Upload
dedev
View
4
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
Mekanisme Sistem Kemih dan Gangguannya
Yesica
102013185
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected]
Abstrak
Tubuh manusia diatur oleh banyak sistem yang masing-masing mempunyai fungsinya
dan tentu saja memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu sistem yang
berperan penting adalah sistem kemih. Dimana sistem ini mengontrol aktivitas cairan di
dalam tubuh manusia, melakukan kegiatan filtrasi, reabsorpsi bahan yang masih dibutuhkan
tubuh dan mensekresikan bahan yang sudah tidak dibutuhkan tubuh, yang pada akhirnya akan
diekskresikan dan dikeluarkan ke lingkungan luar tubuh berupa urin. Adanya gangguan
menahan kecing dikarenakan adanya gangguan pada bagian sfingter uretra eksterna dan
interna.Gangguan pada sfingter vesica urinaria tersebut menyebabkan terganggunya atau sulit
untuk menahan kencing.
Kata Kunci : sistem kemih, mekanisme ginjal, vesica urinaria, sfingter uretra
Abstract
The human body is governed by many systems, each of which has its function and of course
plays an important role in human life. One of the systems that is important is the urinary
system. Where this system controls the activity of fluids in the human body, carries on the
filtration, reabsorption materials are still needed by the body and secrete materials that are
not needed by the body, which would eventually excreted and released into the environment
outside the body in the form of urine. Kecing withstand disruptions due to interference on the
part of the external urethral sphincter and bladder sphincter interna.Gangguan on the
causes disruption or difficult to hold urine.
Key Words: urinary system, the mechanism of the kidney, bladder, urethral sphincter
1
Pendahuluan
Tubuh manusia diatur oleh banyak sistem yang masing-masing mempunyai fungsinya
dan tentu saja memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu sistem yang
berperan penting adalah sistem urogenitalia atau sistem kemih. Dimana sistem urogenitalia
ini mengontrol aktivitas cairan di dalam tubuh manusia, melakukan kegiatan filtrasi,
reabsorpsi bahan yang masih dibutuhkan tubuh dan mensekresikan bahan yang sudah tidak
dibutuhkan tubuh, yang pada akhirnya akan diekskresikan dan dikeluarkan ke lingkungan
luar tubuh berupa urin. Masalah yang terdapat didalam skenario adalah dimana seorang
perempuan berusia 50 tahun datang ke puskesms dengan keluhan sulit menahan kencing
sejak 1 tahun terakhir, dan ia mempunyai 7 orang anak. Tujuan dari makalah ini untuk
mengetahui kerja dari sistem kemih dan juga hal-hal yang dapat menyebabkan terganggunya
mekanisme sistem kemih.
Skenario
Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sulit
menahan kencing sejak 1 tahun terakhir. Dari anamnesa diketahui pasien tersebut mempunyai
7 orang anak.
Rumusan Masalah
Dari skenario diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
Seorang perempuan 50 tahun dengan keluhan sulit menahan kencing sejak 1 tahun terakhir.
Saluran Kemih
Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar
12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm. Setiap ginjal memiliki berat antara 125 – 175 g pada laki-laki
2
dan 115 -155 g pada perempuan. Ginjal terletak di area tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ
retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya.
Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan.1
Fungsi utama ginjal adalah mempertahankan H2O di tubuh. Melalui proses filtrasi yang
berlangsung di glomerulus lalu dilanjutkan dengan reabsoprsi dan proses sekresi yang terjadi
di tubulus ginjal.1,2
Terdapat pula struktur internal ginjal :
1. Hilus adalah tingkat kecekungan medial ginjal
2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini
membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis,
saraf dan limfatik.
3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proximal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua
sampai tiga kaliks major, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil
urine pada ginjal. Setiap kaliks major bercabang menjadi beberapakaliks minor.
4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.
Jaringan ini terbagi menjadi medula dan korteks luar. Medula terdiri dari massa-massa
triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida,
papila, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut duktus pengumpul
urine. Sedangkan korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang
merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara
piramida-piramida fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piraida-
piramida medula yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri
dari tubulus tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.
3
5. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida
ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.1,2
4
Gambar 1: Struktur Ginjal 7
Ureter
Ureter merupakan saluran selanjutnya dimana dibagi menjadi dua bagian yaitu ureter
pars abdominalis dan ureter pars pelvina.3 Mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan berjalan
dari hilus renalis menuju vesica urinaria.3 Mempunyai dinding yang berotot. Selanjutnya
ureter berjalan sepanjang bagian medial m. psoas major di bagian belakang namun melekat
pada peritoneum.Kemudian menyilang vassa illiaca yang disebut flexura marginalis pada
bagian anterior sampai masuk pada bagian incisura ischiadica major. Setelah melewati
incisura ini, pada laki-laki dan wanita mempunyai perjalanan ureter yang berbeda. Setelah
memasuki ureter pars pelvina, maka pada laki-laki perjalanan ureter akan melewati anterior
dari gl.vesikulosa dan berjalan menyusuri lateral dari ductus deferens sebelum akhirnya
masuk ke dalam vesica urinaria pada bagian superolateral. Sedangkan pada wanita ureter
akan berjalan dibelakang parametrium dan selanjutnya akan menyilang lateral dari a.uterina
dan masuk ke superolateral dari vesica urinaria.2,3
Vesica Urinaria / Kantong Kemih
Vesica urinaria terletak pada posterior os pubicum saat kosong, dengan apex
menghadap symphisis pubis dan dilanjukan dengan korpus dan juga fundus dari vesica
urinaria.4 Lalu saat vesica urinaria terisi penuh maka akan naik sampai region hipogastrica
abdomen. Berbentuk pyramid saat kosong, dan menjadi globuler saar terisi oleh urin.4 Pada
dasar dinding vesica urinaria terdapat suatu trigonum yaitu trigonum liutaudi yang menahan
keluar urin dan mencegah masuknya kembali urin ke dalam vesica urinaria. Lalu pada bagian
apex menghadap ke symphisis pubis dan selanjutnya urachus yang merupakan sisa-sisa
jaringan saccus vitellinus menuju ke umbilicus.4 Dan terakhir adalah collum vesica urinaria
5
yang merupakan batas antara vesica urinaria dengan urethra.4 Lalu terdapat juga batas
anterior vesica urinaria dengan os pubis yaitu spatium retzzi dan pada laki-laki vesica
urinaria dengan rectum membentuk suatu ruang yaitu excavation rectovesicalis dan pada
perempuan adalah excavation vesicouterina.4 Lalu pendarahannya didapat dari a.vesicalis
superior et inferior yang berasal dari a.illiaca interna.4
Uretra
Urethra merupakan saluran selanjutnya dan meninggalkan vesica urinaria pada
ostium urethra internum.4 Lalu mengenai panjang urethra sendiri adalah paling pendek pada
wanita dan paling panjang pada pria tergantung penis. Dan urethra adalah saluran yang
dipakai saat dipasangkan kateter. Terdapat lubang keluar dari vesica urinaria yang disebut
orificium urethra internum dan yang paling luar adalah orificium urethra externum.4
Pendarahan didapat dari a.vesicalis inferior dan a.pudenda interna
Mekanisme dan Sistem Kemih
Kapasitas kandung kemih normal adalah 200 sampai 400 ml. Saat kandung kemih
terisi oleh urin, otot detrusor mengalami relaksasi untuk memungkinkan peningkatan volume
tanpa meningkatkan tekanan (plastisitas). Ketika kandung kemih penuh, reseptor regangan
dalam dinding kandung kemih memulai kontraksi refleks pada otot detrusor dan relaksasi
sfingter urine untuk mengosongkan kandung kemih. Refleks spinal ini dikontrol oleh
mekanisme inhibisi kortikal, yang memungkinkan kontrol secara sadar sepanjang berkemih.
Kontrol secara sadar terbentuk pada masa kanak-kanak awal. Pintu keluar dari kandung
kemih dijaga oleh dua sfingter, sfingter uretra internus dan sfingter uretra eksternus.5,6
Sfingter adalah cincin otot yang, ketika berkontraksi, menutup saluran melalui suat lubang.
Sfingter uretra internus-yang terdiri dari otot polos dan, karenanya, tidak berada di bawah
kontrol volunter. Meskipun bukan sfingter sejati namun otot ini melakukan fungsi yang sama
6
seperti sfingter. Ketika kandung kemih melemas, susunan anatomik regio sfingter uretra
internus menutup pintu keluar kandung kemih.5 Di bagian lebih bawah saluran keluar, uretra
dilingkari oleh satu lapisan otot rangka, sfingter uretra eksternus. Sfingter ini diperkuat oleh
diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu
menunjang organ-organ panggul. Neuron-neuron motorik yang menyarafi sfingter eksternus
dan diafragma pelvis terus-menerus mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika
mereka dihambat sehingga otot-otot ini terus berkontraksi seara tonik untuk mencegah
keluarnya urin dari uretra. Dalam keadaan normal, ketika kandung kemih melemas dan terisi,
baik sfingter internus maupun sfingter eksternus menutup untuk menjaga agar urin tidak
menetes. Selain itu, karena sfingter eksternus dan diafragma pelvis adalah otot rangka dan
karenanya berada di bawah kontrol sadar maka orang dapat secara sengaja mengontraksikan
keduanya untuk mencegah pengeluaran urin meskipun kandung kemih berkontraksi dan
sfingter internus terbuka.5
Refleks Berkemih
Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, daitur oleh dua
mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Semakin besar tegangan, semakin besar
tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke
medula spinalis dan akhirnya, melalui antar neuron, merangsang saraf parasimpatis untuk
kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf
parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme
khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus. Perubahan bentuk kandung kemih
selama berkontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Secara
bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini
kedua sfingter terbuka dan urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh
7
kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang seluruhnya adalah refleks spinal,
mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup
untuk memicu refleks, bayi secara otomatis berkemih.5-7
Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang
bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul
sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan
terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari oleh anak-anak dini, dapat
mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berangsur sesuai
keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengosongan kandung kemih pertama kali
mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk
berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung
kemih dengan mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik
volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke
neuron-neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif PPE dan PPI) sehingga otot-otot
ini tetap berkontraksi dan tidak ada urine yang keluar.5
Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi maka sinyal
reseptor berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
teregang, dengan secara sengaja melepaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis.
Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan menarik
terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih. Pengaktifan
reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui
refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja dapat dibantu oleh kontraksi
dinding abdomen dan diafragma pernafasan. Peningkatan tekanan intraabdomen yang
ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk mempermudah pengosongan.
Keseimbangan Asam Basa oleh Ginjal
8
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa dalam
tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan ini dengan mengekskresikan urine yang asam atau
basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel,
sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel. Sejumlah
besar HCO3- (bikarbonat) difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila
bikarbonat ini diekskresikan ke dalam urine akan menghilangkan basa dari darah. Sejumlah
besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus sehingga
menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada bikarbonat
yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dari cairan ekstrasel. Sebaliknya, bila lebih
banyak bikarbonat yang difiltrasi daripada H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan
basa.8,9 Reabsorbsi bikarbonat terjadi secara aktif di tubulus proksimal dan dengan tingkat
yang lebih rendah di duktus pengumpul. Reabsorbsi berlangsung sewaktu sebuah molekul air
terurai di sel tubulus proksimal menjadi sebuah H+ dan sebuah molekul hidroksil (OH-).
H+ secara aktif disekresikan ke dalam lumen tubulus dan bergabung dengan molekul
bikarbonat yang telah difiltrasi di glomerulus. Hidrogen ditambah bikarbonat akan
menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase,
terurai menjadi karbon dioksida dan air. Keduanya berdifusi kembali ke dalam sel tubulus
proksimal untuk digunakan kembali sewaktu siklus tersebut berulang. Melalui proses ini,
bikarbonat yang telah difiltrasi disimpan dan tidak jadi diekskresikan melalui urine.8,9
Ginjal mensekresikan dan mengekskresikan H+ ke dalam urine sehingga ginjal dapat
membersihkan darah dari asam-asam yang tidak mudah menguap yang diproduksi secara
metabolik. H+yang dihasilkan di sel tubulus proksimal dari penguraian air berpindah ke
lumen tubulus dan berikatan dengan ion-ion fosfat yang difiltrasi dan keluar melalui urine.
Efek ekskresi hidrogen yang terikat ke fosfat tidak hanya menyebabkan pengeluaran asam
melalui urine, tetapi juga menambahkan netto bikarbonat. Hal ini terjadi karena ion
9
bikarbonat tetap diproduksi di tubulus proksimal sewaktu karbon dioksida berikatan dengan
OH-. Bikarbonat ini dikembalikan ke plasma.9 Mekanisme lainnya yang digunakan oleh
ginjal untuk mengekskresikan asam adalah dengen sekresi aktif ion amonium (NH4+) ke
dalam cairan tubulus. Ion amonium dihasilkan oleh sel tubulus proksimal sebagai hasil
metabolisme glutamin. Glutamin masuk ke dalam sel dari kapiler peritubulus dan lumen
tubulus setelah difiltrasi di glomerulus. Setelah berada di dalam tubulus, ion amonium tidak
dapat kembali ke dalam sel-sel tubulus proksimal sehinggal diekskresikan melalui urine.
Bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme glutamin berdifusi kembali ke dalam kapiler
peritubulus sehinggal mengembalikan basa ke darah. Akhirnya, sejumlah kecil ion hidrogen
diekskresikan secara bebas dalam urine menyebabkan urine normal memiliki pH asam.9 Pada
kondisi alkalosis (kelebihan basa), ginjal dapat mensekresikan bikarbonat sehingga basa
plasma berkurang dan pH kembali ke tingkat normal. Sekresi bikarbonat adalah proses aktif
yang terjadi di duktus pengumpul di korteks. Namun, pada keadaan alkalosis, reabsorbsi
bikarbonat di tubulus proksimal tetap berlangsung dan tetap penting karena jika semua
bikarbonat yang difiltrasi hilang dapat menyebabkan kematian.9
Biokimia Urin
Volume Urine
Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dati 600 ml dampai 2.500 ml
lebih. Jika volume urine tinggi, zat buangan diekskresi dalam larutan encer, hipotonik
(hipoosmotik) terhadap plasma. Berat jenis urine mendekari berat jenis air (sekitar 1,003).
Jika tubuh perlu menahan air, maka urine yang dihasilkan kental sehingga volume urine yang
sedikit tetap mengandung jumlah zat buangan yang sama yang harus dikeluarkan.
Konsentrasi zat terlarut lebih besar, urine hipertonik (hiperosmotik) terhadap plasma, dan
berat jenis urine lebih tinggi (diatas 1,030). Produksi urine kental yang sedikit atau urine
10
encer yang lebih banyak diatur melalui mekanisme hormon dan mekanisme pengkonsentrasi
urine ginjal.1 Mekanisme hormonal terdiri dari Antidiuretic hormon (ADH) dan hormon
Aldosteron. Hormon ADH meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distal dan ductus
koligens terhadap air sehingga mengakibatkan terjadinya reabsorpsi dan volume urine yang
sedikit. ADH disintesis oleh badan sel saraf dalam nukleus supraoptik hipotalamus dan
disimpan dalan serabut saraf hipofisis posteriror. ADH kemudian dilepas sesuai impuls yang
sampai pada serabut saraf.1Stimulus pada sekresi ADH adalah osmotik, volume dan tekanan
darah dan faktor lain. Neuron hipotalamus adalah osmoreseptor dan sensitif terhadap
perubahan konsentrasi ion natrium, serta zat terlarut lain dalam cairan intraselular yang
menyelubunginya. Peningkatan osmolaritas plasma, seperti yang terjadi saat dehidrasi,
menstimulasi osmoreseptor untuk mengirim impuls ke kelenjar hipofisis posterior agar
melepas ADH. Air diabsorpsi kembali dari tubulus ginjal sehingga dihasilkan urine kental
dengan volume sedikit. Penurunan osmolaritas plasma mengakibatkan berkurangnya ekskresi
ADH, berkurangnya reabsorpsi air dari ginjal, dan produksi urine encer yang banyak.1
Baroreseptor dalam pembuluh darah (di vena, atrium kanan dan kiri, pembuluh pulmonar,
sinus karotid, dan lengkung aorta) memantau volume darah dan tekanan darah. Penurunan
volume dan tekanan darah meningkatkan sekresi ADH; peningkatan volume dan tekanan
darah menurunkan sekresi ADH. Beberapa faktor lain yang juga menjadi stimulus sekresi
ADH adalah nyeri, kecemasan, olah raga, analgesik narkotik, dan barbiturat meningkatkan
sekresi ADH. Alkohol menurunkan sekresi ADH.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh sel-sel korteks kelenjar adrenal.
Hormon ini bekerja pada tubulus distal dan duktus koligens untuk meningkatkan absorpsi
aktif ion natrium dan sekresi aktif ion kalium. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron yang
meningkatkan retensi air dan garam.
11
Sistem arus bolak-balik dalam ansa Henle dan vassa recta memungkinkan terjadinya
reabsorpsi osmotik air dari tubulus dan duktus koligens ke dalam cairan interstisial medularis
yang lebih kental di bawah pengaruh ADH. Reabsorpsi air memungkinkan tubuh untuk
menahan air sehingga urine yang diekskresi lebih kental dibandingkan cairan tubuh normal.
Komposisi Urin
Zat padat terbanyak dalam urin adalah urea yang meliputi setengah dari total solid
urin. Lalu disusul oleh mineral terbanyak yaitu NaCl yang meliputi seperempat dari total
solid urin. Sedangkan seperempat bagian sisanya meliputi zat organik dan anorganik lainnya.
Komposisi urin normal yaitu urea, kreatinin, amoniak dari garam amonium, asam urat, asam
amino, allantoin, klorida, sulfat, fosfat, oksalat, mineral, vitamin, hormon, enzim. Sedangkan
komposisi urin tidak normal yaitu dengan adanya protein, glukosa, gula-gula lain, keton,
bilirubin, darah dan hemoglobin, dan juga porfirin dalam urin. Hal ini menandakan tidak
sempurnanya dan adanya kelaian pada proses filtrasi, reabsopsi, dan sekresi dari ginjal.
Semua komposisi dalam urin dipengaruhi oleh intake atau pemasukan ke tubuh dan ekskresi
yaitu bagian yang dikeluarkan. Jika berlebihan akan mengakibatkan berbagai penyakit.
Kesimpulan
Gangguan menahan kecing yang dialami perempuan berusia 50 tahun tersebut
dikarenakan gangguan mekanisme berkemih pada bagian sfingter uretra eksterna dan interna.
Gangguan pada sfingter vesica urinaria tersebut menyebabkan ibu tersebut tidak dapat
menahan ingin buang air kecilnya.
Daftar Pustaka
1. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetric dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
12
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003, h.353-8.
3. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histologi edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC ; 2007.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit :
Kedokteran EGC ; 2001
6. Ganong W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC 2005
7. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.
8. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009
13