56
FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA I. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. Khamim 2. Alamat dan telepon : RT 06 RW 03, Kelurahan Dinoyo 3. Pekerjaan kepala keluarga : a. PNS/BUMN/TNI/Polri b. Karyawan Swasta : √ (supir Truck pengangkut semen) c. Petani d. Buruh e. Wir 4. Pendidikan kepala keluarga : a. SD tidak tamat b. SD c. SLTP : √ d. SLTA e. Akademi/PT 5. Komposisi keluarga dan genogram No Nama Jenis kelamin Hub dg KK umur Pendidikan 1 2 3 4 5 Tn. K Ny. H An. A An Y An. A Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Ayah (KK) Istri Anak Anak Anak 45 th 40 th 16 th 9 th 3,1 th SLTA SLTA SLTA SD - Genogram Keterangan : Laki-laki : Perempuan : Bercerai : Tinggal serumah

m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

C

Citation preview

Page 1: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. Khamim

2. Alamat dan telepon : RT 06 RW 03, Kelurahan Dinoyo

3. Pekerjaan kepala keluarga :

a. PNS/BUMN/TNI/Polri

b. Karyawan Swasta : √ (supir Truck pengangkut semen)

c. Petani

d. Buruh

e. Wir

4. Pendidikan kepala keluarga :

a. SD tidak tamat

b. SD

c. SLTP : √

d. SLTA

e. Akademi/PT

5. Komposisi keluarga dan genogram

No NamaJenis

kelamin

Hub dg

KKumur Pendidikan

1

2

3

4

5

Tn. K

Ny. H

An. A

An Y

An. A

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Ayah (KK)

Istri

Anak

Anak

Anak

45 th

40 th

16 th

9 th

3,1 th

SLTA

SLTA

SLTA

SD

-

Genogram Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Bercerai

: Tinggal serumah

Page 2: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

6. Tipe keluarga :

a. Inti (nuclear) : √

b. Besar (extended)

c. Campuran (Blended)

d. Ayah/Ibu + anak (single parent)

e. Dewasa sendiri (single adult)

f. Lansia

g. Lain-lain, sebutkan ...........................

7. Suku bangsa :

a. Sunda

b. Jawa : √

c. lain-lain, sebutkan .............................

8. Agama :

a. Islam : √

b. Protestan

c. Katholik

d. Hindu

e. Budha

9. Status sosial ekonomi keluarga :

a. Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS)

b. KS I

c. KS II

d. KS III

e. KS III Plus

10. Aktifitas rekreasi keluarga :

Ny. H mengatakan jarang sekali berekreasi , rekreasi di adakan sewaktu-waktu jika

merasa membutuhkan rekrasi keluarga atau saat waktu senggang antara Ny. H dan

Tn. K atau saat libur bekerja dan tidak capek. Biasanya rekrasi didalam kota malang

saja seperti mengunjungi wisata alam, wahana-wahana dan mall.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

a. Keluarga pemula

Page 3: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

b. Keluarga mengasuh anak : √

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah

d. Keluarga dengan anak usia sekolah : √

e. Keluarga dengan anak remaja : √

f. Keluarga dengan anak dewasa

g. Keluarga usia pertengahan

h. Keluarga usia lanjut

12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Keluarga dengan anak usia sekolah dan remaja,

1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dll

2. Mendorong anak untuk mencapai perkembangan intelektual (sekolah) dengan

memfasilitasi dalam pendidikan

3. Menyediakan aktifitas untuk anak

4. Mengikutsertakan anak mengikuti aktifitas di komunitas seperti karang taruna

atau kegiatan komunitas lain yang ada dilingkungannya

5. Memenuhi kebutuhan yang mengikat termasuk biaya kehidupan dan

pemeliharaan kesehatan

6. Memberikan kebebasan yang bertanggung jawab

7. Menjaga dan memelihara kesehatan keluarga

13. Riwayat keluarga inti :

Ny. H mengatakan jika Tn. K merupakan suami keduanya dimana Ny. H sempat

mempunyai suami sebelum menikah dengan Tn. K akan tetapi bercerai karena alasan

yang tidak disebutkan oleh Ny. H. Dari suaminya yang pertama Ny. H mempunyai 1

orang anak laki-laki dan dengan suami nya yang ke dua yaitu Tn. K mempunyai 2

orang anak yang keduanya berjenis kelamin perempuan.

14. Riwayat keluarga sebelumnya :

Ny. H mengatakan jika ayahnya mempunyai riwayat penyakit jantung dan hipertensi

sedangkan Tn. K mengatakan jika tidak mengalami masalah kesehatan namun ayah

Tn. K juga meruapakan seorang perokok seperti dirinya.

III. Pengkajian lingkungan

15. Karakteristik rumah

- Status kepemilikan : Rumah sendiri.

- Tipe rumah : Permanen

- Luas rumah : kira-kira 10 x 8 M

Page 4: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Ruang Tamu

Dapur

Belakang Rumah

TerasRuang Makan

- Ventilasi dan penerangan: Jendela rumah memenuhi 10% dari luas rumah,

penerangan kurang saat tidak menggunakan lampu disiang hari dan cahaya

matahari dapat masuk melalui jendela dan angin-angin yang dibuat.

- Pemanfaatan ruangan : Memiliki 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi,

1 ruang keluarga dan 1 ruang tamu serta terdapat teras rumah.

- Septic tank : Ada

- Sumber air : Air sumur

- Kamar mandi/WC :Kamar mandi bersih, ada tandon air,

menggunakan WC jongkok dari pengamatan bak air terdapat jentik nyamuk dan

Ny. H mengatakan membersihkan kamar mandinya 2 minggu sekali.

- Sampah : Sampah dibuang di tempat sampah, setiap hari

diambil oeh tukang sampah akan tetapi belum ada pemisahan sampah.

- Terdapat selokan di belakang ruamah yang kotor.

Denah :

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :

- Keluarga berada di perkampungan padat penduduk tengah kota

- Lingkungan cukup bersih, namum hampir sepanjang jalan menuju rumah

terdapat kotoran kucing, fasilitas umum (jalan raya) terpelihara dengan baik

- Lingkungan memiliki saluran sanitasi yang baik, sampah dikumpulkan ke TPA

- Polusi: Tidak ada polusi air, polusi udara minimal akan tetapi resiko polusi udara

yang di hasilkan oleh pabrik keramik sekitar rumah dan perokok yang ada

disekitar rumah

- Keluarga berada di kelompok masyarakat menengah kebawah

- fasilitas ekonomi : warung, toko, pasar.

- Fasilitas kesehatan: Rumah sakit, Puskesmas, Praktik dokter, bidan dan apotik.

- Fasilitas pendidikan: PAUD, TK, SD, SMP, SMA memiliki aksesbilitas yang bisa

dijangkau.

Kamar tidur

Kamar tidur

KM

Ruang Keluarga

Page 5: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

- Fasilitas rekreasi: Taman, wahana, mall.

- Transportasi umum: Angkot, Taxi. Aksesbilitasnya sangat mudah.

- Keluarga berada di lingkungan yang rawan dan kecelakaan karena dekat dengan

jalan raya.

- Kegiatan yang ada di lingkungan rumah seperti pengajian bapak-bapak, PKK RT

RW dan kegiatan kerja bakti jika ada event-event tertentu.

17. Mobilitas geografis keluarga :

Rumah Tn. K berada di dataran rendah, jarak dari jalan utama tidak terlalu jauh

sekitar 100 meter.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Keluraga berkumpul biasanya saat malam hari karena saat pagi sampai sore hari

Tn. K dan Ny. H bekerja akan tetapi Ny. H bekerja hanya hari-hari tertentu saja

diapotik serta anak-anaknya sekolah. Interaksi dengan masyarakat sekitar baik, Ny.

H mengatakan jika terjalin hubungan yang baik dengan tetangga sekitar.

IV. Struktur keluarga

19. Sistim pendukung keluarga :

Hubungan antar tetangga yang baik menjadi faktor pendukung dalam hidup

bermasyarakat keluarga Tn. K di RW 03 serta orang tua (kakek nenek) Tn. K dan

Ny. H dalam memberikan saran atau masukan dalam kehidupan berkeluarga

keluarga Tn.K

20. Pola komunikasi keluarga :

Pola komunikasi 2 arah, menggunakan bahasa jawa, konflik terkadang terjadi, selalu

ada penyelesaian terhadap masalah komunikasi dan musyawarah.

21. Struktur kekuatan keluarga :

Yang banyak mengambil keputusan adalah Tn. K dengan musyawarah namun

dalam masalah pendidikan Tn. K lebih banyak menyerahkan kepada Ny. H juga atas

pertimbangan bersama Tn. K.

22. Struktur peran :

1. Tn K : Sebagai kepala keluarga, suami dan ayah

2. Ny. H : Sebagai istri, ibu dan pengurus rumah tangga

3. An A : Sebagai Anak, kakak dan pelajar

4. An Y : Sebagai anak, adik, kakak dan pelajar

5. An. A: Sebagai anak

23. Nilai atau norma keluarga :

Nilai yang dianut adalah nilai dari adat jawa serta agama islam

Page 6: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

V. Fungsi keluarga

24. Fungsi afektif :

Jika salah satu anggota keluarga sakit, anggota keluarga yang lain ikut merawat. Ny.

H selalu mengantarkan anaknya ketika sekolah. Keluarga saling mengingatkan saat

waktu makan dan sholat. Ny. H yang saelalu mengingatkan kegiatan harian anak,

mandi, makan, sholat, ngaji, belajar, dll. Sedangkan Tn. K lebih banyak bekerja dan

pengambil keputusan.

25. Fungsi sosialisasi :

- Kerukunan dalam keluarga terjalin rukun

- Interaksi dan hubungan dalam keluarga: Sering berinteraksi, terutama malam hari

saat semua anggota keluarga berada di rumah

- Kegiatan keluarga: Menonton televisi, ngobrol, bercengkerama

- Partisipasi dalam kegiatan sosial: Ny.H mengikuti PKK sedangkan Tn. K mengikuti

kegiatan tahlil

26. Fungsi perawatan kesehatan :

- Pengetahuan dan persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga

Ny. H belum memahami tatalaksana anak dengan ISPA yang dilakukan biasanya

langsung di bawa ke puskesmas. Tn. K memiliki kebiasaan merokok yang sulit

dihentikan

- Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat:

Keluarga selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas

- Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

- Saat anak sakit panas, Ny.K memberikan kompres hangat dan memberikan obat

penurun panas jika badan sang anak dirasakan panas, belum menggunakan

pengukuran suhu badan.

- Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat:

Keluarga memanfaatkan pelayanan puskesmas

27. Fungsi reproduksi :

Ny. H mengatakan jika keluarganya mengikuti program pemerintah yaitu 2 anak

cukup.

28. Fungsi ekonomi :

- Upaya pemenuhan sandang pangan: yang bekerja adalah Tn K sebagai supir

truk penganggukut semen dan Ny H bekerja di apotik

29. Stressor jangka pendek dan panjang

- Stressor jangka pendek: An. A sakit ISPA

Page 7: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

- Stressor jangka panjang: Pembiayaan pendidikan anak dan pembiayaan

kesehatan yang tak terduga dan perencanaan anak pertama yang anak masuk

SLTA

- Respon keluarga terhadap stressor: Berusaha meningkatkan pendapatan

keluarga, membawa anak ke pelayanan kesehatan bila anak sakit dan selalu

bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :

Baik, setiap ada stresor contoh nya masalah pendidikan anak antara Tn. K dan Ny.

H selalu musyawarah atau di komunikasikan satu sama lain

31. Strategi koping yang digunakan :

Bermusyawarah antara Tn. K dan Ny. H

VI. Pemeriksaan fisik

Nama Hasil PF

Tn K Tidak ada keluhan, TD: 130/90 mmHg, memiliki riwayat

penyakit hipertensi dari ayah nya, Tn AP memiliki kebiasaan

merokok yang sembarang, Tempat kerja banyak mengandung

polusi udara.

Ny. H Tidak ada keluhan, TD: 120/80 mmHg, tidak memiliki riwayat

penyakit tertentu, klien bekerja diapotik.

Ny. H belum megetahui cara mencuci tangan yang benar, Ny.

H juga belum mengetahui penanganan pertama untuk ISPA

dirumah.

An. Y An. Y jarang tidur siang sering tidur larut malam karena

menonton TV, pola makan teratur 3 x sehari tidak memiliki

riwayat penyakit tertentu saat masih kecil, Ny H mengatakan

jika keluhan kesehatan yang diderita An. Y saat masih kecil

seputar demam, pilek, batuk dan diare.

An. A An. A mengalami batuk sudah 2 hari, Ny. H mengatakan jika

suhu badannya panas namun tidak mengatahui angka suhu

nya. Tindakan yang sudah dilakukan dilakukan kompres

hangat, belum diperikasakan dan akan diperiksakan hari ini

keklinik temapt dia bekerja (hari dimana pengkajian dilakukan).

Setalh dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan RR: 24 x/menit,

N: 35 x/menit, Sesak tidak ada, batuk ringan, pilek.

Page 8: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

ANALISA DATA

No. Data Penunjang Problem Etiologi

1 DS:

- An. A demam 2 hari

yang lalu disertai

batuk

- Belum dibawa ke

pusat pelayanan

kesehatan namun

Ny. H berencana

membawanya ke

klinik tempat iya

bekerja

- An. D Sering jajan

sembarangan saat di

paud

- Tn K mempunyai

kebiasaan merokok

sembarangan

- Menu makanan

kurang bervariasi

DO:

- TTV didapatkan RR:

24 x/menit, N: 35

x/menit, Sesak tidak

ada, batuk ringan,

pilek

- Lingkungan rumah

padat penduduk

- Ventilasi dan

kebersihan rumah

yang kurang

Risiko Perilaku

Kesehatan

yang Kurang

Sehat

Kebiasaan ayah merokok

Ventilasi dan kebersihan rumah yang

Jajanan sembarangan

Risiko imunitas menurun

Rongga mulut mudah terinfeksi

Asap dihirup anggota keluarga

Terinfeksi mikoorganisme penyebab penyakit

Resiko Perilaku kesehatan yang

kurang sehat

Kikoorganisme menyebar di seluruh rumah

Page 9: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

No. Data Penunjang Problem Etiologi

2 DS

- Ny. H belum tahu

cara mencuci tangan

yang benar

- Ny. H belum pernah

mendapat

penyuluhan tentang

penyakit ISPA,

bahkan tidak

mengetahui apa itu

ISPA

- Ny.K belum

mengetahui

manajemen ISPA

pada tataran

keluarga dirumah

DO

- Tn. K masih merokok

padahal anaknya

sedang sakit

- Lingkungan rumah

yang kotor seperti

kurang dibersihkan

- Belum adanya

pembatas antara

rumah dengan

selokan belakang

rumah

- Sampah belum

dipisah dan kadang

sampah tertentu

dibuang di selokan

belakang rumah.

Kurangnya

penegtahuan

Belum mendapat

penyuluhan tentang ISPA

Tidak mengetahui managemen

ISPA pada tataran

keluarga

Tidak mengetahui

cara cuci tangan yang

benar

Bapak masih merokok

Kurang Pengetahuan

Faktor pencetus

Lingkungan Perilaku/ kebiasaan

Kebersihan rumah yang

kurang

Kebersihan lingkungan rumah yang

kurang terkait manajemen sampah dan

saluran pembungan

Page 10: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

No. Data Penunjang Problem Etiologi

3 DS

- Ny. H telah

melakukan kompres

air hangat saat

anaknya sakit

demam

- Ny. H selalu

membawa anggota

keluarga yang sakit

untuk diperiksakan di

klinik tempat dia

bekerja

- Keluarga memiliki

kartu BPJS

DO

- Keluarga

menyepakati untuk

dijadikan keluarga

binaan

- Keluarga antusias

saat dilakukan

pengkajian dan

penyuluhan

Kesiapan

peningkatan

kesehatan

keluarga oleh

orang tua

Kebiasaan membawa keluarga yang sakit untuk diperiksakan di klinik yang diketahui

Keluarga memiliki kartu BPJS yang sewaktu-waktu dapat digunakan

Keluarga menyepakati untuk dilakukan keluarga binaan

Keluarga antusias saat dilakukan pengkajian dan penyuluhan

Keluarga siap untuk meningkatkan kesehatan keluarga

Page 11: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan keluarga

yang kurang sehat

No Kriteria Bobot Pembenaran

1 Sifat masalah

Aktual: 3

1 Perilaku kesehatan yang kurang sehat

di keluarga anatara lain ayah merokok

di dalam rumah, kebiasaan cuci tangan

dan teknik cuci tangan yang kurang

benar, kebiasaan anak makan jajan

sembarangan.

2 Kemungkinan masalah

diubah

Sebagian: 2

2 Keluarga belum memiliki perilaku yang

baik mengenai PHBS.

3 Potensial masalah dicegah

Cukup: 2

1 Pencegahan ISPA dan melakukan

PHBS melibatkan perilaku yang terus

menerus.

4 Menonjolnya masalah

Masalah dirasakan dan

harus segera ditangani: 2

1 Kebiasaan yang kurang sehat di

keluarga dapat memberikan dampak

yang buruk bagi kesehatan.

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

No Kriteria Bobot Pembenaran

1 Sifat masalah

Aktual: 3

2 Ibu kurang mengetahui tentang konsep

dan tata laksana ISPA, belum

mengetahui cara cuci tangan yang

benar, kurang memahami PHBS dan

manajemen lingkungan

2 Kemungkinan masalah

diubah

Sebagian: 2

2 Untuk mengubah perilaku diperlukan

pengetahuan/dasar kognitif yang

cukup.

3 Potensial masalah dicegah 1 Pencegahan ISPA melibatkan perilaku

yang didasari oleh pengetahuan yang

Page 12: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Cukup: 2 cukup mengenai masalah tersebut,

4 Menonjolnya masalah

Masalah dirasakan dan

harus segera ditangani: 2

1 Masalah kurang pengetahuan harus

segera ditangani karena untuk

mengubah perilaku harus didasari

dengan pengetahuan yang cukup.

Terutama masalah cuci tangan yang

dapat menyebabkan masalah ISPA

3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan

keluarga

No Kriteria Bobot Pembenaran

1 Sifat masalah

Aktual : 3

3 Ny. H ingin belajar tentang

managemen ISPA yang bisa dilakukan

dirumah, keluarga telah memiliki kartu

BPJS, jika ada anggota keluarga yang

sakit selalu dibawa ke fasilitas

kesehatan.

2 Kemungkinan masalah

diubah

Sebagian: 1

2 Dapat diubah dengan diberikan

pengetahuan dan contoh tentang cara

meningkatkan kesehatan

3 Potensial masalah dicegah

Cukup: 1

1 Dengan diberikan edukasi dan contoh

pencegahan ISPA dan manajemen

kesehatan keluarga dappat diatasan.

4 Menonjolnya masalah

Masalah dirasakan tetapi

tidak perlu ditangani

segera: 1

1 Keluarga saat sakit parah sadar harus

ke faskes

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

2. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan

keluarga yang kurang sehat

3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan keluarga

Page 13: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

RENCANA INTERVENSI

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan Program

Rencana Kegiatan Evaluasi

Strategi Intervensi Struktur Proses Hasil

1. Defisiensi

Kesehatan

Komunitas

tentang ISPA

berhubungan

dengan

kurangnya

sumber

informasi

pengetahuan

TUM:

Setelah dilakukan

asuhan

keperawatan

komunitas selama 7

minggu,

kemampuan,

perilaku kesehatan

dan ketrampilan

keluarga menangani

ISPA meningkat.

TUK 1 :

Pengetahuan

warga tentang

ISPA meningkat

Penyuluhan

Kesehatan

Health

Teaching

1. Berikan

edukasi

tentang ISPA

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

keluarga untuk

menentukan

tempat dan

waktu

penyuluhan.

2. Mahasiswa

1. Mahasiswa

datang

sebelum acara

penyuluhan

dimulai

2. peserta

mengikuti

kegiatan

penyuluhan

1. Pengetahuan

peserta

meningkat

2. Peserta

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

3. Setelah

Page 14: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

TUK 2 :

Pengetahuan

keluarga tentang

Rumah Sehat

meningkat

Penyuluhan

Kesehatan

Health

Teaching

1. Berikan edukasi

tentang rumah

sehat

mempersiapka

n materi, alat

dan media

untuk

penyuluhan

3. Mahasiswa

mempersiapka

n alat yang

akan

digunakan

membuat

media

penyuluhan

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

keluarga untuk

menentukan

tempat dan

waktu

penyuluhan.

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

1. Mahasiswa

datang

sebelum acara

penyuluhan

dimulai

2. Semua peserta

mengikuti

kegiatan

dilakukan

kegiatan

penyuluhan

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

1. Pengetahuan

peserta

meningkat

2. Peserta

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

Page 15: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

TUK 3 :

Ketrampilan warga

terhadap praktek

penanganan ISPA

meningkat

Demonstrasi Case

Manage-

ment

1. Ajarkan pada

keluarga cara

modalitas untuk

mengatasi

batuk, seperti

penggunaan

jahe dengan

madu dan jeruk

2. Mahasiswa

mempersiapka

n materi, alat

dan media

untuk

penyuluhan

3. Mahasiswa

mempersiapka

n alat yang

akan

digunakan

membuat

media

penyuluhan

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

keluarga untuk

menentukan

tempat dan

waktu kegiatan

2. Mahasiswa

penyuluhan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

1. Demostrasi

diikuti oleh

salah satu atau

beberapa

anggota

keluarga

2. Semua peserta

mengikuti

3. Setelah

dilakukan

kegiatan

penyuluhan

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

1. Ketrampilan

warga

meningkat

2. Warga

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

Page 16: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Demonstrasi Case

Manage-

ment

nipis dengan

kecap

1. Ajarkan pada

keluarga cara

cara batuk

efektif

mempersiapka

n materi terapi

modalitas yang

akan

disampaikan

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

keluarga untuk

menentukan

tempat dan

waktu kegiatan

2. Mahasiswa

kegiatan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

1. Demostrasi

diikuti oleh

semua atau

salah satu

anggota

keluarga

2. Semua peserta

mengikuti

3. Setelah

dilakukan

kegiatan

demonstrasi

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

dalam

menangani

ISPA

1. Ketrampilan

warga

meningkat

2. Warga

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

Page 17: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Demonstrasi Case

Manage-

ment

1. Ajarkan pada

ibu dengan

balita, dan

keluarga cara

pengukuran

suhu dengan

termometer

raksa dan

mempersiapka

n materi yang

akan

disampaikan

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

keluraga untuk

menentukan

tempat dan

waktu kegiatan

2. Mahasiswa

kegiatan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

1. Demonstrasi

diikuti oleh

semua atau

salah satu

anggota

keluarga

2. Semua peserta

mengikuti

3. Setelah

dilakukan

kegiatan

demonstrasi

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

dalam

menangani

ISPA

1. Ketrampilan

warga

meningkat

2. Warga

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

Page 18: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

digital mempersiapka

n materi dan

alat yang akan

digunakan

untuk

demonstrasi

kegiatan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

3. Kader dan

peserta

antusias

mengikuti

demonstrasi.

3. Setelah

dilakukan

kegiatan

demonstrasi

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

dalam

menangani

ISPA

2. Risiko

Perilaku

Kesehatan

yang Kurang

Sehat

berhubungan

dengan

kebiasaan

yang kurang

TUM :

Setelah dilakukan

asuhan

keperawatan

komunitas pada

warga RW 3 dalam

waktu 7 minggu,

keluraga dapat

menghindari atau

Page 19: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

sehat tidak terjadi perilaku

yang kurang sehat.

TUK 1 :

Sasaran mampu

menerapkan

perilaku kesehatan

melalui upaya

berhenti merokok,

sehingga keluarga

dengan perokok

dapat menurun

menjadi atau jika

merokok diluar atau

mengurangi jumlah

rokok yang

dikonsumsi

Penyuluhan

Kesehatan

Health

Teaching

1. Berikan

edukasi

mengenai

bahaya rokok

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan kepala

keluarga untuk

menentukan

tempat dan

waktu

penyuluhan.

2. Mahasiswa

mempersiapka

n materi, alat

dan media

untuk

penyuluhan.

1. Penyuluhan

diikuti oleh

kepala

keluraga atau

anggota

keluarga laki-

laki yang

sudah remaja-

tua

2. Semua peserta

mengikuti

kegiatan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

3. Peserta

antusias

mengikuti

1. Pengetahuan

peserta

meningkat

2. Peserta

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

3. Setelah

dilakukan

kegiatan

penyuluhan

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

Page 20: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

TUK 2:

Ketrampilan dalam

praktek PHBS (cuci

tangan) meningkat

Demonstrasi Case

manage-

ment

1. Ajarkan pada

keluarga

tentang

pentingnya dan

cara cuci

tangan

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

keluraga untuk

menentukan

tempat dan

waktu

kegiatan.

2. Mahasiswa

mempersiapka

n materi dan

alat yang akan

digunakan

untuk

demonstrasi

kegiatan

1. Demonstrasi

diikuti oleh

semua peserta

2. Semua peserta

mengikuti

kegiatan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

1. Ketrampilan

siswa

meningkat

4. Siswa dapat

mempraktekkan

kembali

demonstrasi

yang diajarkan

5. Setelah

dilakukan

kegiatan

demonstrasi

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

3. Kesiapan

Peningkatan

Kesehatan

TUM :

Setelah dilakukan

asuhan

Penyuluhan

Kesehatan

Health

Teaching

1. Berikan

edukasi

mengenai ASI

1. Mahasiswa

berkoordinasi

dengan

1. Mahasiswa

datang

sebelum acara

1. Pengetahuan

peserta

meningkat

Page 21: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Keluarga oleh

Orang Tua

berhubungan

dengan

kesehatan

anak dalam

manajemen

ISPA

keperawatan

keluraga pada

keluarga selama 7

minggu, kesiapan

dan kemampuan

warga dalam

melaksanakan

perubahan perilaku

kesehatan

meningkat

TUK 1 :

Pengetahuan ibu

tentang ASI

eksklusif

meningkat sebesar

80%

eksklusif keluraga untuk

menentukan

tempat dan

waktu

penyuluhan.

2. Mahasiswa

mempersiapka

n materi, alat

dan media

untuk

penyuluhan

3. Mahasiswa

mempersiapka

n alat yang

akan

digunakan

membuat

media

penyuluhan

penyuluhan

dimulai.

2. Acara

penyuluhan

diikuti oleh

salah satu atau

semua anggota

keluarga

3. Semua peserta

mengikuti

kegiatan

penyuluhan

sampai acara

selesai dan

berpartisipasi

secara aktif

(100%)

2. Peserta

memberikan

feedback,

melalui

pertanyaan

3. Setelah

dilakukan

kegiatan

penyuluhan

diharapkan ada

perubahan

perilaku

kesehatan

Page 22: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu/

TanggalKunjungan Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi

Selasa,

09 Juni

2015

11.00

Kunjungan 1 Pembagian lembar kuisioner, pengkajian dan kontrak keluarga binaan

Jumat,

12 Juni

2015

15.00

Kunjungan 2 Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya sumber

informasi

Tujuan Khusus 1 :

Setelah dilakukan

tindakan 1 kali

pertemuan,

pengetahuan

keluarga tentang

konsep ISPA

1. Memberi edukasi

definisi ISPA

2. Memberi edukasi

penyebab ISPA

3. Memberi edukasi faktor

risiko ISPA

4. Memberi edukasi

klasifikasi/jenis dari

ISPA

S :

ISPA itu infeksi saluran

pernapasan akut

Kurang lebih 14 hari

Semua usia bisa mengalamin

penyakit ini

O:

Klien dan keluarga mampu

menyebutkan konsep dasar

ISPA

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

Page 23: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Jumat,

12 Juni

2015

15.00

Kunjungan 2 Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya sumber

informasi

Tujuan Khusus 3 :

Setelah satu 1 kali

pertemuan keluarga

dapat

mendeskripsikan

dan mempraktikkan

tata-laksana ISPA di

rumah

1. Memberi edukasi tata

laksana tiap klasifikasi

ISPA

2. Memberi edukasi

tentang tata laksana

ISPA di rumah

(demam, batuk, pilek,

dan cara

mengeluarkan, serta

mengencerkan dahak

dengan cara batuk

efektif.

3. Mempraktikkan

penatalaksanaan ISPA

di rumah dengan

pemberian wedhang

jahe dan jeruk nipis

4. Mengajarkan

pengukuran suhu

dengan termoter raksa

dan digital serta

interpretasinya

S :

Ngompresnya pakai air hangat

Dikasi uap dengan air hangat

bisr dahaknya keluar

Menepuk-nepuk dada dan

punggung

Kalau bersin pakai tisu atau

lengan baju, memakai masker

dan menutup mulut saat batuk

O:

Klien dan keluarga mampu

menyebutkan dan

mempraktikkan tata laksana

ISPA di rumah

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

Page 24: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Jumat,

12 Juni

2015

15.00

Kunjungan 2 Risiko Perilaku

Kesehatan yang

Kurang Sehat

berhubungan dengan

kebiasaan keluarga

yang kurang sehat

Tujuan Khusus 2 :

Setelah dilakukan

penyuluhan 1 kali

pertemuan keluarga

dapat memahami

dan mempraktikkan

cuci tangan yang

baik dan benar

1. Melakukan edukasi

tentang pengertian cara

mencuci tangan

2. Melakukan edukasi

tentang tujuan cara

mencuci tangan

3. Melakukan edukasi

tentang manfaat cara

cuci tangan yang tepat

4. Melakukan edukasi

tentang waktu-waktu

yang diharuskan untuk

cuci tangan

5. Mempraktikkan tentang

langkah-langkah cara

mencuci tangan yang

tepat

S :

Cuci tangan sebelum dan

sesudah masak, sebelum

dan sesudah makan, setelah

BAK dan BAB, dan ketika

tangan kotor

Ada 6 lagkah, memakai

sabun dan air mengalir

O :

Klien dan keluarga mampu

menyebutkan tujuan, momen,

dan mempraktikkan cuci

tangan 6 langkah secara urut

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

Page 25: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Jumat,

12 Juni

2015

15.00

Kunjungan 2 Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya sumber

informasi

Tujuan Khusus 2 :

Setelah dilakukan

tindakan

penyuluhan 1 kali

pertemuan,

pengetahuan

keluarga tentang

rumah sehat

1. Memberikan edukasi

tentang rumah sehat

2. Memberikan edukasi

tentang cara merawat

rumah dan lingkugan

terkait managemen

sampah dan

pembersihan rumah

S :

PHBS itu perilaku hidup

bersih dan sehat

Jamban sehat, pakai air

bersih, bebas dari jentik

Buang sampah pada

temmpatnya dan harus

dipisah antara sampah

kering dan basah

Menyapu rumah setiap hari

dan mengepel setiap 2

minggu sekali

O :

Klien dan keluarga mampu

menyebutkan jumlah dan isi

PHBS dan materi yang sudah

diajarakan

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

Page 26: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Kujungan 2 Kesiapan

Peningkatan

Kesehatan Keluarga

oleh Orang Tua

berhubungan dengan

kesehatan anak

dalam manajemen

ISPA

Tujuan khusus 1:

Pengetahuan ibu

tentang ASI

eksklusif meningkat

sebesar

1. Memberikan edukasi

tentang pentingnya ASI

Eksklusif

2. Manfaat ASI Eksklusif bagi

anak dan ibu

S :

Supaya kekebalan anak

bertambah

Tidak mudah terserang

penyakit

Mencegah kaker payudara

O :

Klien dan keluarga mampu

menyebutkan manfaat ASI

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

Rabu, 24

Juni

2015

15.00

Kunjungan 3 Risiko Perilaku

Kesehatan yang

Kurang Sehat

berhubungan dengan

kebiasaan keluarga

yang kurang sehat

Tujuan Khusus 1 :

Setelah dilakukan

penyuluhan 1 kali

pertemuan keluarga

dapat memahami

dan tidak merokok

1. Memberikan edukasi

tentang jenis-jenis perokok

2. Memberikan edukasi

tentang jenis-jenis zat

bahaya yang ada dalam

S :

Rokok bisa menyebabkan

masalah kesehatan mas.

Banyak sekali akibatnya. Ya

kanker, iSPA tadi, gangguan

Page 27: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

di area lingkungan

keluarga saat

berkumpul

rokok

3. Memberikan edukasi

dampak dari merokok

4. Memberikan edukasi tips

untuk mengurangi

kebiasaan merokok

kehamilan, dll.

Yaa, inshaallah saya

mengurangi kebiasaan

merokok didalam rumah

O :

Keluarga mampu

menyebutkan bahaya rokok

dan tips cara mengurangi

rokok

Tn. P mengurangi kebiasaan

merokok didalam rumah

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

Rabu, 1

Juli 2015

15.00

Kunjungan 4 Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya sumber

informasi

Tujuan Khusus 2 :

Setelah dilakukan

tindakan

penyuluhan 1 kali

pertemuan,

pengetahuan

konsep rumah

sehat,

1. Memberikan edukasi

tentang syarat-syarat

rumah sehat

2. Memberikan edukasi dan

tips agar membuat rumah

aman dari kecelakaan

3. Memberikan contoh

denah/penataan rumah

sehat

S :

Rumah sehat itu ya yang punya

air bersih jernih, ada tempat

sampah,rajin bersihkan rumah,

ventilasinya cukup.

O :

Klien dan keluarga mampu

menyebutkan jenis rumah

sehat

Page 28: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi, lanjutkan

monitoring.

CATATAN PERKEMBANGAN

CATATAN PERKEMBANGAN

Page 29: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Waktu

PelaksanaanMonitoring

No.

Dx.

Kep

Evaluasi TTD

Rabu, 24 Juni

2015

Ke-3 1 S :

ISPA itu penyakit yang harus diwaspadai tidak boleh

disepelekan.

O :

Memahami konsep ISPA

Mampu mempraktikkan cara penanganan ISPA

Mampu menjawab komponen PHBS meski hanya

3 pada impelementasi PHBS

Mampu mempraktikkan kebiasaan cuci tangan

dengan sabun dan air mengalir di rumah

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi, lanjutkan monitoring

Rabu, 1 Juli

2015

Ke-4 3 S :

Sudah sembuh mas, obat dari klinik sudah habis.

O :

Keluarga mampu melakukan tata laksana ISPA di

rumah

Keluarga kesadaran untuk memanfaatkan faskes

meningkat

A :

Masalah Teratasi

P : Hentikan Intervensi

Rabu, 1 Juli

2015

Ke-4 2 S :

Ibu mengatakan “sejak mas beritahu kapan hari,

kebiasaan merokok didalam rumah sudah dikurangi.

O :

Kebiasaan merokok didalam rumah sudah berkurang

A :

Masalah Teratasi

Page 30: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Evaluasi Sumatif 1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

Diagnosa ini diterapkan dengan tujuan pada akhir perawatan, terjadi

peningkatan pengetahuan tentang konsep dasar ISPA, PHBS, dan rumah sehat.

Tujuan ini tercapai sepenuhnya karena saat dilakukan implementasi keluarga dapat

menjawab masing-masing minimal 2 dari indikator. Hal ini dapat dibuktikan dalam

pemberian soal pre test dan post tes, serta tanya jawab berikut hasilnya :

Gambar 3.3 Pre Post Test Konsep ISPA

Gambar 3.4 Pre Post Test Konsep PHBS

\

Page 31: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Gambar 3.5 Pre Post Test Konsep Rumah Sehat

Pada saat akhir kunjungan didapatkan gejala ISPA pada anak sudah

sembuh.

2. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan

keluarga yang kurang sehat

Diagnosa ini diterapkan dengan tujuan pada akhir perawatan, terjadi

peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang kebiasaan yang kurang sehat,

seperti kebiasaan cuci tangan dan kebiasaan merokok saat berkumpul dengan

keluarga. Berikut hasil dari implementasi.

Gambar 3.6 Kemampuan Cuci Tangan

Page 32: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Gambar 3.7 Kebiasaan merokok saat berkumpul dengan keluarga

Dapat disimpulkan dari hasil pendampingan terdapat perubahan kebiasaan cuci

tangan meningkat dan kebiasaan merokok dalam keluarga saa berkumpul bersama

kesadarannya semakin baik, sehingga tujuan tercapai.

3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan

keluarga

Diagnosa ini diterapkan dengan tujuan pada akhir perawatan, terjadi

peningkatan kesiapan keluarga dalam meningkatkan kesehatan keluarga dengan

menerapkan tata laksana ISPA di rumah dan kesedaran akan manfaat

menggunakan pelayanan kesehatan.

Gambar 3.8 Kemampuan Tata-Laksana ISPADari hasil implement tasi didapatkan kemampuan keluarga dalam tata

laksana ISPA menigkat dengan baik, sehingga tujuan tercapai.

Page 33: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

BAB 4PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang proses telaah antara data pendukung yang

terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan

asuhan keperawatan keluarga selama 7 minggu, pada pembahasan ini dimulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi .

4.1 Pengkajian

Pengkajian juga disebut sebagai pengumpulan data adalah langkah awal

dalam berpikir kritis dan pembuatan keputuhan yang mengarah pada diagnosis

keperawatan (Wilkinson, 2006). Penulis melakukan pengkajian pada keluarga Tn. K

berdasarkan proses pengkajian melalui proses wawancara dengan keluarga,

observasi lingkungan dan pemeriksaan fisik sepperti yang sudah tertera jelas di bab

sebelumnya.

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

ditujukan dengan An. A yang mengalami sakit batuk pilek sudah 2 hari, belum

menunjukkan kearah yang lebih baik. Namun, kesadaran untuk ke fasilitas

kesehatan kurang dan hanya menunggu semakin parah baru di bawa ke tempat

pelayanan kesehatan (klinik tempat Ny. H bekerja). Keluarga Tn. K saat dikaji tidak

mengetahui cara merawat penyakit ISPA yang diderita oleh anaknya, cara cuci

tangan yang benar belum memahami, Tn. K masih merokok di saat berkumpul

dengan keluarga, dan konsep rumah sehat belum maksimal, sehingga hak ini peru

untuk di modifikasi.

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Tn.K khususnya An.

A memiliki riwayat beberapa kali menderita ISPA saat masih kecil, keluarga

mengatakan belum tahu apa itu ISPA yang diketahui keluarga hanya batuk pilek,

mengambil keputusan keluarga Tn. K jika salah satu anggota keluarga yang sakit hal

utama yaitu membeli obat di apotek/warung. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan

kesehatan, keluarga mempunyai tugas dalam bidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan.

Tugas keluarga tesebut antara lain fungsi keperawatan yaitu mengetahui

kemampuan keluarga merawat bagaimana cara merawat anggota keluarga yang

sakit yang meliputi pengertian faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dalam merawat

Page 34: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

anggota keluarga yang sakit, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai

dengan tindakan keperawatan. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, untuk mengetahui sejauh

mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, mengetahui sejauhmana

kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan

mendukung terhadap kesehatan seseorang (Harmoko, 2012).

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit pada

keluarga Tn. K dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakit ISPA,

kebiasaan kesehatan yang kurang sehat, dan kurangnya pemanfaat tempat

pelayanan kesehatan. Demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan. Menurut Wilkinson

(2006), ketidakmampuan keluarga yaitu perilaku orang terdekat bagi pasien

(anggota keluarga atau orang mterdekat lainnya) yang membuat ketidakmampuan

kapasitas mereka dan kapasitas klien untuk secara efektif melaksanakan tugas yang

esensial baik untuk adaptasi pasien terhadap kesehatan.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Dalam menentukan suatu diagnosa pada asuhan keperawatan keluarga

harus memenuhi ketentuan yang sudah dirumuskan berdasarkan suatu data yang

didapatkan pada saat dilakukan pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan

problem yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan

dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. (Muhlisin,

2012). Berdasarkan pengkajian dan masalah yang menjadi mayor didapatkan

diagnosa sebagai berikut sesuai prioritas masalah keperawatan :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

2. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan

keluarga yang kurang sehat

3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan

keluarga

4.3 Intervensi

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan

kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien

dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Menurut Muhlisin (2012), perawat perlu

memberikan pendidikan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program

Page 35: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

asuhan kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah

kesehatan keluarga.

Untuk intervensi konsep dan tata laksana ISPA berdasarkan Wong (2008),

posisi semi fowler dapat dilakukan pasien ISPA hal ini bertujuan untuk

memungkinkan ekspansi paru lebih baik dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi

fowler adalah posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada

inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal membuka

area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan pengembangan dada

atau paru. Ajarkan batuk efektif rasionalnya untuk mengeluarkan sekret.

Mengajarkan fisioterapi dada rasionalnya untuk megeluarkan secret Menurut Wong,

(2008), mengajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, hal ini sesuai dengan buku,

menyatakan bahwa melakukan clapping dan vibrating bertujuan untuk memfasilitasi.

Berdasarkan jurnal dari Nurlaili Susanti (2012) yang berjudul Efektifitas

Kompres Dingin dan Hangat pada Penatalaksanaan Demam menyatakan bahwa

pemakaian metode fisik sangat efektif dalam menurunkan demam. Metode fisik ini

ditujukan untuk meningkatkan pengeluaran panas baik secara konduksi, konveksi,

maupun evaporasi. Metode yang umum dipakai adalah kompres dingin. Akan tetapi,

keuntungannya dalam terapi demam belum sepenuhnya dipahami.

Kompres dingin adalah terapi pilihan untuk hipertermia yang ditandai oleh

temperatur inti tubuh melampaui set poin termoregulasi. Berbeda dengan demam,

shivering, vasokonstriksi kulit dan respon yang berhubungan dengan perilaku

meningkatkan temperatur inti untuk menjangkau peningkatan set poin suhu yang

diakibatkan oleh kerja pirogen di pusat termoregulasi. Selama hipertermia,

penurunan produksi panas, vasodilatasi, berkeringat dan respon perilaku bekerja

untuk menurunkan temperatur tubuh. Jadi, pemakaian kompres dingin pada terapi

hipertermia tidak bertentangan dengan proses yang ditimbulkan oleh pemakaian

terapi yang lain.

Kompres dingin menurunkan temperatur kulit lebih cepat dari pada

temperatur inti tubuh, sehingga merangsang vasokonstriksi dan shivering. Shivering

mengakibatkan gangguan metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan

volume respirasi, meningkatkan persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi

dan meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis. Oleh karena itu, kompres dingin

kurang efektif dalam tatalaksana demam karena selain kurang nyaman juga

merangsang produksi panas dan menghalangi pengeluaran panas tubuh.

Page 36: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Selain kompres dingin, dikenal pemakaian kompres hangat dalam tatalaksana

demam. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang

telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43o C. Lokasi kulit tempat

mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat pada kulit

dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang ditimbulkannya. Selain itu,

kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga meningkatkan

pengeluaran panas tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi demam

kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan

antipiretik saja, selain itu juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam

yang dirasakan. Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang

tidak berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian

kombinasi keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam.

Selain dengan kompres, keluarga diajarkan tentang pemberian antipiretik.

Ada berbagai macam antipiretik yang biasa digunakan dalam menurunkan demam,

yang sering digunakan adalah parasetamol dan ibuprofen. Berdasarkan jurnal yang

berjudul Penanganan Demam pada Anak, penulis melakukan analisa keefektifan

penggunaan parasetamol dan ibuprofen.

Pada satu metaanalisis dari 8 penelitian membandingkan efikasi antara

antipiretik parasetamol dan ibuprofen didapati penurunan temperatur tubuh yang

lebih tinggi pada anak yang diobati dengan ibuprofen dibandingkan dengan

parasetamol pada pengukuran setelah 4 jam (perbedaan 0,63°C, p<0,001) dan pada

6 jam setelah pemberian (perbedaan 0,58°C, p=0,005). Pada jam ke-4 dan ke-6

setelah pemberian antipiretik, penurunan demam terjadi 15% lebih banyak pada

anak di kelompok ibuprofen, dibandingkan dengan kelompok paracetamol (besar

efek penurunan setelah 2 jam: 0,19 (CI95%, 0,05-0,33), besar efek penurunan

setelah 4 jam: 0,31 (CI95%, 0,19-0,44), besar efek penurunan setelah 6 jam: 0,33

(CI95%, 0,19-0,47). Sebuah tinjauan narasi dari 22 penelitian mendapatkan bahwa

dosis tunggal ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan demam dibandingkan

dengan dosis tunggal parasetamol, dimana ibuprofen lebih efektif setelah 6 jam

pemberian, tetapi tidak setelahnya (temperatur dievaluasi sampai 8 jam), dan tidak

ada perbedaan yang signifikan antara efek antipiretik satu obat atau yang lain pada

penelitian yang melibatkan dosis yang multipel.

Pada dasarnya, kedua antipiretik tersebut cenderung aman dikonsumsi oleh

anak-anak karena merupakan antipiretik kategori 1 dengan efek toksisitas rendah.

Page 37: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Parasetamol dan ibuprofen ditoleransi dengan baik dan merupakan antipiretik yang

efektif ketika digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan.

Selain konsep dan tata laksana ISPA yang diajarkan, keluarga juga di ajarkan

cara berperlaku sehat. Hal ini dikarenakan kebiasaan cuci tangan belum dierapkan

dengan baik dan asap rokok masih ada di area keluarga. Hal ini di edukasikan agar

mengurangi gejala dari ISPA dan penularan dari ISPA

4.4 Implementasi

Menurut Kozier (2004), implementasi adalah fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan berdasarkan terminologi. Dalam

menentukan implementasi yang akan diberikan pada keluarga Tn. K penulis

mengambil data yaitu dengan menyesuaikan pada intervensi yang telah di

rencanakan

Pada langkah implementasi penulis tidak mengalami hambatan dikarenakan

didukung keluarga Tn. K sangat kooperatif sehingga didukung dengan data subyektif

keluarga Tn. K mendengarkan dan menerapkan sesuai implementasi yang di

rencanakan di intervensi keperawatan.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter dan

Perry, 2005). Adapun komponen SOAP untuk memudahkan perawat melakukan

evaluasi atau memantau perkembangan klien. Menurut Muhlisin (2012), SOAP

secara operasional yaitu data Subyektif adalah hal-hal yang dikemukakan oleh

keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Obyektif yaitu

hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan. Analisa adalah dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada

tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan, Pengkajian, yaitu perencanaan yang

akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi,setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

Page 38: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

BAB 5PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan pendampingan selama 7 minggu didapatkan perubahan

sikap yang baik tentang perilaku yang kurang sehat menjadi lebih sehat,

pengurangan gejala ISPA mampu dicapai karena pengathuan dan kemampuan

tentang tata laksana ISPA sudah menjadi lebih baik sesuai indikator.

5.2 SARAN

a. Bagi Penulis selanjutnya.

Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

serta dapat menerapkan standart asuhan keperawatan untuk pengembangan dalam

praktik keperawatan, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama

perkuliahan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya infeksi ISPA pada

keluarga.

b. Bagi Profesi keperawatan

Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menambah informasi tentang asuhan

keperawatan pada anak. Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada

penanganan kasus khususnya infeksi ISPA pada keluarga.

Page 39: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hamid. 2011. Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang Dilakukan Ibu dalam

Menurunkan Demam pada Anak : Randomized Control Trial di Puskesmas

Mumbulsari Kabupaten Jember. Surakarta : UNS.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Biasakan cuci tangan pakai

sabun pada 5 waktu kritis, (online),

(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1694-biasakan-cuci-

tangan-pakai-sabun-pada-5-waktu-kritis.html, diakses 16 April 2015.

Lestari, R. (2012). Nyanyian sebagai metode pendidikan karakter pada anak. Jurnal

diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Iswara, P.P. (2013). Studi tentang kegiatan bernyanyi pada pembelajaran

“Calistung” untuk anak usia dini di TK Sekolah Alam Bandung, Jurnal

Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas Pedidikan Bahasa dan Seni

Universitas Indonesia, 1(3): 1-9

Rachmayanti S. D. (2009). Penggunaan media panggung boneka dalam

pendidikan personal hygiene cuci tangan menggunakan sabun di air mengalir.

Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

Depdiknas. (2006). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, Dikjen

Mandiknas, Jakarta.

Mutiah, D. (2010). Psikologi bermain anak usia dini. Edisi Pertama. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Ismaniar. (2010). Metode-metode pengembangan perilaku hidup sehat anak usia

dini. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 10(2): 36-41.

Page 40: m Taufik Bachtiar 105070200131008 Fhn

Rojak, Abdul. 2010. Jembatan Keledai.

http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/31/jembatan-keledai-211181.html.

Online. Di akses pada tanggal 01 Mei 2015.

Mary Frances D. Pate. 1994. Thermal Regulation. Neonatal Netw 13:15/

Nadia, Inke. 2011. Penanganan Demam pada Anak. Departemen Ilmu Kesehatan

Anak. RS. H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Medan. 12 (6) : 409 – 18.

NANDA International. Nanda International: Nursing Diagnoses 2015-2017. USA:

Willey Blackwell Publicaton, 2015.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014. Panduan

Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

Price SA, Wilson LM. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

EGC, Jakarta.

Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta. EGC