10
A. PENGERTIAN TINDAKAN OPERASI MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006). Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu. B. TUJUAN TINDAKAN OPERASI Tubektomi itu dilakukan dengan metode operasi pada dinding perut, serta mengikat saluran telur atau tuba faloppii supaya proses pengeluaran sel telur menjadi terhambat, sehingga tidak terjadi pembuahan dan tidak terjadi kehamilan. C. PERSIAPAN PERIOPERATIF DI RUANGAN Informed consent

LP MOW GADAR II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP MOW GADAR II

A. PENGERTIAN TINDAKAN OPERASI

MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi.

MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang

menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur

tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh

karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006).

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau

kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau

memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, jadi dasar dari

MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat

bertemu.

B. TUJUAN TINDAKAN OPERASI

Tubektomi itu dilakukan dengan metode operasi pada dinding perut, serta mengikat

saluran telur atau tuba faloppii supaya proses pengeluaran sel telur menjadi terhambat,

sehingga tidak terjadi pembuahan dan tidak terjadi kehamilan.

C. PERSIAPAN PERIOPERATIF DI RUANGAN

Informed consent

Riwayat medis/ kesehatan

Pemeriksaan laboratorium

Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen

anestesi

D. PERSIAPAN ATAU PROSEDUR DIRUANG OPERASI

Page 2: LP MOW GADAR II

a). Minilaparotomi : Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya

diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik)

maupun subumbilikal(pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan

terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang

mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2006,

pp pk63-pk64)

Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan

melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan

dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup

dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat

dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006, pp pk63-pk64).

b). Laparoskopi : Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan

yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini

dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa

komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup

banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti

halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan

diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006, pp pk63-

pk64).

Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005,p.924-925) pelaksanaan

MOW dapat dilakukan pada saat:

1) Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)

2) Pasca persalinan (post partum)

Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat

lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat dari

48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan

kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-

10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah

mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.

3) Pasca keguguran

Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi

Page 3: LP MOW GADAR II

4) Waktu opersi membuka perut

Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya

harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk

dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena

kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi

mantap.

Sedangkan menurut Noviawati (2009,pp166-167) waktu pelaksanaan MOW

(Mantap Operasi Wanita) dapat dilaukan pada:

Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien

tersebut tidak hamil

Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)

Pasca persalinan

Minilaparotomi dapat dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu

atau 12 minggu pasca persalinan setelah dinyatakan ibu dalam keadaan

tidak hamil.

5) Pasca keguguran

Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau laparoskopi

setelah triwulan pertama pasca keguguran dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada

bukti infeksi pelvik. Sedangkan pada triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang

tidak ada bukti infeksi pelvik, tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparotomi

saja.

E. PERAWATAN PASCA OPERASI

Istirahat 2-3 jam

Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu

Ambulasi dini

Diet biasa

Page 4: LP MOW GADAR II

Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari

pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap,

perdarahan luka insisi.

Menurut Saifuddin (2006, p.-PK-65) perawatan pascabedah dan pengamatan lanjut

pada tubektomi yaitu setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan nadi.

Bila telah diperbolehkan minum, sebaiknya klien diberikan cairan yang mengandung

gula (fanta, sari buah atau gula-gula) untuk membantu meningkatkan kadar glukosa

darah. Lakukan Romberg sign (klien disuruh berdiri dengan mata tertutup), bila

penderita tampak stabil, dianjurkan mengenakan pakaian dan tentukan pemulihan

kesadaran. Apabila semua berjalan baik, klien dapat dipulangkan.

Menurut Saifuddin (2006, p.PK-65) sebelum pulang pasien akan mendapatakan pesan

atau anjuran sebagai berikut:

a) Istirahat dan jaga tempat sayatan operasi agar tidak basah minimal selam 2 hari.

Lakukan pekerjaan secara bertahap (sesuai dengan perkembangan pemulihan).

Umumnya klien akan merasa baik setelah 7 hari.

b) Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu dan apabila

setelah itu masih merasa kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut.

c) Jangan mengangkat benda yang berat atau menekan daerah operasi sekurang-

kurangnya selama 1 minggu.

d) Bila terdapat gejala-gejala tersebut di bawah ini, segera memeriksakan ke klinik:

(1) Panas atau demam di atas 380 C

(2) Pusing dan rasa terputar

(3) Nyeri perut menetap atau meningkat

(4) Keluar cairan atau darah melalui luka sayatan

e) Untuk mengurangi nyeri, pergunakan analgetik

(ibuprofen) setiap 2-6 jam, jangan pergunakan aspirin

karena dapat meningkatkan perdarahan.

f) Segera kunjungi klinik bila klien merasakan tanda-tanda kehamilan. Hamil setelah

tubektomi sangat jarang, tetapi bila terjadi hal ini merupakan hal serius karena

kemungkinan besar kehamilan tersebut terjadi pada tuba.

g)Lebih baik dibuatkan catatan untuk klien dan pasangannya tentang hal-hal apa yang

harus diperhatikan setelah tubektomi.

Page 5: LP MOW GADAR II

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, EGC,

Jakarta, 1995.

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

Page 6: LP MOW GADAR II

LAPORAN PENDAHULUANPRAKTIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

DENGAN OPERASI TUBEKTOMI/MOW

IBS DI PANTI WILASA SEMARANG

DISUSUN OLEH :

ANGGIT PRAKASIWI3208138

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL AHMAD YANI

YOGYAKARTA

2011/2012

Lembar Pengesahan

Page 7: LP MOW GADAR II

Semarang, Januari 2012

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(..........................................) (..........................................) (......................................)