38
MAKALAH KELOMPOK Anak Bawah Lima Tahun Kurang Gizi dengan Riwayat Imunisasi Tidak Lengkap __________________________________________ ________ Sucitra Setiawan 102008042 Sylvia Wijaya 102008119 Mariza Gautami Siwabessy 102011098 Pulela Dewi Loisoklay 102011150 Nofanny Felicia 102011210 Kevin Rianto Putra 102011294 Debora Semeia Takaliuang 102011304 Jorgie Nefrorinaldy 102011390 Faerella Kartika Huzna 102011408 1

Makalah blok 26-kelompok.docx

  • Upload
    haz

  • View
    56

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH KELOMPOKAnak Bawah Lima Tahun Kurang Gizi dengan Riwayat Imunisasi Tidak Lengkap__________________________________________________Sucitra Setiawan102008042Sylvia Wijaya 102008119Mariza Gautami Siwabessy102011098Pulela Dewi Loisoklay102011150Nofanny Felicia102011210Kevin Rianto Putra102011294Debora Semeia Takaliuang102011304Jorgie Nefrorinaldy102011390Faerella Kartika Huzna102011408Hazirah binti Hashim102011439__________________________________________________________________________Alamat korespondensi : Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.PendahuluanGizi yang baik merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, mulai dari masa prenatal dan berlanjut sampai usia lanjut. Jaringan tubuh yang sehat sangat tergantung kepada zat-zat gizi essensial dalam makanan. Hal ini sangat penting terutama pada masa kehamilan, masa bayi, dan anak. Pada masa kehamilan, terjadi proses pembentukan tubuh baru, yaitu janin, sedangkan pada masa bayi dan anak-anak, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.Selama 10 tahun terakhir penanganan gizi masyarakat Indonesia tak kunjung hentinya terkhusus untuk gizi anak dan balita. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia semakin meningkat. MenurutPERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) sejak tahun 2006 hingga sekarang masalah kurang gizi anak seperti penyakit anemia, kurang vitamin A, dan kurang vitamin D menjadi perhatian bagi pemerintah.1Imunisasi diberikan pada bayi sampai menjelang dewasa, atau sekitar usia 15 tahun. Depkes (2000) menetapkan bahwa ada 7 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu : Tubercolosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Poliomielitis, Campak dan Hepatitis. Adapun dampak negatif untuk anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah bayi tersebut dapat beresiko terjangkit atau terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisassi yang telah disebutkan diatas, selain itu bayi juga beresiko cacat setelah sakit dan berakibat fatal.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak, peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting sehingga anak dapat terbebas dari penyakit infeksi. Dengan adanya program imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan balita dapat berkurang.2

Isi Perbahasan1. Masalah gizi pada anak BALITA (Bawah Lima Tahun)Anak BALITA juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg badannya. Anak BALITA ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KKP). Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan makanan bagi kelompok ini:a. Anak BALITA masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi. b. Anak BALITA dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi keluarga, karena belum sanggup untuk ikut membantu menambah kebutuhan keluarga, baik tenaga maupun kesanggupan kerja penambah keuangan. Anak itu sudah tidak begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada saudaranya yang lebih tua, tetapi sering belum cukup umur untuk mempunyai pengalaman dan keterampilan untuk mengurus anak dengan baik.c. Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh, sehingga tidak lagi dapat memberikan perhatian kepada anak BALITA apalagi mengurusnya.d. Anak BALITA masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan belum dapat mengusahakan sendiri apa yang diperlukan untuk makanannya. Kalau makan bersama dalam keluarga, anak BALITA masih diberi jatah makanannya dan kalaupun tidak mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri tambahannya. e. Anak BALITA mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi yang memberikan infeksi atau penyakit lain, padahal tubuhnya belum cukup mempunyai imunitas atau daya tahan untuk melawan penyakit atau menghindarkan kondisi lain yang memberikan bahaya kepada dirinya. Di Indonesia anak kelompok BALITA menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit KKP dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe. Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya, karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa diantar, padahal yang mengantar sedang sibuk semua. 1Perbaikan gizi kelompok BALITA dicoba dijangkau melalui Taman BALITA, Program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan UPGK (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga), di Taman BALITA dilakukan upaya rehabilitasi para penderita KKP dan melatih para ibu dan mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan BALITA di dalam keluarga, bagaimana mengurus dan memasak serta menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak BALITA. Proyek PMT berupa pemberian makanan bergizi suplemen pada makanan anak BALITA yang biasa dikonsumsi untuk terapi dan rehabilitasi anak-anak yang kondisi gizinya tidak memuaskan. Kegiatan-kegiatan diatas terutama ditujukan kepada masyarakat lapisan yang kurang mampu, baik di kota, tetapi terutama di daerah pedesaan. Program UPGK merupakan upaya pendidikan terpadu untuk meningkatkan produksi bahan makanan bergizi di lahan pekarangan di sekitar rumah, dipergunakan untuk konsumsi meningkatkan kondisi kesehatan gizi keluarga. Berdasarkan hasil studi yang telah dihimpun di Indonesia terdapat 4 masalah gizi utama yaitu: 1. Kurang kalori Protein (KKP)2. Kurang vitamin A yang menyebabkan kebutaan pada anak-anak3. Gondok endemic dan kretin endemic akibat kurang yodium4. Anemia gizi akibat kekurangan zat besi.Keadaan tersebut terjadi akibat berbagai sebab yang saling berkaitan dan merupakan lingkaran setan. Pendidikan yang rendah, daya beli rendah, lingkungan hidup yang buruk, ketidak tahuan, penyakit, konsumsi rendah, gizi kurang, produktivitas rendah dan sebagainya.22. Upaya Kesehatan Promotif dan PreventifAdalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok yaitu : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut : 1. Pencegahan Primer pada individu belum sakit~ promosi keseharan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan. ~ perlindungan khusus untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.2. Pencegahan Sekunder individu mulai sakit~ diagnose dini dan pengobatan segera bertujuan mencegah penyebaran, menyembuhkan dan mencegah komplikasi.~ pembatasan cacat, mencegah menjadi lebih buruk.~ Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di Puskesmas dapat dikaji melalui program gizi melalui penimbangan anak balita, program kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini faktor risiko gangguan dan kelinan kehamilan.3. Pencegahan Tersier- individu sembuh~ rehabilitative, agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.3Upaya Kesehatan Preventif adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan; mencegah komplikasi penyakit; dan meningkatkan seoptimal mungkin mutu hidup. Program pencegahan gizi buruk dilaksanakan beberapa langkah strategis yaitu melakukan pemetaan keluarga mandiri sadar gizi bertujuan mengidentifikasi keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar, bertujuan untuk meningkatkan kemandirian anggota keluarga dalam pelayanan gizi. Kampenya keluarga mandiri sadar gizi. Bertujuan meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar.4Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah:1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi yang di Anjurkan, atau pedoman penerapan gizi seimbang yang dulu lebih dikenal dengan 4 sehat 5 sempurna merupakan bagian dari promosi kesehatan.2. Perlindungan Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu misalnya saja Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi anak dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini. Tahap pertama dan Kedua tingkatan pencegahan ini berada pada periode prepatogenesis.3. Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment), sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk penentukan anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar tidak menderita gizi kurang adalah salah satu contoh dari tahapan ini.4. Mengurangi Kelemahan (Disability Limitation). Pemberian diet sebagai bagian dari proses penyembuhan penyakit merupakan bagian dari tahapan ini.5. Rehabilitasi, Pemberian makanan yang disesuaikan dengan keadaan pasien merupakan bagian dari tahapan ini.3,43. PosyanduPengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu : a. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita. b. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh. c. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek Poleksesbud.

3.1 Tujuan penyelenggaran Posyandu.

a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas) b. Membudayakan NKKBS. c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

3.2 Pengelola Posyandu.a. Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan mutu Posyandu ditingkat desa kelurahan sebagai berikut : 1. Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah). 2. Penggungjawab operasional, Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat) 3. Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua Tim Penggerak PKK). 4. Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD 5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes. b. Pokjanal Posyandu Pokjanal posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu: 1. Tingkat Propinsi : - BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berenca Nasional)- PMD (Pembinaan Masyar3kat Desa) - Bappeda - Tim Penggerak PKK 2. Tingkat Kab/Kodya : - Kantor Depkes/Kantor Dinkes - BKKBN - PMD - Bappeda 3. Tingkat Kecamatan : Tingkat Pembina LKMD Kecamatan ( puskesmas, Pembina petugas Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan) KPD (Kader Pembangunan Desa)

3.3 Kegiatan Pokok Posyandu :a. KIA b. KB c. lmunisasi d. Gizi e. Penggulangan Diare.

3.4 Pelaksanaan Kegiatan Posyandua) Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : 1. Meja I : Pendaftaran. 2. Meja II : Penimbangan 3. Meja III : Pengisian KMS 4. Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS. 5. Meja V : Pelayanan KB Kes : Imunisasi Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus. Pembagian pil atau kondom Pengobatan ringan. Kosultasi KB-Kes. Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB). b) Sasaran Posyandu : Bayi/Balita. Ibu hamil/ibu menyusui. WUS dan PUS. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1) Kesehatan ibu dan anak 2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom. 3) Pemberian Oralit dan pengobatan. 4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan di laksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS alita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN. S : Semua balita di wilayah kerja Posyandu. K : Semua balita yang memiliki KMS. D : Balita yang ditimbang. N : Balita yang naik berat badannya. Keberhasilan Posyandu berdasarkan : 1) D / S : Baik/kurangnya peran serta masyarakat. 2) N/ D : Berhasil tidaknyaProgram posyandu Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat clan Petugas KB) c) DanaDana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat.5

4. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat untuk Anak (KMS anak) adalah alat sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu di bawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasu bidan dan dokter. KMS anak menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahanatau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS anak juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untukmempertahankan, meningkatkan ataumemulihkan kesehatannya.

Manfaat KMS-Balita adalah: 1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

KMS anak dapat berguna apabila memperhatikan hal-hal sbb:1. 1.Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan2. semua kolom isian diisi dengan benar3. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat4. Orang tua selalu memperhatikan catatandalam KMS-Balita5. Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan6. Setiap ada gangguan penumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang sesuai.7. Penyuluhan gizi dalam bentuk konselingdilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS8. Penyuluhan gizi dalam bentuk konselingdilakukan setiap kali anak selesaiditimbang dan hasil penimbangannyadicatat dalam KMS

Hal diatas menunjukkan bahwa kita diharapkan melakukan pemantauan berat badan setiap bulan dan mencatat KMS, hasil penimbangan yang tercatat tersebut akan menghasilkan grafik berat badan anak dan memberikan informasi tentang apa yang harus dilakukan oleh ibu anak dan bagaimana keadaan kesehatan anak tersebut.

Pertumbuhan anak dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, dan hasil penimbangan dicatat di KMS, kemudian dihubungkan antara titik barat badan hasil penimbangan bulan pertama dengan hasil penimbangan bulan berikutnya secara terus menerus, sehingga terlihat suatu grak berat badan atau grafik pertumbuhan yang dihasilkan dari hasil penimbangan setiap bulan. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tarsebut mencerminkan pertumbuhan anak. Anak yang sehat, berat badannyaakan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umumya.4,5

Berat badan anak di bawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas / Rumah Sakit.Berat badan anak tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya anakmengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit. Anak tumbuh baik bila : Garis berat badan anak naik setiap bulannya. Anak sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna di atasnya. Anak Sehat Bertambah Umur Bertambah Berat Badan.

Tindakan Yang Dilakukan Berdasarkan Catatan Dalam KMS Anak

Berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam KMS anak, kader/petugas kesehatan dapat melakukan konseling atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil penimbangan anak pada KMS anak tersebut. Sebelum melakukan konseling, kader/petugas kesehatan dapat menggali secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penimbangan bulan ini, sesuai dengan arah grafik.Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan anak pada KMS adalah:1. Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang baik/meningkat berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang. 2. Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena sakit atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali dari ibu. Pesan yang diberikan disesuaikan dengan grafik pertumbuhan anak tersebut dan disesuaikan dengan penjelasan ibunya tentang keadaan kesehatan anaknya.

5. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. Dengan semakin meningkatnya peran ibu dan ayah sebagai figure sentral dalam keluarga, baik menunjang kebutuhan keluarga maupun fungsi pokok lainnya. Sasaran program KIA adalah: Sasaran primer adalah ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita Sasaran sekunder adalah dukun bersalin, dan kader kesehatan.5.1 Tujuan kegiatan KIATujuan Umum Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan dasar bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.Tujuan Khusus.1. Meningkatkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dari 60% menjadi 90% dengan frekuensi pemeriksaan paling sedikit 4 kali perkehamilan dan diberikan sekaligus tercapai imunisasi TT2 ibu hamil dari 60% menjadi 85% serta pemberian tablet besi pada ibu hamil menjadi 90%. 2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan di desa meningkat 2 kali lipat menjadi 45% di pedesaan dan 65% di perkotaan.3. Meningkatkan cakupan pemeliharaan pasca persalinan bagi ibu-ibu menyusui sampai 70%4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada balita menjadi 80%5. Meningkatkan cakupan anak TK terbina secara teratur. 65.2 Pelaksanaan Kegiatan KIAa. Ibu HamilPelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. 2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:a. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizib. Perawatan payudara dan pemberian ASIc. Peragaan pola makan ibu hamild. Peragaan perawatan bayi baru lahire. Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan MenyusuiPelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina).2) Pemberian vitamin A dan tablet besi.3) Perawatan payudara.4) Senam ibu nifas.5) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemerikasaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

c. Bayi dan Anak BalitaJenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:1. Penimbangan berat badan.2. Penentuan status pertumbuhan.3. Penyuluhan.4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera merujuk ke Puskesmas.4,6

6. Imunisasi

Kata imun berasal dari bahasa latin immunitas yang berarti pembahasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadapkewajiban sebagai warganegaraan biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk kedalam tubuh.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuwat zat anti untuk mencegah yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,DPT,campak dan melalui mulut seperti vaksin polio.

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. kekebalan pasif yaitu kekebalan yang di peroleh dari tubuh bukan di buat oeh individu itu sendiri,contohnya adalah kekebalan padaa janin yang di peroleh dari ibu atau kekebalan yang di peroleh setelah pemberian suntikan imunoglobuluin. kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan di metabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah yang dibuat oleh tubuh itu sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara ilmiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada kekebalan pasif Karena adanya memori imunologik.36.1 Macam Macam imunisasi

Pada dasarnya imunisasi di bagi menjadi 2 yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.1.Imunisasi aktif Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibody,contohnya imunisasi polio dan campak .imunisasi aktif dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu: a.Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh sembuh dari suatu penyakit. b. Imunisasi buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan dari suatu penyakit.

2.Imunisasi pasif Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang yang zat kekebalan tubuh di dapat dari luar. Contohnya penyuntikan ATC (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain adalah terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis anti body dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan. Misalnya anti bodi terhadap Campak. Imunisasi pasif dibagi menjadi dua macam, yaitu: a. Imunisasi pasif alamiah adalah anti bodi yang di dapat seseoragn karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.b. Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum unutk mencegah penyakit tertentu

6.2 Tujuan Imunisasi1. Mempertinggi daya tahan tubuh agar anak tidak terkena infeksi1. Mencegah penyakit agar tidak muncul kembali1. Melindungi bayi dari berbagai penyakit misalnya tuberculosis, campak, polio, hepatitis B dan sebagainya.1. Melindungi tubuh agar tetap sehat 1. Mempertahankan kekebalan tubuh agar tidak mudah terpapar penyakit 1. Melindungi tubuh agar tidak mudah menular terhadap penyakit.

6.3 Manfaat Imunisasi 1. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.1. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.1. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan bangsa.6

6.4 Program Nasional Imunisasi1. Tujuan umumTurunnya angka kesakitan, kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I ).2. Tujuan Khususa. Program Imunisasi Tercapainya target Universal Child Imunization yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Tercapainya Eliminasi tetanus Maternal dan Neonatal ( insiden dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun ) pada tahun 2008. Eradikasi pada tahun 2008. Tercapainya reduksi campak ( RECAM ) pada tahun 2006.b. Program Imunisasi Meningitis MeningokokusMemberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit meningitis meningokokus tertentu.c. Program imunisasi demam kuningMemberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari atau ke Negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning ke Indonesia.d. Program Imunisasi Rabies Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.4

6.5 Sasaran Imunisasi1. Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja.1. Orang tua, manula.1. Top management / executive perusahaan 1. Calon jamaah haji / umroh1. Anda yang akan bepergian keluar negeri

6.6 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Depkes (2000) menetapkan bahwa ada 7 penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi, yaitu tuborkolosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis. Berikut ini akan di uraikan 7 penyakit tersebut satu persatu:1. TuberkulosisSampai saat ini di berbagai Negara, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian. Penyakit iini di sebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang masyarakat dengan kelas social ekonomi rendah karena umumnya masyarakat unu mengalami gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di pemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit. Apabila seorang anak terkena tuberkulosis, organ tubuh yang akan terkena adalah paru-paru,kelenjar, kulit, sendi, dan selaput otak. Cara penularan melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoir adalah manusia. Imunnisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG.

2. DifteriPenyakit infeksi ini disebabkan oleh Corybacterium dypteria tipe grfis, dan intermedius, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. Anak yang terkena difteri akan menunjukan gejala ringn sampai berat apabila terjadi obstruksi jalan nafas karena mengenai laring, saluran nafas bagian atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak. Kematian dapat terjadi apabila gagal jantung dan obstruksi jalan nafas yang tidak dapat di hindarkan. Difteri dapat menjadi endemic pada lingkungan masyarakat dengan social ekonomi rendah larena banyaknya difteri kulit yang di alami anak-anak dan menular dengan cepat. Imunisasi yang di berikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada anak di bawah 1 tahun (Imunisasi Dasar) dan DT pada anak kelas I dan VI SD (Booster).

3. Poliomeilitis Sesuai dengan namanya, penyebab infeksi ini adalah virus polio tipe 1,2 dan yang menyerang myelin atau serabut otot. Gejala awal tidak jelas, dan dapat timbul gejala paralisis yang bersifat flaksid yang mengenai sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran nafas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau vekal adan reservoarnya adalah manusia yang menderita polio. Pencegahan dapat dilakukan denga imunisasi dengan menggunakan vaksinasi polio bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio 100%.

4.CampakPenyebab penyakit infeksi ini adalah virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala di tunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi dan menjalar kewajah dan anggota badan selain itu, timbul gejala seperti flu di sertai mata ber air dan kemerahan (konjungtifitis) setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 miinggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi di berikan pada anak usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berlangsung akan hilang sampai hilang 9 bulan. Komplikasi yang harus di cegah adalah otitis media akut, konjungtifitis berat, enteritis, dan peneumonia, terlebih pada anak dengan status gizi buruk.

5.Hepatitis BPenyakit infeksi ini di sebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertical, yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan paramedic, pecandu narkotika, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupuntur. Gejala yang dapat muncul tidak khas, seperti anoreksia, mulai dan kadang kadang ikterik. Imunisasi hepatitis B di berikan pada bayi 0-11 bulan dengan maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke bayi.

6.PertusisPenyakit infeksi ini disebabkan oleh bordetella fertusis dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awam mengenalnya dengan istilah batu kerjan atau batuk seratus hari. Bahaya dari fertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal berupa batuk pilek, kemudian setelah hari kesepuluh batuk bertambah berat dan sering kali disertai muntah untuk itu,imunisasi dapat adalah salah satu pencegahan yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu tidak bersifat proktektif.depkes(2000).

7.Tetanus Penyakit infeksi ini disebabkan oleh mikrio bacterium tetani yang berbentuk spora yang masuk dalam luka terbuka,berkembang biak secara anaerob dan membentuk toksin. 7

6.7 Jenis-jenis ImunisasiYang diharuskan :1. BCG ( Basillus Calmette-Guerin )1. Hepatitis1. DPT ( Dipteri, pertusis dan tetanus)1. Polio1. CampakYang dianjurkan :1. MMR ( Measles / campak, mumps / parotitis, Rubella / campak jerman )1. HIb ( Heamophilus influenza b)1. Demam Typhoid1. Hepatitis A

Jenis Imunisasi : 1. Imunisasi BCG ( Basillis Calmette - Guerin )Vaksin BCG adalah vaksin untuk mncegah penyakit tubercolosis atau lebih dikenal dengan istilah penyakit TBC . Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang berbentuk batang yang disebut Mycobacterium Tubercolosis . Vaksinasi BCG memberikan Kekebalan terhadap penyakit Tubercolosis . VAksin BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan , BCG ulang tidak diharapkan karena tingkat keberhasilannya diragukan . Vaksin disuntikan secara intrakutan pada lengan atas , untuk bayi berumur 1thun diberikna sebanyak 0.005 ml. Indikasi vaksin BCG: Untuk pemberian bahan aktif terhadap Tubercolosis Cara pemberian dan dosis:a. Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu . Melarutkan dengan alat suntik steril ( ADS 5 ml )b. Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kalic. Disuntikan secara intrakutan didaerah lengan kanan atas ( insertion musculus deltoideus ) dengan menggunakan ADS 0,05 mld. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam Kontra indikasi :a. Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, urunkulosis,dan sebagainyab. Mereka yang sedang menderita TBC Efek samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum , setelah 1 sampai 2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule. Kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan , akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan atas leher, terasa padat, tidak sakit menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

2. Imunisasi DPT ( Dipteri Pertusis Tetanus )Adalah vaksin yang terdiri dari toxid difteri, dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktifkan. DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Indikasi: Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertsis, dan tetanus Cara pemberian dan dosis:a. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar gar seuspense menjadi homogeny.b. Disuntikan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosisc. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan intervalpaling cepat 4 minggu ( 1bulan ) Kontra Indikasi: Gejala gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pda saraf merupakan kontra indukasi pertusis. Anak yang mengalami gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarka pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. Efek samping: Gejala yang dapat bersifat sementara seperti : Lemas. Demam, kemerahan pada tempat penyuntikan . Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilits, dan meracau yang biasanya terjadi 24jam setelah imunisasi

3. Imunisasi DT ( difteri Tetanus )Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan. Indikasi : Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus Cara pemberian dan dosis:a. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogeny.b. Disuntikan secara intramuskular atau subkutan dengan dosis pemberian 0,5 ml. dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun.-Konta indikasi : Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT. -Efek samping : Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang demam.

4. Imunisasi TT ( tetanus toxoid ) Adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorrbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (wanita usia subur) atau bukil, dan juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. Cara pemberian dan dosis : a. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homoge. b. Untuk mencegah tetanus / tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan dengan intramuscular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Kontra indikasi : gejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Efek samping : efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan.

5. Imunisasi PolioPolio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan selalu menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun. Gejala polio yaitu : demam, rasa lelah, sakit kepala, muntah-muntah, rasa kaku pada leher dan rasa sakit pada kaki dan lengan. Indikasi vaksin polio : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. Cara pemberian dan dosis : a. Diberikan secara oral ( melalui mulut ), 1 dosis 2 tetes sebanyak 4 kali pemberian ( polio I, II, III, dan IV ) dengan interval setiap dosis minimal 1 bulan b. Setiap membuka vial yang baru harus menggunakan penetes yang baru. Kontra indikasi : pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian imunisasi polio pada anak yang sedang sakit. Efek samping : pada umunya tidak terjadi efek samping.

6. Imunisasi Campak -Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif pada penyakit campak. - Cara pemberian dan dosis : a. Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. b. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9 11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun. - Kontra indikasi : Individu yang menderita immunodeficiency atau individu yang menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma. - Efek samping : hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selam 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.7

7. Surveilans GiziKegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi ini dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan.61. Pengumpulan dataa. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan pemberian ASI Eksklusif.b. Kegiatan survey khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan seperti konsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak dan ibu hamil serta wanita usia subur risiko KEK, atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada Puskesmas yang tidak melapor atau melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka petugas DINKES Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data dengan melalui telepon, SMS, atau kunjungan langsung ke Puskesmas. Pengolahan Data dan Penyajian InformasiPengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, disajukan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan sebagainya. Diseminasi InformasiDiseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi kepada pemangku kepentingan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik, sosialisasi, atau advokasi.Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang dikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik pertemuan lintas program maupun lintas sektoral.Sosialisai merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau forum lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.3,4,6

Indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi adalah: Indikator Input Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpul data dari laporan rutin atau survey khusus, pengolah dan analisis data serta penyaji informasi Tersedianya instrument pengumpulan dan pengolahan data Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data Tersedianya biaya operasional surveilans gizi Indikator Proses adanya proses pengumpulan data Adanya proses editing dan pengolahan data Adnya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi Indikator Output tersedianya informasi gizi buruk yang mendapat perawatan Tersedianya informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S) Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif Tersedianya informasi rumah tangga yang menonsumsi garam beriodium Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai kondisi dan situasi daerah).

Kesimpulan

Gizi merupakan salah satu dari masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, dan diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya terbesar di pelosok tanah air. Penyebab masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector yang terkait seperti program yang terdapat pada Puskesmas dan Posyandu.4Dengan adanya program imunisasi di Puskesmas dan Posyandu, diharapkan angka kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan balita dapat berkurang. Wawasan ini dapat dicapai melalui perlaksanaan program-program imunisasi yang baik oleh tenaga kesehatan, yaitu dengan melakukan imunisasi dengan benar dan tepat, serta memberi informasi kepada bumil dan ibu tentang pentingnya di imunisasi agar tercipta Indonesia sehat.6

Daftar Pustaka 1. Sediaoetama AD. Keluarga dan pendidikan gizi. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2008.h.255-275.2. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Sun; 2010.h.294-6. 3. Heri.D.J.Maulana, Mkes. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.h.5-9,20-41.4. Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2001.h.151-69. 5. Kementerian kesehatan RI Indonesia. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta: Kementerian kesehatan RO; 2011.h.11-28.6. Dainur. Kegiatan kesehatan ibu dan anak di puskemas dan permasalahannya. Jakarta: EGC; 2004.h.13-8.7. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph DC. Buku ajar pediatri rudolph vol 1. Jakarta: EGC; 2006.h.33-40.

1