Upload
hera-adiwijaya
View
1.103
Download
211
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS ISI
(CONTENT ANALYSIS)
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
Yang dibina oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si
Disusun Oleh:
Endah Sayekti, S.Si 140341808611
Hera Adiwijaya, S.Pd 140341808618
Rita Budi Christina, S.Si 140341808635
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji untuk Allah SWT. Yang menciptakan
alam semesta dan memberikan kecemerlangan otak kepada kita semua. Berkat rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Isi (Content Analysis)” ini
tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Hadi Suwono,
M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif.
Demikian halnya kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca agar pembuatah makalah kami lebih baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi
yang bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Bagian Awal
Halaman Judul ……………………………………………………………………. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………....……………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah …………………………..…………………………………. 5
C. Tujuan …………………….……………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Isi …….………………………………………………………… 6
B. Metode Analisis Isi ………………………………………………..………………… 8
C. Kelebihan dan Kekurangan Analisis Isi (Analysis Content) ..…………………………. 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………..……………………………………………………………..…… 18
B. Saran ……………………………………………………………………………………. 18
Daftar Rujukan ………………………..………………………….……………………… 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif jauh
lebih subyektif daripada penelitian kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda untuk
mengumpulkan informasi penelitiannya.
Leedy dan Ormrod (2005) menyatakan bahwa penelitian kualitatif kurang terstruktur
dalam deskripsi karena merumuskan dan membangun teori-teori baru. Penelitian kualitatif juga
dapat digambarkan sebagai model yang efektif yang terjadi di alam yang memungkinkan peneliti
untuk mengembangkan tingkat detail dari yang sangat terlibat dalam pengalaman nyata
(Creswell, 2012). Metode penelitian kualitatif adalah yang paling preskriptif. Desain
penelitian kualitatif bervariasi dan bersifat fleksibel, dimungkinkan untuk dapat diubah guna
menyesuaikan dari rencana yang telah dibuat. Leedy dan Ormrod (2005) merekomendasikan
lima berikut : Studi kasus, grounded theory, etnografi, analisis isi, dan fenomenologis.
Banyak aktivitas manusia tidak diamati atau diukur secara langsung, juga tidak selalu
mungkin untuk mendapatkan informasi dari orang-orang yang menjadi sumber dari sebuah
kejadian atau pengalaman. Salah satu teknik yang memungkinkan peneliti dapat mempelajari
aktivitas manusia secara tidak langsung yaitu melalui analisa komunikasi mereka, dimana
teknik ini disebut sebagai analisa konten. Leedy dan Ormrod (2005) mendefinisikan metode
ini sebagai pemeriksaan rinci dan sistematis dari isi bagian tertentu bahan untuk tujuan pola
identifikasi, tema, atau bias.
Dalam dunia globalisasi saat ini, ada sejumlah besar macam-macam komunikasi,
misalnya internet, surat kabar, editorial berita, iklan, film-musik, grafiti dan lain-lainnya.
Analisa terhadap komunikasi tersebut dapat memberitahu banyak hal tentang bagaimana
kehidupan manusia. Untuk dapat menganalisa pesan-pesan dalam komunikasi tersebut,
banyak hal yang harus dilakukan oleh peneliti, tentunya hal ini akan kita pelajari dalam
“Analisis Isi”.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat dalam makalah ini
antara lain:
1. Apakah pengertian dari analisis isi (content analysis)?
2. Bagaimana metode dalam penelitian analisis isi (content analysis)?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari analisis isi (content analysis)?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan permasalahan dalam makalah ini antara lain:
1. Memahami pengertian analisis isi (content analysis).
2. Mengetahui metode-metode dalam penelitian analisis isi (content analysis).
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan analisis isi (content analysis).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Isi (Content Analysis)
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam
terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Teknik penelitian yang
memungkinkan peneliti untuk mempelajari perilaku manusia secara tidak langsung dengan
menganalisis komunikasi. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori
teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi
interpretasi.
Banyak variasi para ahli dalam memberi pengertian terhadap analisis isi (content
analysis), secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis mengenai isi
teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis
yang khusus. Tetapi dibawah ini terdapat beberapa pengertian analisis isi yang dideskripsikan
oleh beberapa pakar (dalam Kholil, 2006), yaitu;
1. Holsti, menjelaskan analisis isi adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan
mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis,
dan generalis. Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan
oleh orang (peneliti) lain dapat menghasilkan kesimpulan yang serupa. Sistematis artinya
penetapan isi atau kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten,
meliputi penjaminan seleksi dan pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya
penemuan harus memiliki referensi teoritis. Informasi yang didapat dari analisis isi dapat
dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi teoritis yang
tinggi.
2. Wimmer & Dominick, mengartikan analisis isi sebagai suatu posedur yang sistematis
yang dirancang untuk menguji isi informasi yang direkam.
3 Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan
mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku yang
terbuka dari komunikator.
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat
kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir
semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian.
Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya
hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen),
komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%).
Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer
untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu
perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer
Program.
Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat
dipergunakan jika memiliki 3 syarat sebagai berikut:
1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku,
surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan
sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang
dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Setidaknya dapat diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan
analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh
Harold D. Lasswell, yaitu: who, says what, to whom, in what channel, with what effect.
Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoritik”
Lasswell tersebut.
Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal
ini mudah dilakukan dengan cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat
meliputi hal-hal berikut ini.
1. Perbandingan pesan (message) dokumen yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam
hal ini analisis dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi.
2. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang
berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi.
3. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda.
Dalam hal ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya
komunikasi.
4. Analisis antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau
audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam satu
atau sekumpulan dokumen yang sering disebut kontingensi (contingency).
5. Pengujian hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda,
yaitu perbedaan antar komunikator.
Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua message
yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan
nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B.
Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang
diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung
terhadap penerima (with what effect)?
Beberapa pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain:
1. Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan
kembali informasi, pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik, dan
dalam kadar tertentu, etno-metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang non-
reaktif atau tak mencolok ini.
2. Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan
bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan memanggil
beberapa informasi.
3. Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik.
4. Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.
Analisis isi memiliki penerapan yang luas dalam penelitian pendidikan. Sebagai contoh dapat
digunakan untuk: menjelaskan tren di sekolah dari waktu ke waktu (misalnya, back-to-dasar gerakan),
memahami pola organisasi (misalnya, dengan memeriksa grafik, dan lain-lain yang disiapkan oleh
pengelola sekolah), menunjukkan bagaimana sekolah-sekolah berbeda dalam menangani fenomena
yang sama (misalnya, pola kurikuler, sekolah governance), menyimpulkan sikap, nilai-nilai, pola
cultural di berbagai sekolah, dan mengetahui rasa bagaimana perasaan guru tentang pekerjaan mereka
(misalnya, dengan memeriksa apa yang mereka tulis tentang pekerjaan mereka).
B. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
Seperti halnya metode lain, suatu metode akan lebih terarah apabila dilakukan dengan
menggunakan prosedur yang telah tersusun dan terformat dengan rapi, begitu juga dengan
analisis isi. Analisis isi akan lebih baik, apabila megikuti langkah-langkah tertentu seperti
yang pernah dilakukan oleh para peneliti.
Analisis isi menurut Fraenkel & Wallen (2009) dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Tujuan
Langkah pertama dalam melakukan sebuah analisis isi adalah menentukan tujuan
khusus yang ingin dicapai. Ada beberapa alasan mengapa peneliti ingin melakukan
analisis isi.
a. Untuk memperoleh informasi deskriptif tentang sebuah topik. Analisis isi adalah cara
yang sangat berguna untuk mendapatkan informasi yang mendeskripsikan sebuah
persoalan atau topik. Sebagai contoh sebuah analisis isi tentang cara-cara
menggambarkan kejadian-kejadian sejarah yang bervariasi yang dideskripsikan alam
buku sejarah di Negara-negara yang berbeda mungkin mengilhami mengapa orang
memiliki pandangan yang berbeda terhadap sejarah (contohnya peraturan Adolf Hitler
pada perang dunia II).
b. Untuk merumuskan tema yang membantu untuk mengatur informasi deskriptif yang
jumlahnya besar. Tema adalah mengelompokkan simbol-simbol ..
c. Menguji penemuan penelitian lain. Analisis isi sangat membantu dalam memvalidasi
penemuan penelitian yang menggunakan metodologi penelitian yang lain. Pernyataan
penerbit buku teks mengenai apa yang mereka percayai dapat diuji dengan melakukan
analisis buku tersebut. Wawancara dengan profesor apakah yang mereka katakana
mereka ajarkan dapat diverifikasi dengan analisis rencana pembelajarannya.
d. Untuk mendapatkan informasi yang berguna yang berkaitan dengan masalah-masalah
pendidikan. Analisis isi dapat membantu guru merencanakan kegiatan pembelajaran
siswanya. Analisis isi karangan siswa dapat membantu guru mengetahui kesalahan-
kesalahan dalam tata bahasa dan gaya bahasa.
e. Untuk menguji hipotesis. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menyelidiki
hubungan yang mungkin atau untuk menguji ide-ide. Sebagai contoh, seorang peneliti
mungkin memiliki hipotesis bahwa buku-buku penelitian sosial telah berubah dalam
kadar tentang penekanan pada peran individu yang minoritas dalam sejarah suatu
negara.
2. Mendefinisikan Istilah-istilah. Seperti penelitian yang lainnya, penyelidik dan atau
pembaca akan kecewa jika istilah-istilah penting yang digunakan, misalnya kejahatan,
minoritas individu tidak didefinisikan dengan jelas.
3. Mengkhususkan unit analisis.
Apakah yang sebenarnya dianalisa? Kata-kata? Kalimat-kalimat? Frase-frase?
Lukisan? Unit-unit yang digunakan untuk memulai dan melaporkan analisis seharusnya
dikhususkan sebelum peneliti mulai menganalisis.
4. Menentukan Data yang Relevan.
Ketika peneliti telah jelas mengenai tujuan dan unit analisis, dia harus menentukan
data (contoh buku teks, majalah, lagu, catatan kuliah, rencana pembelajaran) yang akan
dianalisa dan yang sesuai dengan tujuannya. Hubungan antara isi yang akan dianalisa
dengan tujuan penelitian harus jelas. Salah satu cara untuk memastikan kejelasan tersebut
adalah dengan memiliki sebuah pertanyaan penelitian khusus (dapat berupa hipotesis)
dalam benak sebelumnya.
5. Mengembangkan Rasional
Peneliti membutuhkan hubungan-hubungan konseptual untuk menjelaskan
bagaimana data berhubungan dengan tujuan penelitian. Pilihan isi harus jelas, bahkan
jika tidak menarik bagi peneliti sekalipun. Bahkan, hubungan antara pertanyaan dan isi
harus nyata. Salah satu cara untuk mempelajari persepsi masyarakat terhadap iklan
adalah dengan mempelajari isi iklan-iklan pada majalah atau koran. Kadangkala
hubungan antara pertanyaan dan isi tidak nyata, dan membutuhkan penjelasan. Sehingga
peneliti yang tertarik pada perubahan kebiasaan terhadap kelompok khusus (misalnya
polisi) dapat ditinjau dari bagaimana mereka digambarkan dalam cerita pendek yang
muncul di majalah yang diterbitkan dalam waktu yang berbeda.
Banyak analisis isi menggunakan bahan-bahan yang tersedia. Tetapi juga biasa
bagi seorang peneliti menggunakan datanya sendiri. Sehingga kuisioner terbuka dapat
dibagikan kepada sekelompok siswa dan meminta mereka menentukan bagaimana
perasaan mereka terhadap kurikulum yang baru, kemudian peneliti menganalisa
tanggapan mereka. Atau sebuah seri wawancara terbuka dapat diadakan dengan
sekelompok siswa untuk menilai persepsi mereka tentang kelebihan dan kekurangan
program konseling di sekolah, dan wawancara-wawancara tersebut dianalisa.
6. Mengembangkan Rencana Sampling
Langkah selanjutnya adalah merencanakan sampling. Sebuah novel, mislanya,
dapat menggunakan sampel berdasarkan satu atau banyak tingkatan, seperti kata, frase,
kalimat, paragraf, bab, buku, atau pengarang. Program televisi dapat disampling dari
tipe, channel, sponsor, produser, atau jam tayang harian. Desain purposive sampling
paling banyak digunakan. Contohnya seorang peneliti dapat memilih diantara
laporan/notulen pertemuan dewan pengurus sekolah hanya yang berkaitan dengan
perubahan kurikulum saja. Random sampling juga dapat digunakan pada buku teks
kimia, panduan kurikulum, rencana pembelajaran yang disiapkan oleh guru sejarah di
sekolah menengah atas, atau buletin harian prinsipal dasar. Stratified sampling dapat
digunakan dalam analisis isi. Seorang peneliti yang tertarik dengan kebijakan dewan
pengurus sekolah di negara bagian tertentu, misalnya, dapat memulai dengan
mengelompokkan sekolah daerah/distrik berdasarkan wilayah dan ukuran, dan
menggunakan random atau systematic sampling untuk memilih daerah khusus.
Stratifikasi meyakinkan bahwa sampel yang digunakan representatif terhadap Negara
bagian dalam hal luas daerah dan lokasi. Cluster sampling dilakukan contohnya, jika unit
yang dianalisis adalah laporan dari rapat dewan-pengurus lebih dari pada pernyataan-
kebijakan formal, laporan semua rapat selama tahun pelajaran tersebut dapat dianalisa.
Setiap disktrik/wilayah yang terpilih secara acak akan menyebabkan kelompok/cluster
laporan rapat. Jika laporan pada hanya satu atau dua rapat adalah dipilih secara acak dari
setiap wilayah/distrik, bagaimanapun, ini akan menjadi contoh dari dua stage random
sampling. Ada cara sampling analisis yang kurang diminati. Satu dapat memilih sampel
isi yang tepat yang akan membuat analisis benar-benar tidak bermakna. Sebuah contoh
dengan menilai kebiasaan warga Amerika menghadapi perdagangan bebas dengan
mempelajari artikel yang hanya diterbitkan oleh National Review atau The Progressive.
Sampling yang tepat adalah purposive sampling. Dari pada mengandalkan pendapat dari
rekan-rekannya sebagai bahan analisis yang tepat, peneliti seharusnya mengandalkan
fakta atau kejadian di mana bahan/materi yang dipilihnya representatif.
7. Merumuskan Kategori-kategori (Coding Categories). Langkah selanjutnya adalah
peneliti merumuskan kategori yang sesuai dengan penyelidikannya. Kategori harus nyata
dan jelas sehingga peneliti lain dapat menggunakannya untuk menguji bahan/materi yang
sama dan mendapatkan hasil yang sama, yaitu menemukan frekuensi yang sama dalam
setiap kategori. Berelson dalam Holsti (1969) dalam Kurniawan (2006), menyebutkan
bahwa teknik penelitian yang menggunakan analisis isi bisa menggambarkan secara
objektif, sistematik dan kuantitatif tentang isi komunikasi yang tersurat. Obyektivitas
dicapai dengan menggunakan kategori analisis yang diklasifikasi secara tepat sehingga
orang lain yang menggunakannya untuk menganalisis isi yang sama akan memperoleh
hasil yang sama pula.
Seorang peneliti tertarik pada ketelitian gambar atau konsep yang disajikan dalam
buku Bahasa Inggris SMA. Dia mengagumi apakah isi yang tertulis ataupun yang terlihat
dalam buku tersebut tidak jelas/bias. Dia memutuskan untuk melakukan analisis isi untuk
mendapatkan beberapa jawaban atas pertanyaannya. Pertama, dia harus bisa memilih dan
memesan isi yang tersedia untuk dianalisis, dalam hal ini buku teks. Dia harus
mengembangkan kategori-kategori yang berkaitan yang akan mengijinkannya untuk
mengidentifikasi bahwa apa yang dipikirkannya adalah penting.
Mari kita bayangkan bahwa peneliti memutuskan untuk memandang pada
bagaimana perempuan disajikan dalam sebuah teks. Dia akan menentukan buku yang
dianalisa, merumuskan kategori-kategori. Bagaimana perempuan dideskripsikan? Upaya-
upaya apa yang mereka punyai? Bagaimana karakter fisik, emosional, dan sosial
mereka? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan kategori-kategori untuk
dianalisis, yang dapat dipecah menjadi unit koding yang lebih kecil seperti tersaji dalam
Tabel 1.
Peneliti lain mungkin tertarik menyelidiki apakah perbedaan kebiasaan terhadap
hubungan intim dinyatakan dalam media masa di negara Amerika, Inggris, Perancis, dan
Swedia. Film akan menjadi sumber yang tepat untuk analisis ini, meskipun kategori-
kategori dan pengkodean unit dalam setiap kategori akan menjadi lebih sulit untuk
dirumuskan.
Cara lain dalam menganalisis isi media massa adalah menggunakan kategori ruang
atau “space” dan waktu atau “time”. Misalnya, dalam beberapa tahun terakhir, berapa
inci newsprint yang membahas tentang demonstrasi mahasiswa di kampus, berapa menit
program berita televisi mengulas kerusuhan di kota, berapa waktu yang digunakan untuk
program yang berkaitan dengan topik kriminal dibandingkan dengan topik non-kriminal.
Proses pengembangan kategori yang muncul dari data sangat komplek.
Tabel 1.
Contoh menentukan kategori-kategori atau indikator-indikator yang akan diteliti.
Misalnya; apabila objek yang dipilih adalah berita politik pada surat kabar harian
Surabaya, dan bahan-bahan yang dikaji adalah surat kabar harian Kompas, Jawa Pos,
Sindo dan Memorandum, maka kategori-kategori yang dianalisis misalnya dibuat sebagai
berikut:
a. Nama surat kabar.
b. Sumber berita politik.
c. Halaman pemuatan berita politik.
d. Panjang atau luas kolom berita politik.
e. Orientasi berita politik.
f. Pelaku utama dalam berita.
g. Skor penonjolan berita politik.
h. Dan sebagainya yang dipandang perlu.
Dalam analisis isi, peneliti dapat saja mengkode isi komunikasi yang nyata
(manifest content) dan yang tersembunyi (latent content) (Fraenkel & Wallen, 2009).
Perbedannya, isi komunikasi yang nyata lebih nyata, isi permukaan (kata-kata, gambar,
dan sebagainya) yang dapat disaksikan dengan mata telanjang atau didengarkan. Tidak
membutuhkan keterangan dalam garis bawah untuk memutuskan apakah sebuah
perkuliahan mendorong perkembangan berpikir kritis mahasiswa, peneliti secara
sederhana menghitung jumlah berapa kali kata ‘berpikir’ muncul dalam tujuan kuliah
yang terdaftar dalam rencana perkuliahan. Isi dokumen yang tersembunyi mengacu pada
makna yang digaris bawahi yang apakah yang dikatakan atau ditunjukkan. Untuk
mendapatkan makna yang digaris bawahi dalam rencana perkuliahan, peneliti mungkin
membaca semua rencana perkuliahan atau sebuah sampel halaman, yang menjelaskan
secara khusus kegiatan kelas dan tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa. Peneliti
kemudian membuat keseluruhan penilaian pemberian peringkat pada kuliah yang
sekiranya mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Meskipun penilaian
peneliti dipengaruhi oleh kemunculan kata ‘berpikir’ dalam dokumen, tidak akan
tergantung secara total pada frekuensi kata tersebut muncul. Kedua koding tersebut
memiliki keuntungan dan kerugian. Mengkode isi dokumen yang nyata mengijinkan
pembaca laporan mengetahui sebenarnya bagaimana istilah ‘berpikir’ diukur. Lebih
reliabel. Disisi lain, validitas agak dicurigai. Hanya menghitung jumlah berapa kali kata
‘berpikir’ muncul dalam rencana perkuliahan tidak dapat mengindikasikan semua cara
bagaimana keterampilan tersebut dikembangkan, atau apa yang tidak mengindikasikan
berpikir kritis.
Mengkode isi dokumen yang tersembunyi (latent) memiliki keuntungan
mendapatkan makna yang digaris bawahi apa yang ditulis atau ditunjukkan, tetapi kurang
reliabel. Bisa menimbulkan persepsi yang berbeda oleh peneliti satu dengan yang lain.
Kegiatan yang dianggap sebagai pendorong keterampilan berpikir kritis bagi seorang
peneliti, mungkin bagi peneliti lain dianggap tidak efektif. Solusi terbaik adalah
menggunakan kedua metode tersebut jika memungkinkan.
Pengkategorian dilanjutkan dengan pembuatan kerangka koding. Kerangka koding
adalah berupa daftar kategori-kategori yang diteliti beserta batasan dan pengertian
operasional setiap kategori. Dengan adanya kerangka koding, maka semua petugas yang
melakukan koding mempunyai panduan yang sama, dan pada gilirannya diharapkan
pemahaman mereka juga dalam melakukan koding adalah sama (Hayati, 2012).
Misalnya, salah satu kategori yang digunakan dalam kajian analisis isi ialah
‘orientasi berita politik’ dengan alternatif jawaban (1) berorientasi positif, (2)
berorientasi negatif, (3) berorientasi netral. Dalam kerangka koding perlu dibuat
pengertian operasional ‘orientasi berita politik’ tersebut, dan juga pengertian operasional
setiap alternatif jawaban. Apa makna berita politik yang berorientasi negatif, perlu
ditegaskan. Sehingga tidak terjadi perbedaan pemahaman di kalangan pengkoding ketika
melakukan koding data.
8. Menguji Reliabilitas dan Validitas. Meskipun jarang dilakukan, beberapa prosedur untuk
menguji reliabilitas dan validitas dapat dilakukan dalam analisis isi. Untuk menilai
persetujuan antara dua atau lebih kategori, sangat diperlukan pengetahuan bagaimana
kategorisasi oleh beberapa peneliti disepakati dalam periode waktu yang lama.
Mengenai validitas, seharusnya tidak hanya menguji isi yang nyata (manifest) dan
tersembunyi (latent) saja tetapi juga membandingkan keduanya dengan hasil dari
instrumen yang berbeda. Contohnya, frekuensi relatif pernyataan menghina dan
pernyataan positif tentang orang asing yang ditemukan dalam editorial akan diharapkan
berhubungan dengan yang ditemukan dalam surat kepada editor, jika keduanya
merefleksikan pendapat popular.
9. Menganalisa Data. Menghitung adalah karakteristik beberapa analisis isi yang penting.
Setiap saat sebuah unit dalam kategori yang saling berhubungan ditemukan, maka akan
dihitung. Jadi hasil akhir dari proses koding adalah angka. Sangat jelas bahwa
menghitung frekuensi kata tertentu, frase, simbol, gambar dan isi yang nyata (manifest
content) yang lain membutuhkan penggunaan angka-angka. Bahkan mengkode isi yang
tersembunyi (latent content) sebuah dokumen membutuhkan peneliti untuk menampilkan
keputusan koding dengan angka untuk tiap kategori.
Penting juga dilakukan untuk mencatat pokok (base), atau referensi penting
dalam penghitungan. Akan menjadi kurang informatif, misalnya hanya menyatakan
bahwa editorial koran mengandung 15 pernyataan anti-semitik tanpa mengetahui
keseluruhan panjang editorial. Mengetahui jumlah pidato yang dibuat oleh menteri yang
berpendapat tentang keseimbangan anggaran keuangan tidak memberikan informasi yang
banyak kepada kita tentang seberapa konservatifnya dia dalam hal keuangan jika kita
tidak mengetahui berapa banyak pidato yang dibuatnya dalam topik ekonomi sejak
penghitungan dimulai.
Langkah terakhir adalah menganalisa data yang telah ditabelkan. Seperti
metode yang lain, kita menggunakan prosedur stastitika deskriptif untuk menyimpulkan
data dan membantu peneliti menginterpretasi apa yang diungkapnya. Cara yang biasa
digunakan adalah dengan menggunakan frekuensi (jumlah kejadian tertentu yang
ditemukan dalam data) dan persentasi dan/atau proporsi kejadian tertentu terhadap
kejadian total.
Kholil (2006) mendeskripsikan langkah-langkah analisis isi sebagai berikut:
(1) Menentukan objek penelitian, (2) Menentukan bahan-bahan yang hendak dikaji,
(3) Menentukan kategori-kategori yang akan diteliti, (4) Menentukan unit analisis,
(5) Memilih sampel penelitian, (6) Membuat kerangka koding, (7) Membuat borang koding
analisis isi, (8) Uji coba instrument, (9) Melatih petugas koding, (10) Mengkoding data,
(11) Menganalisis data, (12) Membuat laporan penelitian.
Penggunaan Komputer dalam Analisis Isi
Pada beberapa tahun terakhir, komputer telah banyak digunakan untuk menganalisa
dokumen. Program komputer menjadi ‘anugerah’ bagi penelitian kuantitatif, mengijinkan
peneliti untuk berhitung statistika yang sangat komplek dengan lebih cepat. Program yang
membantu peneliti kualitatif dalam analisisnya juga ada. Beberapa program pemrosesan kata
(words) sederhana dapat digunakan untuk beberapa jenis analisis data. Perintah “find”
misalnya dapat menunjukkan lokasi beberapa kata dalam sebuah dokumen. Jadi peneliti dapat
menanyakan kepada komputer untuk menemukan semua kalimat yang mengandung kata
tertentu seperti ‘kreatif’, ‘berpikir’, ‘pembelajaran’ dan sebagainya ataupun frase seperti
‘keterampilan berpikir kreatif’, ‘siklus belajar’ dan yang lainnya. Program komputer kualitatif
yang diketahui antara lain ATLAS.ti, QSR NUD*IST, Nvivo, dan HyperResearch. Program-
program tersebut akan mengidentifikasi kata, frase, atau kalimat, menampilkan peluang
kejadian dalam bentuk tabel, mencetak dan menggrafikkan tabulasi, mensortir dan
mengelompokkan kembali kata-kata, frase, atau kalimat berdasarkan bagaimana mereka
mencocokkan satu set kategori tertentu. Dalam komputer, semua informasi disimpan dalam
bentuk tertulis. Scanner tersedia memungkinkan komputer membaca dokumen dan
menyimpannya secara digital, jadi mengurangi entry data secara manual (diketik).
C. Kelebihan dan Kekurangan Analisis Isi (Content Analysis)
Kelebihan Analisis Isi:
a. Tidak dipakainya manusia sebagai objek penelitian sehingga analisis isi biasanya bersifat
non-reaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner
ataupun yang diminta datang ke laboratorium.
b. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode penelitian yang lain
dan sumber data mudah diperoleh (misal di perpustakaan umum). tidak terbentur
masalah perizinan penelitian. Bahan-bahan penelitian mudah didapat terutama di
perpustakaan-perpustakaan, atau dibagian dokumentasi audio visual. Biaya untuk coder
relatif lebih murah dibandingkan biaya operasional pengumpul data untuk survei.
c. Analisis isi dapat digunakan ketika penelitian survei lainnya tidak dapat dilakukan.
Misalnya, Chai (1977) meneliti konflik politik di RRC setelah kematian Mao Tze Tung
pada tahun 1976. Para peneliti Amerika tidak mungkin melakukan survei atau
pengamatan langsung ke RRC yang waktu itu tertutup dan bermusuhan. Namun,
sebanyak 40 berita kematian yang dikirim dari berbagai kelompok partai, kelompok
militer, dan pemerintah provinsi, atau kota, dan Komite Sentral Partai Komunis dapat
dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Hasilnya, berupa kesimpulan sementara
mengenai tingkat dukungan pada kelompok yang berbeda-beda dari berbagai daerah di
Cina untuk calon penguasa baru RRC.
Kekurangan Analisis Isi:
a. Kesulitan menentukan sumber data/ media yang memuat pesan-pesan yang relevan
dengan permasalahan penelitian, misalnya meneliti berita kerusuhan.
b. Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menguji hubungan antar variabel, tidak dapat
melihat sebab akibat hanya dapat menerima kecenderungan (harus dikombinasikan
dengan metode penelitian lain jika ingin menunjukkan hubungan sebab akibat).
c. Analisis isi hanya meneliti pesan yang tampak, sesuatu yang disembunyikan dalam pesan
bisa lepas dari analisis isi. Terkadang bahwa pesan komunikasi tidak selamanya
merefleksikan fakta, ada usaha untuk membelokkan dunia simbolis yang ada di media
(pesan) dari realitas yang sesungguhnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis isi adalah salah satu jenis metode penelitian yang bersifat objektif, sistematis,
dan generalis serta berkait dengan isi manifestasi komunikasi. Dalam analisis isi, yang
dibedah adalah isi pesan atau “message”nya. Studi analisis isi ini menekankan pada bahasa
dan menghendaki adanya netralitas. Akan tetapi, sedikit kelemahan dari analisis isi ini adalah
sangat berpengaruh pada subjektivitas peneliti. Namun, suatu hal yang membuat metode
analisis isi ini patut menjadi pilihan karena sangat efisien dari segi biaya, dan peneliti dapat
menggunakan satu media massa sudah dinilai representatif asal media massa tersebut bisa
menyampaikan isinya secara komprehensif.
Di sisi lain, analisis isi tidak perlu menggunakan responden sehingga dapat
menghemat biaya dan waktu, narasumber terkadang diperlukan untuk memperkuat pendapat
semata. Panduan analisis isi ini adalah pada Coding Sheets. Data yang dapat dipakai dalam
analisis isi beraneka ragam asalkan terdapat data tertulis tetapi yang utama media massa.
B. Saran
Mengingat akan kekurangan yang terdapat pada penelitian analisis isi, maka dalam
penelitian ini diperlukan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber data/ media yang
memuat pesan-pesan yang relevan dengan permasalahan penelitian, dan perlu adanya
konfirmasi tentang sumber data tersebut untuk mengurangi pemahaman pesan komunikasi
yang tidak selamanya merefleksikan fakta yang sebenarnya terjadi.
DAFTAR RUJUKAN
Cresswell, J.W. 2012. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Fourth Edition. Boston: Pearson International Edition.
Fraenkel, Jack. R. dan Wallen, E. Norman. 2009. How to Design and Evaluate Research in Education. Sevent Edition. New York: McGraw Hill Higher Education, e-Book.
Hayati, Nurlaila. Diposkan 20 Desember 2012. Analisis Isi. http://nyaklaa.blogspot.co.id/2012/12/analisis-isi_600.html, diakses 15 September 2015
Kholil, Syukur. 2006. Metodologi Penelitian, Bandung: Citapusaka Media.
Kurniawan, Eko. 2006. Studi Analisis Isi Pemberitaan Media Massa Tentang Lingkungan Hidup dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Bangka. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/15499/1/Eko_Kurniawan.pdf. Diakses 15 September 2015.
Leedy, P. D. And Ormrod, J.E. 2005. Practical Research. Planning and Design. Eighth Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson, Merril Prentice Hall