Locus of Control and Accepting Disfunctional

Embed Size (px)

Citation preview

  • Akuntabilitas, Maret 2007, hal. 158-164ISSN 1412-0240

    Locus of Control andAccepting DisfunctionalBehavior on Public Auditors ofDFAB

    INDRI KARTIKA & PROFITA WIJAYANTI*

    Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan AgungJIn. Raya Kali Gawe, km. 4, Semarang. Tel. 024.6583584, Ext. 542

    Diterima 28 November 2006, Disetujui 16 Januari 2007

    Vol. 6, No.2

    Abstract: This study investigates the influence of performance on its acceptance of dysfunctionalaudit behavior with antecedent locus of control. Issue on this study are many corruptions as happenedin the provincial government of Central Java and special Province ofYogyakarta. Sample in this studyconsists of auditors that works in Central Java's and DIY's BPKP in 2007 (BPKB = Development andFinancial Absolut Based (DFAB)). Sample consists of 140auditorswith convenience samplingmethod.Hypothesis are examined by using Partial Least Square (PLS). The results of empirical tests indicate thatlocus of control as an antecedent variable of influence performance on its acceptance of dysfunctionalaudit behavior.The results indicatethat auditor's individualcharacteristicsinfluenceon their performance.The willingness acceptance of dysfunctional audit behavior indicate that actual auditor's dysfunctionalbehavior.

    Key words: Locus of control, employee performance, dysfunctional audit behavior

    PENDAHULUAN

    Predikat negara Indonesia sebagai 5 besar negaraterkorup di dunia menimbulkan pertanyaan besarmengenai pengawasan dan pertanggungjawaban dilembaga pemerintahan. (Tempo, 18Desember 2005).Predikat tersebut mengindikasikan kurang berfungsi-nya akuntan dan penegak hukum yang merupakantenaga profesional teknis yang secara sistematisbekerjasama untuk mencegah dan mengungkapkankasus korupsi di Indonesia secara tuntas. (Arif,2002).Penyebab utama yang mungkin adalah karenakelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia.Mardiasmo (2000) menjelaskan bahwa terdapatbeberapa kelemahan dalam audit pemerintahan diIndonesia yaitu: pertama tidak tersedianya indikatorkinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerjapemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerahdan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publikkarena output yang dihasilkan yang berupa pelayananpublik tidak mudah diukur. Kedua, berkaitan denganmasalah strukur lembaga audit terhadap pemerintahanpusat dan daerah di Indonesia yang overlapping satudengan yang lainnya yang menyebabkanketidakefisienan dan ketidakefektifan pelaksanaan

    * Penulis untuk korespondensi. Hp. 08122502741,email: [email protected]

    pengauditan. Kualitas audit ditentukan oleh prosesyang tepat yang harus diikuti dan pengendalianpersonal audit. Penelitian dalam sistem pengendalianmenyatakan bahwa sistem pengendalian yangberlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik danmengarah kepada perilaku disfungsional (Otley &Pierce, 1996).

    Menurut Jansen & Glinow dalam Malone &Roberts (1996), perilaku individu merupakan refleksidari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasionalyang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untukmembuat suatu keputusan. Dari pendapat terse but,dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional auditdapat disebabkan oleh faktor karakteristik personaldari auditor (faktor internal) serta faktor situasionalsaat melakukan audit (faktor eksternal). Karakteristikpersonal yang memengaruhi penerimaan perilakudisfungsional diantaranya locus of control (Donellyet al. 2003), dan kinerja karyawan (employeeperformance) (Gable & De Angelo, 1994; Donellyet al. 2003). Penelitian-penelitian terdahulu telahmenunjukkan suatu hubungan yang kuat dan positifdiantara eksternallocus of control individual dengansuatu keinginan-keinginan atau maksud-maksud untukmenggunakan penipuan at au manipulasi untukmemperoleh tujuan-tujuan personil. Solar & Bruehldalam Donelly et al. (2003) menyatakan bahwaindividu yang melakukan sebuah kinerja di bawahekspektasi atasannya akan cenderung terlibat untuk

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13

  • 159 KARTIKA & WlJAYANTI

    melakukan perilaku disfungsional karena merekatidak melihat dirinya sendiri dapat mencapai tujuanyang diperlukan untuk bertahan dalam sebuahperusahaan melalui usahanya sendiri, sehinggaperilaku disfungsional dianggap perlu dalam situasiini. Penelitian ini penting dilakukan karena Indonesiamasih menyandang gelar sebagai negara kelimaterkorup di dunia. Hal tersebut menunjukkan tidakberfungsinya badan pengawas yaitu BPKP (BadanPemeriksa Keuangan dan Pembangunan) sebagaiauditor internal pemerintah. Penelitian sebelumnyatelah meneliti karakteristik personal auditor yangbekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yangberkontribusi pada penerimaan perilaku disfungsionalaudit, tetapi belum ada penelitian terhadap auditorpemeiintah khususnya auditor pemerintah yangbekerja pada BPKP. Oleh karena itu Penelitian iniakan meneliti tentang hubungan karakteristik personalyang terdiri dari locus of control (Malone danRobert, 1996; Donelly et at. 2003), Kepercayaanmasyarakat terhadap kinerja pemerintah perludipulihkan dengan praktik profesional yang dijalankanpara auditor pemerintah terutama yang bertugassebagai pengawas.

    METODE

    Teori motivasi. Menurut Gibson (1994) motivasimerupakan konsep yang menguraikan tentangkekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorangyang akan memulai atau mengarahkan perilakunya.Secara lebih khusus Hellriegel et al. (2001) dalam(Ghozali & Ivan, 2006) menyatakan bahwa motivasimerupakan dorongap-dorongan individu untukbertindak yang menyebabkan orang tersebut ber-perilaku dengan cara tertentu yang mengarah padatujuan. Menurut Chambell et al. yang dikutip olehGibson (1994), motivasi berhubungan dengan arahperilaku, kekuatan respon (usaha) setelah seseorangmemilih tindakan tertentu, dan kelangsungan perilakuatau seberapa lama orang terse but berperilakumenurut cara tertentu. Dalam teori X dan Y yangditemukan oleh Mc Gregor, individu yang memilikiexternal locus of control akan bertipe X dikarenakanmereka tidak menyukai tanggungjawab, dan harusdipaksa agar berprestasi, mereka harus dimotivasioleh lingkungannya. Sedangkan untuk internal locusof control akan bertipe Y dikarenakan merekamenyukai kerja, kreatif, berusaha bertanggungjawab,dan dapat menjalankan pengarahan diri.

    Penerimaan perilaku disfungsional audit(acceptance dysfunctional audit behavior). SASNo 82 dalamDonelly et at. (2003) menyatakan bahwasikap auditor menerima perilaku disfungsional

    Akuntabilitas

    merupakan indikator perilaku disfungsional aktual.Dysfunctional audit behavior merupakan reaksiterhadap lingkungan (Donelly et al. 2003). Beberapaperilaku disfungsional yang membahayakan kualitasaudit yaitu: underreporting of time, premature signoff, altering/replacement of audit procedure.Underreporting of time menyebabkan keputusanpersonel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisianggaran, dan menghasilkan time pressure untuk auditdi masa datang yang tidak diketahui. PrematureSign-Off (PMSO) merupakan suatu keadaan yangmenunjukkan auditor menghentikan satu ataubeberapa langkah audit yang diperlukan dalamprosedur audit tanpa menggantikan dengan langkahyang lain (Marxen, 1990 dalam Cristina, 2003).Graham dalam Shapero et al. (2003) menyimpulkanbahwa kegagalan audit sering disebabkan karenapenghapusan prosedur audit yang penting dari padaprosedur audit tidak dilakukan secara memadai untukbeberapa item. Sedangkan altering/replacing ofaudit procedure adalah penggantian prosedur audityang seharusnya yang telah ditetapkan dalam standarauditing.

    Locus Of Control (LOC). Locus of controlmemengaruhi penerimaan perilaku disfungsional auditmaupun perilaku disfungsional audit secara aktual,kepuasan kerja, komitmen organisasional danturnover intention (Reed et al. 1994 dalam Puji ,2005; Donelly et al. 2003). Teori locus of controlmenggolongkan individu apakah termasuk dalam locusinternal atau eksternal. Rotter (1990) dalam (Hyatt& Prawitt, 2001) menyatakan bahwa locus of controlbaik internal maupun eksternal merupakan tingkatandimana seorang individu berharap bahwa rein-focement atau hasil dari perilaku mereka tergantungpada perilaku mereka sendiri atau karakteristikpersonal mereka. Mereka yang yakin dapatmengendalikan tujuan mereka dikatakan memilikiinternal locus of control, sedangkan yangmemandang hidup mereka dikendalikan olehkekuatan pihak luar disebut memiliki external locusof control (Robbins, 1996). Locus of control ber-peran dalam motivasi, locus of control yang berbedabisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerjayang berbeda. Internal akan cenderung lebih suksesdalam karier daripada eksternal, mereka cenderungmempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yanglebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih banyak.Sebagai tambahan, internal dilaporkan memilikikepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan merekadan terlihat lebih mampu menahan stres daripadaeksternal (Baron & Greenberg, 1990 dalam Puji,2005). Penelitian Rotter, (1990) dalam Hyatt &Prawitt (2001) menjelaskan bahwa eksternal secara

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13

  • Vol. 6, 2007

    umum berkinerja lebih baik ketika pengendaliandipaksakan atas mereka.

    Kinerja pegawai (employee performance).Performance atau kinerja merupakan hasil dariperilaku anggota organisasi, dimana tujuan aktual yangdicapai adalah dengan adanya perilaku. KineIja adalahmerupakan hasil usaha sendiri dengan banyak faktoryang memengaruhinya. Menurut Lee (2000) bahwaorang akan menyukai pekerjaan jika merekatermotivasi untuk pekerjaan itu, dan secara psikologibahwa pekerjaan yang dilakukan adalah berarti, adarasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yangdilakukan dan pengetahuan mereka ten tang hasilkerja, sehingga hasil pekerjaan akan meningkatkanmotivasi, kepuasan dan kinerja. Locus of controlberperan dalam motivasi, locus of control yangberbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbedadan kinerja yang berbeda. Locus of control Internalakan cenderung lebih sukses dalam karier dari padalocus of control eksternal, mereka cenderung mem-punyai level keIja yang lebih tinggi, promosi yang lebihcepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagaitambahan, locus of control internal memiliki kepuasanyang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka danterlihat lebih mampu menahan stres daripada locusof control eksternal (Baron & Greenberg, 1990dalam Puji, 2005). Penelitian Rotter, (1990) da1amHyatt & Prawitt (2001) menjelaskan bahwa eksternalsecara umum berkinerja lebih baik ketikapengendalian dipaksakan atas mereka. Hyatt danPrawitt (2001) membuktikan bahwa locus of controldapat memberikan pengaruh pada kinerja auditterhadap auditor internal dan juga pihak auditoreksternal.

    Pengembangan hipotesis. Pengaruh locus ofcontrol terhadap penerimaan peri1aku disfungsionalaudit. Individu yang memi1iki locus of control internalcenderung menghubungkan hasil at au outcomedengan usaha-usaha mereka atau mereka percayabahwa kejadian-kejadian adalah di bawahpengendalian at au kontro1 mereka dan merekamemiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang1ebih besar dibanding individu yang memiliki locusof control eksternal. Sedangkan individu yangmemiliki locus of control eksternal ada1ah individuyang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrolkejadian-kejadian dan hasil atau outcome (Spector,dalam Donelly et al. 2003). Penelitian-penelitianterdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yangkuat dan positif diantara eksterna1 locus of controlindividual dengan suatu keinginan-keinginan ataumaksud-maksud untuk menggunakan penipuan ataumanipu1asi untuk memperoleh tujuan-tujuan personi1(Gable & Dangelo, 1994; Comer, Solar & Bruehl,

    Akuntabilitas 160

    dalam Donelly et al. 2003). Mudrack dalam Donellyet al. (2003) menyimpulkan bahwa penggunaanmanipu1asi, penipuan atau taktik menji1at atau mencarimuka dapat menggambarkan suatu usaha dari locusof control eksternal untuk mempertahankan pengaruhmereka terhadap lingkungan yang kurang ramah danmemberikan kepada mereka sebuah pendekatanberorientasi internal seperti kerja keras.

    Dalam konteks auditing tindakan manipulasi ataupenipuan akan terwujud dalam bentuk perilakudisfungsioanl. Perilaku ini merniliki arti bahwa auditorakan memanipulasi proses auditing untuk mencapaitujuan kineIja individu. Pengurangan kualitas auditingbisa dihasilkan sebagai pengorbanan yang harusdilakukan auditor untuk bertahan di lingkungan audit.Perilaku ini akan teIjadi pada individu yang memi1ikilocus of control eksternal. Dengan demikianhipotesis yang diuji adalah :

    HI: Locus of controlberhubungan positif denganpenerimaan perilaku disfungsional audit.

    Pengaruh locus of control terhadap kinerjapegawai. Locus of control juga memengaruhiperilaku disfungsional audit, kepuasan keIja, kornitmenorganisasi dan turnover intention (Donelly et al.2003)Penelitian sebe1umnya menunjukkan bahwalocus of control berhubungan signifikan dengankinerja. Individu yang memiliki locus of controlinternal cenderung menggunakan tekanan ataumendesak usaha yang lebih besar dibandingkandengan individu yang memiliki locus of controleksternal ketika diyakini bahwa usaha nampak ataumengarah kepada reward (Spector, dalam Hyatt &Prawitt, 2001. Rotter, 1990 dalam Hyatt & Prawitt,2001. Phares, dalam Donelly et al. 2003.

    Perbedaan-perbedaan antara locus of controlinternal dan eksternal membuat masing-masing tepatdan lebih baik terhadap tipe-tipe tertentu atau terhadaptipe-tipe khusus da1am posisi-posisi atau dalamkedudukan tertentu. Spector dalam Donelly et al.(2003) menyatakan bahwa locus of control internaladalah cocok untuk tugas-tugas dan pekerjaan yangbersifat keahlian, profesi dan yang bersifat manajerialdan bersifat pengendalian. Locus of control eksternallebih cocok atau 1ebihtepat pekeIjaan-pekeIjaan padalini industri, pekeIjaan-pekeIjaan dengan tenaga keIjayang tidak bersifat keahlian, administrasi danpekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin. Hyatt danPrawitt (2001) telah memberikan beberapa buktibahwa internal locus of control berhubungan denganpeningkatan kinerja dan locus of control internalseharusnya memiliki tingkatan yang 1ebih tinggidibanding locus of control eksterna1 da1am sebuahlingkungan audit, sehingga hipotesis yang diharapkanadalah:

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13

  • 161 KARTIKA & WIJAYANTI Akuntabilitas

    Gambar 1. Kerangka konseptual hubunganantar variabel

    Populasi dan sampel. Populasi penelitian iniadalah auditor pemerintah yang yang bekerja padaBadan Pengawas Keuangan dan Pembangunan(BPKP) di Jawa Tengah dan DIY tahun 2007.Sedangkanalasan pemilihan lembaga audit pemerintahBPKP di Jawa Tengah dan DIY adalah tingginyaangka tindak pidana korupsi yang dilakukan olehaparatur pemerintah di Jawa tengah dan DIY.Penentuan sampel dengan nonprobability samplingyaitu convenience sampling.

    Variabel penelitian, definisi operasional danpengukuran varia bel. Penerimaan perilaku

    H2: Locus of control berhubungan negatifdengan kinerja pegawai

    Locus of control sebagai variabel antesedendalam hubungan antara kinerja pegawai denganpenerimaan perilaku disfungsional audit. Locusof control memengaruhi perilaku disfungsional audit,kepuasan kerja, komitmen organisasi dan turnoverintention (Reed et al. 1994 dalam Puji, 2005. Donellyet al. 2003. Penelitian sebelumnya menunjukkanbahwa locus of control berhubungan signifikandengan kinerja. Individu yang memiliki locus ofcontrol internal cenderung menggunakan tekananatau mendesak usaha yang lebih besar dibandingkandengan individu yang memiliki locus of controleksternal ketika diyakini bahwa usaha nampak ataumengarah kepada reward (Spector, 1982 dalam Hyatt& Prawitt, 2001.Seorang auditor akan memilikipersepsi yang lebih rendah terhadap kinerjanya sendiridan kinerja yang bernilai rendah dipengaruhi olehlocus of control eksternal yang dimiliki auditor,sehingga seorang auditor yang memiliki locus ofcontrol eksternal tinggi akan mempunyai kinerjapribadi yang rendah dan diperkirakan akan lebihmenerima perilaku disfungsional yang makin besar.Sehingga hipotesis yang diuji adalah:

    H3: Locus of control sebagai antes edenhubungan negatifkinerja pegawai dengan penerimaanperilaku disfungsional

    Kerangka konseptual. Berdasarkan per-masalahan di atas, maka model penelitian ini dapatdigambarkan sebagai berikut:

    disfungsional. Penerimaan perilaku disfungsionalmerupakan variabel endogen. Penerimaan perilakudisfungsional dalam audit. Perilaku disfungsionaldiukur dengan bagaimana seorang auditor menerimaberagam bentuk perilaku disfungsional yang meliputi:penyelesaian tugas audit tanpa melengkapi ke-seluruhan prosedur yang te1ah ditetapkan (prematuresign-off), melaporkan waktu audit dengan total waktuyang lebih pendek daripada waktu sebenarnya(under reporting timelURT ) dan merubah proseduryang sebelumnya sudah ditetapkan (altering/replace-ment of audit procedure).

    Instrumen untuk variabe1inimenggunakan 12itempertanyaan yang dikembangkan oleh Donelly et al.(2003). Tiga bagian instrumen tentang perilakudisfungsional dibentuk untuk menangkap informasimengenai perilaku disfungsional yang diperlukandalam sebuah lingkungan auditing. Empat item yangberhubungan dengan masing-masing jenis perilakudisfungsional disertakan. Item dalam instrumenpenelitian ini dibentuk untuk mengukur bagaimanaseorang auditor menerima beragam bentuk perilakudisfungsional. Item ini dibentuk dengan berdasarkanskala Likert tujuh poin yaitu nilai 1 = sangat tidaksetuju dan 7 = sangat setuju. Pertanyaan akan ditulissehingga responden dengan nilai 7 memberikanindikasi diterimanya perilaku disfungsional olehresponden dengan tingkatan yang tinggi.

    Locus of control. Locus of control merupakanvariabel eksogen. Locus of control yang dimaksuddalam penelitian ini adalah suatu cara pandangseseorang terhadap suatu peristiwa, apakah dia dapatatau tidak dapat mengendalikan (control) suatuperistiwa (Rotter 1966 dalam Donelly et al. 2003).Locus of control diukur dengan menggunakanpersepsi responden atas hubungan antara hasil akhirberupa penghargaan dan penyebabnya denganmenggunakan skala Likert tujuh poin. Instrumenuntuk variabel ini menggunakan skala dari total 16item yang berasal dari studi milik Spector dalamDonelly et al. (2003). Alat ukur dari Spector dalamDonelly et al. (2003) memiliki kesesuaian yang tinggidengan hasil kerja terkait (Blau, 1993). Skor yanglebih tinggi nilainya dari nilai median skor locus ofcontrol memberikan indikasi bahwa kepribadianeksternal makin besar sedangkan score yang lebihrendah dari nilai median skor locus of controlberhubungan dengan perilaku atau sikap internal(Hyatt & Prawitt, 2001). Reliabilitas dan validitasinstrumen penelitian dapat diterima dalam risetterdahulu (Blau, 1993; Spector, dalam Donelly et al.2003). Skoryang lebih tinggi nilainyadari nilai medianskor locus of control memberikan indikasi bahwakepribadian eksternal makin besar sedangkan skor

    Acceptance ofDysfunctional

    Behavior

    Locus ofControl

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13

  • \OJ. 6, 2007 Akuntabilitas 162

    Thbel2. Convergent validity

    composite reliability.Convergent validity. Konstruk dengan nilai

    loading factor >0,5 yang bisa digunakan untuk meng-ukur model penelitian ini dan konstruk yang kurangdari 0.5 harus dihapus. Dari 35 konstruk dalampenelitian ini hanya 20 konstruk memiliki loadingfactor >0,5 sebagaimana tampak pada tabe12.Locusof control 16 konstruk hanya 8 konstruk yang nilailoading factor >0,50, kinerja pegawai 7 konstrukdengan 6 konstruk memiliki loading factor >0,5 danpenerimaan perilaku disfungsional audit 12 konstrukdengan 6 konstruk yang memiliki loading factor>0,5.

    yang lebih rendah dari nilai median skor locus ofcontrol berhubungan dengan perilaku atau sikapinternal (Hyatt & Prawitt, 2001).

    Kinerja pegawai. Kinerja Pegawai merupakanvariabel endogen.variabel kinerja pegawai diukurdengan menggunakan instrumen yang dikembangkanoleh Mahoney et al. Dalam Donelly et al. (2003)yang telah dimodifikasi yaitu tujuh item multi-dimensional. Setiap responden diminta untukmemberikan pemeringkatan efektivitas kinerjamereka yang terbagi dalam enam dimensi kinerjaperencanaan, koordinasi, supervisi, representasi, danpengaturan staff. dapat diterima dalam riset terdahulu.Data dikumpulkan dengan metode kuesioner melaluimail survey dan dengan diantar langsung kepadaresponden. Dengan kedua cara ini diharapkan tingkatpengambilan (respon rate) dapat lebih ditingkatkan.

    Metode analisis data.Analisis statistik deskriptifditujukan untuk memberikan gambaran atau deskripsiempiris suatu data. Untuk menguji hip6tesis digunakanteknik Partial Least Square (PLS) dengan meng-gunakan software visual PLS. PLS adalah modelpersamaan struktural (SEM) yang berbasis komponenatau varian (variance).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Data penelitian. Data penelitian ini diperolehdari hasil jawaban atas kuisioner yang dikirim kepadaresponden yaitu auditor pemerintah yang bekerja diBPKPperwakilan Jawa Tengah dan DIY. Deskripsipengiriman dan pengembalian kuisioner penelitianditunjukkan dalam tabel 1berikut ini:

    Tabell. Deskripsi pengiriman dan pengembaliankuisioner

    ConstructLocus of control

    Kinerja

    Penerimaanperilakudisfungsionalaudit

    IndicatorLC6LC7LC9LCIOLCllLC13LC14LCl5K2K3K4K5K6K7

    PDA4PDA5PDA6PDA7PDA8PDA9

    Loading factor0,56520,63150,693

    0,70860,71060,67560,66410,56980,77890,84710,93050,73060,82150,7273

    0,80830,70320,78550,82680,58470,5663

    Evaluasi inner model atau structural model.Pengujian hipotesis pertama. Hasil dari pengujiandiperoleh nilai t sebesar 6,4959 dan nilai koefisienestimasi sebesar 0,488. Berdasarkan hasil uji PLS

    Composite reliability. Dari tabel 3 di bawah inidapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruksangat reliabel yaitu memiliki composite reliabilitydiatas 0,80 sehingga dapat disimpulkan data yangdiperoleh sangat reliabel.

    Thbel3. Composite reliability

    NO Uraian Jumlah Persentase1 Kuesioner yang 400 100

    dikirim2 Kuesioner yang 258 64,5

    tidak kembali3 Kuesioner yang 142 35,5

    kembali4 Kuesioner yang 140 35

    dapat dianalisis5 Kuesioner yang 2 0,5

    tidak dapatdianalisis

    Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikanbahwa tingkat kuesioner yang kembali (respon rate)pada responden relatif rendah yaitu sebesar 35,5%.

    Penilaian outer model. Tiga kriteria untukmenilai outer model adalah convergent validity dan

    ConstructLocus Of ControlKinerjaPenerimaan PerilakuDisfungsional Audit

    Composite Reliability0,85623

    0,918604

    0,863488

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13

  • 163 KARTlKA & WIJAYANTl Akuntabilitas

    pada tabe14 di bawah ini adalah menguji hipotesispertama yaitu locus of control ekstemal berpengaruhpositifterhadap penerimaaan perilaku disfungsionalaudit. Hasil diatas menunjukkan bahwa nilai t hitunglebih besar dari t tabel sebesar 1,96 yang berarti (HO)ditolak pada level of error 5% dan hipotesis 1 yangdiajukan diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa locusof control ekstemal berpengaruh positif terhadappenerimaan perilaku disfungsional audit, dan besamyapengaruh adalah 48,8%.

    Tabel4. Struktur model

    Pengaruh antar Koefisien T-sta tistikvariabel Estimate

    LC---7KINERJA -0,442 -6,3146KINERJA---7PDA -0,246 -2,5573LC--7PDA 0,448 6,4959

    Pengujian hipotesis kedua. Berdasarkan hasiluji PLS pada tabe14 adalah menguji hipotesis keduayaitu locus of control ekstemal berpengaruh negatifterhadap kinerja pegawai. Hasil dari pengujiandiperoleh nilai t sebesar -6,3146 dan nilai koefisienestimasi sebesar -0,442. Hasilnya menunjukkanbahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar1,96 yang berarti (HO) ditolak pada level of error5% dan hipotesis 2 yang diajukan diterima. Jadi dapatdisimpulkan bahwa locus of control ekstemal ber-pengaruh negatif terhadap kinerja pegawai, danbesamya pengaruh adalah 44,2%. Hasil penelitianini sejalan dengan penelitian Hyatt & Prawitt (2001)bahwa seseorang yang memiliki persepsi kinerjabemilai rendah dipengaruhi oleh karakteristik individuyaitu locus of control eksternal.

    Pengujian hipotesis ketiga. Berdasarkan hasiluji PLS pada tabel 4 locus of control sebagaianteseden hubungan kinerja pegawai denganpenerimaan perilaku disfungsional audit. Hasil daripengujian diperoleh nilai t sebesar -2,5573 dan nilaikoefisien estimasi sebesar -0,246. Hasil di atasmenunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari ttabel sebesar 1,96 yang berarti (HO)ditolak pada levelof error 5% dan hipotesis 3 yang diajukan diterima.Jadi dapat disimpulkan bahwa locus of controlsebagai anteseden hubungan kinerja denganpenerimaan perilaku disfungsional audit adalah ter-bukti dengan diterimanya hipotesis kedua sedangkandampak dari locus of control sebagai antesedenadalah adanya pengaruh negatif kinerja pegawaiterhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.Artinya terjadinya hubungan negatif antara kinerjapegawai dengan penerimaan perilaku disfungsionalaudit didahului oleh adanya hubungan locus ofcontrol terhadap kinerja.

    SIMPULAN

    Locus of control berpengaruh positif terhadappenerimaaan perilaku disfungsional audit. Jadi dapatdisimpulkan bahwa auditor yang memilikikecenderungan locus of control ekstemal akan lebihmemberikan toleransi at au menerima perilakudisfungsional audit. Locus of control berhubungannegatif terhadap kinerja pegawai. Jadi dapatdisimpulkan bahwa auditor yang mememilikikecenderungan locus of control ekstemal memilikikinerja yang lebih rendah. Locus of control sebagaianteseden hubungan kinerja pegawai penerimaanperilaku disfungsional audit. Artinya terjadinyahubungan negatif antara kinerja pegawai denganpenerimaan perilaku disfungsional audit didahului olehadanya hubungan locus of control terhadap kinerja.Auditor yang memiliki kecenderungan locus ofcontrol ekstemal akan memiliki kinerja yang rendahdan auditor yang memiliki kinerja yang rendah akanlebih menerima perilaku disfungsional audit.

    Penelitian ini tidak membedakanjabatan auditoryaitu: auditor ahli madya, auditor ahli muda, auditorahli pratama, auditor penyelia, auditor pelaksanalanjutan dan auditor pelaksana, penelitian selanjutnyadapat membedakan jabatan auditor untuk mengetahuiperbedaan penerimaan perilaku disfungsional diantaraberbagai jabatan auditor. Peneliti hanya menggunakansampel di dua propinsi yaitu Jawa Tengah dan DIY,diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapatdilakukan pada ruang lingkup yang lebih besar.Penelitian selanjutnya dapat memasukkan faktorekstemal yang memengaruhi penerimaan perilakudisfungsional audit seperti time budget pressure, gayakepemimpinan, budaya organisasi dan program audit.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus, Soekrisno. 1996. Auditing. Jakarta: FakultasEkonomi Universitas Indonesia, Salemba Empat.

    Akers. M.D & Eaton. T.V 2003. Underreporting ofChargable Time: The Impact of Gender andCharacteristics OF underreporters. Journal ofManagerial Issues 1.

    Arens, Alvin,A and James, K.L.1995 Auditing AnIntegrated Approach, 4'h ed. New Jersey: Prentice Hall,Inc.

    Bluedom, A.c. 1982. A unified model of turnover fromorganizations, Human Relations, Vol. 35 NO.2.

    Brownel, P. 1982. Participation and Budgeting, Locus ofControl and Organizational Effektiviness. TheAccounting Review. Vol LVI (4).

    Christina, Sososutikno, 2003. Hubungan TekananAnggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsiona1 sertaPengaruhnya terhadap kualitas Audit. SimposiumNasionalAkuntansi VI. Surabaya.

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13

  • Vol. 6, 2007

    Donnely, David P., Jeffrey 1.Q, and David 0., 2003. AuditorAcceptance of Dysfunctional Audit Behavior: AnExplanatory Model Using Auditors' PersonalCharacteristics. Journal of Behavioral Research InAccounting: vailS.

    Gable, M., and F. Dangello. 1994. Locus of Control,Machiavellianism, and Managerial JobPerformance. Journal of Psychology 128.

    Ghozali, I. 2006. Structural equation Modeling PLS. BadanPenerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

    Herningsih, Sucahyo. 2001. Penghentian Prematur atasProsedur Audit: Studi Empiris pada Kantor AkuntanPublik. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

    Hyatt, T, and D. Prawitt. 2001. Does Congruence BetweenAudit Structure and Auditors Locus of Control AffectJob Performance? The Accounting Review 76.

    IAI, MediaAkuntansi No. 20/ th.IV.l1997Setiawan, Aris, Ivan dan Imam Ghozali. 2006. Akuntansi

    Keperilakuan : Konsep dan Kajian Empiris PerilakuAkuntan. BPFE UNDIP . Semarang.

    Iyer, Y.M. 1998. Characteristic of ccountingfirm alumniwho benefit their former firm. Accounting Horizons(March).

    Kelley, T, and L. Margheim. 1990. The Impact of TimeBudget Pressure, Personality,and LeadershipVariables on Dysfunctional Auditor Behavior.Auditing: A Journal of Practice & Theory 9.

    Kompas, 2 Maret 2000.Magnis-Suseno, F. 1997. Javanese Ethics and World View:

    The Javanese Idea of The Good Life, PT Gramedia.Jakarta.

    Mardiasmo. 2000. Akuntansi sektor Publik. PenerbitAndi.Yogyakarta.

    Maryanti, P. 2005. Analisis Penerimaan Auditor atasDisfungsional Audit Behavior: PendekatanKarakteristik Personal Auditor (Studi Empiris padaKantor Akuntan Publik di Jawa). Jurnal manajemenakuntansi dan sistem informasi. Vol 5. (2).

    Malone, C.F, and R.W Robberts. 1996. Factors AssociatedWith The Incidence of Reduced Audit QualityBehaviors. Auditing: A Joumal of Practice and Theory15.

    Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. MetodologiPenelitian Bisnis. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta.

    Noury, H., and R. Parker. 1998. The Relationship BetweenBudget Participation and JobPerformance: The Rolesof Budget Adequacy and OrganizationalCommitment. Accounting: Organizations and Society23.

    Otley, D., and B.Pierce. 1995. The Control Problem inPublic Accounting Firms: An Empirical Study of TheImpact of Leadership Style. Accounting,Organizations and Society 20.

    Akuntabilitas 164

    -------------.1996. Auditor TimeBudget Pressure Consequence and Antecedents.Accounting Auditing & Accountability journal vol 9.

    -------------. 1996. The OperationOf Control Systems in Large Audit Firms. Auditing:A Journal of Practice and Theory 15 (2).

    Paswerk, W.R., and Strawser, J.R. 1996. The Determinantand Outcomes Associated with Job Insecurti in AProfesional Accounting Environment. BehavioralResearch in Accounting.

    Rahman, Arif. 1999. Auditing Forensik dan KontribusiAkuntansi dalam Pemberantsan Korupsi. JurnalAkuntansi dan Auditing Indonesia. Vol 3.(1).

    Randall, D. 1990. The Consequences of OrganizationalCommitment: methodological Investigation. Journalof Organizational Behavior 11.

    Rush R.H. and Harrel A. 1990. The Impact of PersonalityCharacteristic on The Turrnover Behavior ofAccounting Proffessional. Auditing: A Journal ofPractice and Theory 9 (2).

    Robbins, Stephen P. and Marry Coulter. 1999. Manajemen.(judul asli: Management 6thedition). Jilid 1.PeneIjemahT Hermaya. Jakarta: PT Prenhallindo.

    Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. (judul asli:Organizational Behavior Concept, Controversies,Applications 8thedition) Jilid I. Penerjemah HadyanaPujaatmaka. Jakarta: PT Prenhallindo. 2003. PerilakuOrganisasi. (judul asli: Organizational Behavior 9thedition) jilid 1dan 2. PeneIjemah Tim Indeks. Jakarta:PT Indeks, GramediaGrup 2003. OrganizationalBehavior, lOthedition. New Jersey :PrenticeHall, Inc.

    Soobaroyen, Teeroven dan Chelven, Chengabroyan. 2005.Auditors' Perception of Time Budget Pressure,Premature Sign Offs and Under-reporting ofChargeable Time: Evidence from a DevelopingCountry [On-line] http://www.aber.ac.uk.

    St. Vena P. 2006. Sifat Mechavelian dan pertimbanganetis: Anteseden Independensi dan Perilaku EtisAuditor. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

    Suryanita W. Dodi S dan Hanung T 2006. PenghentianPrematur atas Prosedur Audit. Simposium NasionalAkuntansi 9 . Padang.

    Suwandi dan Nur Indriantoro.1994. Pengaruh ModelTurnover Pasewark & Strawser: Studi Empiris padaLingkungan Akuntan Publik. Journal riset akuntansiIndonesia.VoI2.no.2.

    Tempo, 18Desember 2004.Tett, R.P. and Meyer, J.P. 1993. Job satisfaction,

    organizational commitment, turnover intention, andturnover: path analyses based on meta-analyticfindings, Personnel Psychology, Vol. 46 No.2.

    http://www.univpancasila.ac.id 8/13