Upload
annida-nurul-haq
View
404
Download
32
Embed Size (px)
Citation preview
HASIL DISKUSI KASUS 5
TUTORIAL BLOK DMS
SKENARIO KASUS
TULANG LENGANKU
Muskel berusia 30 tahun merasakan nyeri hebat pada bagian lengan kanannya.Ia
baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor.Ia melihat lengannya bengkak dan
nampak deformitas.Akhirnya ia tidak dapat menggerakkan lengan bawahnya.
Penduduk yang datang membantu,Muskel kemudian dibawa ke dokter praktek
umum yang ada di tempat kejadian.Oleh sang dokter,lengan muskel dibalut lalu
digantung pada bahunya dengan menggunakan selendang.Selanjutnya Muskel
dirujuk ke rumah sakit dan setibanya di sana Muskel lalu dirontgen sesuai
permintaan.Hasilnya dikatakan bahwa lengannya patah.
1
A. STEP I
Klasifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui
Rontgen : satuan internasional untuk radiasi sinar x dan sinar γ
2
B. STEP II
Definisi Masalah
1. Fraktur (definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis, penatalaksanaan,
komplikasi)
2. respon akibat trauma (mekanisme inflamasi)
3. proses penyembuhan tulang
4. pembidaian
5. jenis fraktur pada kasus
3
C. STEP III
Curah Pendapat
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
akibat radupaksa.
Klasifikasi Fraktur, berdasarkan :
a. Komplit/tidak komplit
Fraktur komplit
Fraktur tidak komplit
b. Bentuk garis patah
Garis patah transversal.
Garis patah oblik
Garis pata spiral
Fraktur kompresi
Fraktur avulsi
c. Jumlah garis patah
Fraktur kominutif
Fraktur segmental
Fraktur multipel
d. Bergeser/tidak bergeser
Fraktur undisplaced (tidak bergeser
Fraktur displaced (bergeser),terbagi :
o Dislokasi ad axim
o Dislokasi ad latus
e. Terbuka-tertutup
f. Komplikasi-tanpa komplikasi
Komplikasi dapat komplikasi segera,dini dan komplikasi lambat.
Etiologi Fraktur
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
4
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan berulang.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Diagnosis fraktur
I. Riwayat trauma
Dilakukan anamnesis untuk menggali riwayat mekanisme cedera
(posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
cedera tersebut.
II. Pemeriksaan fisik
Look
Dilihat adanya deformitas dan ada luka atau tidak
Feel
Nyeri tekan dan nyeri sumbu
Gerakan / Moving
Aktif dan pasif
NVD (Neuro Vaskular Distal)
dilihat arteri distal dan saraf sensoris dan motoris distal
III. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Membantu dalam penegakan diagnosis dari dislokasi,
mengevaluasi dislokasi tulang, mempelajari penyebab fraktur.
CT scan dan MRI
Mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Arteriogram
Bila dicurigai kerusakan vasculer.
Laboratorium
Hitung darah lengkap : Hematokrit, sel darah putih.
Kreatinin
Meningkatkan beban kliens ginjal Profil koagulasi.
Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip 3 R :
5
Reposisi
Retain
Rehabilitasi
Komplikasi Fraktur
1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernafasan.
2. Komplikasi Lokal
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma
Pada Tulang
Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
Osteomielitis
Pada jaringan lunak
Lepuh
Dekubitus
Pada otot
Trombus
Pada pembuluh darah
Iskhemi Volkmann
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),
aksonometsis (kerusakan akson)
b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion
2. Respon akibat trauma
Memiliki 3 komponen penting :
6
Perubahan penanpang pembuluh darah dengan akibat meningkat
aliran darah
Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan aliran
darah
Agregasi leukosit di lokasi jejas
3. Proses penyembuhan tulang
Ada 5 stadium penyembuhan tulang :
Tahap pembentukan hematoma
Tahap proliferasi sel
Tahap pembentukan kallus
Tahap penulangan kallus(konsolidasi)
remodelling
4. Pembidaian
Prinsip pembidaian :
Lakukan pembidaian pada bagian yang cedera
Melewati 2 sendi proksimal dan distal
Lakukan pembidaian pada kecurigaan patah tulang
5. Jenis fraktur pada kasus
Frkatur antebrachii, terdapat 4 jenis :
Fraktur colles
Fraktur smith
Fraktur galeazzi
Montegia
7
D. STEP IV
Analisis Masalah
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
akibat radupaksa.
Klasifikasi Fraktur, berdasarkan :
a. Komplit/tidak komplit
Fraktur komplit
bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang
Fraktur tidak komplit
bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
b. Bentuk garis patah
Garis patah transversal
Garis patah oblik
8
Garis patah spiral
Fraktur kompresi
Fraktur avulsi
c. Jumlah garis patah
Fraktur kominutif
garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
Fraktur segmental
garis patah lebih dari satu tapi tidak saling berhubungan
Fraktur multipel
9
garis patah lebih dari satu pada tulang yang berlainan tempatnya.
d. Bergeser/tidak bergeser
Fraktur undisplaced (tidak bergeser )
garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,periosteumnya
masih utuh
Fraktur displaced (bergeser)
terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi :
o Dislokasi ad axim
pergeseran yang membentuk sudut
o Dislokasi ad latum
pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh (sejajar)
e. Terbuka-tertutup
Fraktur tertutup
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia
luar. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis
fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang
lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang
akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan
kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung
mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan
sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada
olahragawan, penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada
tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma
yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang
seperti. tumor atau pada penyakit Paget dengan energi yang
minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang
normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.
10
Fraktur tertutup
Fraktur terbuka
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar karena
adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat :
Derajat I
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan sedikit,tak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana,transversal,oblik,kominutif sederhana
Kontaminasi minimal
Derajat II
Laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak tidak luas,avulsi
Fraktur kominutuf sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III
Terdapat kerusakan jaringan yang luas,meliputi struktur kulit,otot,dan
neurovaskular serata kontaminasi derajat tinggi.Fraktur derajat III terbagi
atas :
11
Jaringan lunak yang menutupi tulang adekuat,meskipun terdapat
laserasi luas/avulsi,atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran
luka.
Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif
Luka pada pembuluh darah atau saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
Etiologi Fraktur
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan berulang.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan
pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon
tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
12
Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor)
atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh
Diagnosis fraktur
I. Riwayat trauma
Dilakukan anamnesis untuk menggali riwayat mekanisme cedera
(posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat
sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,
riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.
II. Pemeriksaan fisik
Look
Dilihat adanya deformitas angulasi, rotasi, pemendekan,
pemanjangan, bengkak
Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo
Feel
Nyeri tekan : di tekan dari lokasi yg sehat ke lokasi distal yg cedera
Nyeri sumbu
Gerakan / Moving
Aktif : pasien bergerak sendiri, dilihat ada rasa nyeri pergerakan
Pasif : pasien dibantu dengan dokter, dilihat ada krepitasi atau tidak
NVD (Neuro Vaskular Distal)
dilihat arteri distal dan saraf sensoris dan motoris distal
III. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Membantu dalam penegakan diagnosis dari dislokasi,
mengevaluasi dislokasi tulang, mempelajari penyebab fraktur.
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri
dari :
13
I. 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
II. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang
cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali,
yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan foto
rontgen pada fraktur tulang :
Patah tulang harus berada di pertengahan foto rongen
Persendian proksimal dan distal termasuk dalam foto.
Harus dibuat 2 foto yang saling tegak lurus atau bersilangan
90 o,yang utama dibuat pada posisi AP dan lateral
Sinar yang mengenai daerah patahan harus tegak
lurus,karena jika miring dapat membuat gambar menjadi
kabur dan tidak jelas.
Pengguanaan foto rongen selain untuk penegakan diagnosis juga
digunakan untuk evaluasi dan kontrol pada patah tulang, yaitu :
Setelah reposisi digunakan untuk menilai kedudukan
fragmen.Bila dilakukan reposisi terbuka perlu diperhatikan
kedudukan pen-intramedular (kadang-kadang pen menembus
tulang),plate,dan screw (kadang-kadang screw lepas).
Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur
Pembentukan callus
Fibrosa callus : tidak terlihat dengan sinar X.
Primary callus :dapat terlihat pada sinar X.
Secondary callus : densitas sama seperti tulang.
Konsolidasi
Remodelling (pada anak-anak)
Adanya komplikasi
CT scan dan MRI
14
Mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Arteriogram
Bila dicurigai kerusakan vasculer.
Laboratorium
Hitung darah lengkap : Hematokrit, sel darah putih.
Kreatinin
Meningkatkan beban kliens ginjal Profil koagulasi.
Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip 3 R :
Reposisi
Menyesuaikan fragment distal terhadap fragment proximal sehingga
mencapai posisi acceptabl e
Retain
Imobilisasi atau fiksasi luar ,fiksasi dalam
Rehabilitasi
mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari kecacatan
( LEARNING OBJEKTIF )
Komplikasi Fraktur
1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat
terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau
minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme.
Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam
(DVT), tetanus atau gas gangren
2. Komplikasi Lokal
a. Komplikasi dini
15
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma
Pada Tulang
Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat
menimbulkan delayed union atau bahkan non union.
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang
sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang
melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan
berakhir dengan degenerasi
Pada jaringan lunak
Lepuh
Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial
karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering
dan melakukan pemasangan elastik
Dekubitus
terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah
yang menonjol
Pada otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot
tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek
melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang.
Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup
lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley &
Solomon,1993).
Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus
menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh
darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan.
16
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan
nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi
dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah
sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh
darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri
yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi
sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair
untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon,
1993) Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra
kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah
sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena
ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan
gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan
terjadi edema dalam otot. Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama
tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis
otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut
dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P
yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut
nadi hilang) dan Paralisis
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),
aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan
eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993).
b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau nonunion
Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan
atau perpanjangan.
- Delayed union
17
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal.
Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada
ujung-ujung fraktur,
Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi
Lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)
- Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses
penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus
yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi
fiksasi dan bone grafting.
Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi
palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi
beserta rongga sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai
walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum
yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu
imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai,
distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)
- Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan
deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .
- Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed
union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak
yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang
berupa osteoporosis dan atropi otot
18
- Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan
intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa
memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif
pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan
pada penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).
( LEARNING OBJEKTIF )
2. Respon akibat trauma
Memiliki 3 komponen penting :
Perubahan penanpang pembuluh darah dengan akibat meningkat
aliran darah
Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan aliran
darah
Agregasi leukosit di lokasi jejas
Bertambah aliran darah pada daerah terjejas karena dilatasi arterior dan
pembukaan anyaman kapiler. Peningkatan permeabilitas vaskular
menyebabkan timbunnya cairan ekstravaskular yang kaya protein (eksudat).
Protein plasma meninggalkan pembuluh darah melalui pertemuan antara
endotel yang melebar. Pertemuan antar endotel bermigrasi ke daerah jejas
dibawah pengaruh agen kemotaksis.
Menghasilkan tanda-tanda:
Rubor yang terjadi karena jaringan yang mengandung banyak darah
akibat kapiler-kapilernya melebar
Panas akibat sirkulasi darah yg meningkat
Bengkak oleh hiperemi dan eksudat
Nyeri karena pengaruh zat pada ujung saraf perasa yang dilepaskan
oleh sel yang cedera dan tekanan yang tinggi dalam jaringan akibat
eksudat.
19
3. Proses penyembuhan tulang
Ada 5 stadium penyembuhan tulang :
Tahap pembentukan hematoma
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang
masuk ke area fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah
hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari
kelima
Tahap proliferasi sel
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast
yang akan menghasilkan kolagen dan paroteoglikan sebagai matriks
kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan
tulang rawan
Tahap pembentukan kallus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan
tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang
serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.
Tahap penulangan kallus(konsolidasi)
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu
patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini
memerlukan waktu 3-4 bulan.
Remodelling
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas
dan osteoklas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya
( LEARNING OBJEKTIF )
4. Pembidaian
20
Prinsip pembidaian :
Lakukan pembidaian pada bagian yang cedera
Melewati 2 sendi proksimal dan distal
Lakukan pembidaian pada kecurigaan patah tulang
Tujuan pembidaian :
Mengurangi dan menghilangi rasa nyeri
Mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak sekitar seperti pembuluh darah, saraf, otot, dan lainnya
( LEARNING OBJEKTIF )
5. Jenis fraktur pada kasus
Frkatur antebrachii, terdapat 4 jenis :
Fraktur colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan. Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta
lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi
di tanah berputar ke luar (eksorotasi)
Fraktur smith
Fraktur dislokasi kearah anterior (volar). Sering disebut reverse colles
fracture. Pasien terjatuh dengan tanganmenahan badan sedang posisi
tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan
pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang
intraartikular
Fraktur galeazzi
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat
jatuh pasien dengan tangan terbuka yang menahan berat badan, terjadi
pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat
badan yang memberikan gaya supinasi
Montegia
Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal. Terjadi karena trauma langsung
21
E. STEP V
Tujuan Pembelajaran (Menentukan LO)
1. prinsip pembidaian dan pembalutan
2. penatalaksanaan fraktur
3. komplikasi fraktur
4. proses penyembuhan tulang
5. diagnosis banding pada kasus
6. anatomi tulang
22