Upload
ramlin-martins-luis
View
252
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ainaro soro
Citation preview
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
KATA PENGANTAR
Atas Rahmat dan Karunia Tuhan Yang Maha Esa maka penulis
mendapat petunjuk untuk menulis makalah yang berjudul “Pengolahan Aspal
dalam Reaksi Kimia untuk Kekerasan Jalan Raya “.
Penulis juga tak lupa mengucapakan terima kasih atas bimbingan serta
dukungan yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah yang berupaya
dengan segala kemampuan penulis makalah ini dengan baik dan
pengarahan dari dosen pembimbing dapat mengsukseskan penulis untuk
dituntun mencapai sarjana teknik sipil yang professional.
Kiranya makalah ini dapat menopan penulis adanya dihari esok
sebagai acuan untuk penbangunan berteknology dan akhirnya penulis
mengharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca mohon saran
dan kritikan dari pembaca sebab makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena hidup tidak luput dari kesalahan.
1
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………................i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang……………………………………………………………………...................1
1.2. Perumusan Masalah………………………………………………………………………..…3
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………………...3
1.4. Manfaat……………………………………………………………………………………….4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Aspal………………………………………………………………………………………….6
2.2. Aspal Modifier………………………………………………………………………………..8
2.3. Gondorukem………………………………………………………………………………….8
2.4. Agregat………………………………………………………………………………………..9
2.5. Gradasi……………………………………………………………………………………....10
2.6. Persyaratan Campuran………………………………………………………………………10
2.7. Marshall Test……………………………………………………………..............................12
2.8. Durabilitas…………………………………………………………………………………..12
2.9. Bahan Aditif Aspal………………………………………………………………………….13
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Aspal…………………………………………………………………………….14
2
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
3.2. Sumber Aspal………………………………………………………………………………..15
3.3. Klasifikasi Aspal…………………………………………………………………………….183.4. Sifat-Sifat Kimia Aspal……………………………………………………………………...193.5. Sifat – Sifat Fisik Aspal……………………………………………………………………..213.6. Macam – macam Aspal…………………………………………………………………...…22
BAB IV PENUTUP
4.1. . Kesimpulan………………………………………………………………………………...244.2. Saran………………………………………………………………………………………...25DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….......26LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
proses pemadatan dalam perencanaan campuran beraspal panas biasanya digunakan
dengan metode marshall untuk menentukan nilai rongga dalam campuran yang disyaratkan,
tetapi dalam kondisi tertentu setelah diaplikasikan di lapangan dan telah mengalami pemadatan
oleh lalu lintas, tidak mencerminkan kepadatan campuran beraspal yang sesuai dengan harapan.
Rongga dalam campuran beraspal setelah beberapa lama relatif terlalu tinggi sehingga terjadi
retak, atau bahkan terlalu rendah dari pada persyaratan sehingga acapkali terjadi deformasi
plastis.
Metode pemadatan dengan marshall konvensional atau normal menggunakan mold
berdiameter 10 cm (4 inci) yang dirancang dengan jumlah tumbukan normal tertentu dianggap
belum cukup untuk menjamin kinerja campuran beraspal yang digunakan untuk lalu lintas berat
dan padat dengan temperatur tinggi. Untuk mengevaluasi kerusakan perkerasan jalan beraspal
berbentuk retak dan deformasi plastis kepadatan membal dimaksudkan sebagai kepadatan
tertinggi (maksimum) yang dapat berupa alur perlu dikontrol dengan suatu uji kepadatan sampai
kondisi membal dicapai, sehingga campuran tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi.
3
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Jalan merupakan pendukung utama untuk perkembangan pembangunan di Timor Leste
jalan melayani 80 - 90 % mobilisasi seluruh angkutan barang dan orang. Hal ini mengakibatkan
kerusakan pada jalan tidak dapat dihindari karena beban yang ditanggung akibat aktivitas
mobilisasi angkutan orang dan barang tersebut. Keadaan tersebut diperparah juga oleh situasi
iklim di timor leste yang tropis, kelembaban dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan
intensitas sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun,curah hujan yang tinggi, sehingga
memperpendek umur jalan.
Aspal konvensional dengan penetrasi 60/70 yang biasa digunakan sebagai bahan
campuran panas (hotmix) cenderung memiliki viskositas dan titik lembek yang rendah, mudah
dipengaruhi oleh suhu dan beban yang melintas diatasnya. Suhu yang tinggi disiang hari dan
ditambah dengan adanya beban dari lalu lintas yang besar akan semakin memperbesar
kemungkinan perkerasan lentur jalan akan mengalami kerusakan yang permanen. sementara itu,
terkait dengan curah hujan yang tinggi, air hujan akan sering menggenangi permukaan jalan.
Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan dari aspal konvensional penetrasi 60/70
adalah dengan menggunakan aspal modifikasi sebagai material campuran. Para peneliti aspal
telah memfokuskan perhatian pada sifat –sifat pemodifikasi aspal yang diperoleh dari interaksi
antara komponen aspal dan aditif polimer. Dalam hal ini terlihat bahwa keterpaduan aditif
polimer yang sesuai kedalam campuran aspal dapat dipersiapkan sifat – sifat yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kontribusi pengikat aspal untuk kinerja pengaspalan (terrel, 1986).
Aspal berfungsi sebagai perekat agregat dalam campuran aspal beton, sehingga
menjadikannya sangat penting dipertahankan kemampuannya terhadap kelekatan, titik lembek
dan kelenturannya. penambahan aditif pada aspal menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk
mempertahankan maupun meningkatkan daya rekatnya, titik lembek, maupun kelenturanya
(Rianung, 2007).
4
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.seiring dengan hal
tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Sehingga muncul banyak kendaraan-
kendaraan berat di jalan raya yang melintasdi jalan raya. salah satu prasarana transportasi adalah
jalan yang merupakankebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan
mobilitas penduduk yang sangat tinggi dewasa ini maka diperlukan peningkatanbaik kuantitas
maupun kualitas jalan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pada campuran antara aspal dengan agregat yang ditambahkan bahan aditif karet SIR-20
hanya akan terjadi ikatan fisis sehingga membuat bahan aditif yang ditambahkan hanya berfungsi
sebagai agregat. Perlunya penggunaan bahan peroksida seperti dikumil peroksida sebagai
inisiator dan juga penambahan divenil benzena sebagai pengikat sambung silang (crosslinker)
dalam campuran aspal tersebut, akan menghasilkan ikatan kimia yang kuat dalam campuran
aspal tersebut dan menyebabkan agregat terperangkap diantara ikatan sambung silang yang
terjadi antara aspal dengan karet SIR-20.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tentang
pemanfaatan karet sir-20 yang dicampurkan dengan aspal untuk pembuatan aspal polimer.
Pemanfaatan karet SIR-20 yang bersifat elastomer ini diharapkan juga dapat meningkatkan nilai
kelenturannya sehingga tingkat keelastisan aspal menjadi lebih baik.
2.2. Perumusan Masalah
Masalah kepadatan campuran beraspal panas untuk perkerasan jalan yang dirancang
dengan metode marshall konvensional adalah ketergantungannya terhadap pencapaian rongga
udara yang disyaratkan. pencapaian rongga udara perkerasan jalan hanya dapat dievaluasi bila
setelah beberapa tahun dilalui kendaraan. Bila rongga udara tidak tercapai oleh pemadatan lalu
lintas, maka rongga dalam campuran akan relatif lebih tinggi sehingga penuaan aspal relatif akan
lebih cepat akibat oksidasi, perkerasan menjadi kurang lentur dan akan cepat retak. sebaliknya
adalah bila rongga dalam campuran beraspal masih terlalu rendah, maka akan menyebabkan
5
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
bleeding atau keluarnya aspal karena campuran tidak cukup ruang untuk mengakomodasi aspal
dalam rongganya.
Pemadatan di laboratroium sangat berbeda dengan pemadatan di lapangan akibat
pemadatan oleh lalu lintas, tetapi pemadatan secara mekanis di laboratorium dengan metode
marshall masih relevan mensimulasikan pemadatan oleh beban lalu lintas, asalkan jumlah
tumbukkan pada benda uji harus disesuaikan. alternatif lain adalah dilakukan penumbukkan
campuran beraspal menggunakan penumbuk elektris untuk alat marshall, atau alat pemadat putar
(gyratory compactor) sehingga tidak memerlukan tenaga manusia untuk mengangkat palu
penumbuk. pemadatan lain dapat menggunakan alat penumbuk getar yang dapat dioperasikan
secara manual, meniru alat pemadat putar.
Di negara-negara maju telah menggunakan konsep metode uji membal ini sebagai dasar
untuk perencanaan perkerasan jalan beraspal, berdasarkan gradasi agregat campuran tertentu
yang penentuan kadar aspal dan kadar rongganya dianalisis secara volumetrik.
2.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan aspal polimer dengan memanfaatkan ldpe bekas
sebagai aditif yang dicampur bersama agregat pasir dengan adanya dikumil peroksida
dan divenil benzena.
2. Untuk mengetahui efektifitas dari pemanfaatan ldpe bekas sebagai bahan aditif dalam
pembuatan aspal polimer dalam hal peningkatan sifat fisik dan mekanik dalam aspal
polimer.
3. Untuk mengetahui apakah aspal dapat bercampur dengan karet sir-20 yang dicampur
dengan agregat pasir dengan adanya dikumil peroksida dan divenil benzena
menggunakan proses ekstruksi.
6
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
4. Mengetahui pengaruh bahan tambah / aditif yaitu gondorukem dengan melakukan
beberapa uji variasi terhadap persentase berat kadar aspal pada pengujian sifat – sifat
fisik aspal.
5. Mencari persentase kadar aspal optimal dengan bahan tambah gondorukem dilihat dari
sifat marshall seperti stabilitas, flow, vim (void in the mix), vfb (void fill with bitumen),
vma (void in the mineral aggregate), dan marshall quotient.
6. Mengkaji dan mengevaluasi perilaku campuran asphalt concrete - binder course (ac-
bc) dengan penggunaan bahan tambah / aditif yaitu gondorukem atas kemampuan
mempertahankan kualitasnya dari kerusakan setelah dilakukan perendaman.
2.4. Manfaat
Menemukan alternatif suatu bahan tambah aspal /aditif baru yang murah, mudah
didapatkan, pengolahan cukup sederhana, bahan yang ramah lingkungan dan berasal dari bahan
yang dapat diperbaharui yang sekaligus diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif
terhadap pengembangan teknologi konstruksi perkerasan jalan di timor leste sebagai berikut:
Sebagai informasi tambahan mengenai pemanfaatan ldpe sebagai bahan aditif dalam
pembuatan aspal polimer.
Sebagai solusi alternatif terhadap permasalahan pembangunan jalan raya sehingga
dihasilkan kualitas aspal yang lebih baik dan lebih tahan lama.
Sebagai informasi tambahan mengenai pemanfaatan karet sir-20 sebagai bahan aditif
dalam pembuatan aspal polimer.
Sebagai solusi alternatif terhadap permasalahan pembangunan jalan raya sehingga
dihasilkan kualitas aspal yang lebih baik dan lebih tahan lama.
Membandingkan antara penggunaan semen portland dengan abu batu sebagai filler dalam
campuran ac-wc, dilihat dari stabilitas dan kepadatan serta keawetan dan kekuatan
terhadap kerusakan campuran setelah dilakukan perendaman selama 0, 24, 48, 72 dan 96
jam.
7
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
BAB II
LANDASAN TEORI
8
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
2.1. Aspal
Aspal dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum berasal dari sisa
organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun oleh pecahan batu
batuan. setelah berjuta juta tahun material organisme dan lumpur terakumulasi dalam lapisan-
lapisan ratusan meter, beban dari beban teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan
sedimen. Sedimen tersebut yang lama - kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak mentah
yang menjadi senyawa dasar hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi dari minyak
mentah, namun aspal ditemukan juga sebagai bahan alam (misal : asbuton), dimana sering juga
disebut mineral ( Shell Bitumen, 1990) aspal adalah sistem koloidal yang rumit dari material
hydrocarbon yang terbuat dari asphaltenes, resin dan oil. Material aspal berwarna coklat tua
sampai hitam dan bersifat melekat, berbentuk padat atau semi padat yang didapat dari alam
dengan penyulingan minyak.(kreb,rd & walker, rd.,1978) aspal dapat pula diartikan sebagai
bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa yang komplek seperti
asphaltenes, resin dan oil.
Asphlatenes material susunan pembentuk dari aspal dan resin mempengaruhi dari sifat-sifat
adesi dan daktilitas, oils berpengaruh terhadap viskositas dan flow (Hunter Rn, 1994) Soeprapto
Totomihardjo (1994), aspal merupakan senyawa hidrogen (h) dan carbon (c) yang terdiri dari
paraffins, naphtene dan aromatics, bahan-bahan tersebur membentuk:
Asphaltenese : kelompok ini membentuk butiran halus, berdasarkan aromatics/ benzene
structure serta berat molekul tinggi.
Oils : kelompok ini berbentuk cairan yang melarutkan asphaltenese, tersusun dari
paraffins (waxy), cyclo paraffins (wax-free) dan aromatics serta mempunyai berat
molekul rendah.
Resin : kelompok ini membentuk cairan penghubung asphaltenese dan mempunyai berat
molekul sedang. selanjutnya gabungan oils dan resin sering disebut maltenese dewasa ini
kebanyakan aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari komponen
molekul berat yang disebut aspaltenes, dispersi/ hamburan didalam minyak perantara
9
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
disebut maltenes. bagian dari maltenes terdiri dari molekul perantara yang disebut resins
yang dipercaya menjadi instrumen di dalam menjaga dispersi asphaltenes.
(Koninklijke/Shell-Laboratoriun-1987) fungsi kandungan aspal dalam campuran juga
berperan sebagai selimut agregat dalam bentuk film aspal yang berperan menahan gaya
gesek permukaan dan
mengurangi kandungan pori udara yang juga berarti mengurangi penetrasi air ke dalam
campuran (Crauss, J et al, 1981).
Anang Priambodo (2003) menyatakan bahwanaspal juga merupakan material yang
bersifat visco-elastis dan mempunyai ciri-ciri beragam mulai dari yang bersifat sangat melekat
sampai dengan yang bersifat elastis. diantara sifatsifat aspal yang lain adalah :
aspal mempunyai sifat thrixotropy, yaitu dibiarkan tanpa mengalami tegangan - tegangan
aspal akan menjadi keras sesuai dengan jalannya waktu.
Aspal mempunyai sifat rheologic, yaitu hubungan antara tegangan (stress) dan regangan
(strain) yang dipengaruhi oleh waktu. apabila mengalami pembebanan dengan jangka
waktu yang sangat cepat, maka aspal akan bersifat elastis, namun pembebanan yang
terjadi cukup lama sifat aspal menjadi plastis (viscous).
Aspal adalah bahan yang thermoplastis, yaitu konsistensi atau viskositasnya akan
berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang terjadi. Semakin tinggi temperatur
maka viskositasnya semakin rendah atau aspal akan semakin encer, demikian pula
sebaliknya. Penuaan aspal adalah suatu parameter untuk mengetahui durabilitas
campuran aspal. Penuaan aspal disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu penguapan fraksi
minyak ringan yang terkandung dalam aspal dan oksidasi (penuaan jangka pendek) dan
oksidasi yang progresif (penuaan jangka panjang). Kedua proses penuaan ini
menyebabkan terjadinya perkerasan pada aspal dan selanjunya meningkatkan kekakuan
campuran beraspal yang dapat meningkatkan ketahanan campuran terhadap deformasi
permanen dan kemampuan menyebarkan beban yang diterima, tetapi dilain pihak
campuran aspal akan menjadi lebih getas sehingga akan cepat retak dan akan
menurunkan ketahanan terhadap beban berulang.
10
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
2.2. Aspal Modifier
Dengan kemajuan teknologi pada saat ini banyak dihasilkan bahan tambah
atau modifier, sering juga disebut aditif, yaitu suatu bahan yang dapat dicampurkan atau
ditambahkan pada aspal atau batuan.
Untuk hal ini ada baiknya kalau dapat diketahui mengenai susunan rangkaian dari atom
yang ada pada aspal, menurut g.t austin, ditinjau dari sudut kimia aspal merupakan suatu
rangkaian atom atau “polymer“. polimer satu dengan polimer satunya tidak berkaitan secara kuat
karena adanya ikatan rangkap pada struktur molekul tersebut atau biasa disebut “co-polymer”.
sifat sifat co-polymer tersebut secara umum bersifat antara lain :
1. Stabilitas yang rendah
2. Kurangnya ketahanan terhadap suhu.
3. Mudahnya mengikat atom bebas.
Adanya sifat-sifat yang kurang menguntungkan tersebut para ahli berusaha menemukan
bahan yang dapat memperbaiki sifat kimiawi dari aspal. Akhirnya ditemukan berbagai macam
bahan tambah yang berfungsi sebagai katalisator pada reaksi kimia pada aspalnya. lewat reaksi
kimia katalisator ini mengubah ikatan rangkap pada aspal menjadi ikatan – ikatan tunggal pada
rantai panjang, yang lasim disebut polimer, yang bertindak sebagai katalisator untuk
memperbaiki struktur molekul pada aspal dengan perbaikan struktur molekul dalam aspal,
artinya setelah pemakaian bahan tambah / aditif akan dapat merubah sifat-sifat aspal antara lain :
1. meningkatkan stabilitas.
2. mengurangi kepekaan terhadap suhu.
3. meningkatkan ketahanan terhadap deformasi.
2.3. Gondorukem.
11
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Gondorukem adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan umum untuk produk
pengolahan getah dari pohon jenis pinus. sebutan gondorukem ini berawal dari penggunaan
getah sebagai penambal kapal kayu yang bocor. Industri gondorukem dunia dimulai sekitar 100
tahun yang lalu di amerika sudah ada industrinya pada tahun 1830.
2.4. Agregat
Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun
komposisi lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil pengolahan (manufactured
aggregate) maupun agregat buatan (synthetic aggregate) yang digunakan sebagai bahan utama
penyusun perkerasan jalan (Das’at Widodo,1999). menurut pedoman no. 023/t/bm/1999, sk no.
76/kpts/db/1999. pedoman teknik perencanan campuran beraspal panas dengan pendekatan
kepadatan mutlak dep. kimpraswil pusat penelitian dan pengembangan teknologi prasarana jalan,
agregat dibedakan dalam beberapa kelompok yaitu :
Agregat kasar, yaitu batuan yang tertahan saringan no. 8 (2,36 mm) terdiri
atas batu pecah atau kerikil pecah. Agregat kasar dalam campuran beraspal panas untuk
mengembangkan volume mortar dengan demikian membuat campuran lebih ekonomis
dan meningkatkan ketahanan terhadap kelelehan.
Agregat halus, yaitu batuan yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm) dan tertahan saringan
no. 200 (0.075 mm) terdiri dari hasil pemecahan batu atau pasir alam. Fungsi utama dari
agregat halus adalah untuk mendukung stabilitas dan mengurangi deformasi permanen
dari campuran melalui ikatan dan gesekan antar partikel, berkenaan dengan itu agregat
halus harus memiliki kekerasan yang cukup dan mempunyai sudut, mempunyai bidang
pecah permukaan, bersih dan bukan bahan organik.
Agregat pengisi (filler), terdiri atas bahan yang lolos saringan no.200
(0,075 mm) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya.(Sk. Sni m-02- 1994-03). fungsi
dari filler adalah untuk meningkatan viskositas aspal dan untuk mengurangi kepekaan
terhadap temperatur. hasil penelitian umumnya menunjukan bahwa meningkatnya jumlah
12
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
bahan pengisi (filler ) cenderung akan meningkatkan stabilitas dan mengurangi rongga
dalam campuran.
Gradasi agregat gabungan adalah gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal,
ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat, harus memenuhi batas – batas dan
harus berada diluar daerah larangan (restriction zone).
2.5. Gradasi
Hasil kajian yang dilakukan balitbang Dep pu pada tahun 2004, telah diperoleh bahwa
gradasi agregat campuran yang memiliki ketahanan terhadap deformasi plastis namun masih
memiliki ketahanan terhadap retak adalah gradasi agregat gabungan yang memotong kurva fuller
dan pada fraksi halus berada dibawah daerah yang dilarang. Superpave menetapkan gradasi
dengan 2 (dua) spesifikasi khusus yaitu target gradasi berada didalam batas titik kontrol (control
point) dan menghindari daerah penolakan / larangan (restricted zone) . Titik- titik kontrol
berfungsi batas rentang dimana target gradasi harus lewat. titik – titik kontrol tersebut diletakan
di ukuran maksimum nominal dan di pertengahan saringan (2,36 mm) dan ukuran saringan
terkecil (0,075 mm).
Joko Wardoyo (2003) dalam Kennedy (1996) menyarankan untuk menghasilkan kinerja
jalan yang baik dengan volume lalu lintas tinggi dipilih target gradasi yang lewat dibawah daerah
penolakan/ larangan.
2.6. Persyaratan Campuran
Perencanaan campuran mencakup kegiatan pemilihan dan penetuan proporsi material
untuk mencapai sifat – sifat akhir dari campuran beraspal yang diinginkan (Asphalt Institute,
1993).
13
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Bagus Priyatno (1999), kareteristik campuran beraspal untuk lapis permukaan adalah
untuk mendapatkan campuran efektif dari gradasi agregat dan aspal yang akan menghasilkan
campuran beraspal yang memiliki sifat – sifat sebagai berikut:
2.6.1. Stabilitas adalah kemampuan campuran untuk melawan deformasi atau perubahan
bentuk yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas tergantung dari gaya gesek (internal
friction) dan kohesi (cohesion). sedangkan gaya gesek tergantung pada surface texture, gradasi
agregat, bentuk kombinasi dari gaya gesek dan kemampuan saling mengunci agregat pada
campuran.
2.6.2. Fleksibilitas adalah kemampuan lapis permukaan untuk menyesuaikan perubahan
bentuk yang terjadi dibawahnya tanpa mengalami retak–retak. sifat ini bertolak belakang dengan
stabilitas, maka dalam perencanaan kedua Sifat ini diusahakan dicapai optimumnya, karena
usaha memaksimalkan usaha yang satu berarti meminimumkan sifat yang lain. Umumnya
fleksibilitas campuran beraspal akan lebih tinggi dengan penambahan kadar aspal. jika
menggunakan aspal dengan daktilitas tinggi, mengurangi tebal lapis perkerasan dan
menggunakan gradasi agregat relatif terbuka.
2.6.3. Durabilitas adalah kemampuan campuran untuk mempertahankan kualitasnya dari
kerusakan yang disebabkan oleh pengaruh cuaca dan beban lalu lintas (oksidasi,
stripping, disintregasi dari agregat).
2.6.4. Impermeability adalah sifat kedap air dan udara yang dimiliki campuran, hal ini erat
kaitannya dengan jumlah rongga dalam campuran yang dapat mempengaruhi durabilitas lapis
pekerasan. Permukaan perkerasan dapat dimungkinkan kedap air dengan cara menggunakan
gradasi rapat atau memperbesar kadar aspal agar nilai voidnya kecil.
2.6.5. Fatique resitance adalah kemampuan pekerasan terhadap kelelahan akibat beban yang
berulang-ulang (load repetition) dari beban lalu lintas tanpa mengalami retak. nilai fatique
14
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
resistance dapat dinaikan dengan cara mempertinggi kadar aspal, mempertebal lapis permukaan
dan memperkecil rongga terhadap campuran.
2.6.6. Skid resitance adalah kekesatan lapis permukaan yang berkaitan dengan kemampuan
lapis perkerasan untuk melayani arus lalu lintas kendaraan yang lewat diatasnya tanpa terjadi
skidding-slipping pada saat kondisi permukaan basah. nilai kekesatan yang tinggi dapat diperoleh
dengan cara menggunakan agregat dengan mikrotekstur dan nilai abrasi rendah atau membuat
kondisi permukaan kasar sehingga mempunyai makrotektur tinggi misalnya dengan chipping dan
mengurangi kadar aspal.
2.6.7. Workability adalah sifat kemudahan dari campuran agregat aspal untuk dilaksanakan
meliputi pencampuran, penghamparan dan pemadatan. Factor - faktor yang mempengaruhi
dalam pelaksanaan adalah gradasi agregat, temperatur campuran, kandungan filler dan loksi
penghamparan.
2.7. Marshall Test
Konsep marshall test dikembangkan oleh bruce marshall, seorang insiyur perkerasan
pada mississipi state highway. pada tahun 1948 us cops of engineering meningkatkan dan
menambah beberapa kriteria pada prosedur testnya, terutama kriteria rancangan campuran. sejak
itu test ini banyak diadopsi oleh berbagai organisasi dan pemerintahan dibanyak negara, dengan
beberapa modifikasi prosedur ataupun intepretasi terhadap hasilnya.
Parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah beban maksimum yang dapat
dipikul briket sampel sebelum hancur atau marshall stability dan jumlah akumulasi deformasi
sampel sebelum hancur yang disebut marshall flow. dan juga turunan dari keduanya yang
merupakan perbandingan antara marshall stability dan marshall flow disebut marshall quotient,
yang merupakan nilai kekakuan berkembang (pseudo stiffness), yang menunjukan ketahanan
campuran terhadap deformasi permanen (Shell Bituman, 1990). parameter lain yang penting
15
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
adalah analisis void yang terdiri dari void in the mix (vim), void in material aggregate (vma),
void filled with bitumen (vfb) yang ditentukan pada kondisi standar (2x75).
2.8. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah digunakan sebagai
bahan pengikat dalam campuran berasapal dan dihamparkan di lapangan. hal ini disebabkan
karena sifat-sifat aspal akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang
terjadi baik pada saat pencampuran, pengangkutan dan penghamparan aspal di lapangan.
perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdaktilitas rendah atau dengan kata lain
aspal mengalami penuaan. Kemampuan aspal untuk menghabat laju penuaan ini disebut
durabilitas aspal pengujian kualitatif aspal biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas
aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas.
Uji durabilitas campuran ini dilakukan untuk mengatahui daya rekat aspal terhadap
agregat dengan cara aspal beton direndam dalam air, aspal dengan daya adesi yang kuat akan
melekat erat pada permukaan agregat. durabilitas campuran aspal beton dapat ditinjau dari
besaran nilai stabilitas pada uji marshall setelah dilakukan perendaman.
2.9. Bahan Aditif Aspal
Bahan aditif aspal adalah suatu bahan yang dipakai untuk ditambahkan pada aspal. Terrel
& Epps (1971), penggunan bahan aditif aspal merupakan bagian dari klasifikasi jenis aspal
modifier yang yang berunsur dari jenis karet, karet sintetis /buatan juga dari karet yang sudah
diolah (dari ban bekas), dan juga dari bahan plastik, adapun pengujian yang pernah dilakukan
adalah :
a. Badan litbang Dep pu (2007), melakukan pengujian dengan menggunakan bahan aditif
dengan menggunakan karet alam (lateks kkk 60) untuk meningkatkan mutu perkerasan
jalan berasapal sebesar 3 % dari berat aspal minyak dengan hasil memperbaiki
karakteristik aspal konvensional, meningkatkan mutu perkerasan beraspal yang
16
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
ditunjukkan dengan peningkatan modulus resilien dan kecepatan deformasi,
meningkatkan umur konstruksi perkerasan jalan yang ditunjukkan percepatan
terjadinya retak dan alur.
b. PT. tunas mekar Adiperkasa (2005) dengan produknya aspal bituplus®. aspal
bituplus® memakai polimer elastomerik atau dari bahan jenis karet. Pengujian
dilakukan dari penelitian penggunaan aspal tersebut pada jalan yang telah dibangun.
Hasil penelitian adalah dengan pemakaian aspal bituplus® menghasilkan aspal yang
memiliki titik lembek tinggi, kelenturan yang lebih baik serta penetrasi yang optimal
daripada menggunakan aspal biasa serta perkerasan jalan lebih tahan terhadap aging
akibat pengaruh sinar ultraviolet sehingga memperbaiki kinerja beton.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Aspal
Menurut Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), aspal beton adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan
ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur
secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu. Karena dicampur dalam keadaan panas, maka
sering disebut sebagai hot mix. Semua pekerjaan pencampuran hot mix dilakukan di pabrik
pencampur yang disebut sebagai Asphalt Mixing Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base Course, Base
Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan juga terdiri
17
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar, di bawah ini Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam
proses perencanaan campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal beton, yang
meliputi:
Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban lalu lintas
tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari gaya gesekan
antar partikel (internal friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang
baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan
batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
Durabilitas
Aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap cuaca dan
beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang mendukung durabilitas meliputi kadar
aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi lendutan
akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami perubahan bentuk.
Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan menggunakan gradasi yang relatif terbuka
dan penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap
pembebanan.
2.3. Sumber Aspal
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari proses
penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Aspal juga terdapat di alam
secara alamiah, aspal ini aspal alam .Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah
kedalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi safat rheologinya sehingga
menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.
2.3.1. Aspal Hasil Destilasi
18
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses dimana berbagai fraksi
dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur
pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperature tertentu dari proses destilasi akan
dihasilkan produk-produk berbasis minyak sebagai berikut:
Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan
engan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal
keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses stilasii hampa pada
temperatur sekitar 480 ºC. Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah
yang disulaing atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan. Untuk menghasilkan aspal keras
dengan sifat-sifat yang diinginkan, proses penyulingan harus ditangani sedemikian rupa sehingga
dapat mengontrol sifatsifat aspal keras yang dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan
mencampur berbagai variasi minyak mentah bersama-sama sebelum proses destilasi dilakukan.
Pencampuran ini nantinya agar dihasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang bervariasi, sesuai
dengan sifat-sifat yang diinginkan. Cara lainnya yang sering dilakukan untuk mendapatkan aspal
keras adalah dengan viskositas menengah, yaitu dengan mencampur berbagai jenis aspal keras
dengan proporsi tertentu dimana aspal keras yang sangat encer dicampur dengan aspal lainnya
ang kurang encer sehingga menghasilkan aspal dengna viskositas menengah. Selain melalui
proses destilasi hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak mentah dengan pemanasan dan
penghampaan, aspal keras juga dapat dihasilkan melalui proses ekstraksi zat pelarut. Dalam
proses ini fraksi minyak ( bensin, solar, dan minyak tanah) yang terkandung dalam minyak
mentah, dikeluarkan sehingga meninggalkan aspal sebagai residu.
Aspal Cair
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis
minyak. Aspal ini dapet juga dihasilkan secara langsung dari proses destilasi, dimana dalam
proses ini raksi minyak ringan terkandung dalam minyak mentah tidak seluruhnya dikeluarkan.
Kecepatana menguap dari minyak yang digunakan sebagai pelarut atau minyak yang sengaja
19
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
ditinggalkan dalam residu pada proses destilasi akan menentukan jenis aspal cair yang
dihasilkan.
Aspal Emulsi
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini
partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam airyang mengandung emulsifer
(emulgator). Partikel aspal yang terdispersi ini berukuran sangat kecil bahkan sebagian besar
berukuran sangat kecil bahkansebagian besar berukuran koloid.
Jenis emulsifer yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan
aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat pengemulsi yang digunakan, Aspal
emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi :
Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif
Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk berion (netral)
2.3.2. Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:
Aspal Danau ( Lake Asphalt) Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad,
Venezuella dan lewele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organic
lainnya. Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek sangat tinggi.
Karena aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai angka penetrasi yang
tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan aspal dengan angka penetrasi
yang diinginkan.
Aspal Batu ( Rock Asphalt) Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara
alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau buton, Indonesia. Aspal dari
deposit ini terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang
terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan
memiliki persentasi antara 0 – 40. Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditimbang
20
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstrasi dan dicampur dengan minyak pelunak atau
aspalkeras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat ini aspal
batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu dalam bentuk
butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik.
2.3.3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahantambah. Polymer
hádala jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini, sehinga aspal modifikasi sering
disebut juga aspal polymer. Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang
biasanya digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
Aspal Polymer Elastomer dan karet hádala jenis – jenis polyer elastomer
yang SBS (Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene
Isoprene Styrene), dan karet hádala jenis polymer elastoner yang biasanya digunakan
sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahanpolymer jenis ini dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan
elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer
akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat
dengan aspal keras. Presentase penambahan bahan tambah ( additive) pada pembuatan
aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan
bahan tambah sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat
rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan
pengaruh yang negatif.
2.3.4. Aspal Polymer Plastomer
Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan
polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik
pada aspal keras dan sifat sifik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak
digunakan antara lain adalah EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene.
21
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Presentase penambahan polymer ini kedalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan
pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu
penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan
yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
2.4. Klasifikasi Aspal
Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan ( grade ) atau kelasberdasarkan tiga
sistem yang berbeda, yaitu: Viskositas, viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing
system mengelompokan aspal dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula. Dalam
pengklasifikasian aspal yang ada, yang paling banyak digunakan adalah sistem pengklasifikasin
berdasarkan viskositas dan penetrasi. Dalam sistem viskositas, satuan poise adalah estándar
pengukuran viskositas absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal makin kental aspal tesebut.
AC-25 ( aspal keras dengan viskositasn250 pose pada temperature 60°C) adalah jenis aspal keras
yang bersifat lunak, AC-40 (aspal keras dengan 400 poise pada temperature 60ºC) adalah jenis
aspal keras yang bersifat keras. Beberapa Negara mengelompokan aspal berdasarkan viskositas
estela penuaan. Ide ini untuk mengidentifikasikan viskositas aspal estela penghamparan di
lapangan. Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran, aspal segar yang akan
digunakan dituangkan terlebihdahulu dalam oven melalui pengujian Thin Film Oven Test
(TFOT) dan Rolling Film Oven Test (RTFOT). Sisa aspal yang tertinggal (residu) kemudian
ditentukan tingkatannya (grade) berdasarkan fiskositasnya dalam satuan poise.
Uji Penetrasi, Pada uji ini, sebuah jarum standar dengna beban 10 gram ( termasuk berat
jarum) ditusukan keatas permukaan aspal, panjang jarum yang masuk kedalam contoh
aspal dalam waktu lima detik diukur dalam satuan persepuluh mili meter (0,1 mm) dan
dinyatakan sebagai nilai penetrasi aspal. Semakin kecil nilai penetrasi aspal, semakin
keras aspal tersebut.
2.5. Sifat-Sifat Kimia Aspal
22
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi yang digunakan
terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik yang telah berumur ribuan tahun dibawah
tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh
susunan kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan molekul aspal
sangat kompleks dan dominasi (90 -95% dari berat aspal)oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh
sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil,
sisanya (5-10%), dari dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan logam. Unsur-unsur heteroatom
seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat menggantikan kedudukan atom karbon yang
terdapat di dalam stuktur molekul aspal.
Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia yang unik dan interaksiantar
atom tom ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom
yang terkandung didalam aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang
digunakan dan tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada karbon
dan hidrogen untuk mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna kandungan sulfur yang tinggi
akan mengalami penuaan yang lebihcepat dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur. Atom
logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya terkandung di dalam aspal
dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya mengandung satu persen atom logam
dalam bentuk garam organik dan hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia aspal sangat sulit
dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang canggih, dan data yang dihasilkan pun
belum tentu memiliki hubung an dengan sifat rheologi
aspal .Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat memisahkan molekul aspal dalam
dua grup, yaitu aspalten dan malten. Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik
dan resin. Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena adanya
sifat saling tumpang tindih antara kelompok kelompok tersebut.
Aspalten
23
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Aspalten adalah unsur kimia aspla yng padat yang tidak larut dalam n- penten. Aspalten
berwarna cokelat sampai hitam yang mengandung karbon dan hydrogen dengan
perbandungan 1 : 1, dan kadang-kadang juga mengandung nitrogen, sulfur, dan oksigen.
Aspalten biasanya deanggap sebagai material yang bersifat polar danmemiliki bau yang
khas dengan berat molekul yang cukup berat. Molekul aspalten ini memiliki ukuran
antara 5-30 nano meter. Besar kecilnya kandungan aspalten dalam aspal sangat
mempengaruhi sifat rheologi aspal tersebut. Peningkatan kandungan aspalten dalam aspal
menghasilkan aspal yang lebih keras dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek
yang tinggi dan tingkt kekentalan aspal yang tinggi pula.
Malten
Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal selain aspalten.
Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi :
Resin
Resin secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon, dan sedikit mengandung oksigen,
sulfur dan nitrogen. Rasio kandungan unsur hydrogen terhadap karbn di dalam resin berkisar
antara 1,3 – 1,4. Resin ini memiliki ukuran antara 1-5 nanometer, berwarna cokelat, berbentuk
semi padat, bersifar sangat polar dan memberikan sifat adesif pada aspal. Didalam aspal, resin
berperan sebagai zat pendispersi aspaltene. Sifat aspal, SOL ( larutan ) atau GEL ( jeli) sangat
ditentukan oleh proporsi kandungan resin terhadap kandungan aspalten yang terdapat pada aspal
tersebut.
Aromatik
Aromatik adalah unsur pelaryt aspalten yang paling dominan di dalam aspal. Aromatik
berbentuk cairan kental yang berwarna cokelat tua dan kandungan di dalam aspal bersifat antara
40% - 60% terhadap berat aspal. Aromatik terdiri dari rantai karbon yang bersifat non polar yang
didominasi oleh unsur tak jenuh ( un saturated) dan memiliki daya larut yang tinggi terhadap
molekul hidrokarbon.
Saturated
Saturated adalah bagian dalam molekul malten yang berupa minyak kental yang
berwarna putih atau kekuning-kuningan dan bersifat non polar. Saturated terdiri dari parafin
24
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
( wax) dan non parafin, kandungannya di dalam aspal berkisar antara 5% - 20% terhadap berat
aspal.
2.6. Sifat – Sifat Fisik Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran
beraspal antara lain adalah:
Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai
bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan
karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan
yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal
di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah
atau dengna kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk
menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses
penuaan. Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang
baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif
yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi,
titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang
telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan
Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses
penuaan yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal
terutama Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan
atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi dan
kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal Karena sifat
25
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu
ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah
adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan
uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal
terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal
direndam dalam air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat
air atau kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan
melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai
akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat kecil atau
bahkan tidak terjadi sama sekali.
Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature
menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat
akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan
fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan
oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang
paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.
2.7. Macam – macam Aspal
2.7.1. Aspal Makadam (macadam penetrasi)
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk
memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih besar diletakan
26
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran batuan terbesar, kemudian
dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil, selanjutnya dipenetrasi agar saling mengikat.
Kesalahan aspal macadam :
1. penggunaan batuan yang tidak benar
2. penyebaran aspal yang tidak benar.
2.7.2. Beton Aspal
Batuan kering yang dipanaskan dicampur dengan aspal panas dengan aspal panas dalam
pabrik pencampur dan diangkut ketempat pekerjaan:
1. kepadatan tinggi dengan ruang kosong yang rendah (3-8 %)
2. kadar aspal rendah (4-6%)
3. permukaan lapisan lebih tahan lama
4. mampu menahan gesekan
5. permukaannya rata
6. pencampurannya saggat merata
7. pencampurannya saggat merata
8. kekuatan dan pencampurannya saggat merata
dan stabilitasnya yang tinggi.
Kesalahan pada aspal beton gradasi batuan tidak benar:
1. terlalu banyak aspal
2.pencampuran aspal terlalu sedikit
3.batuan tidak cukup kering
4.kesalahan pelaksanaan penghamparan
5. kesalahan membuat sambungan
2.7.3. Butas (Buton aspal)
Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau buton, sulawesi
tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam Kesalahan pada butas :
1. waktu pengeraman terlalu singkat / lama
27
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
2. pengadukan tidak homogen
3.terjadi segregasi
4. komposisi campuran tidak
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas disimpulkan bahwa pengaruh bahan tambah Gondorukem
di dalam perubahan atas sifat fisik aspal dan pengaruhnya terhadap Kadar Aspal Optimum serta
perubahan yang terjadi setelah dilakukan uji durabilitas baik untuk tumbukan standar 2 x 75
maupun refusal 2 x 400 tumbukan melalui uji sifat - sifat Marshall jika dibandingkan dengan
menggunakan aspal murni. Aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan
ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua material
sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih
dahulu. Proses perencanaan campuran harus memperhatikan karakteristik
campuran aspal beton, yang meliputi:
1. Stabilitas
2. Durabilitas
3. Fleksibilitas
28
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Sumber Aspal
1. Aspal Hasil Destilasi
a. Aspal Keras
b. Aspal Cair
c. Aspal Emulsi
2. Aspal Alam
a. Aspal Danau ( Lake Asphalt)
b. Aspal Batu ( Rock Asphalt)
3. Aspal Modifikasi
a. Aspal Polymer Elastomer
b. Aspal Polymer Plastomer
Sifat-sifat kimia aspal
1. Aspalten
2. Malten
a. Resin
b. Aromatik
c. Saturated
Sifat-sifat fisik aspal
1. Durabilitas
2. Adesi dan Kohesi
3. Kepekaan aspal terhadap temperatur
Kelemahan Jalan beraspal:
Umurnya pendek dan air dapat meresap dari permukaan karena tidak
ada lapisan penutupnya. Mengakibatkan stabilitas jalan cepat berkurang dan
biaya yang tinggi.
4.2. Saran
29
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, dapat disarankanbeberapa hal terkait penelitian lanjutan dan penanganan jalan yang terendam lumpur lapindo, sebagai
berikut:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan skala penuh struktur perkerasan lentur yang
terdiri atas lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis permukaan, agar diketahui
pengaruh perendaman lumpur tersebut secara menyeluruh.
2. Pembersihan jalan dari rendaman lumpur panas lapindo akibat tanggul bocor atau meluap
hendaknya tidak lebih dari 1 hari. Namun bila tidak memungkinkan dapat lebih dari 1 hari
tetapi tidak melebihi 7 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Asphalt Institute Ms-2 (2004). Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Hot-
Mix Types (MS-2 Sixth Edition)
Peningkatan Jalan North Java Road Improvement Project (NJRIP).
Paket AP-04,
30
TIMOR LESTE AINARO’S STUDENTS
AP-05 dan AP-06. Jawa Barat. Bandung, Oktober 2002
Anang Priambodo (2003). Kajian Laoboratorium Pengaruh Penggunaan Pasir
Besi Sebagai Agregat Halus Campuran Aspal Panas HRA terhadap Sifat
Marshall dan Durabilitas, Tesis, Magister UNDIP Semarang.
Bagus Priyatno, (1999). Perancangan Prasarana Jalan, Dalam Penataran dan
Pelatihan Dosen Teknik Sipil Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah
VI, September 1999.
Devisi Industri Perum Perhutani,(1996). Buku Panduan Prosesing Gondoruken
dan Terpentin
Das’at Widodo, (1999), Agregat Sebagai Bahan Perkerasan Jalan, Dalam
Penataran dan Pelatihan Dosen Teknik Sipil Perguruan Tinggi Swasta
Kopertis Wilayah VI, September 1999.
+670 7522519
Ainaro Ramlin
31