Upload
apnid-hentihu
View
184
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hipnotik dan sedatif
Citation preview
I. PENDAHULUAAN
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi
diperuntukan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau
menyebabkan tidur. Hipnotik-sedatif, seperti juga antipsikopatika termasuk
dalam kelompok psikodepresive yang mencakup obat-obat yang menekan atau
menghambat fungsi-fungsi SSP tertentu.
Sedativ berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dan
menenangkan penggunanya. Keadaan sedasi juga merupakan efek samping dari
banyak obat yang khasiat utamanya tidak menekan SSP, misalnya
antikolinergik. (Obat-Obat Penting ; hal.381)
Sedative yang efektif harus dapat mengurangi ansietas dan berefek
menenangkan. Tingkat depresi sistem saraf pusat yang disebabkan oleh sedative
haruslah lebih kecil daripada efektifitas terapi yang dimilki.
Hipnotika menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur dan sepanjang
malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai alamiah. Hipnotik
harus dapat menimbulkan kantuk dan menolong timbulnya serta
mempertahankan keadaan tidur. (Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram
G.Katzung ; hal.355)
Secara klinis hipnotik-sedatif dapat digunakan untuk :
1. Meredakan ansietas
2. Insomnia
3. Sedasi dan amnesia sebelum dan sesudah tindakan medis dan bedah
4. Pengobatan epilepsi dan keadaan bangkitan kejang
5. Sebagai komponen anastesi
6. Mengendalikan keadaan putus obat, seperti etanol atau hipnotik-sedatif
lainnya
7. Relaksasi otot pada kelainan neuromuscular spesifik
8. Bantuaan diagnostic atau terapi dalam bidang psikiatri
(Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram G.Katzung ; hal.365)
1
II. FISIOLOGI TIDUR
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak,
yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region
(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang
dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual,
pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. RAS
melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR. (eprints.undip.ac.id/33160/2/BAB_2.pdf)
Pada waktu tidur aktivitas saraf parasimpatis meningkat dengan efek
penyempitan pupil (myosis), perlambatan pernapasan dan sirkulasi darah
(bronkokontriksi dan menurunya aktivitas jantung) serta stimulasi aktivitas
saluran cerna dengan penguatan peristaltik dan sekresi getah lambung. (Obat-
Obat Penting ; hal.382)
Pada umumnya selama satu malam dapat dibedakan 4 sampai 5 siklus
tidur dari kira-kira 1,5 jam. Setiap siklus terdiri dari dua stadia, yakni tidur non-
REM dan tidur REM.
1. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek dari
pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Tidur
NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Semua proses
metabolisme termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot
melambat.
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur
dalam (deep sleep) atau (delta sleep).
a. Tahap 1 NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologi dimulai dengan penerunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolism.
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensoris seperti suara
5) Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah melamun
b. Tahap 2 NREM
1) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
2) Kemajuaan relaksasi
3) Terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
c. Tahap 3 NREM
1) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur, sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Tahap berakhir 15-30 menit
d. Tahap 4 NREM
1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang
seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding selama jam
terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15-30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi
2. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-
30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar
mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung aktif selama tidur REM dan
metabolismnya meningkat hingga 20%. Tahap ini individu menjadi sulit
untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot
3
terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasan sering kali tidak teratur.
Karakteristik tidur REM
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.
III. OBAT – OBAT HIPNOTIK SEDATIF
A. BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin merupakan ansiolitik yang paling banyak digunakan.
Obat ini telah menggantikan barbiturate dan meprobamat dalam pengobatan
ansites karena benzodiazepin lebih efektif dan aman.
a. Cara kerja
Kerja benzodiazepine terutama merupakan interaksinya denga
reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma
amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat
pada membrane dan dibedakan dalam 2 bagiaan besar bersub-tipe, yaitu
reseptor GABAA dan GABAB . benzodiazepine bekerja pada reseptor
GABAA. (Farmakologi dan Terapi UI hal140)
Prngikatan GABA (asam gama aminobutirat) ke reseptornya pada
membrane sel membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi
klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi
4
lemah menurunkan potensi prasinaps dari ambang letup dan meniadakan
pembentukan kerja potensial.
Benzodiazepine berikatan pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi
dari membrane sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA. Pengikatan
benzodiazepine memacu afinitas reseptor GABA untuk neurotransmitter
yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering
terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan menghambat
letupan neuron. (farmakologi ulasan bergambar hal90)
b. Farmakokinetik
Benzodiazepine bersifat lipofilik dan diabsorbsi secara cepat dan
sempurna setelah pemberiaan oral. Benzodiazepine dimetabolisme dihati.
Benzodiazepine dikeluarkan melalui urin sebagai metabolit glukuronat
atau metabolit oksidasi.
c. Efek
Benzodiazepine bukan antipsikotik atau analgetik dan tidak
mempengaruhi SSA. Benzodiazepin memperlihatkan efek berikut :
1) Menurunkan ansites ; pada dosis rendah benzodiazepine bersifat
ansiolitik. Diperkirakan dengan menghambat secara selektif saluran
neuron pada sistem limbic otak.
2) Bersifat sedatif-hipnotik ; benzodiazepine yang digunakan untuk
mengobati ansites juga memilki efek sedasi, pada dosis yang tinggi,
benzodiazepine tertentu menimbulkan efek hipnotik.
3) Antikonvulsan ; beberapa benzodiazepine bersifat antikonfulsan
digunakan untuk mengobati epilepsi dan gangguan kejang lainnya.
4) Pelemas otot ; benzodiazepine melemaskan otot skelet yang spastik,
dengan cara meningkatkan inhibisi presinaptik dalam sumsum tulang.
(Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2; hal.92
d. Penggolongan obat
1) Alprazolam
a) Farmakodinamik
5
Alprazolam merupakan derivat triazolo benzodiazepin dengan
efek cepat dan sifat umum yang mirip dengan diazepam. Alprazolam
merupakan anti ansietas dan anti panik yang efektif. Mekanisme
kerjanya yang pasti belum diketahui. Efek tersebut diduga disebabkan
oleh ikatan alprazolam dengan reseptor-reseptor spesifik yang
terdapat pada susunan saraf pusat. Secara klinis, semua senyawa
benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat yang
bervariasi tergantung pada dosis yang diberikan.
b) Farmakokinetik
Pada pemberian secara oral, alprazolam diabsorpsi dengan baik
dan absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat
diminum dengan atau tanpa makanan. Konsentrasi puncak dalam
darah dicapai dalam waktu 1 - 2 jam setelah pemberian oral dengan
waktu paruh eliminasinya adalah 12 - 15 jam. Waktu paruh ini
berbeda-beda untuk pasien usia lanjut (16,3 jam), orang dewasa sehat
(11 jam), pasien dengan gangguan fungsi hati (antara 5,8 - 65,3 jam)
serta pada pasien dengan masalah obesitas (9,9 - 40,4 jam). Sekitar 70
- 80% alprazolam terikat oleh protein plasma. Alprazolam mengalami
metabolisme di hati menjadi metabolit aktifnya dan metabolit lainnya
yang tidak aktif. Metabolit aktif ini memiliki kekuatan 1 kali
dibandingkan dengan alprazolam, tetapi waktu paruh metabolit ini
hampir sama dengan alprazolam. Ekskresi alprazolam sebagian besar
melalui urin, sebagian melalui ASI dan dapat melalui sawar plasenta.
c) Mekanisme kerja
Berikatan dengan reseptor benzodiasepin pada saraf post sinap
GABA di beberapa tempat di SSP, termasuk sistem limbik dan
formattio retikuler. Peningkatan efek inhibisi GABA menimbulkan
peningkatan permiabilitas terhadap ion klorida yang menyebabkan
terjadinya hiperpolarisasi dan stabilisasi.
6
(http://id.kalbe.co.id/ProdukdanJasa/ObatResep/ProdukAZ/tabid/267/
ID/1070/ZYPRAZ.aspx)
d) Efek samping
ESO yang ditimbulkan SSP : depresi, mengantuk, disartria
(gangguan berbicara), lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa
ringan, gangguan ingatan, sedasi; Metabolisme-endokrin : penurunan
libido, gangguan menstruasi; Saluran cerna : peningkatan atau
penurunan selera makan, penurunan salivasi, penurunan/peningkatan
berat badan, mulut kering (xerostomia). Dan juga ESO yang
ditimbulkan Kardiovaskuler : hipotensi; SSP : gangguan koordinasi,
akatisia (tidak bisa duduk tenang), gangguan konsentrasi, bingung,
kehilangan perasaan terhadap realitas, disorientasi, disinhibisi, pusing,
hipersomnia(tidur terus), mimpi buruk, vertigo.
(http://yosefw.wordpress.com/2012/04/01/alprazolam/)
e) Sediaan yang tersedia
Nama generik : Alprazolam
Nama dagang : Alganax, Alviz, Atarax, Calmlet, Xanax,
Zolastin
Kekuatan : 0,25 mg; 0,50 mg; 1 mg
Bentuk sediaan : Oral : tablet
(ISO Indonesia Volume 46 no.421)
2) Diazepam
a) Farmakodinamik
Diazepam merupakan turunan benzodiazepine yang bekerja pada
sistem limbic dan hipotalamus, dan menimbulkan efek penenang.
Diazepam menimbulkan efek antisietas dan perelaksasi otot dengan
meningkatkan neurotransmite inhibisi.
b) Farmakokinetik
Diazepam diserap cepat dari saluran pencernaan dan
dimetabolisme secaka ekstensif melalui oksidasi di hati. Metabolism
7
ini menghasilkan beberapa metabolit aktif, Termasuk diazepam yang
diapakai secara terapeutik. Waktu paruh plasma panjang (24 jam) dan
durasi efek obat lebih panjang karena metabolit aktifnya memilki
waktu paruh beberapa hari.
c) Mekanisme kerja
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi
hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh
sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama
dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam
otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai
agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai
benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan.
Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA
terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA
akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir
masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan
sel untuk dirangsang berkurang.
d) Efek samping
Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi parodiksal dalam
agresi, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi
pernapasan. Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, vertigo, hipotensi,
perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan
penglihatan, penurunan libido dan retensi urin. (IONI 2008 hal.244)
e) Sediaan yang tersedia
Nama generik : diazepam
Nama dagang : mentalium, valium, stesolid, validex, valisanbe
Kekuatan : tablet 2 mg, 5 mg,10 mg ; sirup 2mg/5ml ; cairan
injeksi 5mg/ml
8
Bentuk sediaan : oral : tablet, sirup ; parenteral
(ISO Volume 46; hal 422)
3) Lorazepam
a) Farmakodinamik
Lorazepam memiliki stuktur yang menyerupai oxazepam yang
membedakannya hanya keberadaan sebuah atom klorida tambahan
pada posisi ortho di molekul 5-phenyl moiety. Lorazepam memiliki
efek sedatif dan amnesik yang jauh lebih besar dari midazolam dan
diazepam sedangkan efek ventilasi, sistem kardiovaskuler, dan
pengaruhnya pada otot rangka yang menyerupai benzodiazepine
lainnya
b) Farmakokinetik
Lorazepam dapat diabsorpsi dengan baik pada pemberian
secara oral maupun injeksi IM. Setelah pemberian oral konsentrasi
plasma maksimal dari lorazepam akan tercapai pada 2 hingga 4 jam
dan akan bertahan pada kadar terapeutik selama 24 sampai 48 jam.
Lorazepam dikonjugasikan dengan asam glucoronic pada hati
guna membentuk metabolit inaktif yang dapat diekskresikan melalui
ginjal. Waktu paruh eliminasi obat ini mencapai 10 hingga 20 jam,
dan mayoritas diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk lorazepam
glucoronide.
Jika dibandingkan dengan midazolam, lorazepam lebih lambat
mengalami proses pembersihan oleh tubuh. Karena terjadi
pembentukan metabolit glucoronide, maka lorazepam tidak
sepenuhnya bergantung pada enzim mikrosomal hati sehingga
metabolisme lorazepam tidak terlalu dipengaruhi oleh fungsi hati,
penambahan usia, atau pun obat-obatan yang menghambat enzim P-
450 seperti cimetidine, Sehingga waktu paruh eliminasi lorazepam
tidak akan mengalami pemanjangan pada pasien tua atau pada pasien
yang mendapat terapi cimetidine.
9
Lorazepam memiliki onset aksi yang lebih lambat dari
midazolam atau diazepam karena rendahnya kelarutan zat ini dalam
lemak serta lambatnya zat ini memasuki SSP.
(http://skydrugz.blogspot.com/2012/05/benzodiazepine.html?m=1)
c) Mekanisme kerja
Lorazepam menimbulkan efek farmakologis dengan cara
memfasilitasi aksi gamma aminobutryc acid (GABA), suatu
neurotransmiter inhibitorr utama di SSP benzodiazepine tidak
mengaktivasi reseptor GABA. Namun memperkuat reseptor
untuk GABA. Akibat adanya peningkatan afinitas reseptor
GABA utuk neurotransmiter inhibisi yang terinduksi oleh
benzodiazepine, maka terjadi peningkatan saluran klorida
yang terbuka sehingga meningkatkan konduktansi klorida,
menghasilkan hiperpolarisasi membran sel postsynaptic, dan
mengubah neuron postsnaptic sehingga menjadi lebih resisten
terhadap eksitasi.
Resistensi terhadap eksitasi dianggap sebagai
mekanisme yang berperan pada benzodiazepine dan
menimbulkan efek anxiolitik, sedasi, amnesia, aterograde,
potensiasi alkohol, antikonvulsan, dan relaksan otot rangka.
(Farmakologi dan terapi UI edisi 5)
d) Efek samping
Amnesia antegrad, Mental depresid.Palpitasi (detak jantung tidak
teratur), Mengantuk, kebingungan dan ataksia (terutama pada orang
tua); amnesia, ketergantungan, peningkatan paradoks agresi,
kelemahan otot; kadang: sakit kepala, vertigo, hipotensi, gangguan
gastro-intestinal, gangguan visual, dysarthria, tremor, perubahan
libido, inkontinensia, retensi urin, gangguan darah dan reaksi kulit;
pada intravena injeksi, nyeri, tromboflebitis, dan jarang apnea. (BNF
hal 296 dan 208)
10
e) Sediaan yang tersedia
Nama generik : lorazepam
Nama dagang : Ativan
Kekuatan : oral : 0,5 mg; 1 mg; 2 mg. Larutan : 2mg/ml.
parenteral : 2,4mg/ml
Bentuk sediaan : oral : tablet; parenteral : IM,IV
(ISO Indonesia Volume 46 hal.421 dan (Farmakologi Dasar & Klinik Edisi
10 Betram G.Katzung ; hal.365)
4) Triazolam
Triazolam berada dalam kelompok obat yang disebut
benzodiazepin. Triazolam mempengaruhi. bahan kimia dalam otak yang
mungkin menjadi tidak seimbang dan menyebabkan masalah tidur
(insomnia). Triazolam digunakan untuk mengobati gejala insomnia,
seperti kesulitan jatuh atau tetap tertidur.
a) Farmakokinetik
Triazolam diabsorbsi secara cepat dan sempurna setelah
pemberiaan oral dan didistribusikan keseluruh tubuh. Obat ini
dimetabolisme oleh sistem metabolic microsomal hati dan dikeluarkan
dalam urin sebagai metabolit glukoronat atau metabolit oksidasi.
Triazolam paling cepat terinaktivasi yang digunakan untuk insomnia.
b) Mekanisme kerja
Efek farmakologi Triazolam (benzodiazepine) merupakan akibat
aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter
penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor
GABAA melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABAA terhadap
neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan
terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post
sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan
GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit, tetapi meningkatkan
frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan
11
konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini
menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi
alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeleta
(http://farmatika.blogspot.com/2012/05/berkenalan-dengan
benzodiazepin.html#ixzz2i4qn7M6n)
c) Efek samping
Efek samping dari pemakaiaan triazolam yakni mengantuk, sakit
kepala/pusing, gelisah, kehilangan keseimbangan, mual, muntah.
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : triazolam
Nama dagang : Halcion
Kekuatan : 0,125 mg dan 0,25 mg
Bentuk sediaan : oral : tablet
(ISO Indonesia Volume 46)
B. ANTAGONIS BENZODIAZEPIN
Fumazinil adalah salah satu dari turunan 1,4-benzodiazepin dengan
afinitas tinggi untuk ikatan benzodiazepine di reseptor GABAA yang bekerja
sebagai antagoniskompetitif. Senyawa ini merupakan antagonisreseptor
benzodiazepine pertama yang di uji klinis dan diperbolehkan dalam
penggunaan klinis pada tahun 1991.
Obat ini memblokade berbagai kerja benzodiazepine, zolpidem,
zelepon, tetapi tidak mengantagonisasi efek sistem saraf pusat hipnotik-
sedatif lainnya. (Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram G Katzung;
hal.364)
a) Mekanisme Kerja
Flumazenil berikatan dengan afinitas tinggi pada tempat spesifik, pada
tempat tersebut obat ini mengagonis ikatan dan efek alosterik
benzodiazepine dan ligan-ligan lainnya secara kompetitif. Efek
12
elektrofisiologis maupun efek prilaku yang disebabkan oleh agonis atau
agonis invers benzodiazepine atau β-korbulin juga diantagonis.
Dalam penelitian pada hewan coba, kerja farmakologis fumazanil
hamper tidak terlihat; efek yang menyerupai efek agonis invers kadang-
kadang terdeteksi pada dosis rendah, sedangkan sedikit efek mirip
benzodiazepine sering terlihat pada dosis tinggi. (Dasar Farmakologi
Terapi Volume 1 Edisi 10 Goodman and Gilman; hal.400)
b) Farmakokinetik
Flumazenil hanya tersedia untuk pemebriaan intravena. Walaupun
senyawa ini cepat diabsorbsi setelah pemberiaan oral, obat yang mencapai
sirkulasi sistemik kurang dari 25%; hal ini disebabkan terjadinya
metabolisme hepatic lintas pertama yang ekstensif. Pada pemberiaan
inravena, flumazenil dieliminasi hamper seluruhnya melalui metabolism
hepatic menjadi produk inaktif dengan waktu paruh sekitar 1 jam;
akibatnya efek klinis berlangsung singkat dan biasanya bertahan selama 30
menit sampai 60 menit. (Dasar Farmakologi Terapi Volume 1 Edisi 10
Goodman and Gilman; hal.400)
c) Efek samping
Efek samping flumazenil meliputi agitasi, kebingungan, pusing dan
nausea. Flumazenil dapat menyebabkan sindrom abstinensia yang berat
pada penderita yang mengalami ketergantungan fisiologik terhadap
benzodiazepim. Pada pasien yang mendapat benzodiazepine bersama
dengan antidepresan trisiklik, kejang dan aritmia jantung dapat timbul
akibat pemberiaan flumazenil. (Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10
Betram G Katzung; hal.364)
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : Flumazenil
Nama dagang : Anexate
Kekuatan : 0,5mg/ 5 ml
Bentuk sediaan : Ampul (Parenteral)
13
(ISO Indonesia Volume 46; hal.84)
C. BARBITURAT
Barbiturat memiliki periode penggunaan ekstensif yang panjang
sebagai obat sedative-hipnotik; namun obat ini sebagiaan besar sudah
digantikan oleh benzodiazepine yang jauh lebih aman, kecuali untuk
beberapa penggunaan khusus.
a. Cara Kerja
Barbiturat bekerja diseluruh SSP; dosis nonanestetik cendrung
menekan respons polisinaptik. Tempat penghambatan dapat terletak pada
prasinap antara lain pada sel-sel pyramidal dikorteks dan serebelum dan
pada nucleus kuneat, substantia nigra dan neuron-neuron pada thalamus.
Peningkatan penghambatan terjadi terutama pada sinaps-sinaps tempat
neurotransmitter diperantarai oleh GABA yang bekerja pada resptor
GABAA. (Dasar Farmakologi Terapi Volume 1 Edisi 10 Goodman and
Gilman; hal.401)
b. Farmakokinetik
Barrbiturat diabsorbsi dan diedarkan keseluruh tubuh. Obat tersebar
dalam tubuh dari otak sampai kedaerah splankinikus, otot skelet dan
akhirnya sampai pada jaringan lemak. Barbiturate dimetabolisme dalam
hati, dan metabolit yang tidak aktif dikeluarkan dalam urin. (Farmakologi
Ulasa Bergambar Edisi 2; hal.95)
Barbiturate biasanya diberikan secra oral. Dosis tersebut diabsorbsi
denga cepat , onset kerjanya beragam mulai dari 10-60 menit. Barbiturate
terdispersi secara luas dan mudah menembus plasenta. Barbiturate sangat
larut dalam lemak terutama yang digunakan untuk menginduksi
anesthesia. Senyawa barbiturate mengalami metabolism dalam hati
sebelum diekskresi melalui ginjal. (Dasar Farmakologi Terapi Volume 1
Edisi 10 Goodman and Gilman; hal.405)
c. Penggunaan dalam terapi
14
1) Anestesia : barbiturate yang bekerja sangat pendek seperti thiopental,
digunakan secara intravena untuk mendapatkan anesthesia.
2) Antikonvulsan : Fenobarbital digunakan untuk menanggulangi kejang
tonik-klonik, status epileptikus dan eklamsi.
3) Ansietas : barbiturate telah digunakan sebagai sedative ringan dalam
pengobatan ansietas, tensi saraf dan insomnia. Sebagiaan besar fungsi
ini telah diganti oleh benzodiazepim.
d. Efek samping
1) SSP : barbiturate menyebabkan mengantuk, konsentrasi terganggu dan
kelesuhan mental dan fisik.
2) Hangover obat : Barbiturat dalam dosis hipnotik menimbulkan perasaan
lesu setelah pasien bangun kembali. Hangover obat menyebabkan
beberapa fungsi tubuh yang normal terganggu beberapa jam setelah
pasien terbangun. Kadang-kadang dapat terjadi mual dan pusing.
3) Perhatiaan : barbiturate memicu sistem P-450 dan karena itu
menurunkan efek obat yang dimetabolisme oleh enzim dihati.
Barbiturate meningkatkan sintesis porfirin dan merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan porfiria intermiten akut.
4) Ketergantungan : penghentiaan barbiturate secara mendadak
menyebabkan tremor, ansietas lemah, gelisah, mual dan muntah, kejang,
delirium dan jantung berhenti. Gejala putus obat lebih berat jika
dibandingkan opiate dan dapat menimbulkan kematiaan.
5) Keracunan : keracunan barbiturate pada beberapa pengguna dan
menyebabkan kematiaan akibat overdosis. Terjadi depresi pernapasan
yang hebat bersamaan dengan depresi kardiovaskular pusat,
menimbulkan syok dengan pernapasan dangkal dan lambat.
(Farmakologi Ulasa Bergambar Edisi 2; hal.95)
15
e. Penggolongan obat
1) Amobarbital
Amobarbital (sebelumnya dikenal sebagai amylobarbitone) adalah
obat yang merupakan turunan barbiturat . Ia memiliki sifat sedatif-
hipnotik . Amobarbital adalah bubuk kristal putih yang tidak berbau
dengan rasa yang sedikit pahit . Amobarbital pertama kali disintesis di
Jerman pada tahun 1923.
a) Farmakokinetik
Amobarbital diabsorbsi dengan mudah setelah pemberian oral.
Didistribusi dengan cepat den luas. Menembus barrier darah-otak dan
plasenta; diekskresi dalam air susu ibu. Dimetabolisme oleh hati dan
diekskresi oleh ginjal sebagai metabolik tidak aktif. Waktu paruh :16-40
jam
b) Mekanisme kerja
Mendepresi system saraf pusat; mengganggu transmisi melalui
formasi retikular yang berkaitan dengan bangkitan; kerja
neurotransmitter tidak didefinisikan dengan baik; dapat terjadi semua
tingkatan depresi SSP, dari sedasi ringan, hypnosis, koma, sampai
kematian.
c) Efek samping
Efek samping yang bisa ditimbulkan dari obat ini adalah
Mengantuk, sakit kepala, letargi, pusing, depresi mental, ataksia, sedasi
sisa (hangover),konfusi, eksitasi paradoksis dan / atau euforia.
Hipotensi, bradikardia. Ruam kulit, urtikaria, dermatitis ( dapat
medahului kemungkinan reaksi-reaksi fatal); kemerahan dan nyeri pada
tempat injeksi IM, Flebitis pada tempat injeksi I. Mual/ muntah, diare/
konstipasi, nyeri epigastrik. Agrnulositos, trombositopenia.
hipoventilasi, apnea, depresi pernapasan, spasme laring,spasme bronkus.
toleransi, ketergantungan fisik dan toleransi.
d) Sediaan yang tersedia
16
Nama generik : Amobarbital
Nama dagang : Amytal
Kekuatan : bubuk dalam vial 250 mg, 500 mg
Bentuk sediaan : parenteral : bubuk dalam vial dilarutkan untuk
suntikan
Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram G Katzung; hal.369)
2) Phenobarbital
a) Farmakokinetik
Fenobarbital diabsorbsi secara lengkap tetapi agak lambat;
kosentrasi puncak dalam plasma terjadi beberapa jam setelah
pemberian suatu dosis tunggal. Sebanyak 40% sampai 60%
fenobarbital terikat pada protein plasma dan terikat dalam jumlah yang
sama diberbagai jaringan, termasuk otak. Sampai 25 % dari suatu dosis
dieliminasi melalui eksresi ginjal yang tergantung PH dalam bentuk
tidak berubah; sisanya diinaktivasi oleh enzim mikrososm hati.
Sitokrom P450 yang paling bertanggung jawab adalah CYP2C9,
dengan sedikit metabolism oleh CYP2C19 dan 2El. Fenobarbital
menginduksi enzim uridin difosfa glukuronosil transferase(UGT) dan
sitokrom P450 subfamili CYP2C dan 3 A. obat-obat yang
dimetabolisme oleh enzim-enzim ini dapat terurai lebih cepat jika
diberikan bersama fenobarbital; yang penting, kontrasepsi oral
dimetabolisme oleh CYP3A4.
(http://sumarheni.blogs.unhas.ac.id/2010/12/23/penggunaan-
phenobarbital-dalam-terapi/)
b) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja menghambat kejang kemungkinan
melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja pada
reseptor GABAA, rekaman intrasel neuron korteks atau spinalis
kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan
respons terhadap GABA yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini
17
telah teramati pada konsentrasi fenobarbital yang sesuai secara
terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch bagian luar yang
diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa
fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA
dengan meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor
GABA tanpa merubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi
konsentrasi terapeutik, fenobarbital juga membatasi perangsangan
berulang terus menerus; ini mendasari beberapa efek kejang
fenobarbital pada konsentrasi yang lebih tinggi yang tercapai selama
terapi status epileptikus
c) Efek samping
Fenobarbital dapat menyebabkan mengantuk, kelelahan,
depresi mental, ataksia dan alergi kulit, paradoxical
excitementrestlessness, bingung pada orang dewasa dan hiperkinesia
pada anak; anemiamegaloblastik (dapat diterapi dengan asam folat).
Penggunaan fenobarbital dapat menimbulkan efek hipnotik-sedatif.
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi
diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan
mempermudah atau menyebabkan tidur, pusing, ataksia dan pada
anak-anak mudah terangsang. Efek samping ini dapat dikurangi
dengan penambahan obat-obat lain dan pada umumnya, diberikan pada
malam hari.
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : Phenobarbital
Nama dagang : luminal
Kekuatan : oral: tablet 15, 16, 30, 60, 90, 100 mg; kapsul : 16 mg;
eliksir : 15, 20mg /5ml. parenteral suntikan 30,60, 65
130 mg/ ml
Bentuk sediaan : Oral : tablet, kapsul, eliksir; Parenteral
(Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram G Katzung; hal.369)
18
3) Pentobarbital
Sediaan yang tersedia
Nama generik : pentobarbital (nembutal sodium)
Nama dagang : Nembutal
Kekuatan : kapsul : 50,100mg; eliksir : 4mg/ml; supositoria :
30,60,120,200 mg; parenteral : 50mg/ml
Bentuk sediaan : oral : kapsul,eliksir; rektal: supositoria; parenteral :
IV,IM
(Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram G Katzung; hal.369)
D. GOLONGAN LAINNYA
1) Buspirone
Buspirone berguna dalam pengobatan gangguan ansites umum dan
efeknya sama dengan benzodiazepine.
a) Farmakokinetik
Absorbsi cepat dari Traktus GI. Distribusi belum dapat di
buktikan. Di metabolisme oleh hati. Menghasilkan metabolit aktif yang di
ekskresi dalam urin (60%) dan feses (40 %). Waktu Paruh : 2- 3 jam
( pedoman obat)
b) Mekanisme kerja
Buspiron bekerja melalui mediasi reseptor serotonin (5-HT1A),
meskipun reseptor lain mungkin juga terlibat karena buspirone
menunjukkan afinitas untuk reseptor dopamine DA2 dan serotonin 5-
HT2. Cara kerja berbeda dengan benzodiazepine. (Farmakologi Ulasan
bergambar Edisi 2 hal 93)
c) Efek samping
Efek samping rendah, efek samping paling sering adalah sakit
kepala, pusing, gelisah, dan ringan kepala.
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : Buspirone (buspar)
19
Nama dagang : Xiety
Kekuatan : 10 mg
Bentuk sediaan : oral : tablet
(ISO Indonesia Volume 46 hal 429)
2) Zolpidem
Meskipun hipnotika zolpidem bukan benzodiazepim, obat ini bekerja
pada perangkat reseptor benzodiazepine. Zolpidem tidak mempunyai sifat
antikonvulsan atau pelemas otot.
a) Farmakokinetik
Diabsorbsi secara cepat lewat saluran cerna, mengalami
metabolisme lintas pertama di hati. Bioavailabilitasnya sekitar 70%, nilai
ini akan lebih rendah bila obat dikonsumsi bersama dengan makanan.
Metabolisme obat terutama berlangsung dihati lewat reaksi oksidasi
menjadi metabolit yang inaktif. Waktu paruh obat dalam plasma sekitar
dua jam pada individu dengan fungsi hepar yang normal, dan dapat
mencapai dua kali atau lebih pada usia lanjut atau pasien sirosis.
(Farmakologi dan Terapi Ed.5 FK UI Hal.147)
Didistribusi secara luas. Konsentrasi tinggi diketahui dalam
jaringan glandular dan adiposa, sat distribusi ke otak menurun, tetapi
homogen. Protein plasma mengikat zolpidem rata-rata 90%. Diekskresi
dalam ASI. Dimetabolisme oleh hati, dikonversi menjadi metabolit tidak
aktif yang diekskresi , terutama oleh ginjal.
(Pedoman Obat, By Buku Saku Hal. 633)
b) Mekanisme kerja
Seperti juga Benzodiazepin, berikatan dengan reseptor w dari
kompleks reseptor GABAA-kanal klorida. Ciri Zolpidem adalah afinitas
yang sangat tinggi terhadap tempat ikatan w1, sedang afinitas tempat
ikatan w2 dan w3 jelas lebih rendah. Reseptor w1 ada hubungan dengan efek
sedasi , reseptor w2 dengan efek relaksasi otot dan reseptor w3 dengan efek
ansiolitik, maka pada zolpidem efek sedatif-hipnotik secara klinis
20
menonjol dengan jelas. Efek ansiolitik dan antikonvulsi yang menjadi ciri
Benzodiazepin pada Zolpidem hanya sangat lemah, tetapi efek relaksasi
otot sangat kuat seperti pada Benzodiazepin.
Setelah ikatan Zolpidem pada reseptor w terjadi perubahan
konformasi pada kompleks reseptor GABAA-kanal klorida yang
mengakibatkan ikatan GABAA pada reseptor makin kuat → pembukaan
kanal cl- (peningkatan kemungkinan terbukanya kanal) → ion cl- lebih
banyak mengalir masuk ke dalam sel-sel → hiperpolarisasi sel-sel →
pengurangan sensitivitas neuron. Efek Zolpidem juga dapat dibatalkan
dengan antogonis Benzodiazepin Flumazenil.
Seperti pada Benzodiazepin, pada pemakaiannya (juga dalam
dosis terapeutis) tidak menutup kemungkinan terjadi perkembangan
ketergantungan (fisik dan psikis). Setelah dihentikan mungkin ad gejala
putus obat dan fenomena rebound (misalnya mimpi buruk). Obat-obat ini
tidak boleh dipakai selama lebih dari 4 minggu.
(Farmakologi dan Toksikologi Ed.3 By: Gery Schmitz, Hans Lepper, &
Michael Heidrich. Hal 171)
c) Efek samping
Kebingungan mental, reaksi paradoksikal, dan psikiatrik, pusing,
gangguan keseimbangan, ataksia, sakit kepala, mengantuk pada siang
hari, kewaspadaan terganggu, kelemahan otot, diplopia, gangguan
gastrointestinal.
(ISO Indonesia Vo.47 , hal 405-406)
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : Zolpidem tartarat
Nama dagang : Stilnox, Zolmia
Kekuatan : 10 mg
Bentuk sediaan : oral : tablet, tablet salut selaput
(ISO Indonesia vol.47 hal 406-405)
21
3) Hydroxyzine
Hidroksizin merupakan antihistamin dengan aktivitas antiemetik.
Tendesi habituasi rendah, berguna untuk pasien ansietas yang mempunyai
riwayat penyalahgunaan obat. Juga digunakan untuk sedasi sebelum
prosedur klinik gigi atau operasi. (Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2
hal. 93)
Derivat klor ini adalah salah satu antihistamin pertama (1957) dengan
berbagai macam khasiat. Antara lain sedatif dan anksiolitis, spasmolitis,
anti-emetis, serta antikonlinergis. Sangat efektif pada urticaria dan gatal-
gatal.
Hidroksizin termasuk dalam golongan Piperazin generasi pertama.
Merupakan senyawa kerja panjang yang dipakai secara luas untuk alergi
kulit, aktivitas depresan-SSP hidroksizin yang kuat mungkin ikut berperan
dalam menyebabkan efek antipruritik yang menonjol. Siklizin dan meklizin
terutama dipakai untuk mengatasi mabuk perjalanan, walaupun prometazin
dan difenhidramin (dimenhidrinat) lebih efektif. (Dasar Farmakologi Terapi
Vol.1 Goodman & Gilman hal. 638)
Dapat menekan aktivitas daerah tertentu subkortikal sistem saraf
pusat sehingga digunakan untuk memperbaiki gejala ketegangan dan
kecemasan pada psikoneurosis dan sebagai sedatif pada pramedikasi
anastesi. Hidroksizin juga mempunyai efek antihistamin, bronkodilator,
analgesic dan antiemetik. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, awal
kerja cepat ± 15 – 30 menit. Kadar darah tertinggi dicapai ± 2 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paro plasma ± 12 – 20 jam.
(http://farmacyku.blogspot.com/2012/02/penggolongan-antihistamin.html)
a) Farmakokinetik
Hidroksizin termasuk dalam golongan Antagonis reseptor H1
Histamin (AH1). Senyawa in bekerja pada aferen vestibula dan batang
otak.
22
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorbsi secara
baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal
setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 generasi 1 setelah pemberian dosis
tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa derivat piperazin seperti
meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja yang lebih panjang.
Dimana dalam dosis dewasa 25-100 mg mempunyai masa kerja 6-24 jam.
Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati, tetapi dapat juga pada
paru-paru dan ginjal. Hidroksizin merupakan prodrug. AH1 di ekskresi
melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
(Farmakologi UI hal. 279)
b) Efek samping
Efek samping yang paling sering ialah sedasi. Efek samping lain
yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria, palpitasi,
hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.
c) Sediaan yang tersedia
Nama generik : hidroksizin dihidroklorida
Nama dagang : bestalin, itbarat
Kekuatan : tablet : 25mg; sirup : 10mg/ 5 ml
Bentuk sediaan : Oral : tablet, sirup
(ISO Indonesia Volume 46 hal 70; 516)
IV. SEDATIF NON BARBITURAT
1) Kloral hidrat
a) Farmakodinamik
Kloral hidrat merupakan derifat dari asetaldehid dan diubah menjadi
trikloretanol dalam tubuh. Obat merupakan sedative dan hipnotik yang
baik, menyebabkan tidur dalam 30 menit dan berlangsung sampai 6 jam. .
(Farmakologi Ulasa Bergambar Edisi 2; hal.95)
23
b) Farmakokinetik
Kloral hidrat cepat direduksi menjadi senyawa aktif yaitu
trikloroetanol, sebagiaan besar oleh alkoohol dehydrogenase di hati.
Setelah pemberiaan oral, tidak ditemukan jumlah kloral hidrat yang
signifikan dalam darah. Efek farmakologisnya mungkin disebabkan oleh
trikloroetanol. Senyawa trikloroetanol memang dapat menimbulkan efek
mirip barbiturate pada saluran reseptor GABAA. trikloroetanol terutama
berkonjugasi dengan asam glukorunat, dan hasilnya diekskresikan besar
kedalam urin. (Dasar Farmakologi Terapi Volume 1 Edisi 10 Goodman
and Gilman; hal.408)
c) Efek samping
Dalam pencernaan kloral hidrat menyebabkan iritasi dan nyeri
epigastrik, juga menimbulkan sensi yang tidak enak dalam mulut.
(Farmakologi Ulasa Bergambar Edisi 2; hal.95)
Kloral hidrat mengiritasi kulit dan membrane mukosa. Efek SSP
yang tidak diinginkan meliputi sakit kepala ringan, malaise, ataksia.
Keracunan akut kloral hidrat dapat menyebabkan ikterus. Penggunaan
kloral hidrat jangka panjang oleh individu dapat menyebabkan intoksikasi
akut tiba-tiba yang dapat berakibat fatal. Penghentiaan tiba-tiba kebiasaan
menggunakan kloral hidrat dapat menyebabkan delirium dan seizure,
dengan frekuensi kematian. (Dasar Farmakologi Terapi Volume 1 Edisi 10
Goodman and Gilman; hal.408)
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : Chloral hydrate
Nama dagang : Aquachloral Suppretess
Bentuk sediaan : Oral : kapsul 500 mg, Sirup 250,500mg /5 ml
Rektal : suppositoria 324, 648 mg
(Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10 Betram G Katzung; hal.369)
24
2) Antihistamin
Antihistamin sebagai obat bebas mempunyai sifat sedasi seperti
difenhidramin (penyekat reseptor histamine H1) dan doksilamin yang
efektif mengobati insomnia ringan. Obat ini biasanya tidak mampu untuk
semua jenis insomnia kecuali paling ringan dari insomnia situasional.
a) Farmakokinetik
Penyekat reseptor H1 diabsorbsi dengan baik setelah pemberiaan per-
oral, dengan kadar maksimum dalam serum tercapai setelah 1 sampai 2
jam. Waktu paruh rata-rata dalam plasma 4 sampai 6 jam. Tempat
biotransformasi utama adalah hati. Diekskresi kedalam urin, sedikit dalam
bentuk yang tidak berubah dan sebagiaan besar dalam bentuk metabolit.
(Farmakologi Ulasa Bergambar Edisi 2; hal.427)
b) Mekanisme kerja
Antihistamine H1 mengantagonis semua efek histamine kecuali untuk
histamine yang hanya diperantarai oleh reseptor H2. Efek semua penyekat
reseptor H1 secara kuantitatif adalah sama.
c) Efek samping
Efek samping yang paling sering diperhatikan adalah sedasi. Efek
sentral lainnya berupa tinnitus, kelelahan, pusing, malas, inkoordinasi,
penglihatan kabur dan tremor.
d) Sediaan yang tersedia
Nama generik : difenhidramin hidroklorida
Nama dagang : adidryl, benadryl
Kekuatan : kapsul : 25 mg; vial :10mg/15ml
Bentuk sediaan : Oral : kapsul; parenteral
3) Etanol
Etanol memberikan efek antiansietas dan sedative tetapi potensi
peracunannya lebih banyak dibandingkan dari keuntungannya. Etanol
adalah depresan SSP, memberikan sedasi dan akhirnya hypnosis dengan
dosis yang ditingkatkan.
25
a) Farmakokinetik
Etanol dimetabolisme terutama dalam hati, pertama menjadi
asetaldehid oleh alcohol dehydrogenase, kemudiaan asetat oleh aldehid
dehydrogenase. Disulfiram menghambat oksidasi asetaldehid menjadi asam
asetat dengan menghambat aldehid dehydrogenase. Disulfiram dapat
digunakan untuk pasien yang sangat ingin menghentikan alcohol.
b) Efek samping
Disulfiram menyebabkan penumpukan asetaldehid yang
menyebabkan flushing, takikardia, hiperventilasi dan mual.
(Farmakologi Ulasa Bergambar Edisi 2; hal.96)
26