Upload
ukht-marutu
View
2.341
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara itu sisanya merupakan bagian padat dari tubuh manusia. Secara klinis, tujuan utama pemberian infus adalah untuk mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan, serta meningkatkan cairan elektrolit dan asam basa(1)
Citation preview
MAKALAH
KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK
PEMASANGAN INFUS PADA KLIEN Ny.”E” DENGAN GASTRITIS AKUT
DEHIDRASI
DI IRD RSUD PALEMBANG BARI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
AAM CITRIDA PRAMITA (PO.71.20.1.06.041)
ARI KUNCORO (PO.71.20.1.06.042)
A. THERESIA (PO.71.20.1.06.043)
AULIA DWI NATALIA (PO.71.20.1.06.044)
DELLA ROSALIA (PO.71.20.1.06.045)
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES DEPKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN
2006/2007
VISI DAN MISI
RSUD PALEMBANG BARI
VISI:
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang Prima di RSUD Palembang BARI Menuju
Rumah Sakit Tipe B Pendidikan dan Palembang Sehat 2008.
MISI:
1. .Melaksanakan Pelayanan Kesehatan yang Prima sesuai dengan Standar
Profesi,Standar Keperawatan dan Standar Administrasi.
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Profesional.
3. Mengembangkan Sarana dan Prasarana yang Canggih berteknologi tinggi.
4. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai tempat pendidikan dan pelatihan
bagi tenaga kesehatan.
Motto:
“ANDA SEMBUH KAMI PUAS”
‘ANDA PUAS KAMI BAHAGIA”
SEMOGA LEKAS SEMBUH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kita masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Keterampilan Dasar Praktek Klinik Pemasangan Infus Pada
Ny”E” dengan Gastritis Akut Dehidrasi di IRD RSUD Palembang BARI”.
Makalah ini merupakan syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik
Keperawatan Mahasiswa Prodi Keperawatan Poltekkes Depkes Palembang Tahun
Ajaran 2006-2007.
Dalam pembuatan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sulaiman, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Poltekkes Depkes Prodi
Keperawatan Palembang
2. Drs. H. M.Nasir A. Hamid, S.Pd selaku Ketua Prodi Jurusan Keperawatan
Palembang
3. Dr.Hj.Indah Puspita HA, MARS. selaku Direktur RSUD Palembang BARI.
4. Dr. H. Gandi Zaihan, SpA, MARS selaku Wakil Direktur RSUD Palembang
BARI.
5. Hj. Marija, SKM selaku PLT sekretaris RSUD Palembang BARI
6. Yulia Surie, S.Pd. M.Kes selaku Kasubbag Diklat dan Litbang RSUD
Palembang BARI
7. Wiwik Supriantini, S.Kp, M.Kes selaku Kabid Keperawatan RSUD Palembang
BARI
8. Ns. Sulkan, S.Kp selaku Koordinator Praktik Klinik Subbag Diklat dan Litbag
RSUD Palembang BARI
9. Dr. Hj. Halimah selaku Kepala Instalasi Gawat Darurat dan Narasumber RSUD
Palembang BARI
10. Eva Susanti,SKM selaku Pembimbing Klinik di IRD (Instalasi Rawat Darurat )
RSUD Palembang BARI
11. Hj. Lilis Suryani, S.Pd, selaku Koordinator Praktek Klinik Diklat RSUD
Palembang BARI
12. Seluruh Staf di IRD ( Instalasi Rawat Darurat ) atas dukungan dan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini
13. Seluruh Staf dan Tenaga Medis RSUD Palembang BARI
14. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Prodi Keperawatan poltekkes
Depkes Pelembang
15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga Makalah Seminar
Praktik Klinik ini dapat kami selesaikan
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
sangat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Kami berharap
makalah ini dapat berharap makalah ini dapat bagi kita semua.
Palembang, Juni 2007
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari
total berat badan tubuh, sementara itu sisanya merupakan bagian padat dari tubuh
manusia. Secara klinis, tujuan utama pemberian infus adalah untuk
mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan, serta meningkatkan
cairan elektrolit dan asam basa(1)
Pengobatan pada Ny “E” diantaranya adalah dengan cara penggantian cairan
tubuh melalui infus, untuk mempertahankan keadaan umum pasien yang
mengalami penurunan nafsu makan sehingga asupan makanan dan cairan menjadi
menurun. Kita juga harus mengobservasi keadaan umum pasien, apakah ada
tanda-tanda odema, rasa haus yang berlebihan atau dehidrasi, dan yang perlu
dipertanyakan, tindakan apa yang akan anda lakukan untuk mengatasi masalah
dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
Persentase jumlah cairan tubuh bervariasi bergantung pada faktor usia
seseorang, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka
cairan dalam tubuh pun lebih besar. Gangguan masalah dari kebutuhan elektrolit
adalah hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia merupakan kekurangan
kadar kalsium dalam darah yang disebabkan oleh pengangkutan kelenjar gondok
atau kehilangan sejumlah kalsium, sedangkan hiperkalsemia merupakan suatu
keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien
yang mengalami pengangkatan kelenjar.
Dari hasil pengamatan kami di Instalasi Rawat Darurat RSUD Palembang
BARI, pemberian terapi infus sangat membantu pasien yang kehilangan sejumlah
cairan dan elektrolit, pada pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori
setiap hari yang dapat diberikan melalui terapi infus, misalnya cairan nutrient
yang terdiri dari karbohidrat (dektrose), asam amino (amigen), lemak (lipomu dan
liposyn).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemasangan infus sesuai dengan
prosedur pemasangan infus.
Tujuan khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar pemasangan infus
- Mahasiswa mengetahui prosedur pemasangan infus
- Mahasiwa mampu melakukan prosedur pemasangan infus
C. Waktu
Pemasangan infus pada pasien Ny “E” dengan diagnosa “ Gastritis Akut
Dehidrasi “ Pada hari rabu tanggal 15 Juni 2007 pukul 08.00 WIB
D. Tempat
Pemasangan infus pada Ny “E” dengan diagnosa “ Gastritis Akut Dehidrasi”
dilakukan di Instalasi Rawat Darurat RSUD Palembang BARI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil RSUD Palembang BARI
RSUD Palembang BARI dibangun dengan nama Poliklinik/Puskesmas Panca
Usaha tahun 1994 dengan mulai dibangunya poliklinik-poliklinik, kantor dan
alat-alat yang masih sangat sederhana pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan
menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C, dengan status milik PEMDA Kota
Palembang.
RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang Ulu 1 Jln. Panca
Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Darat. Bangunan berada 800 m dari jalan raya
Jurusan Kertapati, jalan menuju Rumah Sakit selebar 6m yang saat ini dirasakan
sangat sempit, tepi jalan masih rawa-rawa yang tersebar di sekitar rumah-rumah
penduduk yang kurang teratur. Sejak Januari 2001 dibangun jalan alternatif dari
jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI yang bisa langsung kekantor
KORPRI Kota Palembang BARI yang luasnya 45.605 m dan hampir 100%
merupakan rawa-rawa yang kedalaman airnya mencapai 50-150 cm, keadaan ini
mempengaruhi pengembangan rumah sakit, karena itu untuk pembangunannya
harus didahului dengan penimbunan dan juga sulit menjaga kebersihannya. Dari
luas tanah yang 4,5 Ha ditimbun 40% dan diatasnya sudah dibangun beberapa
gedung untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
Untuk sementara ini RSUD Palembang BARI menerima dari seberang ulu dan
menerima rujukan dari 9 puskesmas, 12 puskesmas pembantu serta dokter dan
bidan praktek swasta. Selain itu RSUD Palembang BARI juga menerima
rujukan dari puskesmas-puskesmas yang berada di Ogan Komering Ilir, Ogan
Ilir, Musi Banyuasin. mengingat transportasi lebih cepat dari RSUD Palembang
BARI daripada RSUD Kaya Agung dan Prabumilih maupun Sekayu.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RSUD
Palembang BARI mempunyai pelayanan- pelayanan sebagai berikut:
1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Poliklinik Spesialais Bedah
b. Poliklinik Penyakit Dalam
c. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana
d. Poliklinik Spesialis Anak
e. Poliklinik Spesialis THT
f. Poliklinik Spesialis Mata
g. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
h. Poliklinik Gigi
i. Poliklinik Akupuntur
j. Poliklinik Fisiologi
k. Poliklinik Fisioterapi
i. Instalasi Rawat Darurat
2. Pelayanan Rawat Inap
a. Pelayanan Rawat Inap Umum yang meliputi penyakit dalam,
mata,THT, dan kulit
b. Pelayanan Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana
c. Pelayanan Rawat Inap Bedah
d. Pelayanan Rawat Inap Penyakit Anak
e. Pelayanan Rawat Inap Neonatus
f. Pelayanan Rawat Inap VIP
3. Pelayanan Penunjang
a. Instalasi Laboratorium Klinik
b. Instalasi Radiologi
c. Instalasi Bedah Sentral dan Recovery Room (RR)
d. Instalasi Gizi
e. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
f. Instalasi Farmasi (Apotek)
Kemudahan- Kemudahan di RSUD Palembang BARI
a. Pelayanan Rawat Darurat
b. Poliklinik Pelayanan Poli Spesialis (di layani langsung oleh Dokter
spesialis)
c. Pelayanan Rawat cInap Tanpa uang muka
4. Pelayanan Administrasi
a. Keuangan
b. Kasir
c. Asuransi Kesehatan
Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
Nama-nama dokter/direktur RSUD Palembang BARI sejak diresmikan:
a. Tahun 1986 sampai dengan 1995 : dr. Jane Lidya Titahelu sebagai kepala
Poliklinik/ puskesmas Panca Usaha
b. Tanggal 1Juni 1995 sampai dengan Juli 2000 :dr. Eddy Zarkaty Monasir SpOG
sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
c. Bulan Juli 2000 sampai dengan November 2000 pelaksana tugas : dr.H. Dachlan
Abbas, SpB
d. Bulan Desenber 2000 sampai dengan Februari 2001 pelaksana tugas : dr. M.
Faisal Soleh,SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 sampai sekarang :dr. Hj. Indah Puspita, HA,
MARS. Sebagai direktur RSUD Palembang BARI
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang
ditemukan berupa dispepsia dan indigesti. Berdasarkan pemeriksaan
endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan
irregulasi mukosa.
Gastritis terbagi 2 yaitu :
1. Gastritis akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan
gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil.
2. Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan
klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi
Helicobacter pylori
Gastritis akut biasanya ditandai dengan lesi mukosa akut berupa erosi dan
perdarahan akibat faktor – faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut
mukosa lambung
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini, antara lain :
1. Obat – obatan, aspirin , obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
2. Alkohol
3. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : Trauma, luka bakar, sepsis
Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika
disebabkan karena obat – obatan AINS, terutama ditemukan di daerah antrum,
namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi
dengan regenerasi epitel, dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang
minimal.
C. Patofisiologi
Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defensif yang
berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Faktor – faktor tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Dalam keadaan normal, faktor defisif dapat mengatasi faktor agresif
sehingga tidak terjadi kerusakan dan kelainan patologi
Faktor Agresif Faktor Defensif
Asam Lambung
Pepsin
AINS
Empedu
Infeksi Virus
Infeksi Bakteri H. Pylori
Bahan Korosif : Asam dan Basa Kuat
Mukus
Bikarbonas Mukosa
Prostaglandin Mikrosirkulasi
D. Tanda dan Gejala
Syndrom dispepsia berupa nyeri epigastrum, mual, kembung, muntah,
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula,
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena. Kemudian disusul
dengan tanda – tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya jika dilakukan
anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat – obatan atau bahan
kimia tertentu
B. Tinjauan Teori Pemasangan Infus
1. Pengertian
Pemasangan infus adalah memberikan cairan makanan melalui vena (karana
akan kembali ke jantung) dengan menggunakan infus set yang steril pengganti
makanan.
2. Tujuan
a. Mempertahankan atau mengganti cairan dan elektrolit tubuh, vitamin,
protein dan kalori, dimana pasien tidak dapat inempertahankan asupan
(intake)
b. Mengembalikan keseimbangan asam dan basa
c. Mengembalikan volume darah
d. Mempermudah pemberian obat
3. Kriteria Pemasangan Vena
a. Gunakan vena besar dan bagian distal dan tangan atau lengan, jika gagal coba di
tempat yang lebih tinggi
b. Vena yang baik
- Vena path punggung tangan metacarpal
- Pilih vena yang dibawah siku
c. Vena pada kaki pemilihan terakhir, sebaiknya dihindari
4. Metode Pembendungan Vena
a. Tekan area diatas area yang akan di insersi secara manual
b. Pasien mengepalkan tangan secara periodik
c. Masase area searah dengan aliran vena
d. Gunakan sphygmomanometer
5. Cara membersihkan area infus
a. Jika kotor, gunakan hiscrub atau savion untuk mencuci area tersebut. Cuci dengan
air atau alkohol 70%. Oleskan betadine 1-2% kemudian oleskan lagi alkohol 70%
b. Jika area normal, bersihkan dengan ailcobol 70%, selama 1 menit dengan gerakan
memutar keluar
c. Tunggu area tersebut kenng, baru masukkanjarum atau abocath
6. Jntervensi pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertabankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene membantu mobilitas
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi misalnya:
- Infiltrat : Masuknya cairan ke subkutan. Gejalanya bengkak, dingin,
nyeri, tetesan infus lambat
- Phlebitis : Trauma mekanik path vena atau iritasi baban kimia.
Gejalanya nyeri, panas, kemerahan path vena tempat pemasangan
d. Mengatur tetesan infus
- Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam
- Tetesan terlalu cepat menyebabkan masalah path paru-paru dan jantung
- Tetesan yang lambat dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak
adekuat
- Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan
1. Posisi pemasangan
2. Posisi dan patency tube atau selang
3. Tinggi botol infus
4. Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih
berjalan prosedurnya:
- Siapkan botol yang barn
- Kiem selang
- Tank jarum dan segera tusukkan path botol yang barn
- Gantungkan botol
- Buka klem dan hitung kembali tetesan
- Pasang label
- Catat tindakan yang dilakukan
f Mengganti selang in1
a. Minimal 3 x 24 jam
b. Langkah — langkahnya
- Siapkan infus set yang barn, termasuk botol
- Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup kiem
- Pegang porosjarum dan tangan lain melepas selang
- Tusukkan tube yang barn ke poros jarum
g. Mengbentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti
tusukan yang barn
- Tutup klem infus
- Buka tupe path therah tusukan sambil memegangjarum
- Tank jarum secepatnya dan ben penekanan pada daerah bebas tusukan dengan kapas
beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah pendaraban
- Tutup daerah bebas tusukan dengan kassa steril
- Catat waktu menghentikan infus dan jum!ah cairan yang masuk dan yang tersisa
dalam botol
7. Indikasi pada pasien “ Pemberian infus dilakukan pada pasien”
a. Dehidrasi
b. Syok
c. Intoksikasi berat
d. Pta dan pasca bedah tertentu
e. Sebelum transfusi darab
f. Yang tidak bisa atau4idak boleh makan minum melalui mulut
g. Yang memerlukan pengobatan tertentu
8. Komplikasi infus
a. Infeksi, penyebab:
- Kontaminasi cairan
- Abocath> 48-72 jam
- Desinfensi kulit kurang baik
- Cuci tangan kurang efektif atau sabun terkontaminasi
b. Bakteri : terjadi 30-1 jam setelah start. Penyebab Kontaminasi cairan dan alat
e. Kerusakan saraf: Mati rasa, ben bantalan dan anjurkan pasien untuk menggerakkan
tangan (buka — tutup)
d. Infiltrasi, karena jarum bergerak atau bergoyang, gej ala udema, nyen, aliran
lambat I stop, area infiltrasi dingin
- Stop IV, kompres dingin panas
- Pencegahan: fiksasi dengan baik
e. Circulatory overload: Orang tua dan anak. Gejala: Sakit kepala, nadi cepat, tekanan
darah meningkat, batuk, nafas pendek, RR meningkat, syok
9. Komposisi cairan
- NaC1 : cairan dan elekrolit
- Dextrose, cairan dan kalori
- RL : cairan dan elektrolit (Na, K, Cl, Ca, Laktat)
- Aminovel 600 asam amino
10. Jenis-jems cairan
a. Isotonik
- NaClO,9%
- Dextrose 5% dalam air
- Ringer Laktat
b. Hipotonik
- NaC1
c. Hipertonik
- Dektrose 5%
- Dektrose 10%
11. Hal — hal yang harus diperhatikan
a. Kelancaran cairan dan jumlah tetesan barus tepat sesuai dengan program
pengobatan
b. Bila terjadi haematoma, bengkak dan lain — lam tempat pemasangan jarum maka
infus hams dihentikan dan dipindahkan pemasangannya ke bagian lain
C. Perhatikan reaksi pasien selama 15 menit terakhir bila timbul reaksi alergi
misalnya menggigil atau syok, maka infus barus diperlambat tetesannya jika perlu
dihentikan. Laporkan kepada penanggung jawab ruangan atau dokter yang
bersangkutan
d. Buatlah ca pemberian infus secara terinci yang meliputi:
1. Tanggal, han dan jam dimulainya pemasangan infus
2, Macam dan jumlab cairan atau obat, serta jumlah tetesan per memt
3. Keadaan umum pasien ( tensi, nadi, d selama pembenan infus
4. Reaksi pasien yang timbul akibat pemberian cairan atau obat
5. Nama dokter dan petugas pelaksanaan atau yang
bertanggungjawab
e. Siapkan cairan atau obat untuk pembenan seianjutnya
f. Perhatikan teknik septik dan aseptik
g. Cara pemasangan inI’us harus disesuaikan dengan perangkat infus yang digunakan
BAB IV
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
Identitas klien
o Nama : Ny “E”
o Umur : 32 tahun
o Jenis kelamin : Perempuan
o Agama : Islam
o Pendidikan : SLTP
o Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
o Suku / bangsa : Palembang / Indonesia
o Status perkawinan : Kawin
o Alamat : Jl. KH. Azhari 7 ulu Rt. 02 No.
35 Palembang
o Tanggal MRS : 15 Juni 2007
o Tanggal pengkajian : 15 Juni 2007
o No. Med. Reg : 02.65.22
o Diagnosa medis : gastritis akut dehidrasi
Penanggung Jawab
o Nama : Tn “N”
o Umur : 45 tahun
o Jenis kelamin : Laki-laki
o Agama : Islam
o Pendidikan : SLTP
o Pekerjaan : Wiraswasta
o Hubungan dengan keluarga : Suami
o Alamat : Jl. KH. Azhari 7 ulu Rt. 02 No.
35 Palembang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas
b. Riwayat Perjalanan Kesehatan
Klien menyadari bahwa pasien sering merasa sesak nafas dan klien merasa
sesak nafasnya saat ini tidak begitu parah, klien biasanya mengatasi
sesaknya dengan membeli obat yang ada di warung, namun semakin hari
sesak nafasnya semakin parah. Sehingga klien memeriksakan diri ke
rumah sakit, ternyata pasien menderita asma bronchial
c. Riwayat kesehatan lalu
Klien menyatakan sebelumnya pernah disedot cairan yang ada di paru-
paru sebelah kirinya dan beberapa bulan yang lalu diberi obat lalu kontrol,
tapi pasien merasa sesak nafas.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit yang
diderita klien.
e. Riwayat Sosial
Klien tinggal bersama kedua orang tuanya serta suami dan anak-anaknya.
Hubungan dengan tetangga sekitar baik, karena ada tetangga yang ikut
mengantar ke rumah sakit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Keadaan umum : Lemah
c. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,50 C
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 27 x/menit
- TD : 140/80 mmHg
d. Kepala
- Bentuk : simetris
- Rambut : hitam
- Keadaan rambut : tumbuh subur
- Kulit kepala : bersih
e. Mata
- Kelengkapan : simetris
- Sklera : tidak ikterus
- Konjungtiva : anemis (-)
- Pupil : isokor
- Kebersihan : cukup
- Keadaan : baik
f. Hidung
- Bentuk : simetris
- Penciuman : baik
- Masalah : tidak ada
- Kebersihan : cukup
g. Mulut
- Bibir : simetris
- Gigi : tidak caries
- Gusi : tidak ada kelainan
- Kebersihan : cukup
h. Telinga
- Bentuk : simetris
- Pendengaran : baik
- Kebersihan : cukup
- Alat bantu pendengaran : tidak ada
i. Leher
- Bentuk : simetris
- Venajugularis : tidak ada distensi
- Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran
j. Dada
- Bentuk : simetris
- Jantung : murmur tidak ada
- Paru-paru
Auskultasi : wheezing (+)
Frekuensi pernapasan : 27x/menit
k. Abdomen
- Bentuk : simetris
- Bising usus : (-)
- Hepar : tidak ada pembesaran
l. Ekstremitas
- Atas
Kekuatan otot : baik
Pergerakan : baik
Kontraktur : tidak ada
Kelainan : IVFD terpasang di lengan kiri
- Bawah
Kekuatan otot : baik
Pergerakan : baik
Kontraktur : tidak ada
Kelainan : tidak ada
m. Kulit
- Warna : sawo matang
- Turgor : elastis
- Kebersihan : cukup
- Kelembaban : lembab
4. Program Dokter
Therapy
- IVFD DS gtt 15 x/menit
- Ambiosol 3 x 1 strip
- Quitron 2 x ½ strip
- Aspilet 1 x 1 tablet
- Injeksi ranitidine 2 x 1 ampul
BAB V
PEMBAHASAN
Pemasangan infus adalah memberikan cairan makan melalui vena ( karena
akan kembali ke jantung) dengan menggunakan infus set yang steril sebagai
pengganti makanan.
Dalam pelaksanaan pemasangan infus terhadap pasien Ny “A”, yang kami
lihat di lapangan khususnya di instalasi rawat darurat RSUD Palembang BARI yaitu :
Persiapan alat meliputi, cairan infus, infus set steril, abocath, tiang atau standar infus,
kapas beralkohol 70%, kassa steril, betadine, pembendung atau tourniquet, plester,
bengkok dan kom kecil.
Adapun cara pemasangan infus di instalasi rawat darurat adalah memberitahu
pasien bahwa ia akan dipasangkan infus serta memberi tahu tujuan pemasangan infus.
Kemudian cara pelaksanaannya yaitu perawat atau bidan mencuci tangan, persiapkan
potongan plester 5 buah terdiri dari 2 pendek dan 3 panjang dan dilekatkan pada
pinggiran bengkok. Persiapkan kassa steril yang telah diberi betadine, periksa ulang
cairan infus, periksa infus set dan kunci selang infus. Tusukkan infus set (Drip
Chamber) kedalam botol infus dengan menggunakan teknik aseptik. Isi drip chamber
dengan 20-30 ml cairan infus. Keluarkan cairan melalui selang infus dengan
membuka pengunci, hingga seluruh udara keluar. Tentukan lokasi untuk infus.
Bendung vena dengan pembendung (tourniquet). Pilih vena yang baik dan disinfeksi
dengan alkohol 70%. Tusukkan abocath ke dalam vena secara perlahan-lahan, apabila
keluar darah berarti masuk ke vena. Buka pembendung ( tourniquet). Sambungkan
abocath atau wing nidle dengan selang infus. Buka pengunci selang, dan nilai adanya
pembengkakan atau tidak. Lakukan fiksasi dengan di plester. Tutup dengan kain
kassa yang telah diberi betadine. Atur tetesan, merapikan pasien, membereskan alat-
alat. Perawat atau bidan mencuci tangan. Catat tanggal, jenis cairan, jumlah tetesan
dan jam mulai pemasangan infus.
Cara pelaksanaan pemasangan infus di lapangan praktek dan teori yang
diberikan ada beberapa hal perbedaan yaitu pengalas atau perlak. Di lapangan praktek
tidak digunakan untuk pemasangan infus. Sedangkan menurut teori yang kami dapat,
perlak harus digunakan.
Pemasangan infus harus sesuai dengan prosedur, terutama hal-hal yang perlu
kita perhatikan adalah kelancaran cairan, jumlah tetesan dan lain-lain. Penghitungan
tetesan ada rumusnya. Jumlah tetesan dikali dengan jenis cairan lalu dibagi dengan
waktu (menit).
B. Prosedur Kerja Pemasangan Infus
A. Persiapan alat
1. cairan Infus
2. Infus set steril
3. Abocath
4. Tiang atau standar infus
5. Kapas berakohol 70%
6. Kassa Steril
7. Betadine
8. Pengalas atau perlak kecil
9. Pembendung atau tourniquet
10. Plester
11. Bengkok
12. Handscone
13. Spalk dalam keadaan siap pakai bila perlu
B. Persiapan Pasien
- Beritahu pasien tentang tindakan yang dilakukan
- Beri posisi yang nyaman
C. Pelaksanaan
1. Perawat mencuci tangan
2. Persiapkan potongan plester dan dilekatkan pada pinggiran bengkok
3. Memakai handscone
4. Persiapkan kassa steril yang telah diberi Betadine
5. Periksa ulang cairai infus
6. Periksa Infus set dan selang infus
7. Tusukkan infus set (Drip Chamber) kedalam botol infus dengan
menggunakan teknik aseptik
8. Isi drip chamber dengan 20-30ml cairan infus
9. Keluarkan cairan melalui selang infus dengan membuka pengunci,
hingga seluruh udara keluar
10. Tentukan lokasi untuk infus
11. Pasang pengaalas atau perlak steril
12. Bendung vena dengan pembendung (tourniquet)
13. Pilih vena yang baik dan desinfeksi dengan kapas alkohol 70%
14. Tusukan abocath atau wing nidle kedalam vena
15. Buka pembendung (Tourniquet)
16. Sambungkan abocath atau wing nidle dengan selang infus
17. Buka pengunci selang dan nilai adanya pembengkakan atan tidak
18. Lakukan fiksasi dengan diplester
19. Tutup dengan kain kasa yang telah diberi betadine
20. Atur tetesan
21. Merapikan pasien
22. Membereskan alat-alat
23. Perawat mencuci tangan
24. Catat tanggal, jenis cairan, jumlah tetesan dan jam mulai pemasangan
infus
BAB VI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pemasangan infus bertujuan untuk :
a. Mempertahankan atau mengganti cairan dan elektrolit tubuh, vitamin,
protein dan kalori dimana pasien tidak dapat mempertahankan asupan
(intake)
b. Mengembalikan keseimbangan asam dan basa
c. Mengembalikan volume darah
d. Pemberian infus membantu untuk mempermudah dalam pengobatan
e. Tindakan keperawatan dalam pemberian infus pada Ny “E” akan membuat
pasien lebih baik
2. SARAN
1. Bagi instalasi kesehatan RSUD Palembang BARI
Diharapkan kepada seluruh perawat atau bidan di RSUD Palmbang BARI,
dalam pemasangan infus sebaiknya menggunakan handscone
2. Bagi instalasi pendidikan
Agar lebih mengarahkan dan membimbing para mahasiswa untuk lebih
terampil dalam menerapkan keterampilan dasar praktek klinik khususnya
dalam pemasangan infus
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa mampu memahami pengetahuan mengenai
asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di rumah sakit khusunya
pada perawatan pasien yaitu pemasangan infus, meningkatkan keterampilan
dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan keterampilan dasar
praktek klinik pada pasien.
LEMBAR KONSUL
Kelompok : 1 (satu)
Tingkat : I.B
Judul : Pemasangan Infus
No Tanggal Materi Konsul Keterangan Paraf
DAFTAR PUSTAKA