Upload
hidayatullah-al-banjary
View
71
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi gigi yang kronis dapat menjadi salah satu faktor terbentuknya kista. Pada
stadium permulaan kista tidak menimbulkan keluhan – keluhan sehingga kista kecil
ditemukan secara kebetulan dari gambaran foto rontgen. Tetapi lambat laun kista ini akan
bertambah dan akhirnya pasien mengeluh karena adanya benjolan atau ada komplikasi –
komplikasi yang terjadi. Di daerah mulut, kista yang terjadi ada yang berasal dari
jaringan gigi dan adapula yang bukan berasal dari jaringan gigi (1).
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, bahan setengah cair atau gas dan
seringkali dibatasi oleh lapisan epitel dan di bagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan
pembuluh darah. Kista dapat terjadi di antara tulang atau jaringan lunak. Pada umumnya
kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas. Pembesaran kista dapat menyebabkan
asimetri pada wajah, pergeseran gigi yang terlibat, hilangnya gigi yang berhubungan atau
gigi tetangga. Diagnosa kista ditentukan dengan foto rontgen dan pemeriksaan cairan
untuk menentukan kristal kolestrol. Kista dapat menjadi fokal infeksi dan ada jenis kista
yang dapat berubah menjadi maligna (1).
Pola umum pertumbuhan suatu kista terjadi karena adanya stimulasi (cytokinase)
pada sisa – sisa sel epitel pertumbuhan yang kemudian mengalami proliferasi dan di
dalam pertumbuhannya tidak menginvansi jaringan sekitarnya. Sisa epitel tersebut
kemudian akan berproliferasi membentuk massa padat. Kemudian massa akan kehilangan
aliran darah, sehingga aliran nutrisi yang terjadi melalui proses difusi akan terputus.
Kematian sel – sel di bagian tengah massa kita tersebut akan menyebabkan terbentuk
suatu rongga berisi cairan yang bersifat hipertonis. Keadaan hipertonis akan
menyebabkan terjadinya proses transudasi cairan dari ekstra lumen menuju ke dalam
lumen. Akibatnya terjadi tekanan hidrostatik yang berakibat semakin membesarnya
massa kista. Proses pembesaran massa kista dapat terus berlangsung, kadang sampai
dapat terjadi parastesia ringan akibat ekspansi massa menekan daerah saraf sampai
timbulnya rasa sakit (2).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kista Alveolar Mediana ?
2. Apa etiologi Kista Alveolar Mediana?
3. Bagaimana epidemiologi terjadinya Kista Alveolar Mediana ?
4. Bagaimana patogenesis dari Kista Alveolar Mediana ?
5. Bagaimana gambaran klinis dari Kista Alveolar Mediana ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa dari
Kista Alveolar Mediana ?
7. Apa diagnosis banding dari Kista Alveolar Mediana ?
8. Bagaimana perawatan yang dilakukan untuk Kista Alveolar Mediana?
9. Bagaimana prognosis Kista Alveolar Mediana setelah dilakukan perawatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi Kista Alveolar Mediana !
2. Menjelaskan etiologi Kista Alveolar Mediana!
3. Menjelaskan epidemiologi terjadinya Kista Alveolar Mediana !
4. Menjelaskan patogenesis dari Kista Alveolar Mediana !
5. Menjelaskan gambaran klinis dari Kista Alveolar Mediana !
6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa
dari Kista Alveolar Mediana !
7. Menjelaskan diagnosis banding dari Kista Alveolar Mediana !
8. Menjelaskan perawatan yang dilakukan untuk Kista Alveolar Mediana !
9. Menjelaskan prognosis Kista Alveolar Mediana setelah dilakukan perawatan !
1.4 Metode Penulisan
a. Metode Literatur
Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku
kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya serta jurnal kedokteran yang relevan
dengan topik.
b. Metode Teknologi
Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KISTA NON-ODONTOGEN
2.1 Definisi Kista Alveolar Mediana
Kista alveolar mediana adalah kista yang terdapat di antara akar dan insisivus
sentralis. Lokasi median kista ini dapat di maksila atau di mandibula, tetapi amat jarang
terdapat pada linea mediana. Kista alveolar mediana dapat menyebabkan gigi-gigi
insisivus terdesak menjadi divergansi ke lateral dan dapat meluas ke bukal atau lingual (3).
2.2 Etiologi Kista Alveolar Mediana
Etiologi kista alveolar mediana adalah berasal dari sisa – sisa epitel jaringan
saluran vestigial oronasal, sisa –sisa epitel embrionik dalam kanalis nasopalatina, juga
merupakan suatu saku berisi cairan yang berasal dari kanalis insisivus atau papila. Kista
ini mengandung sisa duktus nasopalatina organ primitif hidung dan juga pembuluh darah
serta serabut saraf dari area nasopalatina (3).
2.3. Epidemiologi Terjadinya Kista Alveolar Mediana
Prevalensi terjadinya kista alveolar mediana adalah 1% dari populasi. Resiko
terjadinya pada laki – laki 3 kali lebih besar dibandingkan perempuan. Kebanyakan
terjadi pada pasien dnegan umur 30-60 tahun. Sedangkan jika dilihat dari suku atau ras
tidak terdapat perbandingan yang berarti (4).
2.4. Patogenesis dari Kista Alveolar Mediana
Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung dan juga
pembuluh darah serta saraf dari area nasopalatin. Kista ini berasal dari sisa-sisa epitel
embrionik dalam kanalis nasoplatinus, juga merupakan suatu saku berisi cairan yang
berasal dari kanal insisivus atau papila. Perkembangan kista nasopalatinus diduga
berkaitan dengan proliferasi sisa-sisa epitel dari saluran embrionik yang berpasangan
didalam kanal insisivus. Jenis kista ini sebenarnya merupakan ekstensi dari incisive canal
cyst ke anterior (4).
3
2.5. Gambaran Klinis dari Kista Alveolar Mediana
Kista alveolar mediana merupakan hasil perkembangan sisa duktus nasopalatina
yang berkaitan dengan inflamasi saluran , dimana inflamasi mengakibatkan penutupan
saluran disertai dengan pembentukan kista. Adapun beberapa manifestasi klinis dari kista
alveolar mediana, yaitu (3) :
1. Kista ini relatif umum, pembengkakan pada regio anterior midline palatinal
atau midline radiolucence
2. Asimptomatik atau dengan gejala minor yang dapat ditolerir dalam jangka
waktu yang lama
3. Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada posterior
papila palatine
4. Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di
permukaan
5. Perluasan kista dapat berpenetrasi pada labial plate dan mengakibatkan
pembengkakan di bawah frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat
meliputi rongga hidung dan merusak septum nasal.
6. Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen ke lateral dan dapat meluas ke
bukal atau lingual.
2.6. Pemeriksaan Penunjang yang Dilakukan untuk Menegakkan Diagnosa dari
Kista Alveolar Mediana
Pemeriksaan yang dapat dilakukan sebelum perawatan pada kista alveolar
mediana adalah dengan rontgen foto. Pada pemeriksaan radiografi kita dapat menentukan
lokasi yang tepat dan ukuran lesi, serta dapat menentukan akses yang memadai serta
visualisasi luas bidang bedah. Berikut adalah gambaran radiografi dari kista alveolar
mediana, yaitu (3,4) :
1. Kista ini terletak pada foramen nasopalatina meluas hingga ke posterior yang
melibatkan palatum durum
2. Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang superimpose
yang mengakibatkan kista berbentuk seperti hati
4
3. Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi distrofik
interna yang mengakibatkan radioopasitis menyebar
4. Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorbsi akar
serta pergeseran dari nasal fossa ke arah superior.
Gambar 2.1. Gambaran Radiograf dari Kista Alveolar Mediana Sumber : Bahari, Tirani. Kista Non-Odontogenik. 2011. Hal. 1-12.
2.7. Diagnosis Banding dari Kista Alveolar Mediana
Diagnosis banding kista alveolar mediana adalah kista nasopalatina, berdasarkan
lokasi sering terjadi pada gigi insisivus. Kista nasopalatina merupakan kista dengan
dinding epitel dan termasuk kista non-odontogen. Sering juga disebut nasopalatine duct
cyst, incisive canal cyst, atau median anterior maxillary cyst (1,3).
2.8 Perawatan yang Dilakukan untuk Kista Alveolar Mediana
Perawatan yang dilakukan pada kista alveolar mediana yaitu bisa dengan
enukleasi, merupakan pengangkatan seluruh lesi kista tanpa terjadinya perpecahan pada
kista. Metode ini merupakan metode yang paling memuaskan pada perawatan kista dan
diindikasikan pada semua kasus yang melibatkan kista. Prosedur pembedahan pada
perawatan kista dnegan enukleasi terdiri dari tiga tahap, yaitu (1,4) :
1. Refleksi pada mukoperiosteal flap
2. Mengangkat tulang dan bagian padat pada kista
3. Enukleasi pada kantung kista
4. Perawatan luka dan suturing
Kista itu sendiri dapat dilakukan enukleasi karena lapisan jaringan ikat antara
komponen epitelial dan dinding kista yang bertulang pada rongga mulut. Lapisan ini akan
5
lepas dan kista dapat diangkat dari kavitas yang bertulang. Proses enukleasi sama dengan
pengangkatan periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista dilakukan dengan hati – hati
untuk mencegah lesi rekuren (1,4).
Pada beberapa kasus juga dapat dilakukan dengan teknik marsupialisasi. Metode
ini biasanya digunakan untuk mengangkat kista yang berukuran besar dan memerlukan
pembukaan jalur pembedahan yang tepat di atas lesi (1,4).
2.9 Prognosis Kista Alveolar Mediana Setelah Dilakukan Perawatan
Prognosis kista alveolar mediana ini tergantung pada gigi yang terlibat, perluasan
tulang alveolar yang rusak dan mudah dicapainya perawatan (3).
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, bahan setengah cair atau gas dan
seringkali dibatasi oleh lapisan epitel dan di bagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan
pembuluh darah. Kista dapat terjadi di antara tulang atau jaringan lunak. Pada umumnya
kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas. Pembesaran kista dapat menyebabkan
asimetri pada wajah, pergeseran gigi yang terlibat, hilangnya gigi yang berhubungan atau
gigi tetangga. Diagnosa kista ditentukan dengan foto rontgen dan pemeriksaan cairan
untuk menentukan kristal kolestrol. Kista dapat menjadi fokal infeksi dan ada jenis kista
yang dapat berubah menjadi maligna.
Kista alveolar mediana adalah kista yang terdapat di antara akar dan insisivus
sentralis. Lokasi median kista ini dapat di maksila atau di mandibula, tetapi amat jarang
terdapat pada linea mediana. Kista alveolar mediana dapat menyebabkan gigi-gigi
insisivus terdesak menjadi divergansi ke lateral dan dapat meluas ke bukal atau lingual.
Kista alveolar mediana disebabkan oleh sisa – sisa epitel jaringan saluran vestigial
oronasal,, sisa – sisa epitel embrionik dalam kanalis nasopalatina, juga merupakan suatu
saku berisi cairan yang berasal dari kanalis insisivus atau papila. Kista ini mengandung
sisa duktus nasopalatina organ primitif hidung dan juga pembuluh darah serta serabut
saraf dari area nasopalatina.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat belajar lebih dalam mengenai Kista Alveolar
Mediana, bukan hanya dipelajari tetapi juga dipahami sebagai bekal untuk menyelesaikan
suatu masalah yang berhubungan dengan kista alveolar mediana dalam kehidupan sehari
– hari jika kelak jadi dokter gigi di masa yang akan datang.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryanegara, Rina. Kista Nasopalatina. Skripsi. FKG Univ. Padjajaran. Bandung.
Indonesia. 2011. Hal. 1-12
2. White, S.C. Pharoah et al. Oral Radiology Principles and Interpretation. 5th Ed.
Mosby, USA. 2004. P. 34-40
3. Bahari, Tirani. Kista Non-Odontogenik. Bagian Ilmu Radiologi Dentomaksilofasial.
FKG UGM. Yogyakarta. Indonesia. 2011. Hal. 1-12.
4. Danudiningrat, Coen P. Kista Odontogen & Non Odontogen. Textbook. Surabaya.
Airlangga University. Indonesia. 2006. Hal. 38-42.
8