Upload
sadahlia
View
33
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Pendahuluan TK
Citation preview
1
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Di lihat dari kurva normal, anak yang mengalami tunagrahita adalah
mereka yang mengalami penyimpangan 2 (dua) standar deviasi, yaitu mereka
yang ber IQ 70 kebawah menurut skala Wechsler, sedangkan mereka yang ber
IQ 71 – 85 termasuk tunagrahita borderline (brown) et, Al., 1996).
Pendapat lain mengatakan, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang
memiliki IQ 70 kebawah. Hallahan, 1988, mengestimasi jumlah penyandang
tunagrahita adalah 2,3 %. Namun pada tahun 1984. Annual eport to congress
menyebtnya 1,92% anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan
perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3:2. Pada data pokok
sekolah Luar Biasa (p.11, 2003), dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah
pendudu di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang,
jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita
adalah 2% x 48.100.548 orang = 962.011 orang
Di Indonesia pengertian anak tunagrahita tercantum dalam peraturan
pemerintah nomor 72 tahun 1991, anak tunagrahita dinyatakan sebagai anak-
anak dalam kelompok dibawah normal dan/atau lebih lamban dari pada anak
normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya (Depdiknas, 2006).
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk
tunagrahita dikenal dengan keadaan keterbelakangan mental atau retardasi
mental (Delphie, 2006). Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat
ganda. Istilah cacat ganda yang digunakan karena adanya cacat mental yang
dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami
disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang
disertai dengan gangguan pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
2
memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan yaitu mereka yang
masih mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang
membaca, menulis, dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah
khusus. Masalah tunagrahita ringan yaitu kemampuan daya tangkap yang
kurang. Secara global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus
yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial
yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada
kemampuan yang maksimal (Astati, 2010).
B. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pengklasifikasian / pengglongan anak tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran menurut America Association on Mental Retardation dalam Spesial
Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut :
1. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemmapuan dalam akademik
setara dengan anak reuler pada kelas 5 sekolah dasar.
2. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan
penyesuaian sosial. Sanfgat terbatas kemapuan untuk pendidikan secara akademik
3. Custodial
Dengan peberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih
anak tentang dasar-dasar car amenolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat
komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan terus
menerus.
Sedangkan penggolongan tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menururt
B3PTKSM (P. 26) sebagai berikut :
1. Taraf perbatasan (border line) dalam [pendidikan disebt sebagai lamban belajar
( slowlerner) dengan IQ 70 – 85
2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded dengan IQ 50 – 75
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
3
3. Tunagrahita mampu latih ( dependent of proudlley retarded dengan Q 30 – 50
atau IQ 3 -55
4. Tunagrahita butuh rawat ( dependent of proudlly mentally retarded dengan IQ
25 – 30.
A. Pengolongan tunagrahita secara medis – biologis menurut roan, 1979 dalm B3
PTKSM sebagai berikut :
1. Retardasi mental taraf perbatasan ( IQ 68 – 85)
2. Retardasi mental ringan (IQ 52 – 67)
3. Retardasi mental sedang (IQ 36 – 51)
4. Retardasi mental berat ( 20 -35)
5. Retardasi sangat berat (IQ < 20 dan
6. Retadasi mental tak tergolongkan.
B. Adapun penggolongan tunagrahita secara Sosial Psikologis terbagi 2 kriteria,
yaitu :
a. Psikometrik
Ada 4 taraf tunagrahta berdasarkan kriteria sikometrik menurut skala
intelegensi Wechler ( Kirk an gallaghrr, 1979, dalam BPTKSM, P. 26)
yaitu :
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation dengn IQ 55 – 69
2. Retardasi mental sedang ( moderat e mental reterdation dengnan IQ
40 – 54
3. Retardasi mental berat (sever mental retardation dnegna IQ 20 – 39
4. Etardasi mental sangat berat (provan mental retardation IQ <20
b. Prilaku Adaptif
Pengglongan anak tunagrahita menurut perilaku adaptif tidak nerdasarkan
taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga
empunyai 4 taraf :
1. Ringan
2. Sedang
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
4
3. Berat
4. Sangat berat
C. Sedangkan secara klinis, tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau
ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut.
1. Sinroma down – mongoloid; dengan ciri-ciri wajah has mongol , mata sipit
dan miring , lidah dan bibir teba dan suka menjulur jari kaki melebar, kaki
dan tangan pendek, kulit kering , tebal, kasardan keriput, dan susunan
geligi kurang baik
2. Hidrosefalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut
muka kecil, tengkorak sering menjadi besar
3. Mikro sefalus dan makro sefalusdengan ciri-ciri ukuran kepala tidak
proporsional (terlalu kecil dan terlalu besar)
C. ETIOLOGI
Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan
eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus
menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor
penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor
yang terjadi sebelum lahir (prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir
(postnatal). Menurut Bandi (2006) beberapa penyebab ketunagrahitaan yang
sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor
lingkungan.
1. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal
berikut:
a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat
dari bentuk dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan
berubahnya urutan gene karena melihatnya kromosom; delesi
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
5
(kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah
sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi
(kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan
kromosom pada salah satu sel lainnya) translokasi ( adanya kromosom
yang patah dan patahnya menempel pada kromosom lain).
b. Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak
selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal
yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan
tersebut, dan tempat gena (lucos) yang mendapat kelainan.
2. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan
metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.
Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan gizi, antara
lain phenylketonuria (akibat metabolisme saccharide yang menjadi tempat
penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak )
dan gejala yang tampak berupa ketidak normalan tinggi badan, kerangka
tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan lebar dan pendek,
persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tuna grahita; cretinism
(keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau saat
dilahirkan ) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan
fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
3. Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin
masih berada didalam kandungan. penyakit yang dimaksut antara lain
rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan
pendengaran , penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kueang ketika
lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hampir pada semua
kasus berakibat ketunagrahitaan.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
6
4. Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena
radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan.
Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh
kelahiran yang sulit sehingga memerluka alat bantuan. Ketidaktepatan
penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan
mengakibatkan cacat mental microsephaly.
5. Masalah pada kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran,misalnya kelahiran yang disertai
hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang dan
napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis
terutama pada kelahiran yang sulit.
6. Faktor lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya
ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk
pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan patton & Polloway
bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam
melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi
salah satu penyebab ketunagrahitaan.
D. PATOFISIOLOGI
Para Ahli menyebutkan bahwa, penyebab terjadinya ketunaan pada
sesorang, yaitu: dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar
seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen) (Mohammad Efendi,
2006). Mohammad Efendi menambahkan, gangguan fisiologis dan virus dapat
menyebabkan tuna grahita. Virus tersebut diantaranya rubella (campak
jerman). Virus ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada tri
semester pertama saat ibu mengandung, karena akan memberi peluang
timbulnya ketunaan pada bayi yang dikandung. Bentuk gangguan fisiologis
lain adalah reshus faktor, mongoloid (penampakan fisik mirip keturunan orang
mongol) sebagai akibat gangguan genetik, dan kretinisme atau kerdil sebagai
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
7
akibat gangguan kelenjar tiroid. Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari
retradasi mental. Peningkatan tekanan yang terjadi pada otak menyebabkan
kemunduran fungsi otak. Selain itu, keadaan cerebal anoxia, yaitu kekurangan
oksigen dalam otak juga menyebabkan otak tidak berfungsi dengan baik.
Kelainan otak dapat terjadi pada saat pertumbuhan, pada masa prenatal, natal,
maupun postnatal. Menurut Mohammad Efendi (2006) peradangan otak akibat
pendarahan menyebabkan gangguan motorik dan mental, sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan anak Tuna Grahita.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Kecerdasan sangat terbatas
2. Ketidakmampuan sosial yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri,
sehingga selalu memerlukan bantuan orang lain.
3. Keterbatasan minat
4. Daya ingat lemah
5. Emosi sangat labil
6. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya
7. Kelanan badaniah khusus jenis mongoloid badan bungkuk, tampak tidak
sehat, muka datar, telinga kecil, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar,
mulut melongo, mata sipit.
8. Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar yang berisi cairan.
9. Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil.
10. Macrocephalus yaitu ukuran kepala terlalu besar.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
Untuk mengetahui adanya tunagrahita atau dengan kata lain retardasi
mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Kelainan otak dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita.
1. Pemeriksaan diagnostik meliputi LED, IgG/IgM, dan BUN.
2. Pemeriksaan radiologi meliputi pemeriksaan EEG, CT Scan, dan thoraks
AP/PA.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
8
3. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan serum elektrolit (SE) atau
virus.
G. KOMPLIKASI
Menurut Mohammad Effendi (2006) dampak tunagrahita yaitu:
1. Gangguan neurologis
2. Sindroma genetik
3. Faktor psikososial
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan terhadap anak tunagrahita dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan bagi penderita tunagrahita sehingga anak yang
mengalami tunagrahita diharapkan nantinya dapat hidup secara mandiri tanpa
memerlukan bantuan dari orang lain. Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi
anak tunagrahita ini yaitu:
1. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang
dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang
salah.
3. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan mereka
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain dapat berkurang
atau bahkan hilang. Melatih penderita tunagrahita pasti lebih sulit daripada
melatih anak normal, hal ini disebabkan karena perhatian penderita tuna
grahita mudah terganggu. Untuk meningkatkan perhatian mereka tindakan
yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indra mereka.
Beberapa jenis pelatihan yang dapat diberikan kepada penderita
tunagrahita yaitu:
1. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan,
berpakaian sendiri, dst.
2. Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap sosial.
3. Latihan teknis: latihan yang diberikan sesuai dengan minat dan jenis
kelamin penderita.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
9
4. Latihan moral: berupa pengenalan dan tindakan mengenal hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
10
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUNAGRAHITA RINGAN
A. PENGKAJIAN
Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam
melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan tunagrahita.
Pengkajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial, yang
terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau kunjungan
kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari orang tua anak maupun guru
sangat berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya.
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: Data demografi, riwayat kesehatan,
riwayat penyakit sebelumnya, perkembangan personal dan sosial,
perkembangan kognitif, keterampilan bahasa, perkembangan motorik dan
sensorik, serta lingkungan tempat anak tinggal dan belajar.
1. Data Demografi
Merupakan identitas klien yang meliputi: nama/nama panggilan, tempat
tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, serta alamat.
2. Riwayat kesehatan: perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anak
mengenai keluhan dan perilaku anak di rumah. Masalah fisik seperti
alergi, nafsu makan, masalah eliminasi, penyakit infeksi yang baru
diderita, dan masalah pernapasan bagian atas, serta penyakit yang biasa
dialami anak juga perlu diproleh dari orang tua.
3. Riwayat penyakit sebelumnya: meliputi riwayat operasi dan pengobatan,
kebiasaan anak (bicara, emosi, tiks dan riwayat perkembangan dan
pendidikan). Sangat penting untuk mengetahui usia anak pada tiap tahap
perkembangan: kapan anak mulai berjalan, berbicara, makan dan
berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai masalah prenatal dan
perinatal ibu perlu dikaji. jika memungkinkan catatan kesehatan bayi
ketika baru lahir perlu diketahui.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
11
4. Riwayat perkembangan personal dan sosial
Gejala yang terlihat pada anak tunagrahita melalui ketidakmatangan
perilaku sosialnya, dimana mereka lebih suka bermain dengan anak yang
lebih kecil. Anak-anak tunagrahita mungkin tidak berbicara dan
melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin
berperilaku “acting out” atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain.
Pada umumnya mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah
frustasi serta menangis.
5. Perkembangan kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu mentransfer hal-
hal yang telah dipelajarinya dari satu situasi ke situasi lainnya. Mereka
belajar bahwa langit berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal rumah
atau mobil yang berwarna biru. Anak-anak tunagrahita juga tidak dapat
berfikir secara abstrak, seperti kematian, surga, dan Tuhan. Begitu pula
mereka tidak dapat membandingkan obyek yang besar dan kecil tanpa
melihat obyek secara langsung. Daya konsentrasi mereka terbatas, tidak
mampu mengingat sesuai dengan baik dan bermasalah untuk mengenal
hal-hal baru.
6. Keterampilan berbahasa
Anak-anak tunagrahita pada umumnya tidak berketerampilan
menggunakan bahasa dengan baik. Mereka biasanya mengalami kesulitan
mengkomunikasikan sesuatu sehingga sulit dimengerti dan umumnya
mereka mungkin tidak mampu untuk mengingat instruksi atau perintah
verbal secara berurutan.
7. Perkembangan motorik dan sensorik
Perkembangan motorik mungkin terbatas, sehingga anak mudah jatuh. Jika
melakukan kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik, perhatiannya
mungkin teralih pada hal lain dan mereka tidak mampu mengikuti
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
12
pengarahan berkaitan dengan kegiatan motorik. Anak tersebut tidak mau
melakukan kegiatan baru tetapi hanya melakukan hal yang sama
berulangkali. Anak tunagrahita tidak seaktif anak lain dan hanya sering
duduk sendirian. Kadang-kadang mereka melakukan gerakan-gerakan
yang sama berulang-ulang seperti membenturkan kepalanya, menggerak-
gerakkan tangannya dan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang.
Dalam hal perkembangan sensorik, perlu dikaji kemungkinan anak
mengalami gangguan pengelihatan dan pendengaran. Perawat dapat
melihat apakah anak tidak mampu membedakan antara dua obyek, seperti
jeruk yang sebenarnya dengan gambar jeruk atau membedakan dua uang
logam, membedakan suara seperti bunyi bel dan bunyi klakson mobil.
Lebih parah lagi anak tunagrahita seringkali tidak biasa mengatakan
darimana asal suara. Hal ini sangat membahayakan keamanan anak.
8. Lingkungan tempat tinggal dan belajar
Sangat penting untuk dikaji oleh perawat hal-hal sebagai berikut:
1) Perlengkapan: tempat tidur, kursi, toilet, lemari pakaian. Apakah
tingginya dapat dicapai oleh anak? Apakah anak terlindungi dari
kemungkinan celaka?
2) Perlengkapan bermain: apakah anak mempunyai mainan yang sesuai?
Apakan mainan tersebut menstimulus anak untuk bermain? Apakah
ada tempat bermain yang leluasa?
3) Orang-orang yang berarti bagi anak: Apakah ada orang dekat yang
mendukung perkembangan anak? Apakah anak diberi kesempatan
untuk memilih dan belajar mandiri? Apakah anak disiplin? Apakah ada
orang yang dapat mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan
sehari-hari?
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan bahasa, social dan kognitif.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan
perkembangan.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.
4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan
mental.
5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.\
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):
NO. DIAGNOSA KEP.
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa, social dan kognitif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dapat:
1. Lebih sering berkomunikasi dengan anak.
2. Menstimulasi anak dalam sektor bahasa.
1. Kaji kemampuan dalam berkomunikasi sesuai dengan perkembangan mental anak.R/: Latihan bicara yang sesuai dengan perkembangan anak akan menghindari ekploatasi yang berakibat penekanan fungsi mental anak.
2. Ajak anak berkomunikasi secara komprehensif baik verbal maupun nonverbal sambil belajar.R/: Komunikasi yang komprehensif akan memperbanyak jumlah stimulasi yang diterima anak sehingga akan memperkuat memori anak terhadap suatu kata.
3. Bicara pelan dan mengulangi
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
14
kata-kata sampai anak mengerti pembicaraan / perintah.
4. Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat persepsi anak tentang suatu hal.R/: Bermain akan menigkatkan daya tarik anak sehingga frekwensi dan durasi latihan bisa lebih lama.
5. Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu mengucapkan dengan benar.R/: Anak lebih suka mendengarkan kata-akat daripada mengucapkan karena biasanya kesulitan dalam mengucapkan.
6. Berikan penguatan/reinforcement saat anak mampu mengerti pembicaraan/perintah.R/: Reinforcement positif dapat menyenangkan hati anak.
7. Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan Denver Speech Test.R/: Untuk mengetahui jenis dan beratnya gangguan serta keterlambatan dalam berbicara pada anak.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan perkembangan.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak:1. Mampu
melakukan tugas fisik paling dasar dan aktifitas perawatan pribadi.
2. Mampu membersihkan tubuhnya sendiri.
3. Mampu untuk mempertahankan hygiene dirinya.
4. Mampu mempertahankan penampilan yang rapih.
1. Kaji kemampuan anak dalam merawat diri sendiri.R/: Menilai batas kemandirian anak.
2. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi.R/: Mengetahui hambatan yang dimiliki anak.
3. Perhatikan kebersihan kuku berdasarkan kemampuan perawatan diri anak.R/: Menilai perawatan diri anak.
4. Ajarkan anak/keluarga penggunaan metode alternative untuk mandi dan hygiene mulut.R/: Membantu keluarga untuk melakukan perawatan pada anak.
5. Gunakan ahli fisioterapi dan terapi kerja sebagai sumber dalam merencanakan aktifitas perawatan pasien.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
15
R/: Memudahkan keluarga untuk melakukan perawatan diri pada anak.
6. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu pasien hanya jika diperlukan.R/: Melatih anak untuk melakukan perawatan pada diri.
7. Berikan bantuan sampai anak mampu secara penuh untuk melakukan perawatan diri.R/: Membantu anak memenuhi atau melakukan perawatan pada diri.
8. Tawarkan/ajarkan untuk mencuci tangan setelah toileting dan sebelum makan.R/: Mengajarkan hidup bersih pada anak dan melatih anak untuk melakukan perawatan pada diri.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain dengan,Kriteria hasil: anak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
1. Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.R/: Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perlunya anak berhubungan dengan orang lain.
2. Ciptakan lingkungan yang aman saat anak berinteraksi dengan siapapun.R/: Agar anak tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi.
3. Bina hubungan saling percaya: sikap terbuka dan empati, sapa dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi.R/: Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak.
4. Motivasi anak melakukan sosialisasi dengan orang lain.R/: Mungkin anak mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
16
dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat melakukan aktivitas fisik walau hanya sebagian dengan,Kriteria hasil: anak dapat melakukan aktifitas fisik dasar.
1. Diskusikan pada anak/keluarga tentang keuntungan melakukan aktivitas fisik.R/: Untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang perlunya aktivitas fisik.
2. Diskusikan pada anak/keluarga tentang kerugian tidak melakukan aktivitas fisik.R/: Untuk meningkatkan minat anak dalam melakukan aktivitas fisik
3. Motivasi dan bantu anak melakukan aktivitas fisik.R/: Untuk meningkatkan minat anak dalam melakukan aktivitas fisik.
4. Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan aktivitas fisik.R/: Reinforcement positif dapat menyenangkan hati anak dan meningkatkan minat anak untuk melakukan aktivitas fisik.
5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat kooperatif dan mengatur keamanan semampu anak, sehingga akan bebas dari kemungkinan kecelakaan dan cidera dengan,Kriteria hasil: anak akan terbebas dari kecelakaan dan tidak menelan bahan beracun.
1. Diskusikan dengan anak/keluarga pertolongan pertama pada kecelakaan (contoh : kursi roda dan peralatan khusus lainnya).R/: Dilakukan untuk mengurangi resiko cidera yang lebih parah.
2. Observasi mulut jika tertelan benda selain makanan.R/: Anak kurang mengerti tentang bahaya, jadi harus terus di pantau dalam setiap aktivitasnya.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama anak sampai obat ditelan dan perhatikan efek samping dari pengobatan.R/: Menghindari anak membuang obat atau meminum obat secara berlebihan.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
17
DAFTAR PUSTAKA
Astati. 2010. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Karya Mandiri.
Delphie, Bandi 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar
Dalam Pendidikan/Rad. Bandung: Refika Aditama.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar SDLB
Tunagrahita Ringan (SDLB C). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Pendidikan SLB.
Doenges Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Idunna, Riande. 2013. Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita). Online.
http://rianande.blogspot.com/2013/11/anak-berkebutuhan-khusus-
tunagrahita_24.html Diakses Tanggal 9 Maret 2015.
Mohammad Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wilkinson J. M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 dengan
Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:
EGC.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)
18
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)