Upload
risyalatul
View
44
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
DASAR
“KENAKALAN REMAJA”
Oleh:
1. Carissa Firdausi C. 13030194043
2. Ilfa Hidayatun Ni’mah 13030194067
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah kami ini
berjudul “Kenakalan Remaja”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Imu Sosial dan Budaya Dasar di Universitas Negeri Surabaya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat berguna bagi semua pembaca dan
diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan kepada para pembaca tentang
permasalahan sosial dalam kehidupan saat ini utamanya menyangkut kenakalan remaja.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini, khususnya kepada Bapak Drs. Sukarman M.Si selaku dosen
pembina sekaligus pembimbing kami, yang telah memberikan banyak ilmu mengenai ilmu
sosial dan budaya dasar selama ini serta semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
serta dapat memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah Pendidikan Jasmani.
Surabaya, November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali nilai-nilai dari
kehidupan bangsa Indonesia yang berubah. Bukan hanya itu saja gaya hidup masyarakat
juga sangat berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Pengaruh kecanggihan teknologi dan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan menyebabkan banyak terjadi perubahan pada
sendi-sendi kehidupan manusia. Tidak luput juga kehidupan para remaja, dimana banyak
sekali hal yang berubah dimulai dari gaya hidup, gaya berteman, dan pergaulan yang saat
ini semakin bebas. Hal ini mengakibatkan perilaku remaja saat ini banyak bertentangan
dengan nilai-nilai kehidupan sosial yang baik yang berkembang dimasyarakat.
Kenakalan remaja bukanlah merupakan suatu masalah yang baru muncul
kepermukaan, tetapi masalah ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau dan menjadi
persoalan yang aktual hampir di semua negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia,
dan masalah ini bukan hanya terjadi di wilayah perkotaan bahkan sekarang sampai ke
wilayah pedesaan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Romli Atmasasmita (1983:23) bahwa:
“Kenakalan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang bcrlaku di suatu negara yang oleh
masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan tercela”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan suatu
pengertian yang memuat segi-segi juridis maupun segi-segi sosiologis. Selanjutnya
pengertian remaja dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1974:35) adalah:“Remaja adalah
usia transisi. Seseorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan
penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung
jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini
tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana dia hidup. Semakin
maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus mempersiapkan diri untuk
menyesuaikan dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Berdasarkan pada kenyataan ini, sangat dituntut peranan keluarga ataupun orang
tua untuk mengarahkan anak-anak remaja, sehingga tidak terjerumus kenakalan remaja.
Disamping itu masyarakat juga harus turut berpartisipasi untuk mencegah timbulnya
kenakalan remaja karena adaiah kewajiban setiap orang untuk ikut berpikir dan bertindak
mengarahkan kehidupan para remaja untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan
ncgara. Dalam hal ini turut pula peranan pihak kepolosian sebagai salah satu instansi yang
paling berwenang dalam mengatasi dan mengantisipasi kenakalan remaja.
Remaja pada belakangan ini sangat memprihatikan dalam keadaan moralnya.
Banyak kasus-kasus yang ditangani oleh pihak kepolisian karena kelakuan remaja yang
berada diluar garis moralitas remaja. Sehingga moral remaja saat ini berada di garis
keparahan. Masalah kenakalan remaja ini merupakan salah satu masalah sosial yang
cukup kompleks. Dimana banyak pihak-pihak yang harus berperan aktif untuk
menanggulangi masalah sosial kenakalan remaja ini. Oleh karena itulah maka, makalah
kami ini mengangkat judul “Kenakalan Remaja”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian masalah sosial?
2. Apakah pengertian kenakalan remaja?
3. Teori apa saja yang berkembang tentang perilaku kenakalan remaja?
4. Apa penyebab kenakalan remaja?
5. Apa saja ciri – ciri kenakalan remaja?
6. Apa saja jenis-jenis kenakalan remaja?
7. Apa saja dampak kenakalan remaja serta bagaimana cara mengatasinya?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian maslah sosial
2. Dapat mengetahui apakah pengertian dari kenakalan remaja
3. Dapat mengetahui teori apa saja tentang perilaku remaja
4. Dapat mengetahui penyebab kenakalan remaja
5. Dapat mengetahui ciri-ciri kenakalan remaja
6. Mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja
7. Mengetahui dampak kenakalan remaja serta cara mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah Sosial
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial
yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat
ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat,
pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara
lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
2.2 Pengertian Kenakalan Remaja
Dalam kehidupan para remaja seringkali kita temui hal-hal yang positif ataupun
negative dalam pergaulannya dengan lingkungan sekitar, baik lingkungan dengan teman-
temannya di sekolah maupun di lingkungan tempat ia tinggal karena masa remaja
merupakan masa transisi dimana seorang remaja masih mencari jati diri sehingga masih
dalam hal pergaulan tingkat emosinya masih sangat labil dan mudah terombang-ambing.
Oleh karena itu mereka sering ingin mencoba sesuatu hal yang baru, misalnya soal
penampilan dan gaya hidup. Ada sebagian dari mereka lebih suka berfoya-foya dan
melakukan hal-hal yang menyimpang yang menurut anggapan mereka itu adalah bagian
dari gaya hidup masa kini, padahal itu merupakan sebuah bentuk kenakalan. Kenakalan
Remaja menurut definisi para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Kartono (2003), Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah latin
“Juveniledelinquere”. Juvenile, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik
pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Delinquere yang berarti
terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti
sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain
sebagainya.
Jadi, Juveniledelinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau
kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja
mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima
sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003).
2. Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang
melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang
berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan
mendapat sangsi hukum.
3. Hurlock (1973), juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat
seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger
(1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan
yang dilakukan oleh seseorang individu yangberumur di bawah 16 dan 18 tahun yang
melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
4. Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang
menyimpang dari norma-norma hukum pidana.
5. Fuhrmann (1990),menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda
yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang
melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap
dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
2.3 Teori Perilaku Remaja
Berikut ini adalah beberapa teori tentang penyebab kelakuan kenakalan remaja :
1. Teori Differential Asociation
Teori yang dikemukakan oleh E. Sutherland ini pada dasarnya melandaskan diri
pada proses belajar. Kejahatan seperti juga perilaku pada umumnya merupakan suatu
yang dipelajari.
2. Teori Anomie
Teori anomie yang diajukan Robert Merton merupakan teori yang berorientasi
pada kelas-kelas sosial. Istilah anomie sendiri sebetulnya berasal dari seorang pakar
sosiologi Perancis, Emile Durkeim, yang berarti suatu keadaan tanpa norma. Konsep
anomie ini kemudian oleh Merton diformulasikan dalam rangka menjelaskan keterkaitan
antara kelas-kelas sosial dengan kecenderungan pengadaptasiannya dalam sikap dan
perilaku kelompok. Merton berusaha menunjukkan bahwa berbagai struktur sosial yang
mungkin terdapat di masyarakat dalam realitasnya telah mendorong orang-orang dengan
kualitas tertentu cenderung berperilaku menyimpang ketimbang mematuhi norma-norma
kemasyarakatan.
3. Teori Sub-budaya Delinkuen
Teori ini dilontarkan oleh Albert K Cohen, yang menjelaskan terjadinya
peningkatan perilaku delinkuen[4] di daerah kumuh. Fokus perhatiannya terarah pada
satu pemahaman bahwa perilaku delinkuen di kalangan usia muda, kelas bawah
merupakan cerminan ketidakpuasan mereka terhadap norma-norma dan nilai kelompok
kelas menengah yang mendominasi.
4. Teori Netralisasi
Pada dasarnya teori netralisasi ini beranggapan bahwa aktivitas manusia selalu
dikendalikan oleh pikirannya. Menurut teori ini orang-orang berperilaku jahat atau
menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka untuk merasionalkan
norma-norma dan nilai-nilai (yang seharusnya berfungsi sebagai pencegah perilaku jahat)
menurut persepsi dan kepentingan mereka sendiri.
5. Teori Kontrol
Teori kontrol atau sering juga disebut teori kontrol sosial berangkat dari asumsi
atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama
kemungkinannya, menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya
tergantung pada masyarakatnya membuatnya demikian, dan menjadi jahat apabila
masyarakatnya membuatnya demikian.
2.4 Penyebab Kenakalan Remaja
Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci dijelaskan
sebagai berikut:
A. Faktor Internal
1. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock,
1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di
atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi
terjadi pada kepribadian remaja: (1)terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya dan (2)tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara
menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan
peran yang dituntut dari remaja. Erikson percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama
ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan
aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita,
masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial
yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan
yang dibebankan pada mereka,mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang
negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak
kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk
suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif.
2. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal
dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudahdimiliki orang lain selama
proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah
laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang
melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka
sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan
kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah
laku mereka. Hasil penelitian yang dilakukan baru-baru ini Santrock(1996) menunjukkan
bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola
asuh orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi yang konsisten,
berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri
oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki ketrampilan ini sebagai atribut internal akan
berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.
3. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan
serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku
seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (
2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir
meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan
perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.
4. Jenis kelamin
Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada
perempuan. Menurut catatan kepolisian,Kartono (2003) menyebutkan Bahwa pada
umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang
diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.
B. Faktor Eksternal
1. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah
terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat
untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung
rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Riset yang dilakukan olehJanet
Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh orangtua, kenakalan teman sebaya,
dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja
Vietnam menunjukkan bahwa faktor yang berkenaan dengan orangtua secara umum tidak
mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan
antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.
2. Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas
anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat
menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.Penelitian yang dilakukan oleh Gerald
Patterson dan rekan-rekannya ( 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang
tidakmemadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan
tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya
kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga
berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya
kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.
3. Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko
remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitianSantrock(1996) terhadap 500 pelaku
kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukankenakalan di Boston, ditemukan
persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler
dengan teman sebaya yangmelakukan kenakalan.
4. Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas
sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara
daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege
diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja
dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh
masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian
dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan“maskulin”
adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan
status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan
dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan.
5. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja.
Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati
berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau
penghargaan atas aktivitas kriminal mereka.Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan
kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas
sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-
faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan
menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang
kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena
pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya,
sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan
perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan
masyarakat.
2.5 Ciri-ciri Kenakalan Remaja
Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum yang
sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
a. Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang
normal, namun jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja
nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk
ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius
biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak
menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.
b. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri
karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk
tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil
penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas
pada remaja nakal ini, yaitu:mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan
menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.
c. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang,
seperti :
1. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,bersenang-senang
dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
2. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
3. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu
mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial.
4. Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang merangsang
rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang
terkandung di dalamnya.
5. Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.
6. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
7. Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi liar dan
jahat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja nakal biasanya berbeda
dengan remaja yang tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebih ambivalen terhadap
otoritas, percaya diri pemberontak, mempunyai control diri yang kurang, tidak
mempunyai orientasi pada masa depan dan kurangnya kemasakan sosial, sehingga sulit
bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
2.6 Jenis-jenis Kenakalan Remaja
Jenis- jenis kenakalan remaja ada 3 antara lain yaitu:
1. Kenakalan remaja di sekolah, misal :
a. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
b. Meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran.
c. Membawa senjata tajam ketika sekolah.
2. Kenakalan remaja di luar sekolah (masyarakat), misal :
a. Ikut balapan tiar antar geng.
b. Ikut tawuran antar geng.
c. Minum minuman keras.
d. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya.
3. Kenakalan remaja di lingkungan keluarga, misal :
a. Tidak mendengarkan nasehat orang tua.
b. Tidak mentaati perintah orang tua.
c. Melanggar norma yang telah di sepakati bersama keluarga.
2.7 Dampak Kenakalan Remaja dan Solusinya
A. Dampak Kenakalan Remaja
Secara umum dampak yang ditimbulkan dari kenakalan remaja ada 3, antara lain:
1. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya sendiri dan
sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu
kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang
dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena
karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku
kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya kepada memtal-mental yang lembek,
berfikirnya tidak stabil dan keperibadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan
endingnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung
selama tidak ada yang mengarahkan.
2. Bagi Keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung
keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para orang tuanya
apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi
ketidak harmonisan didalam kekuarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan
terputus. Dan tentunya ini sangat tidak baik, Sehingga mengakibatkan anak remaja sering
keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya
untuk bersenang-senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba
dan narkotika. Dan menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah
dilakukan oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa
kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.
3. Bagi lingkungan masyarakat
Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang
dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang
mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan
menjadi panutan bagi kaum remaja. Dan apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan
dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Sehingga masyarakat menganggap
remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan ataupun mengganggu
ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki moral rusak. Dan
pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek Dan untuk merubah
semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh
keikhlasan.
B. Upaya yang Dilakukan untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah
sebagai berikut:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan
baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada
tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja dididik untuk pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi
masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan
masalah kenakalan dapat terbagi ke dalam :
a. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum:
1. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya
penyaluran dalam bentuk kenakalan.
3. Usaha pembinaan remaja :
Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan
yang dihadapinya.
Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan
keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran
agama, budi pekerti dan etiket.
Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi
perkembangan pribadi yang wajar.
Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga
maupun masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus
Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja.
Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog
sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Sarana pendidikan lainya mengambil
peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan
kuat. Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap
remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap
penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian
remaja mengenai:
a. Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b. Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan tersebut.
c. Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan
sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang dilakukan dengan dua pendekatan:
1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja
itui sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu
mengatasinya.
2. Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau
kelompok kecil tersebut:
Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang
hubungan sosial yang baik.
Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan
mengemukaka pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan
pengarahan yang positif.
Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk
solidaritas dan persekutuan denga Pembimbing.
b. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan
dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
1. Rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu
perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran
tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan
konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama.
Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan dan umur.
2. Di sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman
terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak
bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran
dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing
bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-
kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif
diberikan diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun
tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala
sekolah dan team guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara
atau seterusnya tergabtung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang
digariskan.
c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu
mengubah tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi.
Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi
oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan.Masa remaja adalah masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.Perkembangan psikologis
ditekankan pada keadaan emosi remaja. kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja
untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian
dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di
bawah umur 17 tahun. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran
norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. Faktor-faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut:
1. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang;
2. Minimnya pemahaman tentang keagamaan;
3. Pengaruh lingkungan dan pergaulan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3 antara lain:
1. Bagi diri remaja itu sendiri;
2. Bagi keluarga;
3. Bagi lingkungan masyarakat.
Upaya penanggulangan masalah kebakalan dapat di bagi dalam:
1. Tindakan Preventif;
2. Tindakan Represif;
3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi.
B. Saran
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kenakalan remaja merupakan salah
satu permasalahan sosial yang sangat perlu diperhatikan karena dapat mendatangkan
dampak buruk bagi para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena
itulah kita semua baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat harus mampu bekerja
sama untuk membimbing remaja-remaja yang ada disekitar kira agar terhindar dari
kenakalan remaja yang akan sangat merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amilia, Rifka. 2013. Makalah Kenakalan Remaja. Diakses pada tanggal 20 November 2014
(online: http://rifkaamilia.blogspot.com/2013/10/makalah-kenakalan-remaja.html).
Irfani, Mohammad. 2013. Makalah Psikologi Perkembangan (Kenakalan Remaja). Diakses
pada tanggal 20 November 2014 (online:
http://erfanys.blogspot.com/2013/11/makalah-psikologi-perkembangan.html).
Kartono, kartini. 2003. Patologi sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada
Novianis, Rizky. 2013. Masyarakat , Masalah Sosial Masyarakat & Contoh Masalah Sosial
Masyarakat di Indonesia. Diakses pada tanggal 20 November 2014 (online:
http://rizkynovianis.wordpress .com/2013/05/16/99/ ).
Nugroho. 2012. Makalah Tentang Kenakalan Remaja. Diakses pada tanggal 20 November
2014 (online: http://nugococom030108.blogspot.com/2012/06/makalah-tentang-
kenakalan-remaja.html).