31
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan vaskuler, dan tumor jaringan syaraf. Tumor non- osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor epitel. 1, Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada gingiva (gusi). Epulis ini dapat bersifat fibrous, hiperplastik, maupun granulatif. Dalam pertumbuhannya epulis ini bisa tidak bertangkai atau biasa disebut sessile dan bisa pula bertangkai (peduncullated). 1,2 Di Indonesia data epidemiologi epulis masih belum diketahui secara pasti. Sementara itu faktor predisposisi dari terjadinya epulis diduga bisa dari iritasi kronis lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi.

Lapsus Epulis Nesha

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jghgkg

Citation preview

Page 1: Lapsus Epulis Nesha

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai

faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan non

odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal dari

ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor non-

odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan

vaskuler, dan tumor jaringan syaraf. Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor

epitel, hiperplasi inflamasi dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis

termasuk kepada tumor epitel. 1,

Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor

pada gingiva (gusi). Epulis ini dapat bersifat fibrous, hiperplastik, maupun granulatif.

Dalam pertumbuhannya epulis ini bisa tidak bertangkai atau biasa disebut sessile dan

bisa pula bertangkai (peduncullated). 1,2

Di Indonesia data epidemiologi epulis masih belum diketahui secara pasti.

Sementara itu faktor predisposisi dari terjadinya epulis diduga bisa dari iritasi kronis

lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan

berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis fibromatosa,

epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum, dan epulis angiomatosa.

Epulis dapat ditegakkan diagnosanya jika didapatkan massa atau lesi yang tersusun

dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan hiperplastik berwarna

merah muda, konsistensi bisa kenyal dan padat, kadang ada yang mudah berdarah dan

biasanya tidak sakit kecuali jika ada infeksi dan ulserasi pada lokasi epulis. 1,2,3

Penatalaksanaan pada epulsis yaitu pengangkatan jaringan patologis dari

ginggiva, serta memberikan penatalaksanaan pada penyebab terjadinya epulis seperti

pencabutan gigi yang terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi.

Agar epulis bisa ditegakkan diagnosanya dengan tepat, maka penulis merasa perlu

Page 2: Lapsus Epulis Nesha

2

untuk membahas sebuah kasus dengan judul “epulis” agar dapat menambah

pengetahuan dalam mendiagnosis penyakit gigi dan mulut pada manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat adalah:

1.Bagaimana tinjauan kepustakaan pada kasus epulis ?

2.Bagaimana cara melakukan penegakan diagnosa dan penatalaksanaan yang

tepat pada kasus dengan epulis ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tinjauan kepustakaan pada kasus epulis.

2. Untuk mengetahui cara melakukan penegakan diagnosa dan penatalaksanaan

yang tepat pada kasus dengan epulis.

1.4 Manfaat

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai epulis

secara menyeluruh, baik dari defenisi, klasifikasi, manifestasi klinik, diagnosis,

tatalaksana, komplikasi dan prognosisnya sehingga dapat dijadikan tambahan

pengetahuan dalam penegakkan diagnosa maupun penatalaksanaan pada kasus-kasus

epulis yang terjadi di masyarakat.

Page 3: Lapsus Epulis Nesha

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Definisi Epulis

Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti

tumor pada gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari

gingiva, berasal dari jaringan periodonsium atau jaringan periosteum. 1

Epulis bisa didefinisikan suatu tumor yang bersifat jinak non-neoplastic dan

pertumbuhannya berada di atas gingiva (interdental papilla) yang berasal dari

periodontal dan jaringan periosteum. Epulis ini dapat bersifat fibrous, hiperplastik,

maupun granulatif. Dalam pertumbuhannya epulis ini bisa tidak bertangkai atau biasa

disebut sessile dan bisa pula bertangkai (peduncullated). 1,2,3

2.2      Faktor Predisposisi Epulis

Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus,

karies servikal, sisa akar gigi) dan perubahan hormonal. 3,4,5

Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis

2.3      Klasifikasi Epulis

Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis

gravidarum, epulis congenitalis, epulis fibromatosa, epulis granulomatosa

dan epulis fissuratum3,6,7

Page 4: Lapsus Epulis Nesha

4

2.3.1 Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)

Epulis gravidarum adalah granuloma piogenik yang berkembang pada gusi

selama kehamilan. Tumor ini merupakan lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak

mulut dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe

ini berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan

berikutnya.Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan

namun ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.

Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan

progesteron pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini

masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan

hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan

keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk. 1,2,8,10

Gambar 2. Epulis gravidarum pada wanita hamil

Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna

yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna

keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas.

Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah

berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran

diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi

yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.

Page 5: Lapsus Epulis Nesha

5

Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera

setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini

sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan

terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-

hari.

Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,

diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi

secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah

melahirkan.Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan dan

bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namun

terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan laser karena memberi

keuntungan yaitu sedikit perdarahan.

2.3.2 Epulis fibromatosa

Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering

mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna.

Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir  dan

mukosa bagian bukal.

Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering

terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang

terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal,

batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak

menimbulkan rasa sakit. letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi

kenyal1,2,10

Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan

menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat

kolagen dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi

oleh epitel skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan

memiliki tujuan untuk menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.

Page 6: Lapsus Epulis Nesha

6

Gambar 3. Epulis fibromatosa

Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis

yang mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan.

Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam

berkas yang tidak beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam stroma.

Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa

2.3.3. Epulis Granulomatosa

Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling

banyak didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama

terjadi pada wanita.

Page 7: Lapsus Epulis Nesha

7

Gambar 5. Epulis granulomatosa  pada daerah palatal gigi insisif atas

Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya

vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna

merah keunguan. Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran

kurang dari 2 cm namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini

dapat tumbuh menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi

ulserasi dan mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi

tulang di bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang.

Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi. Konsistensi kenyal, mudah berdarah

bila tersenggol. 1,2

Terlihat  jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami

proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat

dibawah epitel) yang tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang

disusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah, sebukan sel radang akut dan kronis. Bila

ada ulserasi, biasnya sel radang yang banyak dijumpai adalah PMN sehingga

dambarannya menyerupai granuloma piogenikum.

Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang

terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak dapat

dipertahankan, atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan penghalusan

akar (root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 % sehingga diperlukan

tindakan eksisi kembali.,3,8

Page 8: Lapsus Epulis Nesha

8

2.3.4. Epulis Kongenital

Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan

meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari

neural crest.

Epulis tipe ini sangat jarang ditemui, dan terjadi pada bayi saat kelahiran. Dari

penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih banyak dijumpai pada bayi

perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan paling banyak terjadi pada

maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang bawah). 1,2,8

Gambar 6 Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis

Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya

pada tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi

yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi

bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai

9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari mukosa

alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan dan

menyulitkan bayi saat menyusu.

    Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang

terjadi pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren

dan tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat ditemui secara

dini saat sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat sonography namun diagnosa

yang pasti belum dapat ditegakkan.

Page 9: Lapsus Epulis Nesha

9

Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan

menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang

berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.

Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui

sehingga perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan

penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari

kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses pertumbuhan

gigi.

2.3.5 Epulis Fissuratum

Epulis fissuratum adalah hiperplasia mukosa akibat trauma ringan kronik oleh

tepi gigi tiruan. Epulis fissuratum dianalogikan sebagai  akantoma fissuratum pada

kulit. Epulis fissuratum muncul berhubungan dengan tepi gigi tiruan. Epulis biasanya

ditemukan pada vestibuler maksila atau mandibula. Kebanyakan epulis fissuratum

terjadi pada ras kulit putih. Ini berhubungan dari dominasi ras kulit putih sering

menggunakan gigi tiruan. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita. Pada kenyataannya,

wanita lebih suka menggunakan gigi tiruan dalam waktu yang lebih lama, karena

alasan estetik. Kemungkinan, perubahan epitel menjadi atropi pada wanita

menopause, mempengaruhi kejadiannya pada wanita yang lebih tua. Epulis

fissuratum terbanyak terjadi pada umur 50, 60, dan 70-an, tapi dapat ditemukan pada

hampir seluruh umur. Epulis fissuratum pernah ditemukan pada anak kecil. Faktanya,

lesi berhubungan dengan penggunaan gigi tiruan dan proses iritasi yang kronis

memiliki insidensi lebih tinggi pada individu yang lebih tua.

Pemeriksaan pada pasien epulis fissuratum ditemukan pembengkakan pada

mukosa hiperplastik, dimana meliputi pinggiran dari gigi tiruan. Lesi lebih sering

pada bagian depan dari gigi tiruan. Lesi pada daerah lingual jarang ditemukan. Lesi

ini lebih sering pada bagian anterior rahang.  Permukaan dari massa epulis fissuratum

: halus, biasanya berbentuk ulseran atau papiler. Ukuran dari lesi epulis fissuratum

bervariasi; pada beberapa lesi kecil, tapi adapula yang dapat meliputi seluruh mukosa

Page 10: Lapsus Epulis Nesha

10

vestibuler yang kontak dengan gigi tiruan. Beberapa lesi muncul menjadi granuloma

piogenik yang disebabkan proliferasi kapiler. 3,7,8

Gambar 7. Epulis Fissuratum pada anterior mandibula, pada tempat gigi tiruan biasa dipasang.

Terlihat fambaran eritema. Pada permukaan lesi biasanya halus

Penyebab dari epulis fissuratum adalah iritasi kronis ringan pada tempat

pemasangan gigi tiruan. Biasanya, berhubungan dengan resopsi dari tulang alveolar,

supaya gigi tiruan dapat bergerak pada mukosa vestibuler, mengakibatkan inflamasi

hiperplasi jaringan  yang berproliferasi pada tepi gigi tiruan tersebut.

Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang mungkin

menyebabkan terjadinya epulis ini harus diperbaiki untuk mencegah iritasi yang lebih

berat lagi. Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa,

namun sebagai tindakan preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi

pada lesi tersebut.

Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis fissuratum. Pasien yang

menggunakan gigi tiruan jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan

kesehatan mulut mereka ke dokter gigi, sehingga mengurangi resiko terjadinya epulis

fissuratum.

Dengan penatalaksanaan segera, prognosis dari epulis fissuratum ini adalah

baik. Masalah yang mungkin terjadi adalah, massa pada daerah mukosa vestibuler

dan berhubungan dengan gigi tiruan sering tidak terdiagnosis sebagai epulis

fissuratum. Sayangnya, pada kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi skuamos sel

karsinoma atau sudah bermetastase. Karena itu, jaringan ini, setelah dieksisi harus

diperiksa secara histopatologis. Perlu disarankan kepada pasien untuk memeriksakan

gigi mereka secara rutin jika dibutuhkan dan jika ada gangguan pada jaringan mulut.

Page 11: Lapsus Epulis Nesha

11

Gambar 8 Massa pada mukosa vestibuler posterior massa sudah berubah menjadi skuamous sel

karsinoma.

2.4 Penatalaksanaan Epulis,

Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva,

pencabutan gigi yang terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi.

1. Indikasi operasi: Epulis kecuali epulis gravidarum

2. Kontra indikasi Operasi: Komorbiditas berat

3. Diagnosis Banding: Karsinoma gingiva

4. Pemeriksaan Penunjang: FNA

Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang

akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan

permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent). Sebelum

dilaksanakan operasi sebaiknya memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan

kelengkapan operasi, penderita dipuasakan minimal 6 jam sebelum operasi dan

diberikan antibiotika profilaksis. 1,2,3

Tahapan operasi

Posisi penderita telentang  sedikit “head-up”(20-250), ekstensi (perubahan

posisi kepala setelah didesinfeksi).

Desinfeksi intraoral setelah dipasang tampon steril di orofaring.

Mulut dibuka menggunakan mouth spreader sehingga lapangan operasi lebih

jelas. Lakukan anastesi lokal menggunakan anastesi lokal, tunggu beberapa

saat sampai pasien tidak merasakan sakit lagi

Page 12: Lapsus Epulis Nesha

12

Exsisi  dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan yang sehat, lakukan

pembersihan lebih lanjut dengan jalan mencabut gigi yang terlibat serta

lakukan kerokan pada sisa sekitar tumor.

Setelah selesai dilakukan pengambilan epulis luka bekas eksisi diberikan

tamban dan digigit selama 1 jam.

Komplikasi operasi

Perdarahan

Infeksi

Residif

Mortalitas sangat rendah

Perawatan Pascabedah

Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon steril pada saat operasi  untuk

menghentikan perdarahan pada bekas akar gigi, bisa dilepas setelah 1 jam dari 

eksisi atau ancaman perdarahan sudah berhenti.

Tidak diperkenankan untuk melakukan kumur-kumur dan menghisap-hisap luka,

karena tindakan tersebut akan merusak jendalan/bekuan  darah yang telah

terbentuk sehingga dapat menyebabkan perdarahan kembali dan apabila bekuan

darah tersebut terbuka akan terdapat resiko terjadinya infeksi.

Obat antibiotika, antiradang, penghilang nyeri diminum secara teratur.

Menjaga makan (makan bersih) agar luka pasca operasi tidak menjadi kotor.

Sangat dianjutkan untuk merendam luka dengan obat kumur antiseptik setiap

setelah makan.

Sikat gigi secara hat-hati diperkenankan sehari pasca operasi dan tidak

diperkenankan melakukan kumur-kumur, tetapi cukup mengalirkan air ke dalam

mulut sampai bersih. Sangat dianjurkan untuk memberihkan mulut menggunakan

air matang atau air kemas untuk mencegah terjadinya infeksi. 5,8,9

Follow-Up

Tiap minggu sampai luka operasi sembuh

Page 13: Lapsus Epulis Nesha

13

2.5 Pencegahan

Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis. Pasien yang menggunakan gigi

tiruan jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan kesehatan mulut mereka

ke dokter gigi. Menjaga kebersihan gigi dan merawat gigi dengan baik1,2,3

2.6 Prognosis

Dengan penatalaksanaan segera, prognosis dari epulis ini adalah baik.

Sayangnya, pada kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi skuamos sel karsinoma

atau sudah bermetastase. Karena itu perlu diperiksa secara histopatologis untuk

menyingkirkan diagnose keganasan. 1,2,3

Page 14: Lapsus Epulis Nesha

14

BAB III

STATUS PASIEN

3.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. R

Umur : 75 Tahun

Alamat : Banjarejo

Pendidikan : -

Jenis kelamin : perempuan

Tanggal periksa : 06 Maret 2014

3.2 ANAMNESIS

1. Keluhan utama

Mengeluh adanya benjolan pada atas gusi belakang rahang bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

keluhan muncul benjolan di gusi belakang rahang bawah sudah dirasakan

sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan tiba – tiba sebesar 1 cm, benjolan

berwarna sama seperti gusi. Pasien mengatakan benjolan tidak terasa sakit dan

tidak pernah berdarah, selama ini benjolan tidak pernah mengecil, terasa

mengganjal saat mengunyah makanan. Pasien mengatakan tidak mengetahui

penyebab dari benjolan ini, sebelumnya gigi tidak pernah sakit, tidak pernah

mengalami trauma pada gigi dan tidak pernah menggunakan gigi tiruan.

Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya.

3. Riwayat perawatan

gigi : pasien pernah mencabut gigi

jar. Lunak rongga mulut dan sekitarnya : -

4. Riwayat kesehatan :

Kelainan darah :

Kelainan endokrin :

Gangguan nutrisi

Page 15: Lapsus Epulis Nesha

15

Kelainan jantung

Kelainan kulit/ kelamin

Gangguan pencernaan

Gangguan respiratori

Kelainan imunologi

Diabetes mellitus

5. Obat – obatan yang sedang dikonsumsi : -

6. Keadaan sosial / kebiasaan :

7. Riwayat penyakit keluarga : disangkal

3.3 PEMERIKSAAN KLINIS

1. EKSTRA ORAL

Muka : Dalam batas normal

Pipi kiri : Dalam batas normal

Pipi kanan : Dalam batas normal

Bibir atas : Dalam batas normal

Sudut mulut : Dalam batas normal

Kelenjar sub mandibula kiri : Tidak ada pembesaran

Kanan : Tidak ada pembesaran

Kelenjar sub mentalis : Tidak ada pembesaran

Kelenjar leher : Tidak ada pembesaran

Kelenjar sub lingualis : Tidak ada pembesaran

Kelenjar parotis : Tidak ada pembesaran

2. INTRA ORAL

Mukosa labial atas : Dalam batas normal

Mukosa labial bawah : Dalam batas normal

Mukosa pipi kiri : Dalam batas normal

Mukosa pipi kanan : Dalam batas normal

Page 16: Lapsus Epulis Nesha

16

Bucal fold atas : Dalam batas normal

Bucal fold bawah : Dalam batas normal

Labial fold atas : Dalam batas normal

Labial fold bawah : Dalam batas normal

Gingiva rahang atas : Dalam batas normal

Gingiva rahang bawah : Dalam batas normal

3 . STATUS LOKALIS

k

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I I II III IV V

V IV III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Rahang bawah kanan regio molar 3

Inspeksi : tampak benjolan di atas gingiva regio molar 3 diameter ± 1 cm ,

bertangkai, batas tegas, tanda perdarahan (-), warna merah seperti

jaringan sekitar di sekitarnya, permukaan licin dan tidak berbenjol-

benjol,

Palpasi : didapatkan benjolan ukuran ± 1x 1cm, konsistensi kenyal, batas

tegas, nyeri tekan (-), mudah berdarah (-), permukaan rata,

bertangkai (+).

Page 17: Lapsus Epulis Nesha

17

3.4 DIAGNOSIS SEMENTARA

Gingiva regio 3 tumor bertangkai

1 karies profunda

8765432 345678

87654321 12345678 gigi hilang

3.5. RENCANA TERAPI

- Rujuk ke spesialis bedah mulut Pro eksisi / Ekskokleasi Epulis dengan lokal

anastesi pada gusi rahang kiri bawah.

- KIE pasien mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan

- Pro exo pada 1

- 8765432 345678 pro protesa

87654321 12345678

3.6 PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

- Amoksisilin 500mg tab

3 dd 1

3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Patologi

- Biopsi/ (FNA)

3.7 DAGNOSA KERJA

Gingiva regio 3 Epulis

1 gangren radiks

8765432 345678

87654321 12345678 loss of teeth

Page 18: Lapsus Epulis Nesha

18

3.9 FLOW SHEET

No Tgl Elemen Diagnosa Terapi keterangan

1. 06-03-

2014

Gingiva regio 3

1

8765432 345678

87654321 12345678

Epulis

Gangren

radiks

Loss of teeth

Rujuk Sp. bedah

mulut Pro eksisi /

Epulis pada gusi

rahang kiri bawah.

Pro exo

pro protesa

KIE pasien

mengenai

tindakan

operasi yang

akan

dilakukan

KIE untuk

pemasangan

gigi tiruan.

Page 19: Lapsus Epulis Nesha

19

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan suspek epulis Fibromatosa pada

gusi rahang bawah. Anamnesis didapatkan sejak sekitar bulan yang lalu, pasien

mengeluhkan muncul benjolan di gusi tengah bawah sejak 2 bulan yang lalu.

Benjolan awalnya kecil semakin lama semakin membesar dan sekarang besarnya

kurang lebih 2 cm dan tumbuh menutupi gigi seri depanya, benjolan berwarna seperti

gusi pada umumnya. Pasien mengatakan benjolan tidak terasa sakit dan tidak pernah

berdarah, selama ini benjolan tidak pernah mengecil, terasa mengganjal saat

mengunyah makanan. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari benjolan

ini, sebelumnya gigi tidak pernah sakit, tidak pernah mengalami trauma pada gigi.

Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya. Riwayat anggota keluarga yang

menderita keluhan yang sama disangkal, riwayat terpapar penyinaran di daerah mulut

disangkal, riwayat penyakit keganasan sebelumnya disangkal, riwayat sakit gigi

sebelumnya disangkal, riwayat darah tinggi maupun kencing manis disangkal,

riwayat merokok serta mengkonsumsi alkohol disangkal.

Pada pemeriksaan ekstraoral didapatkan kesan normal pada pasien, tidak ada

pembengkakan, maupun trismus. Pemeriksaan intraoral didapatkan benjolan di

mukosa ginggiva kanan bawah kurang lebih 2 cm, hiperemis (-), oedematous (+),

ulcus (-). Palpasi didapatkan benjolan ukuran ± 2x1x0,5 cm, konsistensi kenyal, batas

tegas, nyeri tekan (-), mudah berdarah (-), permukaan rata, bertangkai (+).Pada

pemeriksaan gigi geligi pasien tidak ditemukan adanya kelainan

Keluhan utama pasien didiagnosis sebagai epulis, yang membutuhkan

pemeriksaan lebih lanjut berupa pemeriksaan histopatologis untuk dapat mengetahui

secara pasti jenis epulis dan kemungkinan etiologi serta menyingkirkan diagnosis

banding yang lain (hiperplasi gingiva). Melihat gejala klinis, kondisi pasien dan

pemeriksaan pada pasien di simpulkan diagnosis sementara adalah suspek epulis

Fibromatosa.

Page 20: Lapsus Epulis Nesha

20

Faktor yang diduga dapat menyebabkan epulis adalah faktor buruknya

higienitas oral, infeksi (virus maupun bakteri tertentu), faktor vaskuler, dan

penggunaan obat-obatan, serta trauma atau iritasi kronik lokal (kalkulus maupun

benda lain yang dapat menyebabkan iritasi dengan tingkat rendah tapi berkelanjutan).

Adanya plak pada gigi ditambah dengan adanya perubahan hormon dapat

meningkatkan proses inflamasi pada gingiva. Pada kasus ini, penyebab epulis dari

pasien sulit diketahui. Kemungkinan rendahnya higienitas oral pasien yang mungkin

dapat disimpulkan sebagai faktor predisposisi dari epulis. Faktor mikroorganisme

yang menyebabkan infeksi (bakteri Bartonella dan virus HHV-8) biasanya

berpengaruh pada kejadian rekuren, namun hubungannya dengan epulis masih

diragukan. Keluhan benjolan pada kasus ini baru dirasakan pertama kali oleh pasien,

sehingga mungkin faktor mikroorganisme yang menginfeksi tidak berpengaruh.

Faktor vaskuler yang meliputi faktor pertumbuhan untuk pembuluh darah maupun

penggunaan obat-obatan mungkin tidak berpengaruh pada kasus ini melihat hasil

anamnesis di mana pasien tidak menderita penyakit lain. Pada pasien tidak ditemukan

kalkulus yang terlihat.

Tata laksana lebih lanjut meliputi terapi epulis dan kelainan gigi. Terapi epulis

dilakukan dengan cara eksisi di mana dilakukan pengikatan tangkai epulis dan

pengambilan jaringan epulis secara menyeluruh setelah dilakukan anestesi secara

lokal (dengan menggunakan anestesi infiltrasi). Eksisi ini dilakukan apabila hasil

pemeriksaan histopatologi sudah mengkonfirmasi diagnosis epulis fibromatosa.

Terapi kelainan gigi lainnya yaitu menganjurkan pasien menjaga higienitas bagian

mulut dengan baik. Selain itu, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang

kemungkinan terjadinya epulis kembali. Untuk itu, faktor higienitas oral harus dijaga

baik untuk penanganan masalah gigi maupun upaya pencegahan terjadinya epulis

yang rekuren. Pemberian obat amoksan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

infeksi saat dilakukanya eksisi maupun setelah tindakan. Pemberian asam mefenamat

dimaksudkan untuk mengurangi nyeri yang timbul setelah proses eksisi.

Page 21: Lapsus Epulis Nesha

BAB V

KESIMPULAN

Epulis adalah suatu tumor yang bersifat jinak non-neoplastic dan

pertumbuhannya berada di atas gingiva (interdental papilla) yang berasal dari

periodontal dan jaringan periosteum. Epulis ini dapat bersifat fibrous, hiperplastik,

maupun granulatif. Dalam pertumbuhannya epulis ini bisa tidak bertangkai atau

biasa disebut sensile dan bisa pula bertangkai (peduncullated).

Hasil pemeriksaan pada pasien di dapatkan diagnosis sementara adalah

suspek epulis fibromatosa diantara gigi 41 dan 42. Untuk menegakkan diagnosis

utama perlu dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologis. Terapi epulis

dilakukan dengan melakukan eksisi epulis. Selain itu, perlu dilakukan edukasi

tentang kemungkinan kekambuhan epulis dan faktor penyebab dari epulis itu

sendiri. dan perlu diberikan penjelasan pentingnya menjaga higienitas oral,

Pemeriksaan gigi rutin,sehingga dapat mencegah terjadinya epulis.

Page 22: Lapsus Epulis Nesha

7. Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum http://emedicine.medscape. com/article/ 1077440 overview di akses pada 6 Maret 2014

8. Stern. 2010. Gigi dan mulut, Epulis. http://doktergigi.org/medisaz/read/ 2014/06/003/236/epulis. di akses pada 6 Maret 2014

9. Anom.  2010.  Ekskokleasi epulis. http://bedahunmuh.wordpress.com /2014/06/03/ ekskokleasi-epulis/  di akses pada 6 Maret 2014

10.wahid..2009.Epulis.http://medicine.media.com/2012/001/review/ di akses pada 6 Maret 2014

11.Dwiretno, Tantin. 2010. Epulis fibrosa dan granuloma piogenikum pada regio gigi dengan hambatan oklusal.publikasi epulisfibrosa.