
Media Tanam
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung
bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar
akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun
kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur
aduk.
2.4 Pupuk NPK (15:15:15)
Pupuk NPK adalah Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus
(NPK) disebut pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah pupuk NPK dari
Jerman yaitu Rustica Yellow dengan rumus kimia NH4 NO3 – NH4 H2 P-O4-KCl
dengan kadar unsur hara 15 % NH3 + 15 % P2O5 + 15 % K2O yang sifatnya
berupa butiran-butiran berwarna kekuning-kuningan. Sifat Nitrogen (pembawa
nitrogen ) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang
dapat menunjang pertumbuhan tanaman.
2.5 MOL
Penggunaan mikro organisme lokal (MOL) ini untuk meningkatkan kesuburan
tanah dan tentunya peningkatan kualitas hasil pertanian melalui dunia pendidikan.
Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai
komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara
optimal. Fungsi bioreaktor diantaranya adalah penyuplai nutrisi melalui
mekanisme eksudat, kontrol mikroba yang dibutuhkan tanaman, menjaga
stabibilitas kondisi tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman bahkan kontrol
terhadap penyakit yang menyerang tanaman.
Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah dan tanpa biaya.
Dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, petani atau siapapun termasuk siswa
dapat kreatif membuat MOL misal dari buah-buahan busuk, sisa makanan, pucuk
tanaman merambat, tulang ikan, bahkan dari urine sapi atau manusia. Cara
membuatnya pun mudah, semua bahan-bahan yang hendak dipakai dicampurkan
menjadi satu kemudian diberi larutan glukosa seperti air nira, air gula atau air
kelapa. Lalu ditutup dengan kertas dan dibiarkan beberapa hari. Secara
sederhana bahan utama pembuatan MOL terdiri dari tiga jenis:
1. Karbohidrat: dapat berasal dari air cucian beras (Tajin), nasi bekas
(basi), dari singkong, kentang, gandum.
2. Glukosa: dapat berasal dari gula merah bata diencerkan dengan air (diulek
sampai halus), cairan gula pasir, gula batu dicairkan, air gula, air kelapa.
3. Sumber Bakteri: dapat berasal dari keong, kulit buah-buahan misalnya
tomat, pepaya,dan lain-lain, lalu air kencing, atau apapun yang
mengandung sumber bakterinya misalnya tapai.
Proses pembuatan MOL ini tidak hanya dapat dilakukan oleh petani namun juga
dapat dilakukan oleh siswa sehingga selain dapat berfungsi meningkatkan hasil
pertanian dapat pula mendidik siswa menjadi "zero waste" di rumahnya sehingga
dapat tercipta lingkungan yang bersih dan sehat.
Prinsip dari konsep "zero waste" pada intinya adalah melarang membuang
sampah rumah tangga keluar rumah melainkan harus diproses terlebih dahulu. Ini
termasuk langkah merubah cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
alam. Ternyata melalui teknologi daur ulang sampah dapat digunakan sebagai
sumber daya dan dapat dimaksimalkan fungsinya.
2.6 Pestisida Nabati/ Botani
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau
tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati
selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila
dibandingkan dengan pestisida kimia.
Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :
1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. Menghambat penggantian kulit
3. Mengganggu komunikasi serangga
4. Menyebabkan serangga menolak makan
5. Menghambat reproduksi serangga betina
6. Mengurangi nafsu makan
7. Memblokir kemampuan makan serangga
8. Mengusir serangga
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Tabel yang menunjukan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai Insektisida
Alami atau Pestisida Nabati :
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, ember, botol, patok,
jaring, sprayer, tali rafia, meteran, pisau, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih sawi, benih kangkung,
setengah karung pupuk kotoran ayam, cabai secukupnya, bawang
secukupnya,jeruk asam secukupnya, daun tembakau 1 kg, cabai rawit 1 kg,
bawang merah 1 kg, kapur 100 g, belerang 100 g, air secukupnya, tanaman
kenikir sebagai tanaman penghambat OPT.
3.2 Metode Praktikum
3.2.1 Budidaya Tanaman Kangkung dan Sawi
Persiapan Lahan
1. Ukur lahan tanam seluas 2 m x 1 m.
2. Buat plot dengan menggunakan tali rafia dan patok sebagai pembatas
3. Lahan diolah dengan menggunakan cangkul.
4. Guludan dibuat sebanyak 2 guludan.
1 m
2 m
Penanaman
1. Berikan pupuk kotoran ayam, lalu lahan diolah kembali menggunakan
cangkul.
2. Keesokan harinya, benih kangkung ditanam di atas guludan yang telah
disiapkan dengan jarak 10 cm x 10 cm.
3. Siram lahan hingga lembab.
4. Hal yang sama dilakukan pada saat penanaman sawi.
Penanaman tanaman penghambat organisme penggangu tanaman (OPT)
1. Tanaman penghambat OPT yang digunakan adalah kenikir.
2. Kenikir ditanam 1 minggu setelah penanaman kangkung/ sawi.
3. Kenikir ditanam disekeliling lahan.
KANGKUNG/ SAWI
KANGKUNG/ SAWI
KANGKUNG/ SAWI
KANGKUNG/ SAWI
Perawatan Tanaman
1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari.
2. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut
gulma.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 10 sampel. Pengamatan yang dilakukan adalah
pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun pada masing-masing sampel.
Pemanenan
1. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman kangkung berumur 4 MST.
2. Pisahkan sampel dengan tanaman yang lain.
3. Timbang bobot basah untuk masing-masing sampel pada tanaman sawi dan
kangkung
4. Parameter pengamatan pada saat panen.
(1) tinggi tanaman sampai pucuk tertinggi (kangkung) atau ujung daun
tertinggi
(sawi)
(2) panjang akar
(3) jumlah daun
(4) jumlah cabang
(5) bobot segar tanaman (daun + batang).
(6) bobot segar akar
5. Sampel dua tanaman segar dimasukan plastik, distaples, diberi nama
perlakuannya apa dengan spidol hitam permanen, dikumpulkan ke dosen.
3.2.2 Pembuatan Pestisida Nabati
1. Semua bahan ramuan ( cabai rawit, daun tembakau, bawang merah, belerang,
kapur) digiling menjadi satu hingga lembut.
2. Ditambahkan air sebanyak 1/10 bagian bahan.
3. Setelah itu peras airnya agar mudah disaring.
4. Aplikasi efektif mengendalikan penyakit tanaman.
5. Semprotkan pada tanaman.
6. Untuk dikumpulkan ke dosen, pestisida nabati yang sudah jadi dimasukkan
ke dalam botol 1 liter.
7. Botol diberi label.
3.2.2 Pembuatan Pestisida Botani
1. Cabai dan bawang dihaluskan
2. Berikan air secukupnya, kemudian diaduk rata.
3. Hasil ramuan disaring.
4. Tambahkan air perasan jeruk asam.
5. Masukkan pestisida botani yang sudah jadi ke dalam botol plastic 1 liter.
6. Diberi label.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang di peroleh dari praktikum ini yaitu sebagai
berikut:
IV.1.1 Tabel pengamatan tanaman kangkung
Sampel Tinggi (cm)
Jumlah daun
Panjang akar
Jumlah cabang
Bobot segar
Bobot akar
Bobot total
1 33 12 7 2
120 gram
74 gram
1,4 kg
2 30 10 6 23 29 9 7 24 35 10 8 25 28 8 8 26 37 12 10 27 30 9 9 28 34 11 10 29 32 10 9 210 29 8 9 2
IV.1.2 Tabel hasil pengamatan tanaman sawi
Sampel
Tinggi
(cm)
Jumlah
daun
Panjang akar
Jumlah batang
Jumlah cabang
Bobot segar
Bobot akar
Bobot total
1 16 6 5 6 3
102 gram
26 gram
1,1 kg
2 14 6 5 5 33 16 4 3 5 24 16 6 4 6 35 15 5 5 4 26 12 4 3 3 2
7 13 5 4 4 28 15 5 4 4 39 16 4 5 3 310 14 4 4 5 2
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang kami peroleh dari penanaman sawi dan kangkung,
diketahui bahwa produksi kedua tanaman lebih rendah dibandingkan produksi
tanaman sawi dan kangkung yang diberi perlakuan dengan ditambahkan pupuk
NPK dan mol. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang dibudidayakan secara
organik murni lebih rendah produksinya dibandingkan dengan pertanian yang
masih menambahkan input berupa bahan kimia (seperti pupuk).
Produksi tanaman kangkung pada penanaman pertama lebih tinggi dibandingkan
produksi tanaman sawi pada penanaman kedua pada lahan yang sama. Tanaman
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada penanaman pertama
dibandingkan penanaman kedua, ini dilihat dari kualitas pertumbuhan tanaman.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah mengalami penurunan kualitas setelah
penanaman kedua.
Penambahan pupuk kandang terlihat pengaruhnya pada saat penanaman kedua,
ditunjukkan dengan kondisi tanah yang masih gembur pada olah tanah kedua serta
daya simpan air yang baik ketika tanaman disiram.
Pada penanaman sawi, hama yang paling dominan dan menyebabkan kerusakan
parah yaitu bekicot. Hal ini menyebabkan penanaman benih dan penyemaian yang
kami lakukan mengalami kerusakan berulang kali. Penanaman sawi akhirnya
kami lakukan di rumah, dengan tanah yang sama yang kami gunakan di lahan
praktikum. Hama lain yang menyerang adalah ulat kubis (Plutella xylostela),
menyebabkan daun menjadi berlubang.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami peroleh, maka dapat disimpulkan:
1. Produksi kedua tanaman lebih rendah dibandingkan produksi tanaman sawi
dan kangkung yang diberi perlakuan dengan ditambahkan pupuk NPK dan
mol.
2. Tanaman yang dibudidayakan secara organik murni lebih rendah produksinya
dibandingkan dengan pertanian yang masih menambahkan input berupa bahan
kimia (seperti pupuk).
3. Tanah mengalami penurunan kualitas setelah penanaman kedua.
4. Pada penanaman sawi, hama yang paling dominan dan menyebabkan
kerusakan parah yaitu bekicot dengan gejala daun habis termakan.
DAFTAR PUSTAKA
Lingga, Pinus. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cet. 18. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pangaribuan, Darwin. 20131. Panduan Praktikum Pertanian Organik. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Rukmana, Ir. H. Rahmat. 1996. Bertanam Petsai dan Sawi. Penerbit
Kanisus.Yogyakarta.
Saragih, Subastian Eliyas. 2008. Pertanian Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Lahan praktikum pada saat budidaya penanaman kangkung
Hasil panen kangkung
Lahan praktikum saat penanaman sawi
Pestisida Nabati
Pestisida Botani
Botol dan sprayer untuk wadah pestisida