Lapsus Kistoma Ovarii Prmagna

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

Kistoma ovarii adalah suatu kantong yang berisi dengan cairan (liquid) atau semi-cairan yang muncul di dalam ovarium. Kasus-kasus kistoma ovarii yang dideteksi saat ini meningkat bersamaan dengan implementasi pemeriksaan fisik yang mendalam dan penggunaan ultrasonografi yang reguler pada praktek dokter maupun rumah sakit-rumah sakit. Temuan adanya kistoma ovarii pada wanita dapat menyebabkan rasa panik yang disebabkan oleh rasa takut terhadap adanya suatu keganasan, tetapi sebagian besar kistoma ovarii adalah jinak. 1,2,6 Di Amerika Serikat, kistoma ovarii ditemukan melalui transvaginal sonogram hampir pada semua wanita premenopause dan hingga 14.8% pada wanita postmenopause. Sebagian besar kista ini adalah kista fungsional dan jinak. Teratoma kistik atau kista dermoid didapatkan lebih dari 10% dari semua neoplasia pada ovarium. Resiko menjadi suatu keganasan meningkat bersamaan dengan waktu, dan sebagian besar tumor yang malignan ditemukan pada wanita postmenopause. Insiden kanker ovarium meningkat dari 15.7/100.000 pada umur 40 tahun menjadi 54.0/100.000 pada umur 75 tahun. 2,4 Kista yang jinak dapat menyebabkan nyeri dan rasa tidak aman yang sering disebabkan oleh karena penekanan struktur-struktur di sekitar kista, terjadi torsi, ruptur, perdarahan (baik di dalam dan di luar kista), dan perdarahan uterus yang abnormal. Kista sangat jarang menyebabkan kematian. Namun sebagian besar kistoma ovarii tidak menimbulkan gejala. Bahkan kistoma ovarii yang ganas sering tidak menimbulkan gejala hingga mencapai fase lanjut. 1,3,4 Penanganan dari kistoma ovarii sangat tergantung dari sifat kista itu sendiri, sehingga penentuan preoperatif yang akurat untuk membedakan antara kista yang ganas atau jinak adalah sangat penting. Oleh karena itu pemeriksaan fisik dan penunjang haruslah dilakukan dengan baik dan mendalam.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kistoma ovarii didefinisikan sebagai terjadinya pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsonal, berupa kistik, padat atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik. 1,2,8

2.2 Insiden Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85% merupakan kista yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan, namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas jika tidak diobati. 2,4,8

2.3 Etiologi Sampai saat ini etiologi dari kistoma ovarii masih menjadi tanda tanya, namun terdapat beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari kistoma ovarii ini. Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan menjadi etiologi dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori hormonal dan teori genetika. 6

2.4 Klasifikasi Tumor ovarium ada 2 jenis yaitu : 1. Tumor ovarium non neoplastik 2. Tumor ovarium neoplastik jinak 2.4.1 TUMOR OVARIUM NON NEOPLASTIK y Tumor akibat radang : abses tubo ovarial, abses ovarial, dan kista tubo ovarial. y Tumor lain :

2

1. Kista folikel : Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau beberapa, dan besarnya biasanya dengan diameter 1-1,5 cm. Kista yang berdiri sendiri bisa menjadi menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulose, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, terjadilah atropi laisan ini. Cairan dalam kista ini jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi rupture dan kista menghilang. Dalam menangani tumor ovarium biasanya timbul persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya, jika diameter tumor tidak melebihi 5 cm, dapat ditunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri. 3,7 2. Kista korpus luteum Dalam keadaan normal, korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persisten) ; perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari kista folikel, dan yang pertama bisa menjadi lebih besar daripada yang kedua. Pada pembelahan ovarium, kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menyebabkan gangguan haid, berupa amenore diikuti perdarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenore sering

3

menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. 3,7 Penanganan kista korpus luteum ialah: menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan atas kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium. 2 3. Kista Teka Lutein Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan. 2 4. Kista Inklusi Germinal Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak pada wanita yang lanjut usia, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologi ovarium yang diangkat sewaktu operasi. 2 5. Kista endometrium Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. 6. Kista Stein-Leventhal Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian terhadap segolongan wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas, amenorea atau oligomenorea sekunder, kadang-kadang agak gemuk, sering kali (dalam kurang lebih 50%) hirsutisme tanpa maskulinisasi, dan dengan kedua ovarium membesar. Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. 2,5

4

Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.

Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi; oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan. 5 2.4.2 TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK JINAK TUMOR KISTIK 1. KISTOMA OVARII SIMPLEKS Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan. 2,4,9 2. KISTADENOMA OVARII MUSINOSUM Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari epitel germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner. Angka kejadian Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.

5

Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas. Gambaran klinik Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbenjol-benjol dan bersekat (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral. Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya selsel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei.

6

Akibat pseudomiksoma

peritonei ialah timbulnya

penyakit

menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan/atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum. Penanganan Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapatdapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula. 2,4,7,9

3. KISTADENOMA OVARII SEROSUM Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium). Angka kejadian Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20%); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%.

7

Selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,0%; dan di Yoygakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%. Gambaran klinik Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma). Pada umumnya dapat dikatakan makroskopik bahwa tidak mungkin serosum membedakan gambaran kistadenoma

papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. Degenerasi ganas

8

Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% sampai 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant). Terapi Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadangkadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi. 3,6,7,8 4. KISTA ENDOMETRIOID Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii. 3 5. KISTA DERMOID

9

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak di mana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemenelemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Angka kejadian Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut: Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun. Gambaran klinik Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang menonjol dan padat.

10

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde. Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkinan pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang khas. Termasuk di sini: (1) Struma ovarium Tumor ini terdiri terutama atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak ganas. Hariadi selama 5 tahun (1963-1968) menemukan 3 kasus struma ovarium (= 0,5%), Djaswadi selama 10 tahun (1965-1974) hanya mencatat satu kasus (= 0,5%); sedangkan Gunawan selama 3 tahun (1974-1977) melaporkan satu kasus (= 0,2%). (2) Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang berasal dari satu elemen dari epithelium germinativum. (3) Koriokarsinoma

11

Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagnosis harus dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin. Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umumnya teratoma solid ialah suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat juga ditemukan teratoma solidum yang jinak. Terapi pada kista dermoid terdiri atas pengangkatan, biasanya dengan seluruh ovarium.3,5,7,8

2.5 Gejala Klinis Gejala- gejala yang timbul sebagai akibat dari kistoma ovarii tergantung dari besarnya tumor, lokasi dan ada atau tidak komplikasi. Namun secara umumnya tidak akan menimbulkan gejala. Gejala yang sering timbul atau ditemukan pada pasien dengan kistoma ovarii adalah : 3,6,9 a. adanya penekanan terhadap vesika atau rektum b. perut terasa penuh c. pembesaran perut d. perdarahan (jarang) e. Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah) f. Sesak napas, oedem tungkai (pada tumor yang sangat besar) 2.6 Diagnosis Diagnosis dari kistoma ovarii tergantung dari kombinasi beberapa faktor termasuk usia dan status menopause pasien, gejala-gejala, gambaran USG, lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa, dan tingkat serologik marker. 4,6 1. Umur dan Status Menopause Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan dan biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma. Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. 2. Gejala-gejala

12

Keganasan pada ovarium yang bersifat lokal umumnya hanya sedikit atau sama sekali tidak menampakkan gejala-gejala, dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya penundaan pada penanganan. 3. Gambaran USG Hasil dari USG sangat tergantung dari skill dan pengalaman dari operator, bahkan antara sonografer yang sudah berpengalaman sering terjadi perbedaan hasil. Kistoma ovarii umumnya didiagnosis melalui USG transvaginal, tetapi setelah didiagnosis, abdominal scan dapat dilanjutkan. Akurasi diagnostik dari USG pada wanita premenopause dapat menjadi sulit oleh karena perubahan yang terjadi karena siklus ovulasi. Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic yang unilokuler dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu keganasan, bahkan pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah kurang dari 1% pada premenopause dan 10% pada wanita postmenopause. Hanya 6% dari kista dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan pada wanita postmenopause, sedangkan penelitian lain menemukan tidak adanya keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari 5cm. Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler. Granberg menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas, dibandingkan dengan hanya 0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista solid, semi-solid, dan mixed tumor, sering dihubungkan dengan keganasan. Gambaran papiler sering merupakan keganasan dan resiko keganasan meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista unilokuler mengandung suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari kista sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii. 4. Morphologic Scoring System Berbagai sistem penilaian dari tumor ovarium berdasarkan ukuran dan morfologi telah diperkenalkan untuk menilai apakah suatu tumor tersebut ganas atau jinak. Sistem skoring ini mempunyai sensitifitas 82-100% dan false positif sekitar 8-20%. Faktor prediktif yang paling penting adalah

13

adanya proliferasi papiler dari dinding kista dan adanya bagian solid dari kista tersebut. Gambaran-gambaran utama yang dinilai pada USG adalah jumlah dari lokulus, adanya bagian solid (septum dan proliferasi papiler), diameter dari tumor/kista, adanya tumor/kista di ovarium kontralateral, dan adanya cairan di kavum Douglas. 5. Sitologi Sensitifitas dari analisis sitologi cairan kistoma ovarii tidak dapat diandalkan untuk menentukan sifat dari kista tersebut, dan punksi dari kista tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Lebih lanjut, bocornya sel-sel malignan saat dilakukan punksi dapat meningkatkan staging dari kanker ovarium, dan oleh karena itu, punksi dari kistoma ovarii harus dihindarkan. Penggunaan rutin pencitraan yang terus berkembang selama kehamilan dan peningkatan peran para ahli obstetri dan ginekologi sebagai penyedia pelayanan kesehatan primer bagi wanita pada usia reproduktif mempertinggi deteksi dini dan memudahkan penentuan tumor ovarium baik yang tersamar maupun yang simptomatis. Permulaan asuhan antenatal selama kehamilan dini membantu para klinisi mengidentifikasi abnormalitas adneksa melalui pemeriksaan pelvis yang hati-hati. Pemeriksaan bimanual serial dan penilaian sonografi berikutnya dari kecurigaan lesi ovarium harus dilakukan manajemen yang tepat. Dengan menggunakan USG, evaluasi adneksa selama 20 minggu pertama kehamilan, Lavery dkk mendeteksi secara bermakna pembesaran ovarium pada 7,5% pasien selama 10 minggu pertama kehamilan dengan pengecilan yang cepat pada 10 minggu berikutnya; sehingga intervensi bedah hanya diperlukan pada 0,2% pasien yang dimonitor. Dalam praktek obstetri di mana asuhan antenatal dini dan penggunaan liberal ekografi merupakan suatu norma, tumor ovarium dideteksi dalam jumlah terbatas dari pasien-pasien yang asimptomatis dan hanya kadang-kadang pasien menjadi simptomatis atau mempunyai tumor yang cukup besar atau membesar secara progresif menjadi secara nyata perlu dilakukan pembedahan.

14

Pertimbangan bahwa presentasi yang paling umum tumor jinak ovarium dalam kehamilan adalah nyeri abdomen, sudah seharusnya diantisipasi bahwa nyeri itu sama dengan keluhan utama bila proses ini terjadi selama hamil. Yang paling lazim, penyebab nyeri abdomen adalah distensi kapsul ovarium, iskemia jaringan, dan iritasi kimia atau inflamasi peritoneum abdominal, dengan perluasan hal-hal yang tak wajar yang menentukan tingkat keakutan, sehingga menyatakan perlunya operasi emergensi. Selama awal kehamilan, kombinasi perdarahan pervaginam dan nyeri perut bawah memerlukan pertimbangan terhadap kehamilan ektopik, yang biasanya memerlukan tindakan pembedahan. Tanpa memperhatikan usia kehamilan atau tempatnya, kejadian kistoma ovarii yang terdistensi, walaupun fungsional, biasanya dijumpai. 5 Agaknya pertumbuhan lesi kistik yang cepat pada ovarium, terlepas dari patofisiologinya, berakibat pada distensi yang cukup untuk menimbulkan ketidaknyamanan abdomen. Selanjutnya, nyeri berhubungan dengan puntiran adneksa yang menyebabkan iskemia jaringan dan mungkin juga dijumpai peningkatan suhu tubuh yang ringan dan lekositosis. Walaupun pertanyaan apakah torsi betul-betul terjadi lebih sering selama kehamilan berlanjut menjadi untuk diperdebatkan, tak terdapat korelasi yang nyata antara tipe histologi yang lebih sering dengan ukuran tumor dan frekuensi dai torsi. Namun demikian, pernyataan klinik bahwa torsi ovarium selama kehamilan mempunyai predileksi untuk kerangka waktu antara 10 dan 15 minggu, suatu anggapan bahwa ukuran dan mobilitas baik pada uterus hamil maupun ovarium pada titik ini selama kehamilan merupakan predisposisi untuk terjadi rotasi. 7 Selanjutnya, nyeri dapat menggambarkan iritasi peritoneum abdominal oleh komponen-komponen yang dilepaskan dari kistoma ovarii yang ruptur atau infeksi pada massa adneksa yang intak. Infeksi tanpa terkecuali terjadi pada awalnya sebagai suatu infeksi puerperalis dan uterus yang subinvolusi, dan definisi memerlukan evaluasi klinik yang hati-hati. Sebaliknya, ruptur kistoma ovarii dengan penyebaran darah atau komponen lain ke dalam abdomen umumnya menyebabkan nyeri akut dengan terkadang mual dan muntah. Trauma, khususnya selama inpartu dan persalinan, torsi, perdarahan intrakista spontan, dan infeksi

15

selama masa nifas adalah faktor predisposisi terjadinya ruptur. Ruptur kista luteal dengan dijumpainya hemoperitoneum tampaknya terjadi dengan frekuensi yang sama dan dominan selama awal kehamilan, di mana teratoma matur, kistadenoma, dan kista endometriotik atau kista lainnya lebih menonjol untuk ruptur pada akhir kehamilan, khususnya selama inpartu, persalinan, dan masa nifas. Obstruksi persalinan, distensi abdomen, masa abdomen yang dapat diraba, dan maskulinisasi luteoma kehamilan, merupakan gambaran klinik tambahan pada tumor ovarium dalam kehamilan. Itu juga harus juga disadari sehingga angka yang bermakna lesi ovarium dapat menghindari deteksi selama kehamilan, yang hanya untuk dicari secara insidental pada saat laparotomi (misalnya seksio ceasaria) atau pada saat evaluasi klinis pascapersalinan. 7,8,9

2.7 Penatalaksanaan Dan Komplikasi Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista fungsional atau bukan, sama halnya apakah golongan neoplastik atau non neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri tergantung dari jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii biasanya dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi dan metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi. Pengangkatan kistoma ovarii sangat membantu dalam menekan angka kematian akibat kistoma ovarii yang bersifat ganas, karena jika kistoma ovarii jinak tidak diangkat maka besar kemungkinan akan menjadi ganas sehingga mengancam nyawa pasien Dengan pertimbangan bahwa hanya 4% tumor ovarium dalam kehamilan yang dieksisi adalah ganas, reseksi tumor ovarium merupakan terapi terpilih, dimana dengan operasi gambarannya konsisten dengan proses jinak. Pemeriksaan potong beku di perlukan untuk terapi bedah tambahan. Bila tidak dijumpai neoplasia, defek ovarium atau peritonium pelvis diperbaiki dan ovarium kontralateral diinspeksi. Kecuali dijumpai lesi yang nyata, para ahli lebih suka tidak mereksi ovarium kontralateral dimana reseksi merupakan penyebab potensial akan terjadinya infertil sekunder.

16

Bila dijumpai hemoperitonium atau kotoran ruptur kista jinak preoperatif atau intraoperatif, kista yang ruptur tersebut dibuang dan kasvum abdomen dibersihkan dengan saline normal. Para ahli lebih menyukai pencucian dengan saline hangat untuk membantu mengeluarkan sebum dari komponen yang mengalami ruptur atau kebocoran terhadap teratoma dan kista musinosum. Bila dijumpai iritasi kimiawi dan distensi usus, dekompresi dengan menggunakan tabung panjang transnasal, hidrasi, dan monitoring elektrolit dianjurkan. Selanjutnya, bila dijumpai proses tumpang tindih, proses infeksi dicurigai (khususnya selama masa nifas). Spesimen dikirim untuk dilakukan kultur

terhadap kuman aerob dan anaerob; dan dilakukan drainase isap transperitoneal serta pemberian terapi anti mikroba. Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-kasus adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan gejala-gejala akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya intervensi operasi emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi parsial dan pada inspeksi ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat adneksa yang berubah bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan ovarium difiksasi untuk menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit memerlukan ooforektomi (terkadang bersamaan dengan salpingektomi) dengan identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari ureter untuk memungkinkan ligasi tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan pelepasan potensial emboli trombotik selama prosedur bedah dilakukan. Harus disadari bahwa lesi ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa. Walaupun jarang, luteoma pada kehamilan adalah jinak, biasanya virilisasi, rata, kekuningan, tumor ovarium berkapsul yang mengalami regresi spontan setelah melahirkan; ia jarang kambuh. Kira-kira 30% pasien terjadi

maskulinisasi dan 50% dari bayi perempuannya menunjukkan virilisasi juga. Selain itu, hampir setengah dari wanita yang terpapar mempunyai lesi bilateral dalam ukuran yang bervariasi. Kondisi ini biasanya didiagnosis selama prosedur pembedahan selama kehamilan. Para ahli obstetri harus mempertimbangkan luteoma kehamilan pada seksio sesarea, tubektomi, atau prosedur operatif lain,

17

jika menemukan tumor berkapsul, rata, kekuningan (khususnya bila ia bilateral) dan ibu bayi perempuannya mengalami maskulinisasi. Luteoma kehamilan harus diobservasi setelah spesimen biopsi didapatkan untuk konfirmasi histologi. 4,7,8,9

2.8 Kistoma Ovarii Permagna Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Kistoma ovarii dapat didefinisikan sebagai terjadinya pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsonal, berupa kistik, padat atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik. Penegakan diagnosis kistoma ovarium dapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang yang cermat. Anamnesis dapat meliputi usia dan status menopause pasien hingga gejala-gejala yang timbul yang dirasakan secara subyektif oleh pasien. Berikutnya, melalui pemeriksaan penunjang, dapat berupa pemeriksaan USG guna menentukan lokasi

bilateral/unilateral, ukuran dari massa,hingga tingkat serologik marker. Ukuran pada kistoma ovarium memegang peranan penting dalam penegakan diagnosis secara klinis. Bila diameter kista kurang dari delapan sentimeter, dapat disebut sebagai kista fungsional. Namun, apabila berukuran lebih dari delapan sentimeter, dapat disebut sebagai kista neoplastik yang berpotensi terjadinya keganasan. Kistoma ovarii permagna merupakan salah satu jenis tumor ovarium neoplastik. Sehingga, secara klinis didapatkan diameter kista lebih dari 8 cm. Ukuran diameter kista yang besar tentu saja akan dapat memberikan gangguan bagi organ disekitarnya. Seringkali ditemukan adanya gangguan dari pola buang air besar dan juga miksi. USG berfungsi untuk mengetahui massa yang terdapat dalam abdomen, darimana asal massa tersebut apakah dari uterus atau dari indung telur. Pada kistoma ovarium permagna temuan klinis berupa diameter kista yang lebih dari 8 cm akan didukung oleh temuan USG yang menunjukkan hasil terdapat massa kistik dengan besar yang tak terjangkau transducer pada parametrium yang meluas hingga epigastric

18

Penatalaksanaan dari kista ovarii permagna adalah dengan operasi pengangkatan kista untuk menghilangkan penekanan yang ditimbulkan kista terhadap organ disekitarnya serta menghindari komplikasi kista yang mungkin terjadi. Sebelum operasi pengangkatan kista dilakukan perlu diperhatikan kondisi umum pasien, apabila pasien keadaan umumnya kurang baik maka perlu diperbaiki keadaan umumnya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengangkatan kista. Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah Total Abdominal Histerektomi dan salfingoooforektomi bilateral.

19

BAB 3 LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Nama Umur Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Bangsa Nama suami Pekerjaan Tanggal MRS : CER : 49 tahun : Perempuan : Hindu : Petani : Dusun/Br. Senangka, Nusa Penida : Indonesia : AR : Petani : 9 September 2011 (10.45 WITA)

Status perkawinan : Sudah menikah

3.2 Anamnesis Keluhan Utama Perut membesar Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke RSUD Klungkung pada tanggal 9 September 2011 dengan keluhan perut membesar sejak 8 bulan yang lalu. Keluhan perut membesar dirasakan perlahan-lahan dan semakin memberat. Keluhan pertama kali ditemukan secara tidak sengaja ketika pasien mandi. Perut pasien yang membesar menganggu kegiatan sehari-hari pasien terutama sejak 2 bulan yang lalu. Semakin lama perut dirasakan semakin kaku dan keras. Pasien juga mengeluhkan sulit buang air kecil dan terasa penuh. Pasien mengatakan masih dapat buang air besar seperti biasa walau kadang-kadang juga sulit buang air besar. Selain itu pasien juga merasa badannya agak kurusan dibandingkan sebelum sakit, namun pasien tidak pernah menimbang berat badannya.

20

Keluhan lain seperti demam, sesak napas, mual dan muntah serta pendarahan pervaginam disangkal oleh pasien. Riwayat Menstruasi Menarche umur 14 tahun. Pasien telah mengalami menopause sejak 1 tahun yang lalu Riwayat Pernikahan dan Persalinan Menikah satu kali dengan suami sekarang sudah 30 tahun. Umur saat menikah: 19 tahun. Riwayat persalinan : 1. 2. 3. , aterm , spontan, dukun, meninggal usia 3 bulan , aterm, spontan, dukun, 29 tahun , aterm, spontan, dukun 27 tahun

Riwayat Kontrasepsi Pasien menggunakan KB spiral 2 tahun setelah kelahiran anak ketiga dan telah dibuka 1 tahun yang lalu. Riwayat Pengobatan Pasien sebelumnya melakukan pengobatan alternatif sejak 6 bulan yang lal hingga kini. Riwayat Penyakit Terdahulu Penderita tidak mempunyai riwayat sakit berat seperti penyakit asma, hipertensi, Diabetes Mellitus dan penyakit jantung. Riwayat penyakit hati, ginjal, tumor sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit dalam keluarga Di keluarga pasien hal serupa juga pernah dialami oleh adik pasien. Namun pasien tidak mengetahui penyakit yang diderita adik pasien. Saat ini adik pasien sudah dioperasi dan dkatakan sudah sembuh. Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, Diabetes Mellitus dan penyakit jantung.

3.3 Pemeriksaan Fisik Status Present Keadaan umum : Baik

21

Kesadaran Tanda Vital

: Compos mentis : Tekanan darah 110/70 mmHg Nadi 80x / menit Napas 18x / menit Suhu 36,5oC

Berat badan Tinggi badan Status General Kepala THT Toraks

: 52 kg : 157 cm

: Mata : Anemia (-), Ikterus (-), Isokor. : Kesan tenang : Jantung : S1S2 tunggal, Reguler, Murmur (-). Pulmo : Vesikular (+)/(+), Ronkhi (-)/(-), Wheezing (-)/(-).

Abdomen : b status ginekologi. Ekstremitas : Superior & Inferior : Odema (-), hangat (+) Status Ginekologi Abdomen : : Distensi (+) : Bising usus (+) Normal : Pekak : FUT 3 jr bpx, teraba massa multipel, terfiksir, berdungkul-dungkul, konsistensi kenyal, ukuran 10 x 15 cm. Nyeri tekan (+). Tanda-tanda cairan bebas (-), Hepar dan lien tidak teraba. Vagina VT : Inspekulo : Flx (-), Fl (-), portio licin, Prolaps portio (+) : pembukaan portio (-) Corpus uteri antefleksi Normal Adneksa perimetrium : teraba massa multipel, berdungkul, konsistensi kenyal terfiksir, nyeri tekan (+). Cavum Douglas : massa (-), nyeri tekan (-). Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi

22

3.4 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : Darah Lengkap HGB HCT WBC PLT BT CT BUN Crea GDS : 11,9 g/dL : 35 % : 9,1 x 103/uL : 252 x 103/uL : 130 : 1530 : 24,98 mg/dL : 0,84 mg/dL : 127 mg/dL

Faal Hemostasis

Kimia Darah

Bil direk : 0,37 mg/dL Bil total : 1,2 mg/dL SGOT SGPT Alb Glo : 23 U/L : 20 U/L : 3,6 g/dL : 3,9 g/dL

Total Prot : 7,5 g/dL

Pemeriksaan USG Ginekologi (12/9/11)

Kesan : Kistoma Ovarii Permagna

23

3.5 Diagnosis Kistoma Ovarii Permagna

3.6. Penatalaksanaan Diagnostik Terapi MRS Pre op pro histerektomi dan salpingoooforektomi bilateral IVFD RL 20 tetes/menit Ceftazidime 2 x 1 gr iv Farmadol 3 x 1 flash Biopsi

Monitoring Observasi keluhan, vital sign

KIE pasien dan keluarga

3.7 Perjalanan Penyakit Pada tanggal 14 September 2011 dilakukan operasi laparotomi ditemukan massa tumor kistik dari ovarium kanan ukuran 50 x 40 x 50 cm, berlobus, permukaan rata, perlengketan (-), uterus normal, dan ovarium dan tuba ovarii sinistra normal. Kesimpulan : Kistoma Ovarii Permagna + Prolaps uteri grade II dilakukan tindakan Total Abdominal Histerektomi + Salfingoooforektomi bilateral pemeriksaan PA namun malah membuangnya ke laut. PA.

Namun dalam perjalanannya ternyata keluarga tidak membawa bahan untuk

3.8 Follow Up Ruangan 15/9/2011 S O : Nyeri bekas luka post op (+), Makan dan minum (-), BAK (+), Flatus (-), nyeri perut (-) : St Present T 120/70 mmHg, N 96 x/mnt, R 18 x/mnt, Tax 36 oC

24

St General Mata Thorax Cor Po Abdomen Ext St Ginekologi Abdomen Vagina Ass Tx : Mx KIE Cefotaxim 2 x 1 gr Alinamin F 3 x 1 tab Terapi lain sesuai TS anestesi : distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (-), luka post op terawat : perdarahan aktif (-) : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) : ves +/+, rh -/-, wh -/: b st ginekologi : hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas : anemi (-), ikterus (-)

: Kistoma Ovarii Permagna post TAH BSO hari I

: VS dan Kel

16/9/2011 S O : Nyeri bekas luka post op (+), Makan dan minum (+), BAK (+), Flatus (-), BAB (-), moblisasi (+) miring kiri-kanan, nyeri perut (-) : St Present T 100/70 mmHg, N 96 x/mnt, R 18 x/mnt, Tax 37,3 oC St General St Ginekologi Abdomen Vagina Ass Tx : Tequmol 2 x 1 tab : distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (-), luka post op terawat : perdarahan aktif (-) : Kistoma Ovarii Permagna post TAH BSO hari I dbn

25

Mx KIE

Asam Mefenamat 3 x 500 mg Terapi lain sesuai TS anestesi

: VS dan Kel

26

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis Pasien perempuan, 49 tahun, Hindu, didiagnosis dengan Kista Ovarii Permagna. Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang. Dari anamnesis Pasien mengeluh perut membesar perlahan dan memberat sejak 8 bulan yang lalu. Perut pasien yang membesar menganggu kegiatan sehari-hari pasien terutama sejak 2 bulan yang lalu. Semakin lama perut dirasakan semakin kaku dan keras. Pasien juga mengeluhkan sulit buang air kecil dan terasa penuh. Pasien mengatakan masih dapat buang air besar seperti biasa walau kadangkadang juga sulit buang air besar. Selain itu pasien juga merasa badannya agak kurusan dibandingkan sebelum sakit, namun pasien tidak pernah menimbang berat badannya. Keluhan lain seperti demam, sesak napas, mual dan muntah serta pendarahan pervaginam disangkal oleh pasien. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general dalam batas normal dan ditemukan abnormalitas status ginekologi sebagai berikut : Abdomen : Distensi (+), Pekak, teraba massa multipel, terfiksir, berdungkuldungkul, konsistensi kenyal, ukuran 10 x 15 cm. Nyeri tekan (+). Tanda-tanda cairan bebas (-). Vagina : Inspekulo : Flx (-), Fl (-), portio licin, Prolaps portio (+). VT : pembukaan portio (-), Corpus uteri antefleksi Normal, Adneksa perimetrium : teraba massa multipel, berdungkul, konsistensi kenyal terfiksir, nyeri tekan (+), Cavum Douglas : massa (-), nyeri tekan (-) Dari pemeriksaan penunjang berupa darah lengkap, faal hemostasis dan kimia darah dalam batas normal. Dari pemeriksaan USG Ginekologi ditemukan adanya gambaran tumor kistik ovarium kanan, bersekat-sekat tidak dapat ditembus tranducer yang meluas sampai ke daerah epigastrium.

27

Hal ini telah sesuai dengan tinjauan pustaka yaitu ditemukan gejala klinis berupa perut membesar dan teraba massa kistik di regio abdomen. Diagnosis permagna ditentukan berdasarkan klinis dimana ukuran massa yang besar hingga menyebabkan gangguan BAK dan BAB akibat pendesakan massa serta ditunjang oleh hasil pemeriksaan USG.

4.2. Penatalaksanaan Pasien didiagnosis dengan Kistoma Ovarii Permagna dimana merupakan salah satu jenis tumor ovarium neoplastik maka dari itu tindakan yang diambil adalah dengan melakukan tindakan operatif. Oleh karena ukuran tumor yang besar yang tidak mungkin mengalami pengecilan spontan dan menghilang ditambah lagi telah menimbulkan komplikasi pada saluran kencing dan saluran pencernaan akibat efek penekanan massa. Pada laparotomi ditemukan massa tumor kistik dari ovarium kanan ukuran 50 x 40 x 50 cm, berlobus, permukaan rata, perlengketan (-), uterus normal, dan ovarium dan tuba ovarii sinistra normal. Gambaran yang ditemukan ini secara klinik sesuai dengan gambaran klinik Kistadenoma Ovarii Musinosum yaitu tumor berbentuk multilokuler dengan permukaan berbenjol-benjol dan bersekat (lobulated). 10% kasus dapat mencapai ukuran yang amat besar, terlebih pada pasien yang berasal dari pedesaan. Tumor biasanya unilateral , namun dapat juga bilateral. Tumor ini merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun sesuai dengan pasien. Tumor jenis ini dapat berkembang menjadi ganas pada 5-10% kasus. Pada pasien ini beberapa hal mengarahkan ke arah keganasan yaitu dari adanya massa dengan ukuran yang sangat besar hanya dalam jangka waktu 8 bulan disertai dengan penurunan berat badan. Status menopause pada pasien meningkatkan kemungkinan keganasan sebab kistoma ovarii jinak biasanya ditemukan pada wanita premenopause. Dari USG menunjukkan adanya gambaran kista multilokuler yang berdasarkan pustaka menyebutkan 8% kista multilokuler adalah ganas dibandingkan dengan hanya 0,3% keganasan pada kista unilokuler. Namun sayangnya, hal itu tidak dapat dibuktikan secara pasti mengingat hasil PA tidak dapat diperoleh.

28

Pada pasien dipilih tindakan salfingoooforektomi bilateral dan Total Abdominal Histerektomi. Berdasarkan pustaka tindakan salfingoooforektomi dipilih pada tumor ovarium neoplastik yang besar atau menimbulkan komplikasi sesuai dengan yang ditemukan pada pasien. Berdasarkan pustaka jika terdapat keganasan operasi yang tepat adalah histerektomi dan slfingoooforektomi.

29

BAB 5 RINGKASAN Telah dilaporkan suatu kasus dengan kistoma ovarii permagna pada wanita umur 49 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Mengingat kistoma ovarii merupakan salah satu tumor ovarium neoplastik yang dapat terus membesar sehingga menyebabkan komplikasi-komplikasi yang dapat membahayakan pasien, maka prinsip utama penatalaksanaannya dengan tindakan pengangkatan tumor dan penatalaksanaan selanjutnya mempertimbangkan hasil dari pemeriksaan patologi anatomi.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Bixo M, Inger Sundstrom- poroma, Bjorn I, Astroin M. Patients with psychiatric disorder in gynecology practice,Am J. Obst and Gynecol. 2001; 185;396-401. 2. Burke TW, Morris M. Secondary cytoreduction operations, in ovarian cancer, ed by Rubai SC and Sutton GP, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; second ed; 289-300. 3. Chi DS and Hoskins WJ; Primary surgical management of advanced epithelial ovarian cancer, ed by Rubin SC and Sutton GP, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; second ed; 241- 258. 4. De Vita VT, Hellman S, and Rosenberg SA; Cancer, Principle and practice of oncology; Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; sixth ed; vol 2: 1597 5. Djuanna HAA; Tindakan operasi debulking pada kanker ovarium. Maj Obst Ginekol Indonesia, April 2004, vol 28 no 2; 114-117 6. Elit L and Hamilton; Surgical management of an adnexal mass suspicious for malignancy. J Soc Obst gynecol, 2000; 22 (11); 964-8 7. Kampono N; Kemajuan dalam onkologi, pada; Naskah lengkap KOGI 2000, ed IGP Surya, Suwiyoga, Megadhana, Mertayoga; Bali,2000; 41-45. 8. Sarwono P. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta, 1999. 9. Ulla BK, Ann T, Berit M, et. al. Management of ovarian cysts. Acta Obstet Gynecol Scand 2004: 83: 1012-1021.

31