28
1 BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. DEFINISI Di lihat dari kurva normal, anak yang mengalami tunagrahita adalah mereka yang mengalami penyimpangan 2 (dua) standar deviasi, yaitu mereka yang ber IQ 70 kebawah menurut skala Wechsler, sedangkan mereka yang ber IQ 71 – 85 termasuk tunagrahita borderline (brown) et, Al., 1996). Pendapat lain mengatakan, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ 70 kebawah. Hallahan, 1988, mengestimasi jumlah penyandang tunagrahita adalah 2,3 %. Namun pada tahun 1984. Annual eport to congress menyebtnya 1,92% anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3:2. Pada data pokok sekolah Luar Biasa (p.11, 2003), dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah pendudu di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2% x 48.100.548 orang = 962.011 orang Di Indonesia pengertian anak tunagrahita tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 72 tahun Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

LP Tunagrahita 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan TK

Citation preview

Page 1: LP Tunagrahita 1

1

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Di lihat dari kurva normal, anak yang mengalami tunagrahita adalah

mereka yang mengalami penyimpangan 2 (dua) standar deviasi, yaitu mereka

yang ber IQ 70 kebawah menurut skala Wechsler, sedangkan mereka yang ber

IQ 71 – 85 termasuk tunagrahita borderline (brown) et, Al., 1996).

Pendapat lain mengatakan, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang

memiliki IQ 70 kebawah. Hallahan, 1988, mengestimasi jumlah penyandang

tunagrahita adalah 2,3 %. Namun pada tahun 1984. Annual eport to congress

menyebtnya 1,92% anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan

perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3:2. Pada data pokok

sekolah Luar Biasa (p.11, 2003), dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah

pendudu di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang,

jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita

adalah 2% x 48.100.548 orang = 962.011 orang

Di Indonesia pengertian anak tunagrahita tercantum dalam peraturan

pemerintah nomor 72 tahun 1991, anak tunagrahita dinyatakan sebagai anak-

anak dalam kelompok dibawah normal dan/atau lebih lamban dari pada anak

normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya (Depdiknas, 2006).

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang

mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk

tunagrahita dikenal dengan keadaan keterbelakangan mental atau retardasi

mental (Delphie, 2006). Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat

ganda. Istilah cacat ganda yang digunakan karena adanya cacat mental yang

dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami

disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang

disertai dengan gangguan pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 2: LP Tunagrahita 1

2

memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan yaitu mereka yang

masih mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang

membaca, menulis, dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah

khusus. Masalah tunagrahita ringan yaitu kemampuan  daya tangkap yang

kurang. Secara global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus

yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial

yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada

kemampuan yang maksimal (Astati, 2010).

B. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengklasifikasian / pengglongan anak tunagrahita untuk keperluan

pembelajaran menurut America Association on Mental Retardation dalam Spesial

Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut :

1. Educable

Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemmapuan dalam akademik

setara dengan anak reuler pada kelas 5 sekolah dasar.

2. Trainable

Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan

penyesuaian sosial. Sanfgat terbatas kemapuan untuk pendidikan secara akademik

3. Custodial

Dengan peberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih

anak tentang dasar-dasar car amenolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat

komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan terus

menerus.

Sedangkan penggolongan tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menururt

B3PTKSM (P. 26) sebagai berikut :

1. Taraf perbatasan (border line) dalam [pendidikan disebt sebagai lamban belajar

( slowlerner) dengan IQ 70 – 85

2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded dengan IQ 50 – 75

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 3: LP Tunagrahita 1

3

3. Tunagrahita mampu latih ( dependent of proudlley retarded dengan Q 30 – 50

atau IQ 3 -55

4. Tunagrahita butuh rawat ( dependent of proudlly mentally retarded dengan IQ

25 – 30.

A. Pengolongan tunagrahita secara medis – biologis menurut roan, 1979 dalm B3

PTKSM sebagai berikut :

1. Retardasi mental taraf perbatasan ( IQ 68 – 85)

2. Retardasi mental ringan (IQ 52 – 67)

3. Retardasi mental sedang (IQ 36 – 51)

4. Retardasi mental berat ( 20 -35)

5. Retardasi sangat berat (IQ < 20 dan

6. Retadasi mental tak tergolongkan.

B. Adapun penggolongan tunagrahita secara Sosial Psikologis terbagi 2 kriteria,

yaitu :

a. Psikometrik

Ada 4 taraf tunagrahta berdasarkan kriteria sikometrik menurut skala

intelegensi Wechler ( Kirk an gallaghrr, 1979, dalam BPTKSM, P. 26)

yaitu :

1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation dengn IQ 55 – 69

2. Retardasi mental sedang ( moderat e mental reterdation dengnan IQ

40 – 54

3. Retardasi mental berat (sever mental retardation dnegna IQ 20 – 39

4. Etardasi mental sangat berat (provan mental retardation IQ <20

b. Prilaku Adaptif

Pengglongan anak tunagrahita menurut perilaku adaptif tidak nerdasarkan

taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga

empunyai 4 taraf :

1. Ringan

2. Sedang

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 4: LP Tunagrahita 1

4

3. Berat

4. Sangat berat

C. Sedangkan secara klinis, tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau

ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut.

1. Sinroma down – mongoloid; dengan ciri-ciri wajah has mongol , mata sipit

dan miring , lidah dan bibir teba dan suka menjulur jari kaki melebar, kaki

dan tangan pendek, kulit kering , tebal, kasardan keriput, dan susunan

geligi kurang baik

2. Hidrosefalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut

muka kecil, tengkorak sering menjadi besar

3. Mikro sefalus dan makro sefalusdengan ciri-ciri ukuran kepala tidak

proporsional (terlalu kecil dan terlalu besar)

C. ETIOLOGI

Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas faktor endogen dan

eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan

eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus

menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.

Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor

penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor

yang terjadi sebelum lahir (prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir

(postnatal). Menurut Bandi (2006) beberapa penyebab ketunagrahitaan yang

sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor

lingkungan.

1. Faktor keturunan

Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal

berikut:

a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat

dari bentuk dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan

berubahnya urutan gene karena melihatnya kromosom; delesi

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 5: LP Tunagrahita 1

5

(kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah

sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi

(kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan

kromosom pada salah satu sel lainnya) translokasi ( adanya kromosom

yang patah dan patahnya menempel pada kromosom lain).

b. Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak

selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal

yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan

tersebut, dan tempat gena (lucos) yang mendapat kelainan.

2. Gangguan metabolisme dan gizi

Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam

perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan

metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.

Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan gizi, antara

lain phenylketonuria (akibat metabolisme saccharide yang menjadi tempat

penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak )

dan gejala yang tampak berupa ketidak normalan tinggi badan, kerangka

tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan lebar dan pendek,

persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tuna grahita; cretinism

(keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau saat

dilahirkan ) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan

fisik yang khas dan ketunagrahitaan.

3. Infeksi dan keracunan

Keadaan ini  disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin

masih berada didalam kandungan. penyakit yang dimaksut antara lain

rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan

pendengaran , penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kueang ketika

lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hampir pada semua

kasus berakibat ketunagrahitaan.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 6: LP Tunagrahita 1

6

4. Trauma dan zat radioaktif

Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena

radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan.

Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh

kelahiran yang sulit sehingga memerluka alat bantuan. Ketidaktepatan

penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan

mengakibatkan cacat mental microsephaly.

5. Masalah pada kelahiran

Masalah yang terjadi pada saat kelahiran,misalnya kelahiran yang disertai

hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang dan

napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis

terutama pada kelahiran yang sulit.

6. Faktor lingkungan

Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya

ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk

pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan patton & Polloway

bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam

melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan  menjadi

salah satu penyebab ketunagrahitaan.

D. PATOFISIOLOGI

Para Ahli menyebutkan bahwa, penyebab terjadinya ketunaan pada

sesorang, yaitu: dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar

seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen) (Mohammad Efendi,

2006). Mohammad Efendi menambahkan, gangguan fisiologis dan virus dapat

menyebabkan tuna grahita. Virus tersebut diantaranya rubella (campak

jerman). Virus ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada tri

semester pertama saat ibu mengandung, karena akan memberi peluang

timbulnya ketunaan pada bayi yang dikandung. Bentuk gangguan fisiologis

lain adalah reshus faktor, mongoloid (penampakan fisik mirip keturunan orang

mongol) sebagai akibat gangguan genetik, dan kretinisme atau kerdil sebagai

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 7: LP Tunagrahita 1

7

akibat gangguan kelenjar tiroid. Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari

retradasi mental. Peningkatan tekanan yang terjadi pada otak menyebabkan

kemunduran fungsi otak. Selain itu, keadaan cerebal anoxia, yaitu kekurangan

oksigen dalam otak juga menyebabkan otak tidak berfungsi dengan baik.

Kelainan otak dapat terjadi pada saat pertumbuhan, pada masa prenatal, natal,

maupun postnatal. Menurut Mohammad Efendi (2006) peradangan otak akibat

pendarahan menyebabkan gangguan motorik dan mental, sehingga dapat

mempengaruhi kemampuan anak Tuna Grahita.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Kecerdasan sangat terbatas

2. Ketidakmampuan sosial yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri,

sehingga selalu memerlukan bantuan orang lain.

3. Keterbatasan minat

4. Daya ingat lemah

5. Emosi sangat labil

6. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya

7. Kelanan badaniah khusus jenis mongoloid badan bungkuk, tampak tidak

sehat, muka datar, telinga kecil, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar,

mulut melongo, mata sipit.

8. Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar yang berisi cairan.

9. Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil.

10. Macrocephalus yaitu ukuran kepala terlalu besar.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG

Untuk mengetahui adanya tunagrahita atau dengan kata lain retardasi

mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Kelainan otak dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita.

1. Pemeriksaan diagnostik meliputi LED, IgG/IgM, dan BUN.

2. Pemeriksaan radiologi meliputi pemeriksaan EEG, CT Scan, dan thoraks

AP/PA.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 8: LP Tunagrahita 1

8

3. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan serum elektrolit (SE) atau

virus.

G. KOMPLIKASI

Menurut Mohammad Effendi (2006) dampak tunagrahita yaitu:

1. Gangguan neurologis

2. Sindroma genetik

3. Faktor psikososial

H. PENATALAKSANAAN

Penanganan terhadap anak tunagrahita dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan bagi penderita tunagrahita sehingga anak yang

mengalami tunagrahita diharapkan nantinya dapat hidup secara mandiri tanpa

memerlukan bantuan dari orang lain. Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi

anak tunagrahita ini yaitu:

1. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang

dimiliki dengan sebaik-baiknya.

2. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang

salah.

3. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan mereka

berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain dapat berkurang

atau bahkan hilang. Melatih penderita tunagrahita pasti lebih sulit daripada

melatih anak normal, hal ini disebabkan karena perhatian penderita tuna

grahita mudah terganggu. Untuk meningkatkan perhatian mereka tindakan

yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indra mereka.

Beberapa jenis pelatihan yang dapat diberikan kepada penderita

tunagrahita yaitu:

1. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan,

berpakaian sendiri, dst.

2. Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap sosial.

3. Latihan teknis: latihan yang diberikan sesuai dengan minat dan jenis

kelamin penderita.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 9: LP Tunagrahita 1

9

4. Latihan moral: berupa pengenalan dan tindakan mengenal hal-hal yang

baik dan buruk secara moral.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 10: LP Tunagrahita 1

10

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

TUNAGRAHITA RINGAN

A. PENGKAJIAN

Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam

melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan tunagrahita.

Pengkajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial, yang

terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau kunjungan

kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari orang tua anak maupun guru

sangat berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya.

Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: Data demografi, riwayat kesehatan,

riwayat penyakit sebelumnya, perkembangan personal dan sosial,

perkembangan kognitif, keterampilan bahasa, perkembangan motorik dan

sensorik, serta lingkungan tempat anak tinggal dan belajar.

1. Data Demografi

Merupakan identitas klien yang meliputi: nama/nama panggilan, tempat

tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, serta alamat.

2. Riwayat kesehatan: perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anak

mengenai keluhan dan perilaku anak di rumah. Masalah fisik seperti

alergi, nafsu makan, masalah eliminasi, penyakit infeksi yang baru

diderita, dan masalah pernapasan bagian atas, serta penyakit yang biasa

dialami anak juga perlu diproleh dari orang tua.

3. Riwayat penyakit sebelumnya: meliputi riwayat operasi dan pengobatan,

kebiasaan anak (bicara, emosi, tiks dan riwayat perkembangan dan

pendidikan). Sangat penting untuk mengetahui usia anak pada tiap tahap

perkembangan: kapan anak mulai berjalan, berbicara, makan dan

berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai masalah prenatal dan

perinatal ibu perlu dikaji. jika memungkinkan catatan kesehatan bayi

ketika baru lahir perlu diketahui.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 11: LP Tunagrahita 1

11

4. Riwayat perkembangan personal dan sosial

Gejala yang terlihat pada anak tunagrahita melalui ketidakmatangan

perilaku sosialnya, dimana mereka lebih suka bermain dengan anak yang

lebih kecil. Anak-anak tunagrahita mungkin tidak berbicara dan

melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin

berperilaku “acting out” atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain.

Pada umumnya mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah

frustasi serta menangis.

5. Perkembangan kognitif

Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu mentransfer hal-

hal yang telah dipelajarinya dari satu situasi ke situasi lainnya. Mereka

belajar bahwa langit berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal rumah

atau mobil yang berwarna biru. Anak-anak tunagrahita juga tidak dapat

berfikir secara abstrak, seperti kematian, surga, dan Tuhan. Begitu pula

mereka tidak dapat membandingkan obyek yang besar dan kecil tanpa

melihat obyek secara langsung. Daya konsentrasi mereka terbatas, tidak

mampu mengingat sesuai dengan baik dan bermasalah untuk mengenal

hal-hal baru.

6. Keterampilan berbahasa

Anak-anak tunagrahita pada umumnya tidak berketerampilan

menggunakan bahasa dengan baik. Mereka biasanya mengalami kesulitan

mengkomunikasikan sesuatu sehingga sulit dimengerti dan umumnya

mereka mungkin tidak mampu untuk mengingat instruksi atau perintah

verbal secara berurutan.

7. Perkembangan motorik dan sensorik

Perkembangan motorik mungkin terbatas, sehingga anak mudah jatuh. Jika

melakukan kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik, perhatiannya

mungkin teralih pada hal lain dan mereka tidak mampu mengikuti

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 12: LP Tunagrahita 1

12

pengarahan berkaitan dengan kegiatan motorik. Anak tersebut tidak mau

melakukan kegiatan baru tetapi hanya melakukan hal yang sama

berulangkali. Anak tunagrahita tidak seaktif anak lain dan hanya sering

duduk sendirian. Kadang-kadang mereka melakukan gerakan-gerakan

yang sama berulang-ulang seperti membenturkan kepalanya, menggerak-

gerakkan tangannya dan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang.

Dalam hal perkembangan sensorik, perlu dikaji kemungkinan anak

mengalami gangguan pengelihatan dan pendengaran. Perawat dapat

melihat apakah anak tidak mampu membedakan antara dua obyek, seperti

jeruk yang sebenarnya dengan gambar jeruk atau membedakan dua uang

logam, membedakan suara seperti bunyi bel dan bunyi klakson mobil.

Lebih parah lagi anak tunagrahita seringkali tidak biasa mengatakan

darimana asal suara. Hal ini sangat membahayakan keamanan anak.

8. Lingkungan tempat tinggal dan belajar

Sangat penting untuk dikaji oleh perawat hal-hal sebagai berikut:

1) Perlengkapan: tempat tidur, kursi, toilet, lemari pakaian. Apakah

tingginya dapat dicapai oleh anak? Apakah anak terlindungi dari

kemungkinan celaka?

2) Perlengkapan bermain: apakah anak mempunyai mainan yang sesuai?

Apakan mainan tersebut menstimulus anak untuk bermain? Apakah

ada tempat bermain yang leluasa?

3) Orang-orang yang berarti bagi anak: Apakah ada orang dekat yang

mendukung perkembangan anak? Apakah anak diberi kesempatan

untuk memilih dan belajar mandiri? Apakah anak disiplin? Apakah ada

orang yang dapat mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan

sehari-hari?

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 13: LP Tunagrahita 1

13

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan

perkembangan bahasa, social dan kognitif.

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan

perkembangan.

3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.

4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan

mental.

5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.\

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):

NO. DIAGNOSA KEP.

TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa, social dan kognitif.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dapat:

1. Lebih sering berkomunikasi dengan anak.

2. Menstimulasi anak dalam sektor bahasa.

1. Kaji kemampuan dalam berkomunikasi sesuai dengan perkembangan mental anak.R/: Latihan bicara yang sesuai dengan perkembangan anak akan menghindari ekploatasi yang berakibat penekanan fungsi mental anak.

2. Ajak anak berkomunikasi secara komprehensif baik verbal maupun nonverbal sambil belajar.R/: Komunikasi yang komprehensif akan memperbanyak jumlah stimulasi yang diterima anak sehingga akan memperkuat memori anak terhadap suatu kata.

3. Bicara pelan dan mengulangi

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 14: LP Tunagrahita 1

14

kata-kata sampai anak mengerti pembicaraan / perintah.

4. Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat persepsi anak tentang suatu hal.R/: Bermain akan menigkatkan daya tarik anak sehingga frekwensi dan durasi latihan bisa lebih lama.

5. Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu mengucapkan dengan benar.R/: Anak lebih suka mendengarkan kata-akat daripada mengucapkan karena biasanya kesulitan dalam mengucapkan.

6. Berikan penguatan/reinforcement saat anak mampu mengerti pembicaraan/perintah.R/: Reinforcement positif dapat menyenangkan hati anak.

7. Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan Denver Speech Test.R/: Untuk mengetahui jenis dan beratnya gangguan serta keterlambatan dalam berbicara pada anak.

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan perkembangan.

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak:1. Mampu

melakukan tugas fisik paling dasar dan aktifitas perawatan pribadi.

2. Mampu membersihkan tubuhnya sendiri.

3. Mampu untuk mempertahankan hygiene dirinya.

4. Mampu mempertahankan penampilan yang rapih.

1. Kaji kemampuan anak dalam merawat diri sendiri.R/: Menilai batas kemandirian anak.

2. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi.R/: Mengetahui hambatan yang dimiliki anak.

3. Perhatikan kebersihan kuku berdasarkan kemampuan perawatan diri anak.R/: Menilai perawatan diri anak.

4. Ajarkan anak/keluarga penggunaan metode alternative untuk mandi dan hygiene mulut.R/: Membantu keluarga untuk melakukan perawatan pada anak.

5. Gunakan ahli fisioterapi dan terapi kerja sebagai sumber dalam merencanakan aktifitas perawatan pasien.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 15: LP Tunagrahita 1

15

R/: Memudahkan keluarga untuk melakukan perawatan diri pada anak.

6. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu pasien hanya jika diperlukan.R/: Melatih anak untuk melakukan perawatan pada diri.

7. Berikan bantuan sampai anak mampu secara penuh untuk melakukan perawatan diri.R/: Membantu anak memenuhi atau melakukan perawatan pada diri.

8. Tawarkan/ajarkan untuk mencuci tangan setelah toileting dan sebelum makan.R/: Mengajarkan hidup bersih pada anak dan melatih anak untuk melakukan perawatan pada diri.

3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain dengan,Kriteria hasil: anak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.

1. Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.R/: Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perlunya anak berhubungan dengan orang lain.

2. Ciptakan lingkungan yang aman saat anak berinteraksi dengan siapapun.R/: Agar anak tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi.

3. Bina hubungan saling percaya:  sikap terbuka dan empati, sapa dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi.R/: Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak.

4. Motivasi anak melakukan sosialisasi dengan orang lain.R/: Mungkin anak mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 16: LP Tunagrahita 1

16

dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat melakukan aktivitas fisik walau hanya sebagian dengan,Kriteria hasil: anak dapat melakukan aktifitas fisik dasar.

1. Diskusikan pada anak/keluarga tentang keuntungan melakukan aktivitas fisik.R/:   Untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang perlunya aktivitas fisik.

2. Diskusikan pada anak/keluarga tentang kerugian tidak melakukan aktivitas fisik.R/: Untuk meningkatkan minat anak dalam melakukan aktivitas fisik

3. Motivasi dan bantu anak melakukan aktivitas fisik.R/: Untuk meningkatkan minat anak dalam melakukan aktivitas fisik.

4. Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan aktivitas fisik.R/: Reinforcement positif dapat menyenangkan hati anak dan meningkatkan minat anak untuk melakukan aktivitas fisik.

5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat kooperatif dan mengatur keamanan semampu anak, sehingga akan bebas dari kemungkinan kecelakaan dan cidera dengan,Kriteria hasil: anak akan terbebas dari kecelakaan dan tidak menelan bahan beracun.

1. Diskusikan dengan anak/keluarga pertolongan pertama pada kecelakaan (contoh : kursi roda dan peralatan khusus lainnya).R/: Dilakukan untuk mengurangi resiko cidera yang lebih parah.

2. Observasi mulut jika tertelan benda selain makanan.R/: Anak kurang mengerti tentang bahaya, jadi harus terus di pantau dalam setiap aktivitasnya.

3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama anak sampai obat ditelan dan perhatikan efek samping dari pengobatan.R/: Menghindari anak membuang obat atau meminum obat secara berlebihan.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 17: LP Tunagrahita 1

17

DAFTAR PUSTAKA

Astati. 2010. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Karya Mandiri.

Delphie, Bandi 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar

Dalam Pendidikan/Rad. Bandung: Refika Aditama.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar SDLB

Tunagrahita Ringan (SDLB C). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Pendidikan SLB.

Doenges Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Idunna, Riande. 2013. Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita). Online.

http://rianande.blogspot.com/2013/11/anak-berkebutuhan-khusus-

tunagrahita_24.html Diakses Tanggal 9 Maret 2015.

Mohammad Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak

Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wilkinson J. M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 dengan

Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta:

EGC.

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)

Page 18: LP Tunagrahita 1

18

Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII (Departemen Anak)