61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala aktivitas yang dilakukan umat manusia, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, memiliki tuntunan, seperti tercantum dalam beberapa ayat Al- Qur’an. Allah SWT menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk tidur (beristirahat), sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya. Hal ini tercantum pada sejumlah ayat dalam Al-Qur’an seperti QS. Ar-Ruum ayat 23: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang mendengarkan.”(QS. Ar-Ruum:23) Selanjutnya, QS. Al-Furqaan ayat 47 menyebutkan: “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (QS. Al-Furqaan: 47) Allah juga berfirman dalam QS. An-Naba’ ayat 9 “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,”(QS. An-Naba’: 9) Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali manusia melakukan kegiatan yang berlawanan dengan fitrahnya, yaitu bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Betapapun ingin menggunakan waktu semaksimal mungkin, 1

LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

  • Upload
    gjuiolp

  • View
    55

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala aktivitas yang dilakukan umat manusia, mulai dari bangun tidur

sampai tidur kembali, memiliki tuntunan, seperti tercantum dalam beberapa ayat

Al-Qur’an. Allah SWT menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk tidur

(beristirahat), sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya. Hal ini tercantum pada

sejumlah ayat dalam Al-Qur’an seperti QS. Ar-Ruum ayat 23:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”(QS. Ar-Ruum:23)

Selanjutnya, QS. Al-Furqaan ayat 47 menyebutkan:

“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (QS. Al-Furqaan: 47)

Allah juga berfirman dalam QS. An-Naba’ ayat 9

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,”(QS. An-Naba’: 9)

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali manusia melakukan kegiatan yang

berlawanan dengan fitrahnya, yaitu bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.

Betapapun ingin menggunakan waktu semaksimal mungkin, manusia tidak boleh

melupakan kemampuan, tenaga dan waktu yang dimilikinya. Ketika saatnya

istirahat, seseorang tidak perlu memaksakan suatu pekerjaan karena tubuh

memerlukan proses untuk memulihkan keseimbangan alami dalam sistem saraf,

menguatkan kembali fungsi tubuh, dan menjaga stabilitas mental dan emosional

(Hussein, 2003; Guyton et al., 2007). Apabila aktifitas tidurnya tidak teratur, pola

kerja otak yang sudah terprogram akan terpengaruh. Sehingga tidur menjadi tidak

seimbang dan terjadi kehilangan energi yang cukup besar (Postawski, 2009).

1

Page 2: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Padahal, kualitas tidur menentukan kualitas fisik, mental, dan emosional

seseorang (Bajry, 2008).

Sebenarnya, tidur yang berkualitas telah dicontohkan sesuai adab-adab yang

dilakukan Rasulullah SAW. Diantaranya adalah anjuran untuk tidur di awal

malam dan bangun di awal sepertiga malam terakhir, seperti diriwayatkan oleh

Aisyah ra. dalam hadis. Selain itu, Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk

mematikan lampu ketika hendak tidur.

"Matikanlah lampu-lampu diwaktu malam jika kalian hendaktidur, dan tutuplah pintu-pintu, bejana serta makanan dan minumankalian.” (HR. Bukhari 6296 dan Muslim 2012)

Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, berbagai studi tentang hubungan antara

kadar melatonin dan progresivitas kanker telah mendapatkan hasil yang

signifikan. Pada kondisi fisiologis, situasi gelap (malam hari) menstimulasi

sintesis dan pelepasan hormon melatonin oleh kelenjar pineal dan sebaliknya pada

kondisi terang (siang hari) menghambat sintesis dan pelepasan hormon tersebut

(Brainard et al., 1997). Namun tidur di malam hari dengan menggunakan lampu

dapat menurunkan pelepasan melatonin (Brezezinski, 1997). Menurut Mills et al.

(2005), penurunan kadar melatonin berkaitan erat dengan insiden beberapa jenis

kanker, termasuk kanker payudara. Davis et al. (2001), Davis et al. (2006), dan

Schernhammer et al. (2001) melaporkan bahwa wanita yang kurang tidur malam

atau sering bekerja pada malam hari mempunyai risiko menderita kanker

payudara. Berbeda dengan hasil studi di atas, insiden kanker payudara pada

wanita tunanetra lebih rendah dibandingkan dengan wanita berpenglihatan

normal. Hal ini disebabkan oleh kadar melatonin yang tetap tinggi pada wanita

tunanetra tersebut (Sa´nchez-Barcelo´ et al., 2003).

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana manajemen tidur berkualitas secara Islami?

2. Bagaimana tidur berkualitas secara Islami dapat mencegah karsinogenesis

pada kanker payudara?

C. Tujuan Penulisan

2

Page 3: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

1. Mengetahui manajemen tidur berkualitas secara Islami.

2. Menjelaskan tidur berkualitas secara Islami dapat mencegah

karsinogenesis pada payudara.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Umum

Tidur berkualitas di malam hari secara Islami diharapkan mampu

mencegah karsinogenesis pada payudara.

2. Manfaat Khusus

Sebagai dasar kajian ilmiah dan penelitian lebih lanjut tentang kadar

melatonin selama tidur di malam hari yang sesuai dengan tuntunan Islam.

E. Uraian Singkat Gagasan

Gagasan dalam karya tulis ini menjelaskan bahwa tidur berkualitas di malam

hari yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah., secara melokuler, dapat

mencegah karsinogenesis pada payudara.

3

Page 4: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Fisiologi Tidur

1. Definisi Tidur

Tidur adalah suatu keadaan di bawah sadar yang dapat dibangunkan

dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Berbeda

dengan tidur, koma adalah keadaan di bawah sadar tanpa dapat dibangunkan

(Guyton et al., 2007). Para ahli membagi tidur menjadi 2 tipe, yaitu tidur

gelombang lambat (Non Rapid Eye Movement/NREM) dan tidur dengan

gerakan cepat mata (Rapid Eye Movement/REM). Pada waktu tidur malam,

setiap orang mengalami dua tipe ini secara bergantian. Walaupun fungsinya

belum diketahui, ketidakteraturan pergantian ini berhubungan dengan

gangguan tidur (Colten et al., 2006).

a. Tidur Gelombang Lambat

Tipe tidur ini begitu tenang dan dapat dihubungkan dengan penurunan

tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-fungsi vegetatif tubuh lainnya.

Tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan kecepatan metabolisme basal

akan berkurang 10-30%. Pada tahap ini sering terjadi mimpi walau sering

disebut “tidur tanpa mimpi”. Tahap ini berlangsung 75-80 % dari total

tidur (Colten et al., 2006).

b. Tidur Gerakan Cepat Mata

Tipe REM berlangsung sekitar 20-25% dari total waktu tidur. Dalam

tidur malam yang normal, tidur REM berlangsung selama 5-30 menit dan

rata-rata muncul setiap 90 menit. Bila seseorang sangat mengantuk, tidur

REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya,

semakin nyenyak tidur malamnya, semakin meningkat pula tidur REMnya

(Colten et al., 2006).

Tidur REM merupakan tahap desinkronisasi antara otak dan otot

(Colten et al., 2006). Otot dalam keadaan aktif tapi tidak disalurkan ke

arah yang sesuai (Guyton et al., 2007). Tahap ini juga disebut tidur

paradoks. Dalam pemeriksaan EEG menggunakan amplitud tinggi, tampak

4

Page 5: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

gelombang lambat, dan kadang-kadang diganti dengan gelombang cepat

(Ganong, 2005).

Tabel 1. Perbedaan proses fisiologi antara tahap NREM dan REM (Colten et al., 2006)

Proses Fisiologi NREM REMAktifitas otak Menurun dari keadaan

siagaNaik di motoris dan area sensorik, di beberapa area mirip dengan NREM

Detak jantung Lebih lambat dari keadaan siaga

Naik dan berubah-ubah dibandingkan NREM

Tekanan darah Turun dibandingkan keadaan siaga

Naik (sampai 30%) dan berubah-ubah dibandingkan NREM

Aktifitas saraf simpatis

Turun dibandingkan keadaan siaga

Naik dengan signifikan dibandingkan keadaan siaga

Tonus otot Mirip dengan keadaan siaga

Tidak ada

Aliran darah ke otak Turun dibandingkan keadaan siaga

Naik dari NREM, tergantung pada area otak

Respirasi Turun dibandingkan keadaan siaga

Naik dan berubah-ubah dibandingkan keadaan siaga, tapi kadang berhenti mendadak

Temperatur badan Teratur, lebih rendah dari set poin, menggigil saat temperatur lebih rendah dari keadaan siaga

Tidak teratur, tidak menggigil atau berkeringat, temperatur bergantung dengan lingkungan lokal

Dorongan seksualitas

Jarang terjadi Lebih besar daripada NREM

2. Fungsi Tidur

Nilai utama dari tidur adalah untuk memulihkan keseimbangan alami di

antara pusat-pusat neuron. Walaupun demikian, keadaan siaga maupun

keadaan tidur tidak begitu perlu untuk fungsi somatik tubuh, siklus penguatan

dan penekanan eksitabilitas saraf yang menyertai siklus siaga dan tidur

mempunyai efek fisiologi yang sedang pada bagian perifer tubuh (Guyton et

al., 2007).

3. Mekanisme Tidur

5

Page 6: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Penyebab tidur kemungkinan ialah proses penghambatan aktif. Hal ini

terbukti dari suatu percobaan yang melakukan pemotongan batang otak

setinggi regio midpontih. Berdasarkan perekaman listrik, otak ternyata tidak

pernah tidur. Teori baru ini mengubah pandangan bahwa tidur terjadi karena

hambatan pasif, yaitu saat sistem aktivasi retikular mengalami kelelahan

(misalnya karena aktivitas seharian) yang mendorong untuk menjadi inaktif

(Guyton et al., 2007).

B. Tinjauan Hormonal Saat Tidur di Malam Hari

Hormon adalah zat perantara kimiawi jarak jauh yang secara spesifik

disekresikan ke dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai respons terhadap

sinyal yang sesuai. Hormon bekerja pada sel-sel sasaran untuk mengatur, di

antaranya, konsentrasi molekul nutrien, air, garam, dan elektrolit. Seluruh

pengaturan tersebut ditujukan untuk mempertahankan homeostasis tubuh yang

penting bagi kelangsungan hidup sel. Sel tubuh memerlukan pasokan konstan

nutrien untuk menunjang reaksi-reaksi kimia penghasil energi, dan juga

membutuhkan keseimbangan air dan berbagai elektrolit (Sherwood, 2001).

Tidur merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mempertahankan

homeostasis. Tidur berfungsi mengembalikan keseimbangan pada pusat-pusat

neuron. Oleh karena itu, mekanisme tidur pun tidak terlepas dari pengaruh

aktivitas dan regulasi hormon. Hormon yang paling berperan dalam mekanisme

tidur adalah melatonin (Guyton et al., 2007).

1. Sekresi Hormon Melatonin

Melatonin adalah sebuah hormon lipofilik indolamin yang diproduksi

selama hari gelap di kelenjar pineal (Krenbek, 2008). Hormon ini disintesis

dari triptopan di bawah control enzim triptopan hidroksilase, arilalkilamin N-

asetiltarnsferase (AA-NAT) dan hidroksindole-O-metiltransferase (HIOMT).

Selain di kelenjar pineal, melatonin juga disintesis di retina, tulang belakang,

traktus digestivus dan empedu. Setelah disintesis, melatonin tersebar dengan

cepat melalui aliran darah kemudian ke aliran cairan spinal, saliva, dan empedu

(Jung et al., 2006).

6

Page 7: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Tingkatan puncak melatonin pada darah bervariasi antarindividu dan

bergantung pada umur. Orang dewasa muda pada plasmanya mengandung

melatonin antara 54-75 pg/ml, namun pada orang tua kadar ini lebih rendah

yaitu sekitar 18-40 pg/ml (Jung et al., 2006).

2. Mekanisme Kerja Hormon Melatonin

Konsentrasi melatonin rendah pada siang hari dan meningkat pada

malam hari (Jockers et al., 2008). Pada siang hari, sel fotoreseptor retina

mengalami hiperpolarisasi yang menghambat pelepasan norepinefrin. Sistem

pineal-retinohipotalamus diam dan sedikit melatonin dikeluarkan. Pada suasana

gelap, fotoreseptor melepaskan norepinefrin, dengan cara demikian

mengaktifkan sistem, dan sejumlah α1 dan β1 reseptor adrenergik pada glandula

meningkat (Brezezinski , 1997). Sekresi ini diatur oleh irama sirkardian dan

perubahan suhu. Irama sirkardian dari sintesis melatonin dan penyebarannya

diatur oleh “jam” sirkardian yang berada pada nuklesus superkiasmatik (NSK)

dari hipotalamus melalui jalur multi-sinaps (Reppert et al., 2002).

Gambar 1. Fisiologi Sekresi Melatonin (Brezezinski, 1997)

Produksi dan sekresi melatonin diperantarai oleh serat saraf postganglion

retinal yang menyambung dari traktus retinohypothalamic sampai nukleus

7

Page 8: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

suprakiasmatik kemudian ke ganglion servikal superior dan berakhir di

glandula pineal. Sistem neuronal ini diaktivasi oleh kegelapan dan ditekan oleh

lampu (kondisi terang). Aktivasi dari reseptor a1- dan b1-adrenergic pada

kelenjar pineal meningkatkan cyclic AMP dan konsentrasi kalsium serta

mengaktifkan N-acetyltransferase, kemudian terjadi sintesis dan pelepasan

melatonin. Irama melatonin sehari-hari juga dikontrol oleh faktor endogen,

yang berlokasi di nucleus suprachiasmaticus (Brezezinski, 1997).

Fungsi biologi dan proses yang diduga merupakan efek dari melatonin dan

diperkirakan merupakan mekanisme aksi pada manusia dapat dilihat pada

Tabel 2. Fungsi Biologi Hormon Melatonin (Brezezinski, 1997).

Fungsi/proses Efek Mekanisme yang diperkirakan

Tipe peristiwa/percobaan

Tidur Efek hipnotik dan meningkatkan keinginan untuk tidur

Efek hipotermi (pada dosis farmakologi)Reseptor perantara pada limbic system

Percobaan dengan kontrol placebo

Irama sirkardian

Mengontrol irama sirkardian dan siklus gelap-terang

Sekresi melatonin pada respons terhadap saraf mata dan nucleus suprachiasma;Reseptor perantara pada saraf dan jaringan perifer;Thermoregulasi

Pengamatan klinis pada hewan dan manusia, yaitu efek lampu dan siklus gelap-terang pada jalur sekresi melatonin

Perasaan (mood)

mengatur siklus mood yang memungkinkan

Tidak diketahui Perbandingan antara uji klinis tentang jalur sekresi melatonin dan uji phototerapi terhadap perubahan mood

Pematangan seksual dan reproduksi

Menghambat proses reproduksi

Menghambat jalur hypothalamic-pituitary-gonad

Pengamatan pada hewan dan perbandingan uji klinis tentang jalur sekresi melatonin (selama pubertas dan pada wanita amenorrhea)

8

Page 9: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Kanker Efek antiproliferasi

Efek antiproliferasi secara langsung;Mengubah respons imun;Melawan radikal bebas

Uji in vitro dan in vivo pada hewan;Uji in vitro pada sel kanker manusia

Respon imun Mengubah respon imun

Meningkatkan interleukin yang diproduksi oleh limfosit T-helper

Uji pada hewan dan uji yang tidak terkontrol pada manusia

Proses penuaan

Efek proteksi dan mengurangi kerusakan sel

Melawan radikal bebas

Uji in vitro dan in vivo pada hewan

3. Metabolisme Hormon Melatonin

Melatonin mengalami metabolisme yang cepat, terjadi di hepar melalui

proses hidroksilasi. Waktu paruh melatonin endogen di serum adalah sekitar

30-60 menit sedangkan melatonin eksogen mempunyai waktu paruh sekitar 12-

48 menit. Dalam darah, 50-75% melatonin berubah reversibel menjadi albumin

dan glikoprotein. Setelah terkonjugasi sulfur atau asam glukoronat, melatonin

diekskresi lewat urin (Brezezinski, 1997).

4. Efek Hormon Melatonin pada Sel dan Organ

Melatonin menunjukkan efek yang berbeda pada organ dan sel yang

berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kontrol irama sirkardian, imunoresponsif,

regulasi vaskuler dan tekanan tumor. Pada tingkat seluler, melatonin

mengalami deferensiasi, misalnya: osteoblastik terdeferensiasi dari sel stromal

tulang belakang, sedangkan neuronal terdeferensiasi dari stem cells dan

neuroblas. Pada konsentrasi farmakologi, melatonin adalah antioksidan yang

efektif melawan radikal bebas dan meningkatkan regulasi beberapa enzim

antioksidan pada jalur reseptor perantara (Krenbek, 2008).

Sekresi melatonin mempunyai efek terhadap kecenderungan mengantuk,

mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, dan mempunyai efek hipnotis

(Lieberman et al., 1984). Dahlitz et al. (1994) menyebutkan bahwa pada anak

muda, 5 mg per oral melatonin menyebabkan peningkatan yang signifikan pada

kecenderungan untuk tidur dan durasi tidur REM (Rapid Eye Movement). Pada

9

Page 10: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

penelitian lain disebutkan bahwa kecenderungan mengantuk meningkat pada

subjek normal yang diberi melatonin dengan dosis rendah (0,1; 0,3 atau 1 mg),

baik pada siang hari (Dollins et al., 1994) dan sore hari (Zhdanova et al.,

1995), namun tidak meningkat pada pagi hari. Waktu dari efek maksimal

hipnotik bervariasi, sekitar 3 jam pada siang hari dan 1 jam pada jam 9 malam

(Tzischinsky et al., 1994).

Sebuah penelitian yang diujicobakan pada binatang menunjukkan bahwa

pemberian lampu pada malam hari dapat menurunkan sintesis melatonin,

meningkatkan metabolisme asam lemak, meningkatkan risiko tumor hati dan

kanker payudara (Dauchy, 1999; Blask et al., 2002). Penelitian lain

menunjukkan bahwa wanita pekerja shift malam, yang terpapar lampu di

malam hari, mempunyai risiko terkena kanker payudara dan kanker kolorektal

lebih tinggi (Hansen, 2001; Davis et al., 2001; Shernhammer et al., 2003).

C. Kanker Payudara

1. Insidensi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit degeneratif yang banyak terjadi

pada berbagai negara di belahan dunia. Di negara-negara Asia misalnya,

insiden kanker payudara mencapai 20 orang per 100.000 penduduk. Di

Indonesia sendiri, kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker

leher rahim di antara kanker yang menyerang wanita Indonesia. Adapun di

Amerika Serikat dan kebanyakan negara maju jauh, insidennya jauh lebih

tinggi, yaitu 100 kasus baru per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan

meninggal akibat penyakit ini (Kardinah, 2009).

2. Etiologi Kanker Payudara

Etiologi kanker payudara belum diketahui secara pasti. Hingga saat ini

ada beberapa faktor penting yang diduga sebagai penyebab kanker,

diantaranya:

a. Perubahan genetik

Perubahan genetik diduga kuat berperan dalam timbulnya kanker

payudara. Mutasi yang mempengaruhi protoonkogen dan gen supresor

tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik

10

Page 11: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

(Kumar et al., 2007). Di antara berbagai mutasi tersebut, BRCA 1 dan

BRCA 2 merupakan protoonkogen yang ekspresinya berlebihan dan

diketahui bertanggung jawab terhadap 16 % risiko kanker payudara. Selain

kedua gen tersebut, beberapa studi ilmiah juga berhasil mengidentifikasi

gen-gen lain yang memiliki pengaruh rendah hingga menengah terhadap

insiden kanker payudara, seperti gen-gen tersebut terlibat dalam kerusakan

pada jalur pengiriman sinyal maupun perbaikan DNA. Hilangnya jalur

perbaikan DNA merupakan langkah yang sangat penting bagi sel tumor

untuk memperoleh keadaan genomik yang tidak stabil. Keadaan ini

memungkinkan tumor membentuk kromosom formasi onkogen,

menginaktivasi gen supresor tumor, dan memperkuat pengendali molekuler

yang mengatur perkembangan tumor, termasuk proses antiapoptosis

onkogenik, proliferasi sel, dan resistensi gen terhadap obat-obatan (Tan et

al., 2008).

b. Pengaruh hormon

Ketidakseimbangan hormon estrogen dalam tubuh diketahui berperan

penting dalam patogenesis kanker payudara. Peningkatan pajanan estrogen

tinggi dapat terjadi pada perempuan dengan menarche dini, primi tua, dan

menopause yang tertunda. Sedangkan penyebab tingginya kadar estrogen

pada perempuan pascamenopause adalah adanya tumor ovarium dan

pemakaian terapi sulih estrogen untuk mencegah osteoporosis, penyakit

jantung, dan stroke (Kumar et al., 2007).

c. Faktor lingkungan

Pengaruh lingkungan ditandai dengan munculnya insidensi kanker

payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis

homogen (Kumar et al., 2007). Terdapat berbagai karsinogen di

lingkungan, meliputi bahan kimiawi, virus, dan karsinogen fisik. Bahan

kimiawi yang bersifat karsinogenik antara lain jelaga, tir, zat warna azo dan

anilin, bahan alkali, plastik, asap rokok, dan aflatoksin. Karsinogen fisik

yang berpengaruh penting adalah sinar radioaktif yang dihasilkan oleh

sinar-X, radium, dan bom atom. Karsinogen ini dapat menimbulkan

berbagai kanker ganas, termasuk di antaranya kanker payudara. Sinar

11

Page 12: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

menyebabkan perubahan nukleoprotein kromosom sel pada jaringan yang

terpapar sehingga muncullah kanker (Sudiono dkk., 2003).

3. Patogenesis Kanker Payudara

Neoplasma terbentuk dari proliferasi klonal sel yang termutasi. Penyebab

mutasi sel normal menjadi sel abnormal bisa terjadi akibat suatu onkogen,

inaktivasi gen supresor tumor, atau kegagalan perbaikan DNA atau

menginduksi apoptosis sel yang mengalami kerusakan. Namun demikian,

langkah-langkah ini saja tidak cukup menyebabkan suatu tumor maligna yang

lengkap. Sel yang mengalami mutasi harus bereplikasi sendiri dan bermutasi

penuh untuk dapat menginfiltrasi jaringan lokal, memasuki pembuluh darah,

dan bermetastasis (Wilson, 2003).

Dalam metode klasik, ada 3 tahap karsinogenesis: inisiasi, promosi, dan

progresi. Inisiasi adalah proses yang melibatkan mutasi genetik permanen

dalam DNA. Promosi adalah tahap sel mutan berproliferasi. Hormon sering

menjadi promotor yang merangsang pertumbuhan. Misalnya, estrogen dapat

merangsang pertembuhan kanker payudara. Payudara sebagai salah satu organ

target hormon estrogen memiliki reseptor sitosolik spesifik yang disebut

estrogen receptor (ER). Estrogen yang menembus membran plasma akan

berikatan dengan ligand binding domain (LBD) pada reseptor tersebut.

Interaksi hormon reseptor kompleks tersebut yang selanjutnya melakukan

migrasi ke nukleus dan berikatan dengan DNA yang mempunyai sekuen

khusus (estrogen response element). Akibatnya proses transkripsi dan translasi

terjadi dan menghasilkan protein yang mempunyai efek proliferatif terhadap

sel epitel payudara. Selain itu, estrogen juga berperan dalam aktivasi adenylate

cyclase (AC) melalui reseptor membran yang terangkai dengan protein G.

Aktivasi AC ini akan meningkatkan konsentrasi cAMP pada sel kanker

payudara yang responsif terhadap ER dan bersinergi dengan ER yang

memediasi transkripsi dan translasi protein. Proses proliferasi sel epitel

payudara melalui mekanisme tersebut kecepatannya berbanding lurus dengan

aktivasi AC. Akibatnya, kadar estrogen berlebihan dalam tubuh dapat memicu

terjadinya proses proliferasi yang berlebihan dan tidak terkendali (Sa´nchez-

Barcelo´ et al., 2003). Klon sel yang mengalami inisiasi dipaksa bermutasi dan

12

Page 13: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

berkembang menjadi tumor ganas. Sedangkan pada tahap progresi, suatu sel

mutan mendapatkan karakteristik neoplasma sehingga menjadi lebih agresif

dan mampu menghindari sistem imun penderita. Selama stadium progresif,

massa tumor yang meluas berkembang sehingga dapat menginvasi jaringan

yang berdekatan, membentuk pasokan darahnya sendiri (angiogenesis),

melakukan penetrasi ke pembuluh darah, dan bermetastasis untuk membentuk

tumor sekunder (Wilson, 2003).

4. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara bergantung pada stadiumnya. Salah satu

penentuan stadium pada kanker payudara menggunakan sistem sebagai

berikut:

a. Stadium I: tumor terbatas pada payudara dengan ukuran kurang dari 2

cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, dan tanpa dugaan

metastasis.

b. Stadium II: tumor dengan diameter kurang dari 2 cm dengan

metastasis aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan atau

tanpa metastasis aksila.

c. Stadium IIIa: tumor dengan diameter kurang dari 5 cm tapi masih

bebas dari jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila

yang masih bebas satu sama lain, atau tumor dengan metastasis aksila

yang melekat.

d. Stadium IIIb: tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau

tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.

e. Stadium IV: tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.

Manajemen tindakan operatif, yaitu:

a. Pada stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal atau modifikasi

mastektomi radikal. Setelah itu periksa kelenjar getah bening (KGB),

bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi

ajuvan.

13

Page 14: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

b. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi

ajuvan atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed

dan KGB.

Pada stadium yang lebih lanjut, silakukan tindakan paliatif dengan tujuan:

a. Mempertahankan kualitas hidup pasien.

b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

c. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.

Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Apabila

terdapat relaps, ditambahkan pengobatan hormonal dan kemoterapi. Pada

stadium IV, pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. Jika

respon positif, diberikan aminoglutemid atau tamofen. Bila respon negatif,

berikan kemoterapi cyclophosphamide methotrexate 5-fluourasil. Jika pasien

sudah 1-5 tahun menopause, harus diperiksa efek estrogen dengan melihat

reseptornya. Bila positif, dilakukan ooforektomi bilateral, jika negatif

dilakukan terapi hormonal inhibit atau aditif. Pada pascamenopause diberikan

obat-obat hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron, atau

kortikosteroid (Mansjoer dkk., 2000).

14

Page 15: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

BAB IIIMETODE PENULISAN

Uraian metode penulisan yang disajikan merupakan metode studi pustaka, bukan

merupakan uraian tentang metode penelitian. Penulisan dilakukan mengikuti metode

yang benar dengan menguraikan secara cermat melalui pendekatan berikut:

1. Perumusan Masalah

Ide perumusan masalah dilatarbelakangi oleh fakta dan hal yang belum

terpecahkan terkait peranan tidur berkualitas menurut tuntunan Islam dalam

mencegah karsinogenesis pada payudara.

2. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi didapatkan melalui buku dan jurnal-

jurnal ilmiah hasil penelitian dan pemaparan para ahli yang relevan dengan

tema karya tulis yang baru dan relevan.

3. Pengolahan Data dan Informasi

Dalam karya tulis ini, data dan informasi yang diverifikasi lebih lanjut

terbatas pada manajemen tidur berkualitas di malam hari dalam tuntunan

Islam dan peranannya dalam mencegah karsinogenesis pada kanker payudara.

4. Analisis Sintesis

Semua data dan informasi yang diperoleh dianalisis untuk membahas

masalah yang telah dirumuskan. Metode pengutipan kepustakaan yang

digunakan adalah sistem Author data Harvard.

5. Menarik Simpulan

Simpulan diambil berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dan

menjawab rumusan permasalahan.

6. Merumuskan Saran atau Rekomendasi

Saran yang dirumuskan merupakan prediksi transfer gagasan sebagai usulan

bagi kajian ilimiah dan penelitian lebih lanjut yang relevan dengan topik yang

diangkat pada karya tulis ini demi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

15

Page 16: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

BAB IVPEMBAHASAN

A. Manajemen Tidur Berkualitas secara Islami

Allah SWT telah menjadikan malam gelap dan siang terang

benderang, tujuannya agar manusia bekerja di waktu siang dan

beristirahat di waktu malam. Hal ini tercantum dalam firman-Nya,

diantaranya:

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Qashash: 73)

“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Al-Mu’min: 61)

“Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” (QS. Yunus: 67)

Berdasarkan ayat tersebut, dapat direnungkan bahwa Allah SWT

telah mengatur segala sesuatu sesuai dengan kadarnya. Manusia

dan organ-organ tubuhnya diciptakan untuk bekerja di waktu siang dan

beristirahat di malam hari. Dari segi medis pun telah terbukti bahwa apabila hal

tersebut dibalik, yaitu tidur di siang hari dan bekerja di malam hari, akan

menyebabkan tidur tidak berkualitas karena pola tidur yang tidak seimbang.

Manajemen tidur berkualitas di malam hari sebenarnya dapat dilakukan

sesuai adab-adab islam. Amalan yang pada kenyataannya menjadi kebutuhan

sehari-hari tersebut, apabila dilaksanakan sesuai tuntunan Al-Qur’an dan sunnah

16

Page 17: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Rasulullah SAW dapat bernilai ibadah. Adab-adab tidur berkualitas secara islami

dapat ditelaah sebagai berikut:

1. Tidur pada awal malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir

Rasulullah SAW memberi contoh untuk segera tidur di awal malam, yaitu

beberapa saat setelah melaksanakan shalat Isya. Rasulullah tidak menyukai tidur

sebelum isya dan bercakap-cakap setelahnya, kecuali untuk membicarakan hal

yang penting, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Abu

Barzah:

“Rasulullah membenci tidur sebelum isya’dan bercakap-cakap setelahnya.(HR. Bukhari 568 dan Muslim 647)

Dalam riwayat yang lain disebutkan:"Suatu ketika aku pernah bermalam dirumah bibiku Muimunahuntuk melihat bagaimana shalatnya Rasulullah, beliau berbincang sejenakbersama istrinya, kemudian tidur". (HR. Muslim 763)

Yang dimaksud dengan waktu isya saat tenggelamnya syafaq (warna kemerahan

di langit) dan akhir waktunya ketika pertengahan malam. Dalam hadis Abu

Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda:

“Sesungguhnya shalat itu memiliki awal dan akhir waktu. Awal waktu shalat zhuhur adalah saat matahari tergelincir dan akhir waktunya adalah ketika masuk waktu ashar. Awal waktu shalat ashar adalah ketika masuk waktunya dan akhir waktunya saat matahari menguning. Awal waktu shalat maghrib adalah ketika matahari tenggelam dan akhir waktunya ketika tenggelam ufuk. Awal waktu shalat isya adalah saat ufuk tenggelam dan akhir waktunya adalah pertengahan malam. Awal waktu shalat fajar adalah ketika terbit fajar dan akhir waktunya saat matahari terbit.” (HR. At-Tirmidzi 151 dan selainnya. Ash-Shahihah 1696 dalam An-Nawawi, 2006)

Selain itu, ada pula hadis lain yang menunjukkan akhir waktu isya adalah pertengahan malam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya sampai pertengahan malam kemudian beliau shalat, lalu berkata, “Sungguh manusia telah shalat dan mereka telah tidur, adapun kalian terhitung dalam keadaan shalat selama kalian menanti waktu pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 572 dan Muslim no. 1446)

Demikian pula hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu':

“Seandainya tidak memberati umatku niscaya aku akan memerintahkan mereka untuk mengakhirkan shalat isya sampai sepertiga atau pertengahan malam.”

17

Page 18: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

(HR. At-Tirmidzi 167, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

Dalam pelaksanaan shalat isya berjamaah di masjid, Rasulullah melihat jumlah

orang-orang yang berkumpul di masjid untuk shalat, sedikit atau banyak.

Sehingga terkadang beliau menyegerakan shalat isya dan terkadang

mengakhirkannya. Bila beliau melihat para makmum telah berkumpul di awal

waktu maka beliau mengerjakannya dengan segera. Namun, bila belum

berkumpul beliau pun mengakhirkannya (An-Nawawi, 2006).

Rasulullah tidak tidur sepanjang malam, tetapi bangun di awal sepertiga

malam terakhir untuk melaksanakan shalat. Pada hadis lain disebutkan:

Dari ‘Aisyah ra., bahwasanya Nabi saw. biasa tidur pada permulaan malam dan bangun pada akhir malam, kemudian mengerjakan salat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadis-hadis di atas, untuk lebih jelas perkiraan rentang waktu

tidur Rasulullah SAW, dapat dikalkulasi dengan perkiraan 1 malam dihitung sejak

waktu Isya jam 07:00 pm malam hingga terbit fajar jam 04:30 am pagi. Apabila

Rasulullah SAW tidur pada sepertiga malam pertama (beberapa saat setelah Isya),

maka diperkirakan pukul 10.10 pm. Sedangkan waktu Rasulullah bangun untuk

mengerjakan shalat malam pada sepertiga malam terakhir, diperkirakan antara

pukul 01.20 - 04.30 am. Dengan demikian, dapat diperkirakan rentang waktu tidur

malam Rasulullah SAW sekitar 3-5 jam. Hal tersebut terbukti dengan pendapat

Dr. Ray Meddis, seorang professor Departement of Human Sciences, England

University of Technology, yang menyatakan bahwa manusia sebenarnya hanya

membutuhkan waktu tidur selama 3 jam (YADIM, 2009).

2. Tidur tidak berlebihan

Tidur tidak berlebihan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an bahwa Allah

SWT tidak menyukai orang yang terlalu banyak tidur, sebagaimana dalam firman-

Nya pada QS. Adz-Dzariyaat ayat 15-18 berikut:

(15) Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, (16) Sambil menerima segala pemberian

18

Page 19: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. (17) Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. (18) Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society yang

melibatkan 1000 orang relawan dari berbagai negara bagian Amerika,

menunjukkan bahwa orang yang tidur lebih dari 8 jam sehari berisiko 12 persen

meninggal lebih cepat. Risiko ini meningkat menjadi 17 persen pada orang yang

tidur 9 jam perhari. Risiko kematian paling besar terjadi pada seseorang yang

tidurnya mencapai 10 jam perhari, yaitu mencapai 34 persen (Amirta, 2009).

3. Berwudhu sebelum Tidur

Berwudhu sebelum tidur bertujuan agar setiap muslim bermalam dalam

keadaan suci, sehingga bila ajalnya datang dia pun dalam keadaan suci. Sunnah

ini menggambarkan bentuk kesiapan seorang muslim untuk memenuhi panggilan

kematian dalam keadaan suci hatinya, mengarahkan pada mimpi yang baik, dan

menjauhkan diri dari permainan setan yang akan menimpanya. (Lih. Fathul Bari,

11/125 dan Syarah Shahih Muslim, 9/32 dalam An-Nawawi, 2006). Tentang

sunnah ini, Rasulullah SAW telah menjelaskan dalam sabda beliau:

Dari Al-Bara` bin ‘Azib, berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepadaku: ‘Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah kamu sebagaimana wudhumu untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari 6311 dan Muslim 2710)

“Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dengan berdzikir dan dalam keadaan suci, kemudian dia terbangun dari tidurnya di malam hari kemudian dia meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat melainkan Allah akan memberikan itu kepadanya.” (HR. Abu Dawud di dalam Sunan beliau no. 5042 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no 5042, Al-Misykat no. 1215 dan di dalam kitab At-Ta’liq Ar-Raghib 1/207-208)

Dan beliau mengatakan: “Perintah (untuk berwudhu di sini) adalah sunnah (bukan wajib).” (lih. Fathul Bari, 11/125 dalam An-Nawawi, 2006)

Demikianlah sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Rasulullah SAW ketika hendak

tidur. Abdullah bin ‘Abbas bercerita:

“Bahwa Rasulullah SAW terjaga di suatu malam lalu beliau menunaikan hajatnya dan kemudian membasuh wajah dan tangannya lalu tidur.” (HR. Al-Bukhari 6316 dan Abu Dawud 5043, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud 4217)

19

Page 20: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

4. Membersihkan Tempat Tidur

Membersihkan (mengibas) tempat tidur dimaksudkan agar tidak terjadi

sesuatu yang membahayakan diri seperti binatang berbisa, baik ular, kalajengking,

dan sebagainya (An-Nawawi, 2006). Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila salah seorang dari kalian beranjak menuju tempat tidurnya maka hendaklah dia mengibas (membersihkan) tempat tidurnya karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.” (HR. Al-Bukhari 6320 dan Muslim 2714)

5. Mematikan lampu ketika hendak tidur

Rasulullah SAW menganjurkan untuk mematikan lampu ketika hendak

tidur.

"Matikanlah lampu-lampu diwaktu malam jika kalian hendaktidur, dan tutuplah pintu-pintu, bejana serta makanan dan minumankalian.” (HR. Bukhari 6296 dan Muslim 2012)

Mematikan lampu ketika hendak tidur akan menimbulkan kondisi gelap.

Dalam ilmu kedokteran, kondisi yang gelap akan mengoptimalkan sekresi hormon

melatonin di malam hari. Sekresi melatonin mempunyai efek terhadap

kecenderungan mengantuk, mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, dan

mempunyai efek hipnotis (Lieberman et al., 1984). Selain itu, diketahui bahwa

hormon melatonin terbukti memiliki efek antiproliferasi pada sel kanker. Dalam

karya tulis ini, akan dibahas lebih lanjut mekanisme hormon melatonin yang

memiliki efek antiproliferasi sehingga dapat mencegah pertumbuhan kanker

payudara.

6. Tidur dengan Posisi yang Benar

Rasulullah SAW menganjurkan untuk tidur dengan posisi menghadap ke

kanan dan melarang tidur dalam posisi telungkup. Hal tersebut dijelaskan dalam

riwayat berikut:

Suatu ketika tatkala aku tidur di dalam masjid, tiba-tiba ada seorangyang menghampiriku, sedangkan aku dalam keadaan tidur terlungkup,lalu dia membangunkanku dengan kakinya seraya berkala: ”Bangunlah!Ini adalah bentuk tidur yang dibenci Allah, maka akupum mengangkatkepalaku ternyata beliau adalah Nabi. (HR. Bukhari dalam Adab Mufrod 1187, Tirmidzi 2768, Ibnu Majah 3723, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Adab Mufrod 905, Al-Misykah 4719 dalam tulisan Al-Alsari, 2004)

20

Page 21: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Ditinjau dari ilmu kedokteran larangan tidur dengan posisi telungkup dapat

menekan semua organ tubuh, salah satunya paru-paru sehingga napas menjadi

sesak. Selain itu, posisi telungkup dapat menyebabkan rasa sakit pada leher dan

punggung bagian atas (Amirta, 2009).

Posisi tidur yang dianjurkan adalah tidur dengan posisi menghadap ke

kanan. Rasulullah SAW bersabda:

“Lalu tidurlah di atas lambungmu yang kanan.” (HR. Al-Bukhari 6311 dan

Muslim 2710)

Anjuran tersebut sangat bermanfaat karena tidur dengan posisi menghadap ke kiri

dikhawatirkan akan menekan organ-organ vital seperti paru-paru, lambung, dan

jantung (Amirta, 2009). Selain itu, hikmah tidur di atas lambung kanan adalah

lebih cepat untuk terjaga (bangun), jantung bergantung ke arah sebelah kanan

sehingga tidak menjadi berat ketika tidur. (An-Nawawi, 2006). Ibnul Jauzi

berkata: “Cara seperti ini sebagaimana telah dijelaskan ilmuwan-ilmuwan

kedokteran sangat berfaedah bagi badan. Mereka mengatakan: ‘Mereka

mengawali sesaat tidur di atas lambung sebelah kanan, kemudian di atas lambung

sebelah kiri karena tertidur. (Dengan cara) pertama akan menurunkan makanan,

dan tidur di atas lambung kiri akan menghancurkannya dan dikarenakan hati

(terkait dengan pekerjaan) lambung.” (Lih. Fathul Bari, 11/115 dalam An-

Nawawi, 2006).

Posisi tidur lainnya yang dianjurkan adalah meletakkan tangan di bawah

pipi. Tata cara ini dijelaskan oleh Hudzaifah ibnul Yaman:

“Adalah Rasulullah SAW apabila beliau tidur di malam hari, beliau meletakkan tangan beliau di bawah pipi.” (HR. Al-Bukhari 6314)

7. Berdzikir dan Berdoa sebelum Tidur

Di antara dzikir-dzikir yang dibaca Rasulullah ketika hendak tidur adalah

a. Membaca ta’awwudz dan tiga surat terakhir dalam Al-Qur’an, meniup

telapak tangan lalu mengusapkannya ke seluruh anggota tubuh. Hal ini

berdasarkan hadis berikut:

“Dari ‘Aisyah, bahwa Nabi n apabila menuju tempat pembaringan pada setiap malam, beliau menghimpun kedua telapak tangan beliau kemudian

21

Page 22: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

meniupnya dan membaca Qul Huwallahu Ahad dan Qul A’udzubirabbil Falaq dan Qul A’udzubi Rabbi An-Nas kemudian dia mengusap seluruh tubuh beliau, dan beliau memulai dari kepala kemudian wajah dan bagian depan jasad dan beliau lakukan hal itu tiga kali.” (HR. Al-Bukhari 6319, Muslim, Abu Dawud 5057, Ibnu Majah, dan Ahmad 23708)

b. Membaca doa di bawah ini:

�م�وتم#ك أ #اس% ي ا و ب م#ك أ ح% #اس% ,ه�م, ب : الل #ذ ا أ خ ذ م ض%ج ع ه� ق ال ك ان إ

“Rasulullah saw. apabila akan tidur beliau berdoa: ‘Ya Allah, dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan dengan menyebut namamu aku mati (tidur).” (HR. Muslim 2711 dan Ahmad 17862 dari shahabat Al-Bara’ bin ‘Azib)

,م ل ه# و س?? س�ول� الله# ص ل,ى الل??ه� ع ل ي??% : ك ان ر %ن# ع از#بD ق ال اء# ب %ب ر ع ن# ال�ل م%ت س??%

,ه�م, أ : الل ال �م, ق?? %م ن# ث %أل ي قOه# ا ه# ن ام ع ل ى ش??# اش# #ل ى ف#ر و ى إ#ذ ا أ إ

�ت% أ %ج?? ك و أ ل #ل ي??% ر#ي إ م??%

ت� أ ك و ف و,ض??% #ل ي??% ك و و ج,ه%ت� و ج%ه#ي إ #ل ي??% ي إ ن ف%س??#�%ت ك آم ن #ل ي??% , إ #ال ك إ ا م#ن??% %ج أ و ال م ن %ج %ك ال م ل #ل ي ه%ب ة إ غ%ب ة و ر %ك ر #ل ي ظ ه%ر#ي إل,ى ول� الل??ه# ص?? �س?? . و ق ال ر ل%ت س ر%

,ذ#ي أ Oك ال #ي #ن ب ل%ت و ب %ز ,ذ#ي أ ن #ك ال #ت اب #ك بة# %ف#ط%ر #ه# م ات ع ل ى ال %ل ت �م, م ات ت ح%ت ل ي : م ن% ق ال ه�ن, ث ,م ل %ه# و س الله� ع ل ي

Dari Al-Bara` bin ‘Azib, berkata: Adalah Rasulullah saw. apabila beliau menuju tempat pembaringan, beliau tidur di atas lambung sebelah kanan kemudian berdoa: “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku serahkan semua urusanku kepada-Mu dan aku bentangkan punggungku di hadapan-Mu dengan penuh harapan dan rasa takut dari-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan (meminta) keselamatan melainkan kepada-Mu, aku beriman kepada kitab yang Engkau telah turunkan dan Nabi yang Engkau telah utus”, dan Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengatakannya lalu dia meninggal pada malam itu maka dia meninggal di atas fitrah.” (HR. Bukhari 6315 dan Muslim 2710)

و ى#ذ ا أ : إ ,م ل ه# و س?? ل,ى الل??ه� ع ل ي??% #يl ص?? ,ب ال الن : ق?? ال ة ق?? %ر ي #ي ه�ر ب

ع ن% أ ا د%ر#ي م?? ه� ال ي?? #ن??, ار#ه# ف إ #ز #د اخ#ل ة# إ ه� ب اش %ف�ض% ف#ر %ي ن ه# ف ل اش# #ل ى ف#ر �م% إ أ ح د�ك#ن% ه� إ �ف ع? ر%

ك أ #ي و ب?# %ب ن ع%ت� ج بO و ض? م#ك ر #اس?% ول� ب ��م, ي ق? ه#، ث ه� ع ل ي?% خ ل ف? ه# ظ� ب??# ا ت ح%ف? #م?? ا ب %ت ه ا ف اح%ف ظ%ه? ل س?? ر%

#ن% أ ا و إ ح م%ه? ي ف ار% %ت ن ف%س??# ك م%س?? أ

%ن ي #ح# ال اد ك الص?????????????????????????????????, ب????????????????????????????????? ع#Dari Abu Hurairah, berkata: “Rasulullah saw bersabda: Apabila salah seorang dari kalian menuju tempat tidurnya, hendaklah dia mengibasnya dengan bagian dalam kainnya, karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian. Lalu dia berdoa: ‘Dengan menyebut nama-Mu wahai Rabb, aku meletakkan lambungku dan karena-Mu pula aku mengangkatnya dan jika Engkau mencabut ruhku maka rahmatilah dia, dan jika Engkau melepaskannya (untuk hidup) maka jagalah dia sebagaimana Engkau

22

Page 23: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih’.” (HR. Al-Bukhari 6320 dan Muslim 2714)

B. Peranan Tidur Berkualitas dalam Mencegah Karsinogenesis Payudara

Hormon melatonin berfungsi untuk menyelaraskan antara siklus tidur

dengan siklus jaga pada pergantian siang dan malam (Ganong, 2005). Hal tersebut

berhubungan dengan irama sikardian melatonin yang mencapai kadar puncaknya

ketika tengah malam (Davis et al., 2001). Saat kondisi lingkungan mulai gelap,

sintesis dan sekresi hormon melatonin oleh kelenjar pineal mulai meningkat.

Detektor cahaya pada saraf retina mengirimkan sinyal melalui nukleus

suprakhiasmatik pada otak untuk beristirahat. Semakin rendah intensitas cahaya

yang terdeteksi menyebabkan semakin banyak sekresi hormon melatonin.

Produksi hormon ini mempengaruhi aktivitas otak dalam menimbulkan rasa

kantuk, sehingga semakin malam, orang akan merasa semakin mengantuk

(Ganong, 2005). Fungsi dari rasa kantuk adalah sebagai sinyal positif tubuh agar

segera mengistirahatkannya (Bajry, 2008).

Produksi melatonin ini sangat sensitif terhadap pengaruh

cahaya. Paparan cahaya pada saat malam hari, walaupun dalam

waktu yang singkat dengan intensitas cahaya rendah, dapat

menyebabkan produksi melatonin berkurang bahkan sepenuhnya

tertekan (Brainard et al.,1997). Dengan adanya paparan cahaya, jam tidur

manusia menjadi lebih larut daripada sebelumnya. Dalam hal ini tubuh manusia

dapat beradaptasi. Pada kondisi tertentu ketika terjadi perubahan suhu eksternal

atau ketika mengalami stres, tubuh harus menggeser siklus hariannya untuk dapat

bertahan hidup. Perubahan dalam irama sirkadian tidak hanya menggeser pola

tidur, tetapi juga hal-hal lain yang berkaitan seperti pola makan dan sekresi

hormon (Colten et al., 2006).

Selain sintesis dan pelepasan melatonin terhambat, paparan cahaya pada

malam hari juga meningkatkan sekresi estrogen oleh ovarium (Steven et al.,

2001). Sebagaimana diketahui bahwa kadar estrogen berlebihan dalam tubuh

dapat memicu terjadinya proses proliferasi yang berlebihan dan tidak terkendali

(Sa´nchez-Barcelo´ et al., 2003). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

23

Page 24: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

terdapat hubungan antara melatonin dengan perkembangan kanker. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian berdasarkan kebiasaan tidur dan lingkungan cahaya

dalam kamar tidur selama 10 tahun, menunjukkan bahwa risiko kanker payudara

meningkat pada orang yang sering (tiga malam atau lebih setiap pekan) tidak tidur

selama periode malam ketika secara normal kadar melatonin mencapai

puncaknya, yaitu antara pukul 01.00-02.00 am (Davis et al., 2001). Demikian

halnya pada para pekerja shift malam yang dituntut terjaga sepanjang malam,

berisiko kanker payudara, dengan kecenderungan meningkatnya risiko sebanding

dengan lamanya jam perminggu pada kerja shift malam (Davis et al., 2001).

Beberapa hasil penelitian lainnya juga melaporkan peningkatan risiko kanker

payudara pada wanita yang bekerja selama malam hari (Pukkala et al., 1995;

Tynes et al., 1996; Hansen, 2001; Rafnsson et al., 2001).

Beberapa studi eksperimental secara in vivo telah membuktikan bahwa

berkurangnya kadar melatonin dalam plasma tubuh berisiko terhadap timbulnya

kanker. Penelitian yang dilakukan pada tikus menunjukkan: (a) pinealektomi

meningkatkan pertumbuhan tumor (Tamarkin et al., 1981), (b) paparan cahaya

secara konstan memiliki efek promosi pertumbuhan terhadap tumor yang

diinduksi secara kimia (Heiligenberg et al., 1999).

Dengan tidur berkualitas secara Islami, kadar melatonin dalam tubuh

mencapai maksimal antara pukul 01.00-02.00 am (Davis et al., 2001). Kuantitas

tersebut terbukti secara in vivo dan in vitro mampu mempengaruhi produksi sel

kanker payudara. Cos dan Sa´nchez-Barcelo´ (2000) membuktikan bahwa hewan

yang kadar melatoninnya meningkat mengalami: (a) peningkatan latensi tumor

(rentang waktu antara paparan karsinogen dengan munculnya tumor payudara

yang dapat dipalpasi), (b) penurunan insiden tumor secara signifikan, (c)

pengurangan jumlah dan ukuran tumor, (d) peningkatan insiden fibroadenoma

yang lebih tinggi dibandingkan adenokarsinoma, (e) penurunan tingkat

pertumbuhan tumor, dan (f) peningkatan insiden regresi tumor secara spontan

(Cos et al., 2000a,b).

Sedangkan berdasarkan penelitian secara in vitro, melatonin memiliki efek

antiestrogenik pada sel kanker payudara manusia MCF-7. Pada sel ini, melatonin

24

Page 25: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

dapat menghambat proliferasi sel pada jalur reversible (Cos et al., 2000a,c). Efek

antiproliferatif melatonin berhubungan dengan efek modulasinya pada siklus sel.

Melatonin terbukti memblokade progresi sel dari fase G0-G1 ke fase S dan juga

meningkatkan lama siklus sel MCF-7 (Cos et al., 1996). Oleh karena itu,

melatonin tidak hanya berfungsi mengurangi proliferasi sel MCF-7, tetapi juga

menghambat kapasitas metastatiknya (Sa´nchez-Barcelo´ et al., 2003).

Aktifitas anti proliferatif melatonin dalam karsinogenesis melalui lima aksi

yang berbeda, seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Sintesis dan mekanisme kerja melatonin dalam menghambat karsinogenesis (Jung et al., 2006).

Beberapa efek biologis melatonin dimediasi oleh reseptor membran yang

terangkai dengan protein G. Dua bentuk dari reseptor melatonin yang berafinitas

tinggi dan dua bentuk reseptor yang berafinitas rendah telah berhasil

diidentifikasi. Reseptor berafinitas tinggi, ML1, mempunyai dua subtipe, yaitu

25

Page 26: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Mel1a dan Mel1b. Sedangkan reseptor yang berafinitas rendah yaitu ML2 dan

ML3. Reseptor Mel1a diekspresikan pada NSK dan hipofisis pars tuberalis. NSK

merupakan tempat aksi sirkardian melatonin, sedangkan hipofisis pars tuberalis

tempat aksi efek reproduktif. Reseptor Mel1b terutama diekspresikan dalam

retina. Distribusi reseptor ML2 belum diketahui. Reseptor melatonin ML3,

teridentifikasi berafinitas lebih rendah dengan melatonin, merupakan quinine

reduktase 2 (QR2) yang diketahui merupakan enzim detoksikfikasi (Nosjean et

al., 2001). Induksi enzim ini berhubungan dengan menurunnya inisiasi dan

progresi kanker (Dietz et al., 2005).

Baik ML1 maupun ML2, berpengaruh terhadap penghambatan produksi

cyclic AMP (cAMP) (Jung et al., 2006). Melatonin berkompetisi dengan estrogen

melalui mekanisme aktivasi AC yang berhubungan dengan konsentrasi cAMP.

cAMP dan activator protein kinase lainnya telah terbukti bersinergi dengan

reseptor steroid hormon, kemudian memicu peningkatan transkripsi yang

dimediasi reseptor estrogen melalui mekanisme yang melibatkan fosforilasi

reseptor estrogen atau yang berhubungan dengan faktor transkripsi. Estrogen

mengaktifasi adenylate cyclase (AC) yang secara nyata meningkatkan konsentrasi

cAMP pada reseptor estrogen yang responsif terhadap sel kanker payudara pada

kultur tanpa memerlukan mRNA baru maupun sintesis protein. Sedangkan setelah

berikatan dengan reseptor membrannya, melatonin dapat menghambat AC dan

mengurangi cAMP. Maka demikianlah cara melatonin menetralkan efek dari

estrogen (Sa´nchez-Barcelo´ et al., 2003). Mekanisme melatonin sebagai

antiestrogen melalui jalur cAMP dapat dilihat pada gambar 3.

26

Page 27: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Gambar 3. cAMP sebagai penghubung antara jalur sinyal estrogen dan melatonin (Sa´nchez-Barcelo´ et al., 2003)

Penurunan produksi cAMP menurunkan pengambilan asam linoleat

(sebuah asam lemak esensial) oleh transporter FA. Asam linoleat yang merupakan

sumber energi bagi pertumbuhan tumor ini dapat dioksidasi menjadi 13-

hydroxyoctadecadienoic acid (13-HODE) oleh 15-lipoxygenase (15-LOX-1).

Beberapa studi juga menjelaskan bahwa modulasi pada ekspresi dan

fungsi reseptor nuclear RZR/RORα dan RORβ, yang mana melatonin adalah ligan

alaminya, merupakan mekanisme efek biologis hormon tersebut. Melalui ikatan

dengan reseptor nuclear, melatonin mengubah transkripsi beberapa gen yang

berperan dalam proliferasi sel [seperti 5-lipoxygenase (5-LOX), p21, dan bone

sialoprotein (BSP)] (Jung et al., 2006).

Mekanisme lainnya dalam efek biologis melatonin adalah

kemampuannya dalam memodulasi kalsium dan aktifitas calmodulin (CaM).

Kalsium yang mengaktivasi CaM ditemukan pada inisiasi fase S

dan M dalam siklus sel, siklus sel yang yang terkait ekspresi gen,

dan pemasukan kembali sel yang terhenti di fase G0 ke dalam

siklus sel. Melatonin memperlihatkan peningkatan degradasi CaM

27

Page 28: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

melalui ikatan langsung, sehingga terjadilah penghambatan

progresi siklus sel (Blask et al., 2002).

Hasil penelitian lain mengindikasikan bahwa obat

antiestrogen dan anti-CaM menghambat proliferasi sel MCF-7

dengan cara menghentikan siklus sel pada fase G1 (Musgrove et

al., 1989). Penemuan selanjutnya membuktikan sesuatu yang

lebih spesifik, bahwa ERα, tetapi bukan ERβ, memiliki tempat

ikatan dengan CaM sehingga dapat berinteraksi dengannya

(Garcia-Pedrero et al., 2002). Ikatan antara ERα dan CaM

menstimulasi fosforilasi reseptor, kemudian memfasilitasi ikatan

estrogen dengan estrogen response element (ERE). Melatonin

mengatur sinyal jalur CaM dengan cara mengubah konsentrasi

ion kalsium intraseluler melalui aktivasi reseptor membrane

protein G, maupun melalui interaksi langsung dengan CaM

(Benitez-King et al., 1993; Benitez-King et al., 1996). Ikatan

melatonin yang menyebabkan inaktivasi CaM merupakan suatu

mekanisme antiestrogenik dari melatonin tersebut (Garcia-Rato

et al., 1999; Dai et al., 2002). Mekanisme melatonin sebagai

antiestrogen melalui jalur cAMP dapat dilihat pada gambar 4.

28

Page 29: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Gambar 4. Calmodulin sebagai penghubung yang mungkin antara melatonin dan jalur sinyal estrogen (Sa´nchez-Barcelo´ et al., 2003).

Mekanisme terakhir yang dapat diyakini kebenarannya adalah fungsi

melatonin sebagai antioksidan. Melatonin adalah pelawan yang kuat terhadap

reactive oxygen species (ROS), meliputi hydroxyl, peroxyl radicals, singlet

oxygen, dan nitric oxide, serta peran pentingnya sebagai stimulator enzim

antioksidan (superoxide dismutase, glutathione peroxidase, dan catalase), yang

seluruhnya memicu penurunan kerusakan DNA (Blask et al., 2002).

Demikian, Islam telah mengatur segala sesuatu dengan sempurna. Apabila umat

Islam mengamalkannya secara keseluruhan tentu akan bermanfaat di dunia maupun

akhirat. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah berikut:

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153)

29

Page 30: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Manajemen tidur berkualitas di malam hari secara Islami antara lain tidur

pada awal malam dan bangun pada awal sepertiga malam terakhir, tidur

tidak berlebihan, berwudhu sebelum tidur, membersihkan tempat tidur,

mematikan lampu ketika hendak tidur, tidur dengan posisi yang benar,

serta berdzikir dan berdoa sebelum tidur.

2. Tidur berkualitas secara Islami dengan mematikan lampu ketika hendak

tidur akan mengoptimalkan sekresi hormon melatonin yang hanya

diproduksi dalam kondisi gelap sehingga fungsinya sebagai antiproliferasi

dapat mencegah karsinogenesis pada payudara.

B. SARAN

1. Sebaiknya dilakukan penelitian dan kajian ilmiah lebih lanjut tentang

perbedaan kadar melatonin pada orang yang tidur sesuai tuntunan Islam

dan yang tidak.

2. Perlu dilakukan survei dan penelitian terhadap penderita kanker payudara

tentang pola tidur dan aktivitasnya di malam hari serta kaitannya dengan

kadar melatonin.

30

Page 31: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

DAFTAR PUSTAKA

Amirta, Y. 2009. Tidur Bermutu, Rahasia Hidup Berkualitas. Purwokerto: Keluarga Dokter

Al-Alsari, Abu Abdillah. 2004. Tidur Menurut Tuntunan Rasulullah (2/2). http://blog.vbaitullah.or.id/2004/05/11/158-tidur-menurut-tuntunan-rasulullah-22-abu-abdillah-al-alsari/ (12 September 2009)

An-Nawawi, Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah. 2006. Jadikan Istirahatmu Bernilai di Sisi Allah.http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=323 (12 September 2009)

Bajry, HA. 2008. Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik. Bandung: Hayati Qualita

Benitez-King, G., Huerto-Delgadillo, L., and Anton-Tay, F. 1993. Binding at 3H-malatonin to calmodulin. Life Science 53 201-207

Benitez-King, G., Rios, A., Martinez, A., and Anton-Tay, F. 1996. In vitro inhibition of Ca2+/calmodulin-Depend Kinase II Activity by Melatonin. Biochimica and Biophysica Acta:1290: 191-196

Blask DE, Dauchy RT, Sauer LA, Krause JA, and Brainard GC. 2003. Growth and fatty acid metabolism of human breast cancer (MCF-7) xenografts in nude rats: impact of constant light-induced nocturnal melatonin suppression. Breast Cancer Res Treat;79:313–20.

Blask, DE., Dauchy, RT., Sauer, LA., Krause, JA., and Brainard, GC. 2002. Light during darkness, melatonin suppression and cancer progression. Neuroendocrinol Lett 2002;23:52–6.

Blask, DE., Ppelletier, DB., Hill, SM., Lemus-Wilson, A., Grosso, DS., Wilson, ST, et al . 1991. Pineal Melatonin Inhibition of Tumor Promotion in the N-nitroso-N-methylurea Model of Mammary Carcinogenesis: potential Involvement of Antiestrogenic Mechanism in vivo. J Cancer Res Clin Oncol; 117 526-32

Brainard, GC., Rollag, MD., and Hanifin, JP. 1997. Photic regulation of melatonin in humans: ocular and neural signal transduction. Journal of Biological Rhythms 12 537–546

Brezezinski, A. 1997. Melatonin in Human. NEJM Vol. 336, No.33

Colten, HR., Altevogt, BM. 2006. Sleep Disorders and Sleep Deprivation: An Unmet Public Health Problem. Washington DC: The National Academic Press

31

Page 32: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Cos, S., and Sa´nchez-Barcelo´, EJ. 2000a. Melatonin and mammary pathological growth. Frontiers in Neuroendocrinology 21 133–170

Cos, S., and Sa´nchez-Barcelo´, EJ. 2000b. Melatonin–experimental basis for a possible application in breast cancer prevention and treatment. Histology and Histopathology 15 637–647

Cos, S., and Sa´nchez-Barcelo´, EJ. 2000c. In vitro effects of melatonin in tumor cells. In The Pineal Gland and Cancer: Neuroimmunoendocrine Interactions in Malignancy, pp 221–239

Dahlitz, M., Alvarez, B., Vignau, J., English, J., Arendt, J., and Parkes, JD. 1991. Delayed sleep phase syndrome response to melatonin. Lancet; 337:1121-4

Dai, J., Edward, I., Yuan, L., and Steven, H. 2002. Modulation of Intracellular Calcium and Calmodulin by Melatonin in MCF-7 Human Breast Cancer Cells. Journal of Pineal Research; 32:112-9

Dauchy, RT., Blask, DE., Sauer, LA., Brainard, GC., and Krause, JA. 1999. Dim light during darkness stimulates tumor progression by enhancing tumor fatty acid uptake and metabolism. Cancer Lett.144:131–6.

Daud, M. 1993. Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I-IV Cetakan Ketiga (Edisi Khusus). Jakarta: Widjaya

Davis, S., Mirick, DK., and Stevens, RG. 2001. Night shift work, light at night, and risk of breast cancer. J Natl Cancer Inst;93:1557–62.

Davis, S., Mirick, DK., and Stevens, RG. 2006. Circadian disruption, shift work, and the risk of cancer: a summary of the evidence and studies in Seattle . Cancer Cause Control 2006;17:539-45.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: PT Syamil Cipta Media

Dietz BM, Kang YH, Liu G, Eggler AL, Yao P, Chadwick LR, Pauli GF, Farnsworth NR, Mesecar AD, van Breemen RB, and Bolton JL. 2005. Xanthohumol isolated from Humulus lupulus Inhibits menadione-induced DNA damage through induction of quinone reductase. Chem Res Toxicol. 2005 Aug;18(8):1296-305

Dollins, AB., Zhdanova, IV., Wurtman, RJ., Lynch, HJ., and Deng, MH. 1994. Effect of inducing nocturnal serum melatonin concentrations in daytime on sleep, mood, body temperature, and performance. Proc Natl Acad Sci USA 1994;91:1824-8

Ganong, WF. 2005. Review of Medical Physiology 22nd Edition. San Fransisco: McGraw-Hill Companies, Inc

32

Page 33: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Garcia-Pedredo, JM., Martinez, MA., Del Rio, B., Martinez-Campa, C., Muramatsu, M., Lazo, PS., and Ramos, S. 2002. Calmodulin is a Selective Modular of Estrogen Receptor. Molecular Endocrinology 16 947-960

Garcia-Rato, A., Garcia-Pedredo, JM., Martinez, MA., Del Rio, B., Lazo, PS., dan Ramos, S. 1999. Melatonin Block the Activation of Estrogen Receptor for DNA Binding. FASEB Journal 13 857-868

Guyton, AC., Hall, JE. 2007. Aktivitas Otak-Tidur; Gelombang Otak; Epilepsi. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hamidy, Z., Fachruddin, Thaha, N., Arifin, J., Zainuddin, AR. 1996. Terjemah Hadis Shahih Bukhari I-IV Cetakan Keempatbelas. Jakarta: Widjaya

Hansen J. 2001. Increased breast cancer risk among women who workpredominantly at night. Epidemiology;12:74–7.

Heiligenberg, S., Depres-Brummer, P., Barbason, H., Claustrat, B., Reynes, M., and Levi, F. 1999. The Tumor Promoting Effect of Constans Light Exposure on Diethylnitrosamine-Induce Hepatocarcinogenesis in Rats. Life Sci. 1999;64(26):2523-34

Hussein, AA. 2003. The Art Of Health Promotion In Islam and The Contemporary Public Health Challenges. http://www.missionofhope.org.au/downloadables/health.pdf (29 Juni 2009)

Jockers, R., Maurice, P., Boutin, JA., Delagrange, P., 2008. Melatonin receptors, heterodimerization, signal transduction and binding sites: what’s new? Br J Pharmacol. 2008 Jul;154(6):1182-95

Jung, B. and Ahmad, N. 2006. Melatonin in Cancer Management: Progress and Promise. Cancer Res 2006; 66: (20)

Kardinah. 2009. Kanker Payudara: Bagaimana Hindari Berbagai Ancaman http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=289&Itemid=3 (9 September 2009)

Kiefer, T., Ram, PT., Yuan, L., Hill, SM. 2002. Melatonin inhibits estrogen receptor transactivation and cAMP levels in breast cancer cells. Breast Cancer Research and Treatment 71 37–45

Krenbek D., 2008. Melatonin receptor in liver cancer. Departement of Pathophysiology, Medical Univercity Vienna

Kumar, V., Cotran, RS., Robbins, SL. 2007. Buku Ajar Patologi Volume 2. Jakarta : EGC

33

Page 34: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Lieberman, HR., Waldhauser, F., Garfield, G., Lynch, HJ., and Wurtman, RJ. 1984. Effects of melatonin on human mood and performance. Brain Res 1984; 323:201-7

Miller, SC., Pandi, PS., Esquifino, AI., Cardinali, DP., Maestroni, GJ. 2006. The role of melatonin in immunoenhancement: potential application in cancer. Int J Exp Pathol 2006;87:81-7

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardani, WI., dan Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mills, E., Wu, P., Seely D., and Guyatt, G. 2005. Melatonin in the treatment of cancer: a systematic review of randomized controlled trials and meta-analysis. J Pineal Res 2005;39:360-6

Musgrove, EA., Wakeling, AE., and Sutherland, RL. 1989. Points of Action of Estrogen Antagonist Within the MCF-7 Human Breast Cancer Cell Cycle. Cancer research 49 2398-2404

Nosjean, O., Nicolas, J., Klupsch, F., Delagrange, P., Canet, E., and Boutin, JA. 2001. Comparative pharmacological studies of melatonin receptors: mt1, mt2 and mt3/qr2. tissue distribution of mt3/qr2. Biochem Pharmacol 2001;61:1369-79

Postawski, K. 2009. Can Sleeping 8 Hours Kill You Faster? http://www.powerfulsleep.com(29 Juni 2009)

Pukkala, E., Auvinen H., and Wahlberg, G.. 1995. Incidence of cancer among Finnish airline cabin attendants, 1967–92. BMJ;311:649–52.

Rafnsson, V., Tulinius, H., Jonasson, J., and Hrafnkelsson, J. 2001. Risk of breast cancer in female flight attendants: a population-based study (Iceland).Cancer Causes Control ;12:95–101.

Reppert, SM. and Weaver, DR. 2002. Coordination of circadian timing in mammals. Nature 418: 935–941.

Sa´nchez-Barcelo´, EJ., Cos, S., Ferna´ndez, R., and Mediavilla, MD. 2003. Melatonin and mammary cancer: a short review. Endocrine-Related Cancer (2003) 10 153–159

Shernhammer, ES., Laden, F., Speizer, FE., Willett, WC., Hunter, DJ., and Kawachi, I. 2003. Night-shift work and risk of colorectal cancer in the nurses’ health study. J Natl Cancer Inst;95:825–8

Sherwood, L. 2001. Prinsip Endokrinologi: Kelenjar Endokrin Sentral. Dalam Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC, hlm. 609-611

34

Page 35: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

Stevens, RG., and Rea, MS. 2001. Light in the built environment: potential role of circadian disruption in endocrine disruption and breast cancer. Cancer Causes Control;12:279–87

Sudiono, J., Kurniadhi, B., Hendrawan, A., dan Djimantoro, B. 2003. Proses Retrogresif. Dalam Ilmu Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal.124-126

Tamarkin, L., Danforth, DN., Lichter, A., DeMoss, E., Cohen, M., Chabner, B., and Lippman, M. 1982. Decreased Nocturnal Plasma Melatonin Peak in Patients with Estrogen Receptor Positive Breast Cancer. Science 216 1003-1005

Tan, DSP., Marchio, C., and Reis-Filho, JS. 2008. Hereditary Breast Cancer: From Molecular Pathology to Tailored Therapies. Journal of Clinical Pathology 2008;61:1073-1082

Tynes, T., Hannevik, M., Andersen, A., Vistnes, AI., and Haldorsen T. 1996. Incidence of breast cancer in Norwegian female radio and telegraph operators. Cancer Causes Control;7:197–204.

Tzischinsky, O. and Lavie, P. 1994. Melatonin possesses time-dependent hypnotic effects. Sleep;17:638-45

William. 2004. Melatonin and Breast Cancer: A Prospective Study. Journal of the National Cancer Institute, Vol. 96, No. 11

YADIM (Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia). 2009. Sleep, a Blessing from Allah.http://www.yadim.com.my/english/Kesihatan/KesihatanFull.asp?Id=87 (12 September 2009)

Zhdanova, IV., Wurtman, RJ., and Lynch, HJ. 1995. Sleep-inducing effects of low doses of melatonin ingested in the evening. Clin Pharmacol Ther 1995;57:552-8

35

Page 36: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULISLOMBA KARYA TULIS

ISLAMIC MEDICAL SCIENCE FESTIVAL 2009

1. Nama Peserta : HAFRILIANTIKA RAMADHANI

2. Tempat, tanggal lahir : NGAWI, 1 APRIL 1990

3. Jenis kelamin : PEREMPUAN

4. Agama : ISLAM

5. Universitas : UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Fakultas : KEDOKTERAN

Program Studi : S1 PENDIDIKAN DOKTER

NIM : G0008217

Alamat : Jl. Ir.Sutarmi no.36 A Kentingan Surakarta

Telp/fax : (0271) 664178 / fax. (0271) 637400 pesawat 316/326

6. Alamat Rumah : Dsn. Bulakan RT.02 RW.03, Ds. Tempuran, Paron,

Ngawi, Jawa Timur 63253

Telp : 085645093345

7. Daftar Karya Ilmiah :

a. Detoksifikasi Tubuh sebagai Hikmah Optimalisasi Tidur di Malam Hari

Berdasarkan Tuntunan Sang Maha Pengatur Hidup (2009)

b. Efektivitas Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital Menggunakan Kadar Thyroid

Stimulating Hormone (TSH) Darah Tali Pusat (2009)

c. Calorie Restriction (CR) sebagai Intervensi Potensial terhadap Aging pada

Tingkat Molekuler dan Seluler (2009)

d. Peranan Probiotik dalam Penatalaksanaan Sepsis (2008)

e. Pemanfaatan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Domestik dalam Rangka

Mengurangi Pencemaran Air Sungai dan Meminimalisasi Pengangguran di

Indonesia (2007)

f. Penciptaan DNA sebagai Faktor Pengendali Kehidupan Manusia oleh Sang

Maha Pengendali Hidup (2007)

g. Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Masyarakat Kabupaten Ngawi

sebagai Upaya Pembangunan Ekonomi Kerakyatan (2007)

36

Page 37: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

h. Ekosemen sebagai Semen Alternatif dalam Mendukung Pembangunan

Berkelanjutan (Sustainable Development) di Indonesia (2007)

i. Potensi Pemanfaatan Sampah sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen (2006)

8. Prestasi Ilmiah :

a. Penyaji Terbaik I Kompetisi Karya Tulis Al-Qur’an pada Pekan Ilmiah

Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXII di Universitas Brawijaya (2009)

b. Finalis Lomba Poster Ilmiah pada Lomba Temu Ilmiah Nasional

(TEMILNAS) di Universitas Sebelas Maret (2009)

c. Juara II LKTI Nasional Scientific Fair diselenggarakan oleh BEM

Kedokteran Umum Universitas Diponegoro (2008)

c. Juara II Lomba Karya Tulis Pelajar Nasional tingkat SMA diselenggarakan

oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII (2007)

d. Juara III Lomba Essay Nasional tingkat SMA diselenggarakan oleh Program

Hibah Kompetisi A2 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (2007)

e. Juara Harapan II Lomba Presentasi Makalah Berbasis IT tingkat SMA se

eks-Karesidenan Madiun diselenggarakan oleh BEM Fakultas Teknik

Universitas Merdeka Madiun (2007)

f. Finalis Lomba Karya Tulis Lingkungan Hidup tingkat SMA/MA

diselenggarakan oleh Ditjen Mandikdasmen Departemen Pendidikan

Nasional (2006)

g. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Lingkungan tingkat SLTP-SLTA

se eks-Karesidenan Madiun diselenggarakan oleh Lembaga Studi

Lingkungan Sekitar dan Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi (2006)

37

Page 38: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULISLOMBA KARYA TULIS

ISLAMIC MEDICAL SCIENCE FESTIVAL 2009

1. Nama Peserta : ANNISA BUDIASTUTI

2. Tempat, tanggal lahir : SALATIGA, 13 FEBRUARI 1990

3. Jenis kelamin : PEREMPUAN

4. Agama : ISLAM

5. Universitas : UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Fakultas : KEDOKTERAN

Program Studi : S1 PENDIDIKAN DOKTER

NIM : G0008052

Alamat : Jl. Ir.Sutarmi no.36 A Kentingan Surakarta

Telp/fax : (0271) 664178 / fax. (0271) 637400 pesawat 316/326

6. Alamat Rumah : Bakung Endah no. 23 RT 04 RW 08, Margasari, Buah

Batu, Bandung, Jawa Barat 40286

Telp/HP : 085221804608

7. Daftar Karya Ilmiah :

Detoksifikasi Tubuh sebagai Hikmah Optimalisasi Tidur di Malam Hari

Berdasarkan Tuntunan Sang Maha Pengatur Hidup (2009)

8. Prestasi Ilmiah :

Penyaji Terbaik I Kompetisi Karya Tulis Al-Qur’an pada Pekan Ilmiah

Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXII di Universitas Brawijaya (2009)

38

Page 39: LKTI Tidur Berkualitas Secara Islami

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULISLOMBA KARYA TULIS

ISLAMIC MEDICAL SCIENCE FESTIVAL 2009

1. Nama Peserta : MEGAWATI DHARMA IRIANI

2. Tempat, tanggal lahir : NGAWI, 2 FEBRUARI 1987

3. Jenis kelamin : PEREMPUAN

4. Agama : ISLAM

5. Universitas : UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Fakultas : KEDOKTERAN

Program Studi : S1 PENDIDIKAN DOKTER

NIM : G0005133

Alamat : Jl. Ir.Sutarmi no.36 A Kentingan Surakarta

Telp/fax : (0271) 664178 / fax. (0271) 637400 pesawat 316/326

6. Alamat Rumah : RT.7 RW.1 Desa Bringin, Kecamatan Bringin, Ngawi

Telp/HP : 085647232682

7. Daftar Karya Ilmiah :

Detoksifikasi Tubuh sebagai Hikmah Optimalisasi Tidur di Malam Hari

Berdasarkan Tuntunan Sang Maha Pengatur Hidup (2009)

8. Prestasi Ilmiah :

Penyaji Terbaik I Kompetisi Karya Tulis Al-Qur’an pada Pekan Ilmiah

Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXII di Universitas Brawijaya (2009)

39