3
LINGKUNGAN KERJA DAN FAKTOR FISIK KEBISINGAN Suara yang ditimbulkan saat melakukan pekerjaan dalam setiap jam kerja memiliki nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan oleh Undang- Undang yakni 85 dB selama 8 jam kerja (Permenaker 51/MEN/1999).Sehingga suara-suara yang timbul dapat diklasifikasikan sebagai suara yang bising atau tidak bising. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau disebut Herzt (Hz), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut dengan desibel (dB). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi antara 16 – 20.000 Hz, sedangkan sensitifitas terhadap frekuensi-frekuensi tersebut berbeda-beda. A. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan Kebisingan yang kontinyu (steady stateadaz) adalah kebisingan dimana fluktuasi dari intensitasnya < 6 dB, misalnya suara yang ditimbulkan oleh kompressor, kipas angin. Kebisingan yang terputus – putus (intermitent) adalah kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian melemah secara perlahan – lahan, misalnya : kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan lalulintas, suara pesawat terbang yang tinggal landas. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber tunggal atau bunyi yang pada saat tertentu terdengar secara tiba – tiba, misalnya : tembakan bedil atau meriam, dan ledakan. Sedangkan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan. B. Dampak yang dapat di timbulkan oleh kebisingan di tempat kerja antara lain 1.Auditory (pada indra pendengaran) Pada dasarnya kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki atau bunyi yang tidak di inginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

Lingkungan Kerja Dan Faktor Fisik Kebisingan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lingkungan Kerja Dan Faktor Fisik Kebisingan

LINGKUNGAN KERJA DAN FAKTOR FISIK KEBISINGAN

Suara yang ditimbulkan saat melakukan pekerjaan dalam setiap jam kerja memiliki nilai Ambang Batas

(NAB) yang telah ditentukan oleh Undang-Undang yakni 85 dB selama 8 jam kerja (Permenaker

51/MEN/1999).Sehingga suara-suara yang timbul dapat diklasifikasikan sebagai suara yang bising atau tidak

bising.

Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas. Frekuensi

dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau disebut Herzt (Hz), sedangkan intensitas atau arus energi

persatuan luas dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut dengan desibel (dB). Telinga manusia mampu

mendengar frekuensi-frekuensi antara 16 – 20.000 Hz, sedangkan sensitifitas terhadap frekuensi-frekuensi

tersebut berbeda-beda.

A. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan

Kebisingan yang kontinyu (steady stateadaz) adalah kebisingan dimana fluktuasi dari intensitasnya < 6

dB, misalnya suara yang ditimbulkan oleh kompressor, kipas angin. Kebisingan yang terputus – putus

(intermitent) adalah kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian melemah secara perlahan – lahan,

misalnya : kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan lalulintas, suara pesawat terbang yang tinggal landas.

Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber

tunggal atau bunyi yang pada saat tertentu terdengar secara tiba – tiba, misalnya : tembakan bedil atau meriam,

dan ledakan. Sedangkan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

B. Dampak yang dapat di timbulkan oleh kebisingan di tempat kerja antara lain

1.Auditory (pada indra pendengaran)

a. Trauma acoustic (pecahnya membrane yang disebabkan oleh pemaparan tunggal terhadap intensitas

kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba).

b. TTS (Temporary Treshold Shift) yaitu kerusakan telinga akibat kebisingan yang temporer yang dialami

seseorang yang sifatnya sementara.

c. PTS (Permanen Treshold Shift) atau sering juga disebut Noise Induced Hearing Loss yaitu tuli

permanen tetap yang terjadi umumnya setelah terpajan 10 tahun atau lebih.

2.Non Auditory

a. Gangguan kenyamanan.

b. Gangguan komunikasi

c. Gangguan psikologi (tidak bisa berkosentrasi, mengganggu peristirahatan)

d. Gangguan fisiologis (kenaikan denyut nadi dan tekanan darah, serta meningkatnya kerja kelenjar

endokrin).

e. Stress diakibatkan karena menurunnya daya konsentrasi yang cenderung cepat lelah.

Pada dasarnya kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki atau bunyi yang tidak di inginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan system alam.

Page 2: Lingkungan Kerja Dan Faktor Fisik Kebisingan

Pengendalian Kebisingan1. Pengendalian secara teknis

a. Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkanbising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.

b. Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suarac. Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. Mesin/alat didesain

sedemikian hingga suara bising tidak seluruhnya mengenai pekerja. Pemasangan kaca membuat pekerja dapat tetap bekerja.

d. Subtitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising.e. Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang,

dan mengganti bagian- bagian logam dengan karet.f. Modifikasi mesin atau proses.g. Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat menggurangi

suara bising.2. Penggendalian secara administrative

a. Pengadaan ruang control pada bagian tertentu (misalnya: bagian diesel).Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta menggunakan APD (ear muff).

b. Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.3. Pengendalian secara medis

Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara periodic, secara khusus dan pada akhir masa kerja.

4. Penggunaan alat pelindung diriMerupakan alternative terakhir bila pengendalian yang lain telah dilakukan. Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telingga (ear plug) atau tutup telingga (ear muff) disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan.