30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epilepsi atau penyakit ayan dikenal sebagai satu penyakit tertua di dunia (2000 tahun SM). Penyakit ini cukup sering dijumpai dan bersifat menahun. Penderita akan menderita selama bertahun-tahun. Sekitar 0,5 – 1 % dari penduduk adalah penderita epilepsy (Lumbantobing, 1998). Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi, biokimiawi, anatomis atau gabungan factor tersebut. Tiap – tiap penyakit atau kelaian yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya adalah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahn otak, gangguan perdarahan otak, hipoksia, tumor otak dan sebagainya. Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering terjadi. Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan gejala atau manieftasi utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional. Serangan 1

Makala Gadar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah gadar kegawatan

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Epilepsi atau penyakit ayan dikenal sebagai satu penyakit tertua di dunia (2000 tahun

SM). Penyakit ini cukup sering dijumpai dan bersifat menahun. Penderita akan menderita

selama bertahun-tahun. Sekitar 0,5 – 1 % dari penduduk adalah penderita epilepsy

(Lumbantobing, 1998).

Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik yang

berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi, biokimiawi, anatomis atau gabungan

factor tersebut. Tiap – tiap penyakit atau kelaian yang dapat menganggu fungsi otak, dapat

menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa

bangkitan kejang dapat disebabkan oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya

adalah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahn otak, gangguan perdarahan otak,

hipoksia, tumor otak dan sebagainya. Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang

relative sering terjadi.

Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan ditandai

oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan gejala atau manieftasi

utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional. Serangan tersebut tidak terlalu lam,

tidak terkontrol serta timbul secara episodic. Serangan ini mengganggu kelangsungan

kegiatan yang sedang dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan ini berkaitan dengan

pengeluaran implus neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal.

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak

yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau

kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta

bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering terjadi pada

pederita epilepsi.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik

dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat

seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus

1

mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131

orang mengidap epilepsi. Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua

bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggidibandingkan

pada wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika

Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5

juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World

Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi

(2004 Epilepsy.com)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Seizures / epilepsi?

2. Bagaimana etiologi Seizures / epilepsi?

3. Bagaimana Seizures / epilepsi?

4. BagaimanaPemeriksaanpenunjangdanKomplikasi yang dapat terjadi?

1.3 Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan

gangguan sistem persyarapan epilepsia

2. Khusus

a. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian dari epilepsia

b. Agar mahasiswa mampu menjelaskan etiologi epilepsia

c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pada epilepsia

d. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pathway epilepsia

e. Agar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis epilepsia

f. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada epilepsia

g. Agar mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada epilepsia

h. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian gawat darurat pada klien

dengan epilepsia

i. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi pada klien dengan epilepsia

2

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami proses terjadinya

epilepsia penyebab, klasifikasi, tanda gejala sampai Tindakan yang tepat sesuai dengan

keadaan klien dan rasional sesuaidengan fakta yang ada. Selain itu diharapkan dengan

adanya makalah ini dapat membantu sbb :

1. Bagi institusi

Diharapkan dapat menambah konsep-konsep teori keperawatan di Stikes Yarsi

Mataram demi meningkatkan mutu dan kualitas.

2. Bagi perawat dan tenaga medis

Makalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada rumah sakit

supaya hasilnya sesuai dengan harapan.

3. Bagi masyarakat

Dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit epilepsia

4. Bagi mahasiswa

Dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh

mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

\

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Seizures (Epilepsi)

Seizures / Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang

berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan

involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan

fisik. Bangkitan epilepsy adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai gejala klinis,

disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dari neuron-neuron otak secara berlebihan dan

berkala tetapi reversible dengan berbagai etiologi (Tjahjadi, dkk, 1996).

Pengkajian kondisi/kesan umum Epilepsi adalah kompleks gejala dari beberapa

kelainan fungsi otak yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat

berkaitan dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau

gerakan otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan

suddarth, 2000).

Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan

suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat sementara. Istilah

epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik yang timbul sebagai suatu

bentuk kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996).

2.2 Etiologi (Penyebab)

a) Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi

pada:

1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol

4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

5. Tumor Otak

4

6. kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007)

b. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri :

1. Trauma Lahir

2. Trauma Kepala (5-50%)

3. Tumor Otak

4. Stroke

5. Cerebral Edema (bekuan darah pada otak)

6. Hypoxia

7. Keracunan

8. Gangguan Metabolik

9. Infeksi. (Meningitis)

c. Penyebab spesifik epilepsi :

1. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan

obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum alcohol,

atau mengalami cidera

2. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke

otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.

3. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

4. Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.

5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.

6. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak, yaitu encephalitis dan meningitis.

Organ-organ dari CNS (otak dan medulla spinalis) dilapisi oleh tiga lapisan jaringan

konektifyang disebut dengan meningen dan berisikan pia meter, arachnoid, dan

durameter. Meningen ini membantu menjaga aliran darah dan cairan cerebrospinal.

Struktur-struktur ini merupakn yang dapat terjadi meningitis, inflamasi meningitis, dan

jika terjadi keparahan maka dapat menjadi encephalitis, dan inflamasi otak.

7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan

neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.

8. Kecerendungan timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena

ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.

5

9. Gangguan mekanisme biologis : abnormalitas dalam otak yang menyebabkan sejumlah

sel-sel syaraf dan kortex serebral menjadi aktif secara serempak, memancarkan secara

tiba-tiba, dan peledakan yang berlebihan dari energy elektrikal. Hal ini meliputi kerja

dari kanal-kanal ion dan neurotransmitter (Gamma aminobutyric acid (GABA),

Serotonin, Acetylcholine ).

2.3 Manifestasi Klinis

a. Kejang Parsial Sederhana

Hanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut yang bergergerak tak terkontrol;

bicara tidak dapat dimengerti; mungkin pening; dapat mengalami perubahan penglihatan,

suara, bau atau pengecapan yang tak lazim atau tak menyenangkan.

b. Kejang Parsial Kompleks

Masih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara otomatis tetapi tidak

bertujuan; dapat mengalami perubahan emosi, ketakutan, marah, kegirangan, atau peka

rangsang yang berlebihan; tidak mengingat periode tersebut ketika sudah berlalu.

c. Kejang Umum (kejang grand Mal)

Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari seluruh tubuh diikuti

dengan perubahan kedutan dari relaksasi otot dan kontraksi (kontraksi tonik klonik

umum)

2.4 Komplikasi

a. Dampak pada anak-anak

1. Long-Term General Effects. Secara umum untuk efek jangka lama dari kejang sangat

bergantung pada penyebabnya. Anak-anak yang mengalami epoilepsi akan berdampak

terhadap kondisi yang spesifik (contohnya injuri kepala dan gangguan syaraf)

mempunyai mortalitas lebih tinggi dari pada populsi normal.

2. Effect on Memory and Learning. Secara umum anak-anak yang mengalami kejang

akan lebih berdampak pada perluasan gangguan otak dan akan terjadi keburukan.

6

Anak dengan kejang yag tidak terkontrol merupakan faktor resiko terjadinya

kemunduran intelektual.

3. Social and Behavioral Consequences. Gangguan pengetahuan dan bahasa, dan emosi

serta gangguan tingkahlaku, terjadi pada sejumlah anak dengan beberapa sindrom

epilepsy parsial. Anak-anak tersebut biasanya berpenapilan denagn sikap yang burk

dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

b. Dampak pada dewasa

1. Effect on Mental Functioning in Adults. Dampak dari epilepsy dewasa adalah pada

fungsi mental yang tidak benar.

2. Psychological Health. Kira-kira 25-75% orang dewasa dengan epilepsy menunjukan

tanda-tanda depresi. Orang dengan epilepsi mempunyai resiko tinggi untuk bunuh diri,

setelah 6 bulan didiagnosa. Resiko bunuh diri terbesar diantara orang-orang yang

terkena epilepsy dan mengarah pada kondisi psikiatrik seperti depresi, gangguan

ansietas, skizoprenia, dan penggunaan alcohol kronik.

3. Overall Health. Beberapa pasien dengan epilepsi menggambarkan dirinya dengan

wajar atau buruk, orang dengan epilepsy juga melaporkan ambang nyeri yang lebih

besar, depresi dan ansietas, serta gangguan tidur.faktanya kesehatan mereka dapat

disamakan dengan orang dengan penyakit kronik, meiputi arthritis, masalah jantung,

diabetes, dan kanker.

2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan dibuat

untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien.

Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk

menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status

bebas kejang.

7

Pengobatan Farmakologis :

a. Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal.

b. Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidon, fenitoin, fenobarbital,

etosuksimidin, dan valproate.

c. Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang

mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek samping toksik.

d. Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh, perawatan gigi

teratur, dan masase gusi teratur untuk klien yang mendapatkan fenitoin (Dilantin).

Pembedahan

a. Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intrakranial, abses, kista, atau

anomaly vaskuler.

b. Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenik dilakukan untuk kejang yang

berasal dari area otak yang terkelilingi dengan baik yang dapat dieksisi tanpa

menghasilkan kelainan neurologis yang signifikan.

8

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Keadaan Umum

Pada kasus epilepsia terjadi pelepasan aliran listrik yang berlebihan disel neuron

saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, sehingga pada pengkajian

gawat darurat kondisi umum klien tergolong sakit berat. sakit berat.

b. Penggolongan sesuai Triage

Epilepsi merupakan manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel

neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter,

fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom, sehingga dapat menyebabkan

kematian apabila terlambat mendapatkan pertolongan. Oleh karena itu epilepsi termasuk

ke dalam P1 (urgent).

c. Pengkajian kesadara

Setelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental pasien dengan

berbicara padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama pasien. Perhatikan respon pasien. Bila

terjadi penurunan kesadaran, lakukan pengkajian selanjutnya.

Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :

1. Alert (sadar lingkungan) Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap lingkungan

sekelilingnya karena kondsi klien tidak sadar.

2. Respon velbal (menjawab pertanyaan) Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap

pertanyaan perawat atau tim medis lainnya saat melakukan pengkajian.

3. Tidak berespon (U) Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan

nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya, karena klien tidak sadar.

d. Primery survey

a. Airway ( jalan nafas ) : Adanya sumbatan jalan nafas sehingga menyebabkan klien sulit

bernafas.

Tindakan yang dilakukan :

1.Semua pakaian ketat dibuka

9

2.Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3.Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen

4.Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. 5) Observasi

TTV setiap 5 menit

Evaluasi :

1. Inefektifan jalan nafas tidak terjadi

2. Jalan nafas bersih dari sumbatan

3. RR dalam batas normal

4. Suara nafas vesikuler

Breathing (pola nafas)

Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus, dan

kulit tampak pucat bahkan sianosis. Pada fase post iktal, klien mengalami apneu, Na

meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang

akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.

Tindakan yang dilakukan :

1. Mengatasi kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara intravena jika

klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat

kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah

15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama

tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga

berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen

Evaluasi :

1. RR dalam batas normal

2. Tidak terjadi asfiksia

3. Tidak terjadi hypoxia

Circulation

Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah, sehingga

terjadi gangguan pertukatan O2 dan CO2 dalam darah yang menyebabkan akral dingin,

10

sianosis, dan klien biasanya dalam keadaan tidak sadar.

Tindakan yang dilakukan :

1. Semua pakaian ketat dibuka

2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3. Usahakan agarjalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen

4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

5. Observasi TTV setiap 5 menit

Evaluasi :

1. Tidak terjadi gangguan peredaran darah

2. Tidak terjadi hypoxia

3. Tidak terjadi kejang

4. RR dalam batas normal

Secondary survey

1. Riwayat pasien

a. S (sign and symptom) : Terjadi kejang yang berulang, klien tidak sadar dengan

lingkungan.

b. A (allergies) : kaji apakah pasien ada riwayat alergi.

c. M (Medication) : kaji riwayat pengobatanya pasien.

d. P (Pentinant past medical histori) : kaji riwayat penyakit dahulu pasien.

e. L (Last oral intake solid liquid) : kaji kejadian sebelumnya.

f. E (Event leading to injuri ilmes)

2. TTV

a. Tekanan darah : tekanan darah pada pasien gigitan binatang cenderung mengalami

penurunan dibawah 100/80 mmHg

b. Irama dengan kekuatan nadi meningkat

c. Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan : klien dengan epilepsi

mengalami pernapasan yang tidak teratur, akral dingin, terjadi sianosis, apneu.

d. Suhu tubuh klien menurun < 36 ºC, N : 110-120 kali/menit.

11

Tindakan yang dilakukan:

rujuk ke fasilitas kesehatan sesuai triage

Evaluasi

evaluasi keadaan umum pasien, pantau keadaan pasien setiap 15 menit atau sesuai

indikasi.

Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan leher

Sakit kepala, leher terasa kaku

b. Thoraks

Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas

c. Ekstermitas

Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas, perubahan tonus

otot, gerakan involunter/kontraksi otot, akral dingin, sianosis.

d. Eliminasi

Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada post iktal terjadi

inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasi

e. Sistem pencernaan

Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktivitas

kejang, kerusakan jaringan lunak

12

Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : keluarga klien

mengeluh kelien sulit

bernafas

DO:

Klien nampak sesak

Klen biasanya

menggunakan otot bantu

napas

R : 30-35 kali/menit

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan epilepsi adalah:

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan

sekresi mucus

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2 dan C02

dalam darah.

3. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama kejang atau

kerusakan perlindungan diri.

4. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan dengan

kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan tentang perubahan

gaya hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang tubuh

5. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit berhubungan dengan

kurangnya informas

13

Intervensi

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan

sekresi mucus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan pola nafas klien efektif

Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan napas paten.

Intervensi Rasional

Anjurkan klien untuk mengosongkan

mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu

atau alat lainnya jika fase aura terjadi dan

untuk menghindari rahang mengatup jika

kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal

Letakkan klien pada posisi miring,

permukaan datar, miringkan kepala

selama serangan kejang

Tanggalkan pakaian pada daerah leher,

dada, dan abdomen

Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan

atau gulungan benda lunak sesuai indikasi

Berikan tambahan oksigen/ ventilasi

manual sesuai kebutuhan pada fase

posiktal

Siapkan/bantu melakukan intubasi jika

ada indikasi

Menurunkan resiko aspirasi atau

masuknya benda asing ke faring

Meningkatkan aliran (drainase) secret,

mencegah lidah jatuh sehingga

menyumbat jalan napas

Untuk memfasilitasi usaha bernapas

Mencegah tergigitnya lidah dan

memfasilitasi saat melakukan

penghisapan lender. Jalan napas buatan

mungkin diindikasikan setelah

meredanya aktivitas kejang jika pasien

tersebut tidak sadar dan tidak dapat

mempertahankan posisi lidah yang aman

Dapat menurunkan hipoksia serebral

sebagai akobat dari sirkulasi yang

menurun atau oksigen sekunder terhadap

spasme vaskuler selama serangan kejang

Munculnya apneu yang berkepanjangan

14

pada fase posiktal membutuhkan

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2 dan C02

dalam darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan perfusi jaringan lebih efektif

Kriteria Hasil : akral tidak dingin, tidak terjadi sianosis pada jaringan perifer.

Intervensi Rasional

Atur posisi kepala dan leher untuk

mendukung airway (jaw thrust).

Jangan memutar atau menarik leher

ke belakang (hiperekstensi),

mempertimbangkan pemasangan

intubasi nasofaring

Atur suhu ruangan

Tinggikan ekstremitas bawah

Gunakan servikal collar,

imobilisasi lateral kepala,

meletakkan papan di bawah tulang

belakang.

Pantau adanya ketidakadekuatan

perfusi :

Peningkatan rasa nyeri

Kapilari refill . 2 detik

Kulit : dingin dan pucat

Penurunanan output urine

Pantau GCS

Untuk mempertahankan ABC

dan mencegah terjadi obstruksi

jalan napas

Untuk menurunkan keparahan

dari poikilothermy.

Meningkatkan aliran balik vena

ke jantung.

Stabilisasi tulang servikal

Sediakan oksigen dengan nasal

canul untuk mengatasi hipoksia.

Menunjukkan adanya

ketidakadekuatan perfusi

15

Awasi pemeriksaan AGD

jaringan. Penurunan perfusi

terutama di otak dapat

mengakibatkan penurunan

tingkat kesadaran

Penurunan perfusi jaringan

dapat menimbulkan infark

terhadap organ jaringan

c. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama kejang atau

kerusakan perlindungan diri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan kejang berkurang dan

kesadaran meningkat

Kriteria Hasil : Mengurangi resiko injuri pada pasien

Intervensi Rasional

Kaji karakteristik kejang

Jauhkan pasien dari benda benda tajam /

membahayakan bagi pasien

Masukkan spatel lidah/jalan napas

buatan atau gulungan benda lunak sesuai

indikasi

Kolaborasi dalam pemberian obat anti

kejang

Untuk mngetahui seberapa besar

tingkatan kejang yang dialami pasien

sehingga pemberian intervensi berjalan

lebih baik

Benda tajam dapat melukai dan

mencederai fisik pasien

Dengan meletakkan spatel lidah diantara

rahang atas dan rahang bawah, maka

resiko pasien menggigit lidahnya tidak

terjadi dan jalan nafas pasien menjadi

lebih lancer

Obat anti kejang dapat mengurangi

derajat kejang yang dialami pasien,

sehingga resiko untuk cidera pun

berkurang

16

d. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan dengan

kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan tentang perubahan gaya

hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan klien

menerima keadaannya.

Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan persepsi

negative pada diri sendiri

Intervensi Rasional

Diskusikan perasaan pasien mengenai

diagnostic, persepsi diri terrhadap

penanganan yang dilakukannya.

Anjurkan untuk mengungkapkan/

mengekspresikan perasaannya

Identifikasi/antisipasi kemungkinan reaksi

orang pada keadaan penyakitnya.

Anjurkan klien untuk tidak merahasiakan

masalahnya

Tentukan sikap/kecakapan orang terdekat.

Bantu menyadari perasaan tersebut adalah

normal, sedangkan merasa bersalah dan

menyalahkan diri sendiri tidak ada

gunanya

Reaksi yang ada bervariasi diantara

individu dan pengetahuan/ pengalaman

awal dengan keadaan penyakitnya akan

mempengaruhi penerimaan

Adanya keluhan merasa takut, marah

dan sangat memperhatikan tentang

implikasinya di masaa yang akan datang

dapat mempengaruhi pasien untuk

menerima keadaanya

Memberikan kesempatan untuk berespon

pada proses pemecahan masalah dan

memberikan tindakan control terhadap

situasi yang dihadapi

Pandangan negative dari orang terdekat

dapat berpengaruh terhadap perasaan

kemampuan/ harga diri klien dan

mengurangi dukungan yang diterima

dari orang terdekat tersebut yang

mempunyai resiko membatasi

penanganan yang optimal

Ansietas dari pemberi asuhan adalah

menjalar dan bila sampai pada pasien

17

Tekankan pentingnya orang terdekat untuk

tetap dalam keadaan tenang selama kejan

dapat meningkatkan persepsi negative

terhadap keadaan lingkungan/diri sendiri

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit berhubungan dengan

kurangnya informas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan keluarga mengerti

keadaan klien.

Kriteria Hasil : Pengetahuan keluarga meningkat, keluarga mengerti dengan proses

penyakit epilepsy, keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan

kondisi klien.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.

Jelaskan pada keluarga klien tentang

penyakit kejang demam melalui

penyuluhan

Beri kesempatan pada keluarga untuk

menanyakan hal yang belum

dimengerti.

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan

pada klien.

pendidikan merupakan salah satu faktor

penentu tingkat pengetahuan seseorang

untuk mengetahui seberapa jauh

informasi yang telah mereka

ketahui,sehingga pengetahuan yang

nantinya akan diberikan dapat sesuai

dengan kebutuhan keluarga

untuk meningkatkan pengetahuan

untuk mengetahui seberapa jauh

informasi yang sudah dipahami

agar keluarga dapat memberikan

penanngan yang tepat jika suatuwaktu

klien mengalami kejang berikutnnya.

Implementasi

Sesuai Intervensi

18

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh

terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan

berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat

mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat

singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak

lebih dominan dari pada proses inhibisi.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna

narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin

mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan

terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.

Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process

kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena

genetik, tapi

epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang

datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik

abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.

Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan

masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan

yang akan datang, diantaranya :

1. Bagi institusi

Dengan adanya makalah ini dapat menambah konsep-konsep teori keperawatan di

Stikes Yarsi Mataram demi meningkatkan mutu dan kualitas.

19

2. Bagi perawat dan tenaga medis Makalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan

peraktek pada rumah sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.

3. Bagi masyarakat Dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit

epilepsia

4. Bagi mahasiswa Dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding

oleh mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

20

DAFTAR PUSTAKA

21