46
TUGAS HYPERKES PAPARAN BIOLOGI DAN GAS Disusun Oleh : KELOMPOK VII RIA LAURENSIA K251205 9 RIASTY PURWANDARI K251206 0 RIDHO AKHYA FADILAH K251206 1 RIRIN ROHMA WIJAYANTI K251206 2 ROSANDI SURYA WIJAYA K251206 4 SABIQ FARHAN K251206 5 SARWO EDI K251206 6 SATRIYO KHABIB K251206 7 1

MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dalam menjalankan pekerjaan perlu memahami dasar- dasar keselamatan kerja sehingga pada saat melakukan pekerjaan akan menjadi aman

Citation preview

Page 1: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

TUGAS HYPERKES

PAPARAN BIOLOGI DAN GAS

Disusun Oleh : KELOMPOK VII

RIA LAURENSIA K2512059RIASTY PURWANDARI K2512060RIDHO AKHYA FADILAH K2512061RIRIN ROHMA WIJAYANTI K2512062ROSANDI SURYA WIJAYA K2512064SABIQ FARHAN K2512065SARWO EDI K2512066SATRIYO KHABIB K2512067MIMI TRI SUCI HANDAYANI K2509043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN DAN KEJURUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

1

Page 2: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di

Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya

angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus

kecelakaan kerja (”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006).

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap

K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.

Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada

perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan

2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah

menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar

disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi

tambahan beban biaya perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi

catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika

dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara

lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagian besar dari kasus-kasus

kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia produktif. Kematian merupakan

akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat diukur nilainya secara ekonomis.

Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup, di samping

berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian materil yang

sangat besar, bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan

oleh penderita penyakit-penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker.

Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan

konstruksi. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko

terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian,

perikanan, perkayuan, dan pertambangan.

2

Page 3: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang,

53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah

Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan

pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja

harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan

perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang

biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai

Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.

II. Rumusan masalah

1. Bagaimana paparan biologi dan gas tentang kesehatan dan keselamatan

kerja?

2. Apa saja penyakit biologis dan gas yang timbuk akibat kecelakaan kerja?

III. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui metode konstruksi yang benar dan mencegah

kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang paparan biologi dalam

mencegah kecelakaan kerja.

3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit biologis dan gas pada kecelakaan

atau akibat kerja.

IV. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui bagaimana paparan tentang biologi dan gas dalam dunia

kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Mengetahui informasi tentang gangguan-gangguan yang bersifat biologis

dalam dunia hyperkes sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan

kerja.

3

Page 4: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan

demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man

made disease. Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun

1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit

akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi

di tempat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :

A. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

B. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya

Karsinoma Bronkhogenik.

C. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-

faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

D. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada

sebelumnya, misalnya asma.

II. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan

yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga

tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat

dikelompokkan dalam 5 golongan:

A. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang

sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

B. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,

maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,

gas, larutan, awan atau kabut.

4

Page 5: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

C. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur

D. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan

cara kerja

E. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

III. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Anamnesis, pemeriksaan dan lab yg biasa digunakan “belum cukup”, harus

ditambah pemeriksaan tempat kerja. Langkah-langkah diagnosis :

1. Anamnesis ttg riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan. Awal mula

timbul gejala, gejala dini, perkembangan, hubungan gejala dan tanda sakit

dg pekerjaan, hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dg gejala dan

tanda penyakit.

2. Pemeriksaan klinis

3. Pemeriksaan laboratoris & Ro

4. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja

Kriteria PAK :

1. Penyebab berhubungan dg pekerjaan.

2. Pend. Selalu kontak dg bahan penyebab dlm pekerjaan.

3. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ini.

4. Lesi mula-mula lokal di tempat kontak.

5. Lesi membaik pada waktu cuti, timbul pada waktu masuk kembali.

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan

suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan

menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7

langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

5

Page 6: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

A. Tentukan Diagnosis klinisnya Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan

terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang

ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.

Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut

apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

B. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan

mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial

untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini

perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat

dan teliti, yang mencakup: Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah

dilakukan oleh penderita secara khronologis. Lamanya melakukan masing-

masing pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang

digunakan Jumlah pajanannya Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

Pola waktu terjadinya gejala Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah

ada yang mengalami gejala serupa) Informasi tertulis yang ada mengenai

bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)

C. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit

tersebut Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang

mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit

yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah

yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa

penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu

dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat

menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan

sebagainya).

D. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat

mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat

terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di

tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan

membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan

diagnosis penyakit akibat kerja.

6

Page 7: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

E. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya,

yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD,

riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat.

Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang

mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang

dialami.

F. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah

penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan

penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu

dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

G. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan

berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan

penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya

memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu

dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan

dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan

pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita

penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan

memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada

waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi

pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

IV. PELAPORAN

“PAK harus dilaporkan” (Kepmenaker 333/MEN/1989) dlm 2 X 24 jam, yg

dirinci:

7

Page 8: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

A. Identitas: nama, NIP, umur, jenis kelamin, jabatan, unit kerja, lama kerja,

nama perusahaan, jenis perusahaan, alamat perusahaan.

B. Anamnesis: riwayat pekerjaan, keluhan, riwayat penyakit

C. Hasil pemeriksaan mental dan fisik termasuk hasil pemeriksaan tambahan

lab, Ro, EKG dll.

D. Hasil pemeriksaan lingk. Kerja dan cara kerja. Lingk kerja, cara kerja,

lama waktu paparan, APD

E. Pemeriksaan kesehatan TK. Pemr sebelum kerja, sebelum penempatan,

berkala dan pemeriksaan kesh khusus

F. Resume. Faktor-faktorpendukung diagnosis dari anamnesis – pemr. Lingk.

Kerja, cara kerja dan waktu paparan nyata

G. Kesimpulan. Penderita menderita / tidak menderita PAK, serta Diagnosis.

V. GANGGUAN KESEHATAN DAN GAYA KERJA

Beban kerja : fisik, mental, dan sosial.

Beban tambahan akibat lingkungan kerja :

-Gol. fisik

-Gol. fisiologis

-Gol. kimia

-Gol. psikologis

-Gol. biologis

Kapasitas kerja :

- Ketrampilan - Jenis kelamin

- Keserasian/fittness - Usia

- Gizi - Ukuran tubuh

8

Page 9: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

VI. Penyakit Akibat Kerja/ Penyakit yang Timbul karena Hubungan

Kerja

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan atau

lingkungan kerja (ps 1 Permenakertrans no PER.01/MEN/1981).

Penyakit yg timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Kepres no 22 th 1993).

Klasifikasi PAK berdasar penyebab :

1. PAK disebabkan faktor fisik

2. PAK disebabkan faktor kimia

3. PAK disebabkan faktor biologi

4. PAK disebabkan faktor fisiologis

5. PAK disebabkan faktor psikologis

Menurut Permenakertrans no PER 01/MEN/1981 ada 30 jenis penyakit.

Menurut Kepres no 22 th 1993 ada 31 jenis penyakit, yang 30 jenis = PER

01/MEN/1981 ditambah 1 lagi.

31 PAK tersebut adalah:

1. Pneumokoniosis yg disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut

(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yg

silikosisnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian.

2. Penyakit paru & saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yg disebabkan

oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yg disebabkan

oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yg disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yg dikenal yg berada dlm proses pekerjaan.

9

Page 10: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

5. Alveolitis alergika yg disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

6. Penyakit yg disebabkan oleh beriliumatau persenyawaannya yg beracun.

7. Penyakit yg disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya ug beracun.

8. Penyakit yg disebabkan fosfor atau persenyawaannya yg beracun.

9. Penyakit yg disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yg beracun.

10. Penyakit yg disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yg beracun.

11. Penyakit yg disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yg beracun.

12. Penyakit yg disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yg beracun.

13. Penyakit yag disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yg beracun.

14. Penyakit yg disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yg beracun.

15. Penyakit yg disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yg disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alitis atau aromatis yg beracun.

17. Penyakit yg disebabkan oleh benzin atau homolognya yg beracun.

18. Penyakit yg disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzen dan

homolognya yg beracun.

19. Penyakit yg disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20. Penyakit yg disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yg disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau

keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida,

atau derivatnya yg beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yg disebabkan oleh kebisingan.

10

Page 11: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

23. Penyakit yg disebabkan oleh getaran mekanis (kelainan2 otot, urat, tulang

persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

24. Penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yg bertekanan lebih.

25. Penyakit yg disebabkan oleh radiasi elektromagnetis dan radiasi yg

mengion.

26. Penyakit kulit (dermatosis) yg disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi,

atau biologis.

27. Penyakit kulit epitelioma primer yg disebabkan oleh ter, pic, bitumen,

minyak mineral, antrasen atau persenyawaan, produk atau residu dari zat

tsb.

28. Kanker paru atau mesotelioma yg disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yg disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yg didapat

dlm suatu pekerjaan yg memiliki resiko kontaminasi khusus.

30. Penyakit yg disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi

atau kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yg disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan obat.

VII. Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh

makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang

terpajan. Potensi bahaya yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi akibat bahan-

bahan biologis, seperti debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, virus, bakteri, dan

sebagainya.

A. Bakteri

Bakteri adalah Organisme bersel tunggal berdiameter 1-2 mikron.

Beberapa bakteri menyebabkan penyakit seperti tetanus, yang lain berguna

sebagai sumber antibiotika seperti : antraks, pada tenaga kerja yang berhubungan

11

Page 12: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

dengan wol, tetanus pada tenaga kerja pertanian. Bakteri tuberculosis menyerang

paru, anthrax menyerang kulit dan paru. Brucellosis menyebabkan sakit kepala,

arthralgia dan  endokardit. leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, mual,

gangguan hati, burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), lepra, tetanus,

thypoid, cholera, dan sebagainya.

Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu:

1. bulat (kokus)

2. lengkung

3. batang (basil).

Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi

yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan

kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi.

B. Virus

Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter.

Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya

yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus: influenza, varicella,

hepatitis, HIV, dan sebagainya (HIV), menyebabkan penurunan daya kekebalan

tubuh, ditularkan melalui: Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris

jarum/pisau yag terkontaminasi, Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu

melahirkan. Pekerja berisiko (HIV), Pekerja RS, pekerja yang sering ganti-ganti

pasangan.

C. Parasit

1. Malaria ; gigitan nyamuk anopheles,

2. Ansxylostomiosis, anemia khronis,

3. gatal-gatal dikulit.

Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih

komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan

yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

12

Page 13: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

D. Hewan

1. sengatan Seraangga

2. ular

3. gigitan Binatang berbisa

4. Carnivora

5. Binatang buas

E. Tumbuhan Debu kayu: Allergi & asma Debu kapas: allergi saluran nafas.

F. Organisme viable dan racun biogenic.

Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins;

Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.

Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan

dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo

bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis,

“grain fever”,Legionnaire’s disease.

G. Bahaya infeksi

Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja

yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium,

jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.

Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,

chlamydia, psittaci. Masuknya M.O kedalam tubuh tidak selalu mengakibatkan

infeksi, dipengaruhi oleh banyak faktor, aanata lain : (i)Virulensi, (ii) Route of

infection, (iii) Daya tahan tubuh.

H. Alergi Biogenik

Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.

Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari

bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada

13

Page 14: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses

pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur

jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala

alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh Occupational asthma :

wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

VIII. Faktor-faktor penyebab penyakit kerja akibat biologi:

A. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan

tubuh manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam

berdarah, anthrax.

B. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung

atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang

terinfeksi atau via vektor.

C. Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang

menimbulkan penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral.

pembersih cerobong asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu :

1. Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume

fever, polymer fume fever, organic dust fever, legionenelosis

2. Allergi akibat polusi udara : asma kerja, pneumonitis

hipersensitivitas. Bakteri dan virus merupakan makhluk yang

sangat mudah berkembang biak danpenyakit yang disebabkannya

sangat mudah menular.

IX. Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja

Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin

ditemukan di tempat kerja, diantaranya :

Daerah pertanian :

Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat

terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma

bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.

14

Page 15: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :

Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah

bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis

(sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan

lainnya seperti Pneumonia.

Daerah peternakan :

Terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari hewan. Penyakit-

penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya : Anthrax

yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, burcelosis (sakit

kepala,atralagia, enokkarditis), Infeksi Salmonella.

Di Laboratorium :

Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama

untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang

megandung organisme pathogen

Di Perkantoran :

Terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Para pekerja di

perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier

fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan

organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire

disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih

berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.

Cara penularan kedalam tubuh manusia

Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah

masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :

1. Melalui saluran pernapasan

Inhalasi spora/debu tercemar : Kokidiomikosis,Histoplasmosis, New Castle,

Ornitosisk, Q fever, Tbc

15

Page 16: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

2. Melalui mulut (makanan dan minuman)

Hepatitis, Diare, Poliomyelitis

3. Melalui kulit

a. Kulit utuh : antrax, Bruselosis, Leptospirosi,Skistosomiasis, Tularemia,

Cacing tambang,

b. Kulit rusak : erisipeloid, rabies, sepsis, tetanus,hepatitis, (iii) Kulit

maserasi : infeksi jamur,

c. Gigitan serangga : leismaniasis, malaria, riketsiosis,

d. Gigigtan sengkenit : Tripanosomiasis

X. Mengontorol bahaya dari faktor biologi

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat

dihindari dengan pencegahan antara lain dengan :

1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu

yang mengandung organism patogen

2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi

3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja

4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali

setiap bulan

5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya

mikroorganisme yang patogen pada system pendingin.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan

mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.

XI. Gas

Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam

bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan

kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.

16

Page 17: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Gas Bertekanan

Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun

laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan

tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan

mudah terbakar.

Tabel .2. penggunaan gas bertekanan dan bahayanya GAS

Nama gas Penggunaan Bahaya

Asetilen Gas bakar Mudah terbakar,

aspiksian

Ammonia Bahan baku pupuk Beracun

Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah

terbakar

Hidrogen Hidrogenasi, gas

karier

Mudah terbakar dan

meledak

Nitrogen Gas pencuci,

membuat udara inert

Aspiksian

Klor Klorinasi Beracun, korosif

Vinil Klorida Produksi plastic Beracun dan mudah

terbakar

17

Page 18: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyakit Akibat Kerja dengan Penyebab Faktor Biologi

I. Dermatitis pada Industri Pupuk Organik

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respon terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,

linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan

mungkin hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis cenderung residif dan menjadi

kronis. Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara

dermatitis dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.

Penyebab Dermatitis

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan

kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari

dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.

A. Gejala Dermatitis

Pada umumnya penderita dermatitismengeluh gatal. Kelainan kulit

bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas,

penyebarannya dapat setempat, generalisata, bahkan universalis. Pada stadium

akut, biasanya kulit yang terkena eksim nampak kemerahan, mengalami

penebalan dan timbul bercak-bercak, adakalanya berair (basah). Pada stadium

subakut, bercak merah dan penebalan kulit nampak mereda, kemudian bercak

yang basah akan mengering dan menjadi keropeng (krusta). Pada stadium kronis,

eksim nampak kering, bersisik dan mengalami hiperpigmentasi (menghitam). Tak

jarang eksim mengalami perubahan bentuk menjadi bintik-bintik menonjol,

bahkan kadang mengalami erosi.

18

Page 19: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

B. Jenis-Jenis Dermatitis

1. Dermatititis kontak iritan akut.

Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih

atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah

yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi

ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut

lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis

kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau

lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang

terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih

setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi

vesikel atau bahkan nekrosis.

2. Dermatitis kontak iritan kronis.

Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak

dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan,

trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya

detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis

mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan

secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila

bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-

hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga

waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan

kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal

(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.

Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris

(fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus

menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau

skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan

dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.

19

Page 20: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya

dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan

lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.

C. Pengendalian yang Dapat Dilakukan

1. Eliminasi.

Eliminasi faktor biologi penyebab dermatitis di tempat kerja dapat

dilakukan dengan cara: - Membersihkan tempat kerja secara rutin setelah pekerja

usai bekerja; - Mensterilkan bahan-bahan pengolahan pupuk secara optimal; -

Memastikan bahwa alat yang akan digunakan dan alat yang telah digunakan

adalah bersih; - Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejenisnya pada

tempat kerja setelah pekerja usai bekerja.

Substitusi Substitusi bisa dilakukan dengan:

a. Mengganti bahan baku pupuk;

b. Mengganti peralatan pengolahan pupuk;

c. Mengganti atau memindahkan tempat pengolahan pupuk;

d. Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki sensitivitas kulit

yang tinggi dengan pekerja yang memiliki sensitivitas lebih rendah

terhadap agen biologi, lalu menempatkan pekerja yang memiliki

sensitivitas tinggi tersebut ke sektor atau bagian lain dari aktivitas

industri.

2. Engineering Control Pada pengendalian faktor biologi.

Mungkin tidak terlalu melibatkan engineering control. Namun engineering

control dalam industri pengolahan pupuk organik ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Mendesain peralatan yang memperpanjang jarak antara pekerja dengan

objek kerja (bahan baku pupuk)

b. Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja dengan disinfektan

c. Menyediakan mesin penggilingan atau pengaduk atau pencampur

otomatis yang aman untuk mengurangi masa keterpaparan atau kontak

20

Page 21: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

langsung pekerja dengan bahan baku pupuk organik yang umumnya kaya

akan mikrobiologi yang sangat mungkin menyebabkan dermatitis.

3. Administrative Control

a. Membuat dan memasang media-media pengingat dan peringatan

mengenai cara kerja yang baik dan benar, misalnya poster, stiker, atau

selebaran

b. Meng-upgrade pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis

kerja melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau

diskusi bersama

c. Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk meminimalisir lamanya waktu

maksimal kontak pekerja dengan agen biologi penyebab dermatitis.

4. Alat Pelindung Diri

a. Menyediakan masker bagi para pekerja

b. Menyediakan sarung tangan untuk para pekerja

c. Menyediakan sepatu boot untuk para pekerja; - Menyediakan seragam

kerja yang berlengan panjang dan celana panjang, hal in untuk

mengurangi kemungkinan kontaknya agen biologi (mikroorganisme)

dengan kulit pekerja

d. Menyediakan semacam lotion disinfektan kulit sebelum pekerja memulai

pekerjaannnya, ini untuk meningkatkan imunitas kulit pekerja

e. Meyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun anti-mikroba dan

kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk memudahkan pekerja

yang ingin segera membersihkan diri usai bekerja.

Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan

pentingnya membersihkan diri setelah bekerja.

21

Page 22: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

II. Demartosis Akibat Kerja (Occupational Dermatoses)

DIFF :

1. segala kelainan kulit yg timbul padawaktu bekerja atau disebabkan oleh

pekerjaan (suma’mur)

2. keadaan patologik kulit sbg akibat adanya kontak dg bahan yg

berhubungan dengan tempat kerja.

Insiden: 50 - 60 % dari penyakit akibat kerja., bahkan lebih banyak lagi dari

adanya

LAPORAN, disebabkan :

a. Ketidak tahuan penderita

b. Kurang perhatian pengusaha

c. Adanya perbedaan diffinisi

d. Perbedaan cara

mengumpulkan data

e. Kurang dikenalnya tipe

dermatoses

Penyebab :

1) Faktor fisik: Panas, dingin, Lembab, angin, tekanan, gesekan, sinar dll

2) Bahan tumbuh-tumbuhan

3) Biologis: Hewan, bakteri, jamur, parasit, virus

4) Bahan kimia: or/an organik

III. Sensitisasi atau iritasi

Dermatoses macam dermatoses :

A. DERMATITIS

B. TUMOR

C. ALLERGI

D. DERMATITIS KONTAK

E. IRITAN

F. ALLERGIS

22

Page 23: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Perangsang primer dermatitis kontak iritan:

1. Rangsangan kulit

2. Melarutkan lemak, keratin

3. Menarik air kulit

4. Oksidasi / reduksi

Perangsang primer: bahan yg menimbulkan dermatoses oleh kerjanya yang

langsung pada kulit normal di tempat terjadinya kontak dalam jumlah dan

kekuatan yg cukup dan waktu yg cukup Iritan.

Absolut / Immidiate : sekali (basa kuat, asam kuat, logam berat)

Relatif / Kumulatif : Berkali-kali (air, sabun, detergent)

Sensitenzer pemeka alergi

Pemeka kulit : bahan yg tidak usah menimbulkan perubahan kulit pada waktu

kontak, tetapi menyebabkan perubahan-perubahan khas di kulit setelah 5 – 7 hari

sejak kontak i baik di tempat tsb atau di tempat lain

Faktor predisprosisi :

a. Ras

b. Jenis Kelamin

c. Keringat

d. Kebersihan Umur

e. Musim

f. Diet

g. Alergi

Pengobatan dan Pencegahan :

1) Pencegahan > penting dr

pengobatan

2) Pengobatan simtomatis –

membantu

3) Pengobatan utama pindahkan

penderita

4) Pencegahan: kebersihan

pribadi dan lingkungan

23

Page 24: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

Pneumokoniosis adalah penyakit yg disebabkan oleh penimbunan debu dlm paru

(untuk debu pada umumnya).

Untuk debu-debu spesifik nama spesifik pula:

a) silicosis oleh debu si02 bebas

b) asbestosis oleh debu asbes

c) berryliosis oleh debu be

d) siderosis oleh debu fe2o3

e) stanosis oleh debu timah

putih (sno2)

f) byssinosis oleh debu kapas

Besar debu (mikron) penimbunan:

1) Saluran pernafasan atas (5 – 10)

2) Saluran pernafasan tengah (3 – 5)

3) Alveoli (1 – 3)

4) Sulit / di alveoli (0,1 - 1)

5) Gerakan brown (< 0,1)

Mekanisme penimbunan:

a. inertia -- jalan nafas belok

b. sedimentasi

c. gerakan brown

Nasib debu tergantung tempat :

a. di bronchi / bronchioli: dihalau oleh silia keluar, batuk

b. di alveoli: yg larut air / kecil masuk ke sal limphe atau

dipagositose.

c. tertimbun diagnose pneumokoni osis

d. gejala batuk kering,sesak nafas, kelelahan imum, bb turun,

berdahak

24

Page 25: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

e. seperti pada penyakit akibat kerja pada umumnya, terpenting

riwayat pekerjaan dan mengetahui kondisi lingkungan kerjanya.

f. diagnosa pasti --- biopsi

Terapi : causal sulit/tak bisa, simtomatis dan pindah pekerjaan.

Pencegahan : di sumber, transmisi, pekerjanya (APD).

IV. SILICOLIS

Penyebab silika bebas masuk paru, garam silikat tak menyebabkan silicosis.

Pada pekerjaan: perush. Penghasil batu bangunan, granit, keramik,

pertambangan timah putih / besi / batu bara, proses gerinda, sandblasting.

Inkubasi: 2 – 4 th

Tingkatan :

I. Ringan (silicosis sederhana)

Noduli < 2mm kadang sampai penuh di seluruh lapangan paru. Noduli tsb

saling terpisah, noduli kadang tertutup bayangan gelap (emphysema). Contohnya:

sesak nafas (dyspnoea) waktu kerja, batuk kering, KU pekerja masih baik, gejala

paru minim ( yg tua emphysema), ggn kerja minim.

II. Sedang

Noduli saling menyatu. Contohnya : sesak + batuk > jelas dari I, gejala

klinis paru mulai nampak, dada kurang berkembang, perkusi pekak hampir

seluruh paru, ggn kerja tinggi.

III. Berat

Terjadi konsulidasi (padat) ----- kelihatan bayangan memutih. Contohnya :

sesak sampai cacat total pada paru, hipertropi jantung kanan.

25

Page 26: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

TEORI MEKANISME TERJADINYA SILICOSIS

Teori alasan:

1) Mekanis permukaan runcing debu à merangsang terjadinya penyakit

2) Elektromagnetis gelombang elektromagnetis à fibrosis paru

3) Silikat sio2 + air jar paru à silikat menyebabkan kelainan paru

4) Immunologis antigen debu + zat anti tubuh à reaksi diparu penyulit: Adanya

tbc, tbc nya dulu baru silicosis à disebut silicotuberculosis silicosisnya dulu

baru tbc à disebut tuberculosilicosis diagnosa :

a. photo + kondisi pekerjaan

b. diagnosa pasti biopsy

pencegahan: - substitusi

c. penurunan kadar debu di udara

d. apd – masker

e. pemeriksaan kesehatan

sebelum kerja.

GAS

Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk

gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan

kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.

Gas bertekanan

Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium.

Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga

efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar.

Berikut ini adalah tabel penggunaan gas bertekanan dan bahaya dari gas tersebut.

26

Page 27: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

penggunaan gas

bertekanan dan

bahayanya GAS

Penggunaan Bahaya

Asetilen Gas bakar Mudah terbakar,

aspiksian

Ammonia Bahan baku pupuk Beracun

Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah

terbakar

Hidrogen Hidrogenasi, gas

karier

Mudah terbakar dan

meledak

Nitrogen Gas pencuci,

membuat udara inert

Aspiksian

Klor Klorinasi Beracun, korosif

Vinil Klorida Produksi plastic Beracun dan mudah

terbakar

27

Page 28: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja

adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit

Akibat Kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun

psikologi di tempat kerja. Di tempat kerja, ada banyak faktor yang dapat

mengakibatkan terjangkitnya Penyakit Akibat Kerja pada diri pekerja. Faktor-

faktor tersebut ialah faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor fisiologis,

dan faktor psikososial. Faktor biologis dapat meliputi hewan, tanaman, serangga,

maupun mikroorganisme serta bisa juga serbuk kayu. Untuk mengurangi atau

meminimalisir kemungkinan faktor-faktor tersebut mengakibatkan Penyakit

Akibat Kerja, maka perlu dilakukannya beberapa rangkaian tindakan

pengendalian, di antaranya ialah sebagai berikut:

1. Eliminasi

2. Substitusi

3. Engineering Control

4. Administrative Control

5. Pengadaan Alat Pelindung Diri disertai panduan penggunaan dan

pemeliharaannya. Dengan diterapkannya tindakan pengendalian tersebut dengan

baik, diharapkanbahwa derajat kesehatan para pekerja pun akan baik dan

terpelihara. Sehingga dengan ituproduktivitas kerja pun semakin meningkat yang

nantinya berdampak pula pada peningkatan income perusahaan/industri.

B. SARAN

1. Dalam mengurangi atau menimimalisir adanya penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh kerja akibat faktor biologi sebaiknya penggunaanalat-alat

pelindung diri dalam melaksanakan kerja dipertegas.

28

Page 29: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

2. Sebaiknya pemerintah juga lebih mempertegas tentang peraturan-peraturan

yang mengatur tentang usaha-usaha yang dijalankan olehmasyarakat

Indonesia dan mensensus usaha dan jumlah pekerja tersebut.

3. Untuk masyarakat yang melakukan usaha/kerja sebaiknya dalam

pengerjaannya diperhatikan proses dan dan pelaksanaannya sehingga

menjadikan aman bagi pekerja dan hasil pekerjaan juga baik.

29

Page 30: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar organ yang diserang oleh penyakit silikosis

Gambar untuk penyakit dhermatitis

Gambar fisik manusia yang terkena penyakit silicosis

Gambar organ paru-paru manusia yang terserang silicosis

30

Page 31: MAKALAH HYPERKES DALAM PEKERJAAN

DAFTAR PUSTAKA

Michael Sulaiman Halawa. 2013. Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-rrp.html. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013.

________. 2010. Gejala Dermatitis. http://jurnalk3.com/http://siswa.univpancasila.ac.id/andinny/2010/11/10/gejala-dermatitis/http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html 14. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013.

Sariana Csg. 2013. Makalah Faktor Biologi Penyakit Kerja. http://www.slideshare.net/adjiebara/penyakit-akibat-kerja.html. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013.

Billy.N. 2008. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja. http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/dasar-hukum-keselamatan-kesehatan-kerja/html. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013.

Tjandra Yoga Aditama,Tri Hastuti. 2002. Kesehatan Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Accident Prevention Manual for Industrial Operations. Lingkungan Kerja Faktor Kimia Dan Biologi Higiene Industri . halaman 33 .

31