Upload
febi-suantari
View
243
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
Praktikum XI
Pemeriksaan Anti – HIV
Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu, 8 Juni 2013.
Tempat : Laboratorium Patologi Klinik, Poltekkes
Denpasar.
I. Tujuan
Untuk dapat mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus HIV-1 termasuk
subtipe -0 dan HIV -2 dalam serum manusia, plasma atau whole blood pasien
secara kualitatif
II. Metode
Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah immunokromatografi
rapid test.
III. Prinsip
Ketika sejumlah sampel mengandung antibodi HIV diteteskan pada lubang
sampel , antibodi HIV akan bereaksi dengan rekombinan antigen HIV 1 / 2
(gp41, p24 dan gp36) yang telah dilapisi dengan koloidal emas membentuk
kompleks antigen – antibodi. Kemudian, dengan bantuan diluents assay,
kompleks antigen – antibodi ini akan bermigrasi secara kromatografi menuju
daerah uji ( T ) yang telah dilapisi oleh rekombinan HIV-1 capture antigen (gp41,
p24) pada wilayah tes 1 dan rekombinan HIV-2 capture antigen (gp36) pada
wilayah tes 2, membentuk kompleks antigen – antibodi – antigen captured yang
akan menimbulkan reaksi warna.
IV. Dasar Teori
4.1 Definisi HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus HIV diklasifikasikan ke dalam
golongan lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang
1
mereplikasi dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi
sel mamalia (Anonim, 2012).
Virus ini akan membunuh limfosit T helper (CD4), yang menyebabkan
hilangnya imunitas yang diperantarai sel. Selain limfosit T helper, sel-sel lain
yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya seperti makrofag dan monosit
juga dapat diinfeksi oleh virus ini. Maka berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh
manusia yang mengindikasikan berkurangnya sel-sel darah putih yang berperan
dalam sistem pertahanan tubuh manusia, sehingga ini meningkatkan probabilitas
seseorang untuk mendapat infeksi oportunistik (Anonim, 2012).
4.2 Jenis Virus HIV
Terdapat 2 jenis virus HIV penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua
tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak
ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat
(Anonim, 2012).
Berdasarkan susuanan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok
utama, yaitu M, N, dan O. Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang
berbeda. Sementara pada kelompok N dan O belum diketahui secara jelas jumlah
subtipe virus yang tergabung di dalamnya. Namun, kedua kelompok tersebut
memiliki kekerabatan dengan SIV dari simpanse. HIV-2 memiliki 8 jenis subtipe
yang diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda (Anonim, 2012).
4.3 Patogenesis HIV
Sel T yang telah diinfeksi oleh HIV akan berada di kelenjar getah bening
sehingga mencapai ambang replikasi yang akan dicapai dalam 2-6 minggu.
Seterusnya berlaku pengeluaran plasma viremia. Proses ini dikatakan infeksi HIV
primer. Virus akan mula menyebar ke seluruh tubuh. Puncak viremia akan
menurun secara spontan selepas 2-4 minggu disebabkan respon imun primer
terhadap HIV. Walaupun plasma viremia ditekan setelah serokonversi, virus HIV
2
masih terdapat dalam tubuh dan genom HIV dapat ditemukan dalam sel T.
Setelah puncak viremia berkurang, sel CD4 akan kembali ke tingkat dasar, tetapi
tetap lebih rendah dari yang terlihat pada saat pre-infeksi ini tahap dikatakan
infeksi HIV kronik asimptomatik. Masa laten infeksi ini berlaku selama 10 tahun
(Anonim, 2012).
Penurunan CD4 pada tahap kronik asimptomatik, membuktikan bahwa virus
HIV membunuh sel CD4 melalui cara lisis. Kematian sel yang telah diinfeksi oleh
HIV juga disebabkan oleh limfosit CD8 sitotoksik. Efektivitas sel T sitotoksik ini
terbatas karena protein virus yaitu tat dan nef akan menggurangkan sintesa
protein MHC kelas I. Hipotesa lain yang menerangkan tentang kematian sel T
helper adalah HIV berfungsi sebagai superantigen. Ini akan mengaktivasikan sel
T helper lain dan sehingga sel yang diinfeksi oleh HIV mati. Infeksi sel limfosit
dan produksi HIV berlaku secara berterusan. Maka, apabila sel CD4 kurang dari
200 x 109/l, ini menyebabkan imunosupresi yang menyebabkan terjadinya infeksi
oportunistik (Anonim, 2012).
4.4 Cara Penularan
HIV dapat ditemukan di darah dan cairan tubuh manusia seperti semen dan
cairan vagina. Virus ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka untuk
transmisi HIV perlu ada penukaran cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi
HIV. Cara menular virus ini paling banyak adalah melalui kontak seksual, jarum
suntik, dan dari ibu ke anak (Anonim, 2012).
1. Hubungan seksual
Secara global, penularan virus HIV paling banyak berlaku melalui
heteroseksual.
2. Pengguna narkoba jarum suntik
Pengguna narkoba jarum suntik adalah kelompok risiko tinggi untuk mendapat
HIV. Berkongsi penggunaan jarum suntik secara bergantian adalah cara yang
efisien untuk transmisi virus yang menular melalui darah seperti HIV dan
3
Hepatitis C. Cara ini akan meningkatkan risiko tiga kali lebih besar daripada
transmisi HIB melalui hubungan seksual.
3. Penularan dari ibu ke anak
Wanita hamil yang mempunyai HIV boleh mentransmisi virus ini saat hamil,
partus dan saat menyusui.
4. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus
HIV.
5. Infeksi di tempat kesehatan
Hospital dan klinik harus berhati-hati dalam pencegahan penyebaran infeksi
melalui darah (Fan, Conner dan Villarreal, 2011).
Terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain
(Anonim, 2012) :
1. Bekerja atau berada di sekeliling penderita HIV/AIDS.
2. Dari keringat, ludah, air mata, pakaian, telepon, kursi toilet atau melalui hal-
hal sehari-hari seperti berbagi makanan.
3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
4.5 Pemeriksaan HIV
Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu (Anonim, 2012) :
1. Tes PCR
Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi
berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan
materi genetik HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal
sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR
DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau
tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan
dengan metode real-time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi
4
asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak
awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada
bayi yang baru lahir, namun jarang digunakan pada individu dewasa karena
biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan
hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.
2. Tes antibodi HIV
Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan
tes antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV akan
menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV
akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin.
Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk
mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva)
manusia. Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan
tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila
menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu
kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua
hasil positif harus dikonfirmasi kembali dengan ELISA. Selain ELISA, tes
antibodi HIV lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut
adalah Western blot.
Kelebihan dari rapid test antibodi HIV ini yaitu :
Hasil dapat diketahui dengan cepat
Proses pengerjaan sederhana dan mudah
Kelemahan dari rapid test antibodi HIV ini yaitu :
Biayanya cukup mahal
Meskipun hasil positif dapat mengindikasikan infeksi HIV-1 atau 2
HIV-virus, diagnosis AIDS hanya dapat dilakukan atas dasar
5
klinis, untuk sampel berulang kali diuji sebagai positif, tes
tambahan yang lebih spesifik harus dilakukan.
Pengujian immunochromatographic saja tidak dapat digunakan
untuk mendiagnosa AIDS bahkan jika antibodi HIV-1 dan / atau
HIV-2 terdapat dalam spesimen pasien.
Sebuah hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan HIV-1
dan / atau infeksi HIV-2 Spesimen mungkin mengandung antibodi
HIV-1 dan / atau HIV-2.tapi jumlahnya atau kadarnya rendah
3. Tes antigen HIV
Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang
memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam
jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes
antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi
yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena
sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap
HIV terbentuk.
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
Mikropipet 10 µL dan 20 µL
Stopwatch
Blood lancet
Pipet kapiler
Yellow tip atau white tip
5.2 Bahan
Sampel (wholeblood, darah kapiler, plasma atau serum)
6
SD Bioline HIV-1/2 3.0 Rapid Test
Expired Date : 25 Februari 2013
Suhu Penyimpanan : 1 - 30o C
Terdiri dari :
Cassete Test ( SD Bioline HIV-1/2 3.0 Rapid Test )
Dilluent assay
Kapas kering
Alcohol swab
VI. Prosedur Kerja
6.1 Pemeriksaan Menggunakan Sampel Darah Vena, Plasma atau Serum
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Semua komponen pemeriksaan dikondisikan dari suhu ruang dan
diletakkan pada meja yang datar.
3. Prosedur kerja dari test kit dibaca dengan hati – hati dan diperhatikan
tanggal kadaluwarsa test kit yang tertera pada kemasan.
4. Cassette test dikeluarkan dari kemasan dan diperhatikan kelengkapan dari
test kit yang akan digunakan dalam pemeriksaan.
5. Cassette test diletakkan pada meja yang datar, bersih dan kering
6. Untuk sampel plasma atau serum ditambahkan sebanyak 10 µL saampel
ke dalam sumur uji, sedangkan untuk sampel darah vena ditambahkan
sebanyak 20 µL sampel.
7. 4 tetes diluents assay ditambahkan ke dalam sumur sampel.
8. Test akan mulai bekerja dengan adanya pergerakan warna ungu
sepanjang membrane uji cassette test.
9. Hasil test dibaca dalam selang waktu 5 – 20 menit. Pembacaan hasil
setelah 20 menit dianggap invalid.
6.2 Pemeriksaan Menggunakan Sampel Darah Kapiler
7
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Semua komponen pemeriksaan dikondisikan dari suhu ruang dan
diletakkan pada meja yang datar.
3. Prosedur kerja dari test kit dibaca dengan hati – hati dan diperhatikan
tanggal kadaluwarsa test kit yang tertera pada kemasan.
4. Cassette test dikeluarkan dari kemasan dan diperhatikan kelengkapan dari
test kit yang akan digunakan dalam pemeriksaan.
5. Cassette test diletakkan pada meja yang datar, bersih dan kering
6. Ujung jari yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan alcohol swab
dan ditunggu beberapa saat sampai kering.
7. Ujung jari ditusuk menggunakan lancet, tetesan darah pertama
dibersihkan dengan kapas kering. Tetesan berikutnya diambil
menggunakan pipet kapiler.
8. Sebanyak 20 µL darah diteteskan ke dalam sumur uji menggunakan pipet
kapiler.
9. 4 tetes diluents assay ditambahkan ke dalam sumur sampel.
10. Test akan mulai bekerja dengan adanya pergerakan warna ungu
sepanjang membrane uji cassette test.
11. Hasil test dibaca dalam selang waktu 5 – 20 menit. Pembacaan hasil
setelah 20 menit dianggap invalid.
VII. Interpretasi Hasil
NEGATIF
Hanya muncul 1 garis warna pada garis Conrol “C” dalam jendela hasil
8
POSITIF HIV 1
Muncul 2 garis warna pada garis Control “C” dan garis uji “T1” dalam
jendela hasil
Muncul 3 garis warna pada garis Control “C”, garis uji “T1” dan garis
warna lemah pada garis uji “T2”
9
Positif kuat
Positif sedang
(medium)
Positif lemah
POSITIF HIV 2
Muncul 2 garis warna pada garis Control “C” dan garis uji “T2” dalam
jendela hasil
Muncul 3 garis warna pada garis control “C”, garis uji “T2” dan garis
warna lemah pada garis uji “T1”
10
Positif lemah
Positif kuat
Positif sedang
(medium)
Catatan :
(HIV 1 dan 2 Positif)
Jika ketebalan pita antara garis uji 1 dan garis uji 2 sangat mirip satu
sama lain, ia dapat menjadi positif HIV-1 dan HIV-2 . Dalam hal ini, untuk
mengetahui jenis virus yang tepat dianjurkan untuk mengkonfirmasinya
dengan menggunakan western blot.
INVALID
Tidak ada garis warna yang muncul pada daerah C ( control ).
DAFTAR PUSTAKA
11
Anonim. 2012. HIV.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31678/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses tanggal 1 Juni 2013)
Anonim. 2012. Infeksi HIV.
http://medicastore.com/2012/penyakit/33/Infeksi_HIV.html (Diakses tanggal
1 Juni 2013)
Anonim. 2012. HIV. http://id.wikipedia.org/2012/HIV.html (Diakses tanggal 1 Juni
2013)
12
MAKALAH IMMUNOSEROLOGI
Pemeriksaan Anti - HIV
Kelompok 3
1. Made Anggi Edita Pardini P07134011022
2. Putu Yulia Anggreni P07134011024
3. I Ketut Widiarta P07134011026
4. Kadek Susi Wiandari P07134011028
5. Ni Putu Mayasari P07134011030
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN
2013
13