Lp Eliminasi Bab

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eliminasi BAK DAN BAB

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI (BAB)

OLEH:

NOVY APRIANI SUCI RAMADHANY070112a024PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN

2012KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB

A. Pengertian

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel moverment frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensori dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi (Tarwoto, 2004).

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui fleksus mentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus , sfingter anal interna tidak menutup dan bila spingter ekternal tenang maka feses keluar (Tarwoto, 2004).

B. Fungsi Fisiologis 1. Anatomi fisiologis saluran pencernaan bawah

Saluran pencernaan meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari 3 bagian ( duodenum, jejenum dan ileum), sedangkan usus besar terdiri atas emapat bagian yaitu (sekum, kolon, apendiks dan rektum)

a. Usus halus

Panjang usus halus kira-kira 6 m, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang letak diantara lambung dan usus besar. Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung disini terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Duodenum

Duodenum adalah saluran bebentuk c dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak dibagian belakang abdomen mengitari kaput pankreas.2) Jejunum dan ileum

Setelah duodenum bagian usus halus berikutnya adalah jejunum yang diikuti dengan ileum panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. tidak ada perbedaan yang jelas diantaranya. Jejenum berukuran agak besar, memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan plak penyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan ileum terletak didalam rongga peritonium, kecuali spanjang garis perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri mesentriko superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makanan, mengabsorbsi air, garam dan mineral, serta menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush (glombang peristaltik usus yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).

b. Usus besar

Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari:

1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil

2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid

3. Apendiks

4. Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sectum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat padat-lunak.

Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu mengabsorpsi air, kedua kontarksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:

1) Absorpsi air dan nutrisi2) Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.

3) Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.Gambar saluran cerna

2. Fisiologi defekasi

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme berupa feses dan flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam proses defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu:

a. Refleksi defekasi instrinsik

Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi. Fisiologinya:

Feses masuk rectum

Distensi/ ketegangan rectum

Rangsangan plektus mesentrikus

Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum

Feses terdorong ke anus

Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasib. Refleks defekasi parasimpatis

Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intesitasnya peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi. Fisiologisnya:

Feses masuk rektum

Rangsangan saraf rektum

Dibawa ke spinal cord

Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectumIntensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsicRangsang defekasi/BABKontraksi otot abdominal dan diafragmaTekanan intra abdomen naikOtot levantur anus kontraksiMenggerakan feses untuk melalui konal analDefekasi

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses.Susunan feses terdiri dari :

1) Bakteri yag umumnya sudah mati

2) Lepaskan epithelium dari usus

3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)

4) Garam terutama kalsium fosfat

5) Sedikit zat besi dari selulosa

6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

3. Faktor yang mempengaruhi defekasi

a. Usia

Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control defekasi menurun

b. Diet

Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

c. Intake cairan

Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.d. Aktivas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

e. Fisiologis

Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.

f. Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laksatik dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic. Tetapi bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus otot sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus insaktif. Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: narkotik, opiate, dan antikolinergik.g. Gaya hidup

Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar,h. Prosedur diagnostikPemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakn ini dapat mengganggu pola eliminasi sampe klien dapat makan dengan normal. Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan impaksi usus.

i. Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

j. Anestesi dan Pembedahan

Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-48 jam yang disebut dengan ileus paralitik.

k. Nyeri

Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB.

l. Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

m. Posisi saat defekasi

Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi.C. Gangguan Pemenuhan kebutuhan dasar Eliminasi (BAB)

Masalah pada pola defekasi yaitu:

1. Konstipasi

gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.2. Fecal imfaction

Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

3. Diare

Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.

4. Inkontinensia Usus

Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.

5. Kembung

Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

6. Hemmoroid

Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitasD. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)Dekompresi usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermanfaat dalam mayoritas kasus. Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi bedah. Sebelum pembedahan, terapi intravena diperlukan untuk mengganti penipisn air, natrium, klorida dan kalium.KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian

Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi alvi difokuskan pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diangnostik. Sebelumnya lakukan pengkajian pada identitas pasien.1. Identitas Pasien

Nama

Alamat

Umur

Agama

Jenis kelamin

Diagnose medis

Tanggal masuk rumah sakit

2. Identitas Penanggung jawab

Nama

Alamat

Umur

Hubungan dengan pasien

3. Keluhan Utama

4. Riwayat Penyakit Sekarang

5. Riwayat Penyakit Dahulu

6. Riwayat Penyakit Keluarga

B. Pengkajian fungsional

Pengkajian fungsional menurut Gordon:

1. Persepsi terhadap kesehatan

2. Pola aktivitas dan latihan3. Pola istrahat dan tidur

4. Pola nutrisi dan metabolic

5. Pola elimnasi6. Pola kognitif dan konsptual

7. Pola konsep diri

8. Pola koping9. Pola seksual reproduksi

10. Pola peran berhubungan

11. Pola nilai kpercayaan

C. Riwayat keperawatan

Pada riwayat keperawatan hal-hal yang harus dikaji antara lain:

1. Pola defekasi

a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)

b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?

c. Apa penyebabnya

2. Perilaku defekasi

a. Apakah klien menggunakan laxatif?

b. Bagaimana cara klien memperhatikan pada defikasi?3. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi

Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau bau feses anda saat ini

4. Factor- factor yang mempengaruhi eliminasi

a. Menggunakan alat bantu BAB

Apa yang anda lakukan untuk memperhatikan kebiasaan BAB normal?

Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan/minuman tertentu atau obat-obatan b. Diet

Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB?

Makanan apa yang biasa anda makan?

Beberapa kali anda makan dalam sehari?

c. Cairan

Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum /dalam sehari? (misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)

Aktivitas dan latihan

Pola aktivitas/ latihan harian apa yang biasa dilakukan?d. Medikasi

Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi system pencernaan (misalnya fe, antibiotic)

e. Stress

Apakah anda merasakan stress, apakah dengan ini anda mengira berpengaruh pada pola BAB (defekasi ) anda?

f. Ada ostomi dan penanganannya

Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda?

Jika ada masalah, apa yang anda lakukan?

Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda? Bagaimana caranya?D. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal, auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltic. Pemeriksaan rectum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. Liat keadaan umum pasien, tinggi badan, berat badan, ukur tanda-tanda vital

Lakukan pemeriksaan :

Kulit dan kuku

Kepala dan rambut

Mata

Hidung

Telinga

Mulut

Dada ( paru-paru, jantung, abdomen )

Genitalia

Ektremitas atas dan bawah Inspeksi feses

Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsure-unsur abdomen.E. Pemeriksaaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung/ tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsure-unsur yang tidak normal

F. Diagnosa Keperawatan 1. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan ( NANDA, 2011)2. Inkontinensia alvi berhubungan dengan kurangnya control volunteer sfingter ( Carpenito Moyet, 2007)3. Resiko konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup ( NANDA, 2011)

G. Perencanaan/implementasi NODIAGNOSATUJUANINTERVENSIRASIONALISASI

1Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi lagi konstipasi dengan criteria hasil :1. Pasien bisa BAB secara normal setiap hari2. Pasien akan mengeluarkan feses lunak dan berbentuk setiap hari 1. Catat dan kaji waktu BAB2. Kaji dan catat pergerakan usus

3. Jika terjadi fecak impaction :

Lakukan pengeluaran manual

Lakukan gliserin klisme

4. Konsultasikan dengan dokter tentang :

Pemberian laksatif

Enema

Pengobatan

5. Berikan cairan adekuat

6. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas

7. Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif

8. Berikan pendidikan kesehatan tentang :

Personal hygiene

Kebiasaan diet

Cairan dan makanan

Aktivitas

Kebiasaan BAB1. Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel2. Deteksi dini penyebab konstipasi3. Membantu mengeluarkan feses4. Meningkatkan eliminasi5. Membantu feses lebih lunak6. Menurunkan konstipasi7. Meningkatkan pergerakan usus dengan cara banyak aktivitas fisik8. Mengurangi dan menghindari inkontenensia alvi

2Inkontinensia alvi berhubungan dengan kurangnya control volunteer sfingterSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi lagi inkontinensia alvi dengan criteria hasil :

1. pasien mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat

1. Kaji pola eliminasi usus, diet dan gaya hidup sebelumnya2. Kaji dan catat pergerakan usus3. Letakkan tempat tidur dekat kamar mandi4. Berikan kesempatan untuk melakukan toileting dengan interval waktu yang teratur5. Buat program latihan defekasi6. Bersihkan kulit setelah setiap kali defekasi7. Kolaborasikan program terapi dengan dokter

1. Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel2. Deteksi dini penyebab inkontinensia alvi3. meningkatkan orientasi/mempermudah kekamar mandi4. ketaatan pada jadwal harian dan teratur dapat mencegah cedera5. menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh.6.agar kulit tetap kering dan bersih sehingga tidak terjadi infeksi

7. untuk mempercepat penyembuhan

3Resiko konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukupSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak terjadi lagi resiko konstipasi dengan criteria hasil :1. pasien akan menyatakan kepuasan saat defekasi 2. Pasien bisa BAB secara normal setiap hari

1. Catat dan kaji waktu BAB

2. Kaji dan catat pergerakan usus

3. Dorong asupan cairan sedikitnya 2L cairan 8-10 gelas perhari4. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas

5. Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif

6. Berikan pendidikan kesehatan tentang :

Personal hygiene

Kebiasaan diet

Cairan dan makanan

Aktivitas

Kebiasaan BAB1. Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel2. Deteksi dini penyebab konstipasi

3. Membantu feses lebih lunak4. Menurunkan konstipasi

5. Meningkatkan pergerakan usus dengan cara banyak aktivitas fisik

6. Mengurangi dan menghindari resiko konstipasi

H. Evaluasi

Hasil yang diinginkan :1. Membuat pola reguler untuk defekasi

a. Mencakup waktu untuk defekasi sebagai bagian dari rutinitas harian

b. Berpartisipasi dalam program latihan reguler

c. Menghindari penyalahgunaan laktasi

d. Minum 8 sampai 2 liter setiap harie. Memasukkan makanan tingggi serat dalam diet seperti buah segar dan sayuranf. Melaporkan feses yang berbentuk dan lunak setiap hari atau setiap 2 samapi 3 hari

2. Mendemonstrasikan pemahaman tentang tindakan yang tepat untuk mencegah konstipasi.

a. Mengidentifikasi tindakan yang meningkatkan defekasi

b. Menjjelaskan pentingnya makan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup

c. Menyatakan kebutuhan untuk memperhaikan dengan segera dorongn untuk defekasi

d. Melakukan latihan pengerutan otot abdomen

3. Mengalami berkurangnya ansietas tentang fungsi usus

a. Mengidentifikasi tindakan yang tepat digunakan untuk mencegah atau menghilangkan konstipasi

b. Menggali masalah dan pertanyaan tentang eliminasi usus normal

c. Mengubah gaya hidup untuk meningkatkan fungsi usus normal

d. Menghindari penggunaan laksatif kecuali diresapkan4. Tidak mengalami komplikasi

a. Tidak ada tanda da gejala kerusakan vaskuler dari hipertensi arterial yang berhubungan dengan manuver valsalva

b. Tidak ada impaksi fekal

c. Tidak ada bukti fisura anal attau hemoroid

d. Tidak ada obstruksi usus yang berhubungan dengan megakolonDaftar PustakaCarpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGCNANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGGPotter Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta, penerbit buku kedokteran : EGC

Smeltzer Suzana. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC

Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika1