Upload
dian-apriyani
View
55
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Ekstraksi Pelarut1 April 2013
I. Tujuan
Memisahkan logam Ni dari campuran dengan ekstraksi pelarut
Menentukan kadar Ni dalam sampel
II. Dasar Teori
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat
terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut
Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan
konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap
(Christian, 1986).
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara
destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna
mungkin.
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi utama
ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ionlogam menggunakan agen pengkelat.
Sayangnya beberapa agen pengkelat memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau
subyek untuk hidrolisis atau oksidasi udara dalam larutan aqueous. Karena alasan ini
agen pengkelat ditambahkan ke pelarut organic sebagai ganti fasa aqueous. Agen
pengkelat diekstrak ke fasa aqueous yang reaksinya membentuk kompleks logam-ligan
yang stabil dengan ion logam. Kompleks logam-ligan kemudian terekstrak ke fasa
organik. Efisiensi ekstraksi ion logam bergantung pada pH.
Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non polar. Ion
logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan
pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam pelarut
organik non polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam
bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau lebih
elektron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Moersid, 1989)
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion atau
molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas disebut ligan. Kompleks kelat
atau sepit adalah kompleks yang terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan ligan
yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi yang
terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi. Pembentukan
kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong
dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan
ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul
netral menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984).
Kompleks kelat merupakan asam lemah (HL) yang terionisasi dalam air dan
terdistribusi dalam fase organik dan fase air, serta dengan ion logam dapat membentuk
ion kompleks yang netral dan mudah larut dalam fase organik (Day dan Underwood,
1989).
Salah satu keuntungan menggunakan agen pengkelat adalah derajat selektifitas
tinggi. Efisiensi ekstraksi untuk kation divalent meningkat dari 0-100% disekitar 2 unit
pH. lagipula konstanta pembentukan kompleks logam-ligan bervariasi diantara ion
logam. Akibatnya, perbedaan signifikan muncul dalam range pH dimana ion logam
yang berbeda menaikkan efisiensi ekstraksi dari 0-100%.
Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana
diketahui kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-
Beer dalam range konsentrasi yang lebar. Sebagaimana diketahui warna adalah salah
satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia spektrum
radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah
interaksinya dengan radiasi elektromagnetik.
Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan
pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi
panjang gelombang. Agar lebih mudah memahami proses absorpsi tersebut dapat
ditunjukkan dari suatu larutan berwarna. Misalnya larutan tembaga sulfat yang nampak
berwarna biru. Sebenarnya larutan ini mengabsorpsi radiasi warna kuning dari cahaya
putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak oleh mata kita.
Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu molekul/atom yang
mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi tersebut untuk mengadakan
eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya akan terjadi bila energi radiasi yang diperlukan
sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan
sifatnya karakteristik.
Komponen-komponen yang mengabsorpsi dalam spektrofotometri UV-Vis
dapat berupa absorpsi oleh senyawa-senyawa organik maupun anorganik. Senyawa-
senyawa organik yang mengandung ikatan rangkap 2/ rangkap 3 akan menghasilkan
puncak-puncak absorpsi yang penting terutama dalam daerah UV. Gugus-gugus
fungsional organik tidak jenuh yang mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini dinamakan
kromofor/sering dikenal dengan pembawa warna. Contoh kromofor, -NH2, -C=C-,
C=O, -CHO, -NO2, -N=N- dan lain-lain. Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa
anorganik, spektra dari hampir semua ion-ion kompleks dan molekul-molekul
anorganik menghasilkan puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam transisi,
pelebaran puncak disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kimianya. Suatu contoh
larutan Cu (II) encer berwarna biru muda, tetapi warna akan berubah menjadi biru tua
dengan adanya amonia. Bila unsur-unsur logam membentuk kompleks, maka faktor
ligan sangat menentukan. Sebagian radiasi yang terabsorpsi oleh suatu larutan analit
yang mengabsorpsi ternyata terdapat hubungan kuantitatif dengan konsentrasinya.
Jumlah radiasi yang terabsorpsi oleh sampel dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer
dan dijadikan dasar pada analisis kuantitatif spektrofotometri.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Hot plate 1 buah Larutan HNO3 6 M
Labu ukur 100 ml 1 buah Larutan NaOH 2,5 M
Neraca Analitis 1 buah Larutan Asam Asetat 6 M
Buret 50 ml 1 buah Buffer Asetat
Spektronik + Kuvet 1 buah Na-tiosulfat
Tabung reaksi 10 buah Na-tartrat
Corong 1 buah Hidroksilamin Hidroklorida 10 % (dalam
air)
Kertas saring 1 buah Dimetilglioksin 1 % (dalam metanol)
Pipet tetes 3 buah Kloroform
Pipet Mohr 1 buah
Gelas ukur 25 ml 1 buah
IV. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan standar utama
Logam Ni ditimbang dengan teliti untuk membuat latutan standar 0,04 M
sebanyak 100 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan
15 ml HNO3 6 M dan panaskan pada hot plate sampai terlarut semua (jangan
menutupi labu). Netralkan dengan NaOH 2,5 M sampai terbentuk endapan nikel
hidroksida yang pertama kali muncul. Tambahkan asam asetat 6 M setetes demi
setetes, aduk tiap penambahan, sampai endapan tersebut terlarut semua. Encerkan
hingga tanda batas dan diaduk hingga tercampur sempurna. Pipetlah 10 ml larutan
standar tersebut dan encerkan dalam labu 250 ml, hingga diperoleh dengan
konsentrasi 100 ppm Ni.
2. Preparasi Sampel
Jika sampel berupa aloy, timbang kira-kira 5-10 mg sampel. Larutkan sampel,
netralkan dengan NaOH dan asam asetat dan perlakukan seperti larutan standar.
Jika sampel berupa garam, timbang dalam sejumlah berat tertentu, masukkan
dalam labu ukur 100 ml, netralkan dengan NaOH dan asam asetat. Selanjutnya
kerjakan seperti perlakuan larutan standar. Encerkan sampai tanda batas
(perkirakan sehingga sampel tersebut mengandung 1-4 mg per 100 ml).
3. Pembuatan Larutan Buffer
Encerkan 8,7 ml asam asetat6 M menjadi 100 ml. Kemudian tambahkan 10 ml
larutan encer tersebut ke dalam 40 ml air yang mengandung 15 gram natrium
asetat.
4. Ekstraksi
Sediakan 9 buah tabung reaksi. Ke dalam 5 tabung reaksi pertama masukkan
masing-masing 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; dan 3,5 ml larutan standar Ni 100 ppm dengan
menggunakan buret. Dengan menggunakan pipet Mohr 10 ml, masukkan sejumlah
volume aquades ke dalam 5 tabung diatas sehingga total voolume larutan untuk
setiap tabung menjadi 0,1 ml. Siapkan tabung ke 6 dan isilah dengan aquades.
Sedangkan 3 tabung yang tersisa isilah dengan masing-masing 10 ml sampel. Ke
dalam setiap tabung tambahkan secara berurutan masing-masing 0,5 gram natrium
tartrat, 5,0 ml buffer, 2,5 gram natrium tiosulfat, 1,0 ml 10 % hidroksilamin
hidroklorida dalam air, dan 2,0 ml 1 % dimetilglioksin dalam etanol. Kocoklah
tabung setiap penambahan suatu reagen.
Dengan menggunakan pipet tambahkan 10 ml kloroform ke dalam setiap
tabung, kemudian lakukan pengocokan selama 3 menit untuk setiap tabung
(tutuplah tabung reaksi dengan penutupnya jika memungkinkan) sehingga terjadi
pendistribusian nikel ke dalam dua fasa yang ada. Kemudian biarkan campuran
untuk beberapa saat agar kedua fasa terpisah sempurna. Pipetlah 5-6 ml lapisan
kloroform, saring dengan kertas filter dan tampung filtratnya ke dalam kuvet
spektronik. Untung mengurangi penguapan tambahkan 5 mm lapisan air ke dalam
kuvet.
5. Pengukuran dengan spektrofotometer
Ukur absorban setiap larutan yang diperoleh dari ekstraksi pada panjang
gelombang 420 nm. Set absorban pada nol dengan menggunakan larutan blank.
Susunlah kurva kalibrasi dari absorban larutan standar yang diplotkan lawan
konsentrasinya. Tentukan persamaan regresi, koefisien korelasinya dan tentukan
konsentrasi sampel berdasarkan kurva yang diperoleh.
V. Hasil Pengamatan
Sifat Fisis
NiSO4 Kristal berwarna hijau tua
Sampel Serbuk, berwarna kuning kehijauan
HNO3 6 M Cair, tidak berwarna, tidak berbau
NaOH 2,5 M Cair, tidak berwarna, tidak berbau
CH3COOH 6 M Cair, tidak berwarna, berbau khas
Na-tartrat Serbuk, berwarna putih
Buffer Cair, tidak berwarna
Na2S2O3 Kristal, tidak berwarna
Hidroksilamin hidroklorida 10 % Cair, tidak berwarna
DMG Cair, tidak berwarna
Kloroform Cairan kental, tidak berwarna, berbau
menyengat
1. Pembuatan larutan standar
Perlakuan Pengamatan
0,45 g NiSO4 + HNO3 Menghasilkan larutan kehijauan
Dipanaskan Warnanya tetap kehijauan
+ NaOH 2,5 M Setelah beberapa lama terbentuk endapan
+ CH3COOH 6 M Endapan melarut
Diencerkan hingga 250 ml Menghasilkan larutan tidak berwarna
Dipipet, diencerkan ke labu ukur 100 ml Menghaskan larutan tidak berwarna
2. Preparasi sampel
Perlakuan Pengamatan
0,1 g sampel + HNO3 6 M Menghasilkan larutan tidak berwarna
Dipanaskan Warnanya tetap tidak berwarna
+ NaOH 2,5 M Terbentuk sedikit endapan
+ CH3COOH 6 M Endapan melarut
Diencerkan sampai tanda batas Menghasilkan larutan tidak berwarna
3. Ekstraksi sampel dan blanko
Perlakuan Pengamatan
Sampel Blanko
10 ml sampel + Na tartrat Larutan kuning
kecoklatan
Larutan tidak berwarna
+ 5 ml buffer Larutan kuning keruh
kecoklatan
Larutan tidak berwarna
+ Na2S2O3 Larutan kuning keruh
kecoklatan
Larutan tidak berwarna
+ hidroksilamin HCl 10 % Larutan kuning keruh
kecoklatan
Larutan tidak berwarna
+ DMG Membentuk koloid
berwarna merah muda
Larutan tidak berwarna
+ CHCl3 Terbentuk dua fasa
Fasa atas: koloid putih
Fasa bawah: larutan
jingga merah
Terbentuk 2 fasa
Fasa atas: koloid putih
Fasa bawah: larutan tidak
berwarna
4. Pengukuran Absorbansi
Larutan Absorbansi (nm)
Sampel 0.822
Standar 1.5 ml 0.495
Standar 1.0 ml 0.262
Standar 0.5 ml 0.021
Standar 0.1 ml 0.023
Blanko 0.000
Reaksi yang terjadi :
Ni2+ aq + 6H2Ol → [Ni(H2O)6]2+ aq hijau
[Ni(H2O)6]2+ + 2H2DMG aq → Ni(DMG)2 + 2H+ (disosiasi merah)
[Ni(H2O)6]2+ + 2 DMG → 2 OH- + Ni(DMG)2 + 8H2Ol
VI. Perhitungan
Pembuatan Larutan
o NaOH 4M sebanyak 200 ml
M = g
mr x
1000v
4 M = g
40 g/mol x
1000 ml200 ml
g = 32 gram
o Buffer
NaCH3COO , M = 0.5 M , V = 100 ml
CH3COOH , M = 17.49 M
M1 x V1 = M2 x V2
0.5 M x 100 ml = 17.49 M x V2
V2 = 50 / 17.49
V2 = 2.86 ml CH3COOH
V.aquades = 100 ml - 2.86 ml
= 97.14 ml
o CH3COOH 6M , 100%, BJ = 1.05 g/ml, sebanyak 250 ml
M = % . BJ . 10
Mr
= 100 x 1.05 x10
60
= 17.5 M CH3COOH
M1 x V1 = M2 x V2
17.5 M x V1 = 6 M x 250 ml
V1 = 85.71 ml CH3COOH
V.aqudes = 250 ml -85.71 ml
= 164.29 ml
o Hidroksilamin HCl 10 % sebanyak 50 ml
g = 10% x 50 ml
= 5 gram
o HNO3 6 M , 63%, BJ : 1.32 g/mol sebanyak 200 ml
M = % . BJ . 10
Mr
= 63 x 1.32 x 10
63
= 13.2 M
M1 x V1 = M2 x V2
13.2 M x V1 = 6 M x 200 ml
V1 = 90.91 ml HNO3
V.aqudes = 200 ml -90.91 ml
= 109.91 ml
o DMG 1% dalam methanol
1% = 1 gram100 ml
= g DMG100 ml
gram DMG = 1 gram
1gram DMG dilarutkan dalam 100 ml metanol
Pembuatan Larutan standar Ni
ppm standar = 0,45 g250 ml
= 450 mg0,25 L
= 1800 mg/L NiSO4. 6H2O
ppm Ni = Ar∋ ¿Mr NiSO 4 .6 H 2O
x ¿ppm NiSO4. 6H2O
= 59
262.71x 1800 mg/L
= 402.26 ppm
Pengenceran
ppm Ni (2) = V pipetV labu
x ppm Ni (1)
=10 ml
100 ml x 403,802 ppm
= 40,226 ppm
Standar
- 0.1 ml = 0.1 ml10 ml
x 40.226 ppm = 0.40226 ppm
- 0.5 ml = 0.5 ml10 ml
x 40.226 ppm = 2.0113 ppm
- 1.0 ml = 1ml
10 ml x 40.226 ppm = 4,0226 ppm
- 1.5 ml = 1.5 ml10 ml
x 40,226 ppm = 6.0339 ppm
- 0 ml(blanko) = 0 .0ml10 ml
x 40,226 ppm = 0,000 ppm
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
f(x) = 0.117834236563417 x − 0.214666666666667R² = 0.9999050574699
Kurva Larutan Standar Ni
Konsentasi (ppm)
Abso
rban
si (n
m)
Kadar Ni dalam sampel
y = 0.117 x - 0.214
0,822 = 0.117 x - 0.214
x = 1.0360 .117
= 8.855 ppm
Gram Ni dalam sampel
8.855 ppm = 8.855 mg/L
8.855 mg/L= x mg
0,25 L
x mg = 8.855 mg/L x 0,25 L
= 2.214 mg Ni
= 0.002214 g Ni
% Ni dalam sampel
% Ni = berat∋ ¿berat sampel
¿ x 100 %
= 0.00 2214 g
0.1 g x 100 %
= 2.214 %
VII. Pembahasan
Ekstrasi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat
terlarut dari suatu pelarut dalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Dalam
percobaan ini bertujuan untuk memisahkan logam Ni dari campurannya dengan ekstrasi
pelarut serta menentukan kadar Ni dalam sampel dengan metode spektrofotometri.
Ni adlah logam yang tidak larut dalam senyawa non polar. Untuk melarutkan
Ni, logam Ni harus diubah menjadi senyawa non polar dengan cara membentuk
menjadi senyawa kompleks. Agen pengoonmpleks atau ligan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu dimetilglioksin. Ion logam Ni 2+ berikatan kovalen koordinasi
dengan DMG menghasilkan senyawa kompleks Ni(DMG)2 agar dapat terekstrasike
fasa organic yang akhirnya menghasilkan senyawa berwarna yang dapat diukur dalam
sperktrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
Pada perlakuan awal, sampel dipipet sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan
pereaksi Na-tartrat untuk membentuk kompleks Fe(III) yang ada dalam campuran.
Selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan buffer. Penambahan buffer bertujuan untuk
membuat larutan menjadi sedikit asam karena NI2+ membentuk kompleks dengan
DMG pada suasana sedikit asam dengan kata lain buffer untuk mempertahankan pH
yang ada dalam larutan. Lalu ditambahkan 2,5 gram Na2SO3. Penambahan thiosulfat
tersebut agar larutan membentuk kompleks anionic Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak
dengan kloroform. Kemudian ditambahkan hidroksilamin hidroksida untuk mencegah
oksidasi Ni(DMG)2 menjadi kompleks Ni(V) dengan DMG yang berbeda spectrum
absorbansinya.
Dalam larutan ini senyawa kompleks yang terbentuk tidak hanya Ni(DMG)2
tetapi terdapat juga Cu dan Fe senyawa kompleks. Untuk itu penngukuran absorbansi
pada spektrofotometer dilakukan pada panjang gelombang 420 nm dimana pada
panjang gelombang tersebut spesifik cahya akan menyerap yang ditimbulkan oleh
senyawa kompleks Ni(DMG)2 dan cahaya dari senyawa kompleks lainnya tidak ikut
diserap. Jadi senyawa kompleks yang lain tidak dapat mempengaruhi konsentrasi Ni
yang diperoleh. Proses penyaringan pads ekstrasi ini dilakukan bertujuan agar tidak ada
pengotor yang mengganggu pada saat pengukuran dengan spektrofotometer.
Untuk memperoleh persamaan regresi dengan cara membandingkan konsentrasi
Ni pada volume 0.1,0.5,1.0,1.5 ml dalam ppm dengan absorbansi yag terukurnya
dengan panjang gelombang yang digunakan 420 nm. Sehingga diperoleh persamaan
regresi pada larutan standar yaitu y = 0.117 x - 0.214. kemudian pada sampel juga
dihitung absorbansi nya, diperoleh absorbansi sampel 0.822 nm. Dengan menginputkan
absorbansi sampel pada pesamaan regresi dari kurva larutan standar diperoleh kadar Ni
dalam sampel. Kadar Ni dalam sampel sebesar 8.855 ppm dan sekitar 0.002214 g Ni.
Presentrasi Ni dalam sampel diperoleh dengan membandingkan gram Ni dalam sampel
dengan gram Ni (awal) sehingga diperoleh presentase sebesar 2.214 %.
VIII. Kesimpulan
Ekstraksi pelarut yaitu metode pemisahan yang baik. Ekstraksi yaitu proses
pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi
terhadap 2 pelarut yang tidak saling bercampur. Proses ekstrasi Ni dapat dilakukan
dengan menambahkan beberapa reagen yaitu Na-Tartrat, buffer, Na-Thiosulfat,
Hidroksilamin HCl, DMG dalam methanol, dan kloroform.
% Ni dalam sampel sebesat 2.214 %. Sedangkan kadar Ni yang diperoleh dalam
sampel sebesar 8.855 ppm.
Daftar Pustaka
Basset,J.Denney,R.C Jefry,G.H Mendhan,J.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik.Jakarta: EGC.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga
Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka