Upload
ahmad-ar-rayyan-visigoth
View
155
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
POSISI, FUNSI DAN JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Untuk memenuhi tugas individu
mata kuliah Pembelajaran Berbasis Komputer
Oleh :
Ahmad Miftahurroyyan
(0700569)
PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Media Pembelajaran”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
Pembelajaran Berbasis Komputer.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Bandung, 17 Februari 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
BAB II
PEMBELAJARAN, MEDIA, DAN MEDIA PEMBELAJARAN..................................3
A. PEMBELAJARAN...................................................................................3
B. MEDIA PEMBELAJARAN........................................................................6
1. Posisi Media Pembelajaran..............................................................8
2. Fungsi Media Pembelajaran.............................................................8
3. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran...................................9
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran.....................................................11
5. Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran.......................................13
BAB III
KESIMPULAN..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pernahkah guru menghadapi kesulitan dalam menjelaskan suatu
materi pelajaran kepada murid? Misalnya : guru ingin menjelaskan
tentang seekor binatang padang pasir yang disebut unta kepada murid TK
atau SD di kelas awal. Contoh lain guru ingin menjelaskan tentang kereta
api kepada murid di daerah yang tidak ada kereta api, guru akan
menjelaskan tentang pasar terapung, guru akan menjelaskan tentang
bahayanya narkoba dan zat adiktif. Berikut ini beberapa cara yang
mungkin dapat dilakukan oleh guru.
Cara pertama, guru bercerita tentang unta, kereta api, pasar
terapung atau narkoba dan zat adiktif. Guru dapat bercerita mungkin
karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain atau pernah
melihat objek-objek itu. Apabila murid-murid di sekolah tersebut sama
sekali belum tahu, belum pernah melihat objek-objek tersebut di televisi
atau melihat gambarnya di buku, maka betapa sulitnya guru menjelaskan
hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut. Kalau gurunya seorang
yang ahli berceritera, tentu cerita guru itu akan sangat menarik bagi
murid-muridnya. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepandaian
bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan menghabiskan
waktu yang lama. Pemahaman murid berbeda sesuai dengan
pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan mungkin akan menimbulkan
kesalahan persepsi.
Cara kedua, guru membawa murid studi wisata melihat obyek-
obyek itu. Guru membawa murid ke stasiun kereta, ke RSKO, atau
menugasi muridnya melakukan pengamatan dan wawancara. Cara ini
lebih efektif dibandingkan dengan cara lainnya. Namun masalahnya
berapa biaya yang harus ditanggung, dan berapa lama waktu yang
1
diperlukan. Cara ini efektif walaupun tidak efisien. Tidak mungkin semua
murid dapat mengalami karena berbagai keterbatasan misalnya jarak,
tempat dan biaya.
Cara ketiga, guru membawa gambar , lukisan, foto, slide, film,
video-vcd, tentang objek-objek tersebut. Cara ini akan membantu guru
dalam memberikan penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat
waktu, penjelasan guru pun akan lebih mudah dimengerti oleh murid,
menarik, membangkitkan motivasi belajar,menghilangkan
Kesalahanpemahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi
konsisten.
Ketiga cara di atas dapat kita sebutkan, cara pertama sebagai
informasi verbal, cara kedua belajar pengalaman nyata, sedangkan cara
ketiga informasi melalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga
adalah cara yang paling tepat dan bijaksana dilakukan oleh guru. Media
belajar itu diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan
efisien.
Oleh karena itu sebagai seorang calon pengajar atau guru perlu
memahami apa yang disebut sebagai media pembelajaran agar kita dapat
mengembangkan media pembelajaran yang lebih baik.
2
BAB II
PEMBELAJARAN, MEDIA, DAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara
siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses
pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling
memberi dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar ditandai
sejumlah unsur:
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Siswa, guru dan sumber belajar lainnya
c. Bahan pelajaran
d. Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar
mengajar.
Hakekat belajar adalah suatu proses perubahan sikap, tingkah
laku, dan nilai setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar.
Sumber belajar ini selain guru dapat berupa buku, lingkungan,
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau sesama pembelajar (sesama
siswa). Sedangkan istilah mengajar dalam pengertian di atas adalah
kegiatan dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa
untuk belajar. Dengan demikian mengajar tidak harus merupakan
proses tranformasi pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses itu
merupakan proses pembelajaran. Tugas guru adalah menciptakan
situasi siswa belajar. Berbagai pandangan tentang bagaimana
belajar harus terjadi telah dilontarkan para ahli. Menyangkut belajar
aktif Piaget tidak menunjuk hanya pada aksi luar yang ditunjukkan
siswa. Ia mencontohkan yang digunakan oleh Socrates yaitu dengan
metode Socratik (utamanya tanya jawab) untuk mengkondisikan
3
siswa dalam 1situasi aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya. Tugas guru adalah mengungkap apa yang
telah dimiliki siswa dan dengan penalarannya dapat bertanya
secara tepat pada saat yang tepat pula sehingga siswa
mampu membangun pengetahuannya melalui penalaran berdasar
pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Bahkan jawaban
benar bukan tujuan utama. Yang utama ialah bagaimana siswa
dapat memperkuat penalaran dan meyakini kebenaran proses
berpikirnya yang tentunya akan membawa ke jawaban yang benar. Hal
ini selaras dengan : “penilaian yang berprinsip menyeluruh”, yaitu
penilaian yang mencakup proses dan hasil belajar, yang secara
bertahap menggambarkan perubahan tingkah laku. Menurut As’ari
(2000) perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan seharusnya
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian informasi, perintah dan pertanyaan oleh guru
mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan 30 %, selebihnya
sebaiknya berasal dari siswa.
2. Siswa mencari informasi, mencari dan memilih serta
menggunakan sumber informasi.
3. Siswa mengambil inisiatif lebih banyak.
4. Siswa mengajukan pertanyaan.
5. Siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran.
6. Ada penilaian diri dan ada penilaian sejawat.
Dengan demikian pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi
jika proses belajar yang dialami siswa dan proses mengajar yang
dialami oleh guru adalah efektif.
Dalam penilaian, efektifitas proses belajar mengajar haruslah
ditinjau keefektifan komponen yang berpengaruh dalam PBM.
4
Misalnya siswanya termotivasi untuk belajar, materinya menarik,
tujuannya jelas, dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya. Untuk
memperoleh hasil belajar matematika yang optimal perlu didukung
oleh kerangka umum kegiatan belajar yang mendukung
berlangsungnya proses belajar, yang dikenal sebagai struktur
pengajaran matematika. Struktur pengajaran ini memuat (1)
Pendahuluan, (2) Pengembangan, (3) Penerapan dan, (4) Penutup.
Kesiapan siswa dalam belajar disiapkan guru selama tahap
pendahuluan, baik dengan memberikan motivasi, maupun revisi atas
kemungkinan bahan yang telah mereka pelajari namun ada
miskonsepsi sebagai apersepsi bagi konsep atau prinsip baru yang akan
dipelajari dalam tahap kedua.
Tahap pengembangan merupakan tahap utama dalam hal siswa
belajar materi baru. Sesuai prinsip belajar aktif, maka tahap ini
perlu dikembangkan melalui optimalisasi proses pembelajaran,
misalnya dengan teknik bertanya, penggunaan lembar kerja, diskusi,
dan sebagainya. Tahap ketiga, penerapan hal-hal yang dipelajari
pada tahap kedua, tahap pelatihan serta penggunaan dan
pengembangan penalaran lebih lanjut. Tahap terakhir dapat berisi
pemantapan, merangkum berbagai hal yang telah dipelajari
pada tatap muka yang baru berlangsung dan penugasan. Pada
kegiatan merangkum pun untuk lebih membelajarkan siswa, guru
dapat mengembangkan teknik bertanya.
Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi
sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan
belajar. Pengkonstruksian pemahaman dalam ivent belajar dapat
melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan
akomodasi terjadi sebagai usaha pebelajar untuk menyempurnakan
atau merubah pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al.,
2002). Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar sering pula
diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi apabila
terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi yang
5
dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses
adaptasi, evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat
pengalaman baru pebelajar yang tidak sesuai dengan prakonsepsinya.
Tinjauan filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan teori sains
sepakat menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan (Dole & Sinatra, 1998). Siswa sendiri yang melakukan
perubahan tentang pengetahuannya. Peran guru dalam pembelajaran
adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya
dapat membantu proses perubahan pengetahuan di kepala siswa
melalui perannya menyiapkan scaffolding dan guiding, sehingga siswa
dapat mencapai tingkatan pemahaman yang lebih sempurna
dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Guru menyiapkan
tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui
tangga tersebut untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.
Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut,
maka prinsip media mediated instruction menempati posisi cukup
strategis dalam rangka mewujudkan ivent belajar secara optimal.
6
B. MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan
sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima
(Heinichet.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan (Criticos, 1996).
Sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang
diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan
belajar”. Dengan demikian, media pembelajaran memberikan
penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau
informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar.
Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar
(learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media. Hal
ini sesuai dengan pendapat Lesle J. Briggs (1979) yang menyatakan
bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of conveying
instructional content..book, films, videotapes, etc. Lebih jauh Briggs
menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi siswa
supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media,
Brown (1970) menggaris bawahi bahwa media yang digunakan guru
atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas proses belajar
dan mengajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikembangkan beberapa
pemahaman tentang posisi media serta peran dan kontribusinya dalam
kegiatan pembelajaran.Beberapa pemahaman itu antara lain :
(1) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan
ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima
pesan tersebut.
(2) aplikasi media pembelajaran berpijak pada kaidah ilmu komunikasi,
yang antara lain dikatakan Lasswell (1982) “who says what in which
channels to whom in what effect” Secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut :
7
1. Who, siapa yang menyatakan? (guru, widyaiswara, instruktur,
fasilitator
2. dan semua yang berfungsi sebagai pengirim pesan).
3. What, pesan atau ide/gagasan apa yang disampaikan (dalam
kegiatan
4. pembelajaran ini berarti bahan ajar atau materi yang akan
disampaikan).
5. Which Channels, dengan saluran apa, media saluran apa, media
atau
6. sarana apa, pesan itu ingin disampaikan.
7. To Whom, kepada siapa (sasaran, siswa, peserta didik)
8. What effect, dengan hasil atau dampak apa?
Dari unsur-unsur di atas, tampaknya yang menjadi target (goal) dari
suatu kegiatan pembelajaran adalah dampak atau hasil yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kajian kependidikan,
istilah itu dikenal dengan nama “meaningful learning experience”, yaitu
suatu pengalaman belajar yang bermakna sebagai hasil dari suatu
kegiatan pembelajaran (instruction). Terjadinya belajar bermakna ini
tidak terlepas dari peran media terutama dari kedudukan dan
fungsinya.
Secara umum media mempunyai kegunaan:
1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar.
4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &
menimbulkan persepsi yang sama.
8
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton
(1985) bahwa penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
dan pembelajaran dapat lebih menarik sebagai berikut :
1. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori
belajar
2. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
3. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
4. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan.
5. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Peran guru berubahan kearah yang positif
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan
oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan
media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat
verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk
pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat, karena bila secara
langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan dalam
pengucapan, pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset
audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan
narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu
pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula.
1. Posisi Media PembelajaranOleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran
menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen
sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi
dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak
akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah
komponen integral dari sistem pembelajaran.
9
2. Fungsi Media PembelajaranDalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai
pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).
Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam
menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan
hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga
kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al.,
2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya
dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu
obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian
dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat
disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati
kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif,
artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian
dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan,
misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat
pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif,
artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya
dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau
Radio.
10
3. Landasan Penggunaan Media PembelajaranAda beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media
pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis,
dan empiris. Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa
dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di
dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang
manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam
pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat
tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran
justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan
media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan
kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan
untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai
dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi
tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat
tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan
guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru
menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki
kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi
yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media
hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan
akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya
proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode
pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi
hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping
memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar,
memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal
agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk
maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat
sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan
11
kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang
akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian
psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari
hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan
kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan
media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome
Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran
atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar
dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya
untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F.
Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak
pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia
membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke
yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan
dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata,
kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata,
dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang
disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat
kejadian yang disajikan dengan simbul.
Landasan teknologis. Teknologi pembelajaran adalah teori dan
praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan
penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran
merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi,
dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana
kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam
teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam
bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang
telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam
12
pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem
pembelajaran yang lengkap. Komponen-omponen ini termasuk
pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa
terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan
karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa.
Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia
belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe
belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran
menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau
film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih
suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara,
atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari
kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual.
Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan
media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru,
tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik
pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu
sendiri.
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran Banyak cara diungkapkan untuk mengindentifikasi media serta
mengklasifikasikan karakterisktik fisik, sifat, kompleksitas, ataupun
klasifikasi menurut kontrol pada pemakai. Namun demikian, secara
umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan
gerak. Menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:
1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film
pada televisi, Televisi, dan animasi
2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman
suara, dan sound slide.
3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.
13
5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone,
slide bisu.
6. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
7. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Lebih lanjut Schramm, mengelompokkan media dengan
membedakan antara media rumit mahal (big media) dan media
sederhana murah (little media). Kategori big media, antara lain:
komputer, film, slide, progran video. Sedangkan little media antara
lain: gambar, realia sederhana, sketsa.. Sedangkan Klasek (1997)
membagi media pembelajaran sebagai berikut: 1) media visual, 2)
media audio, 3) media “display”, 4) pengalaman nyata dan simulasi,
5) media cetak, 6) belajar terprogram, 7) pembelajaran melalui
komputer atau sering dikenal Program Computer Aided Instruction
(CAI).
Beberapa pendapat tentang pengelompokan media di atas,
menunjukan keberagaman media. Hal ini bernilai positif untuk
memberikan pilihan secara selektif kepada guru untuk
menggunakan media sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi
dan kondisi psikologis siswa. Namun demikian, dari beberapa
pengelompokan tersebut dapat kita simpulkan bahwa media terdiri
atas :
1. Media visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, yang
termasuk kelompok visual, seperti foto, gambar, poster, grafik,
kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi seperti
diorama dan mokeup.
2. Media Audio : adalah media yang hanya dapat didengar saja,
seperti kaset audio, radio, MP3 Player, iPod.
3. Media Audio Visual : yaitu media yang dapat dilihat sekaligus
dapat didengar, seperti film bersuara, video, televisi, sound
slide
4. Multimedia : adalah media yang dapat menyajikan unsur media
secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film.
14
Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan
pembelajaran berbasis komputer (CBI).
5. Media Realia : yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan
alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah
diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insektarium,
herbarium, air, sawah dan sebagainya.
Secara sederhana kehadiran media dalam suatu kegiatan
pembelajaran memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman
yang dimiliki para siswa.
2. Media yang disajikan dapat melampaui batasan ruang kelas.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan siswa.
5. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat
menanamkan konsep dasar yang kongkrit, benar, dan berpijak
pada realitas.
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta
didik untuk belajar.
8. Media mampu memberikan belajar secara integral dan
menyeluruh dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari seserhana ke
rumit.
Berdasarkan beberapa nilai praktis tersebut maka dikembangkan
media dalam suatu konsepsi teknologi pembelajaran yang memiliki
ciri: (a) berorientasi pada sasaran (target oriented), (b)
menerapkan konsep pendekatan sistem, dan (c) memanfaatkan
sumber belajar yang bervariasi. Sehingga aplikasi media dan
teknologi pendidikan, bisa merealisasikan suatu konsep “teaching
less learning more”. Artinya secara fisik bisa saja kegiatan guru di
kelas dikurangi, karena ada sebagian tugas guru yang didelegasikan
15
pada media, namun tetap mendorong tercapainya hasil belajar
siswa.
5. Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran
Sebuah media yang efektif dan efisien serta menyenangkan tentu
menjadi dambaan dan kebutuhan untuk pembelajaran, untuk
mendapatkan media tersebut diperlukan beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan diantaranya dalam pemilihan media. Terdapat
beberapa pendapat dan cara dalam mengembangkan media,
meskipun caranya berbeda-beda, namun ada hal yang sepakat
bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan
memberikan pengaruh kepada afektifitas program pembelajaran.
Dalam hal ini tidak ada satu media yang sempurna, dengan kata
lain dapat digunakan dalam semua situasi, semua karakteristik
siswa dan semua mata pelajaran, namun media sifatnya kondisional
dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan. Sejalan dengan hal ini,
pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian
integral dalam proses pendidikan yang fokusnya akan
memperhatikan beberpa komponen, diantaranya :
1. Instructional Goals, yaitu tujuan instruksional apa yang akan
dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dari kajian Tujuan
Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan
tersebut. Jika kita kaitkan dengan kurikulum berbasis kompetensi
maka kita harus memperhatikan : standar kompetensi,
kompetensi dasar dan terutama indikator.
2. Instructional content, materi pembelajaran, yaitu bahan atau
kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran
tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan
16
tersebut sampai sejauhmana kedalaman yang harus dicapai,
dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang
sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.
3. Learner Characteristic, familiaritas media dan karakteristik siswa.
Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan
dikaitkan dengan karakteristik siswa, baik secara kuantitatif
(jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari
siswa terhadap media yang akan digunakan.
4. Media selection, adanya sejumlah media yang bisa
diperbandingkan karena pemilihan media pada dasarnya adalah
proses pengambilan keputusan dari sejumlah media yang ada
ataupun yang akan dikembangkan.
Sedangkan bila kita akan merancang media, seyogyanya melalui
tiga tahap utama, yaitu:
Pertama, Define yaitu fase perumusan tujuan, rancangan media apa
yang akan dikembangkan, beberapa persiapan awal dalam
perancangan media yang menyangkut: bahan, materi, dana, serta
aspek perancangan lainnya.
Kedua, Develope yaitu fase pengembangan, dalam fase ini sudah
dimulai proses pembuatan media yang akan dikembangkan, sesuai
dengan fase pertama dan
Ketiga, Evaluasi yaitu fase terakhir untuk menilai media yang
sudah dikembangkan atau dibuat, setelah melalui tahap uji coba,
revisi, kajian dengan pihak lain.
Selain pertimbangan di atas konsep lain untuk memilih media dapat
menggunakan pola seperti lain. Sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam
satu kata ACTION, yaitu akronim dari; Access, Cost, Technology,
Interactivity, Organization, dan Novelty.
1. Access.
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam
memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia,
mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh siswa? Misalnya, kita ingin
17
menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih
dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet? Akses juga
menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah siswa diijinkan
untuk menggunakannya? Komputer yang terhubung ke internet
jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru,
dan yang lebih penting untuk siswa. Siswa harus memperoleh
akses. Dalam hal ini media harus merupakan bagian dalam
interaksi dan aktivitas siswa, bukan hanya guru yang
menggunakan media tersebut.
2. Cost.
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang
dapat menjadi pilihan kita, pada umumnya media canggih
biasanya cenderung mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus
kita hitung dengan aspek menfaatnya. Semakin banyak yang
menggunakan, maka unit biaya dari sebuah media akan semakin
menurun. Media yang efektif tidak selalu mahal, jika guru kreatif
dan menguasai materi pelajaran maka akan memanfaatkan
objek-objek untuk dijadikan sebagai media dengan biaya yang
murah namun efektif.
3. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tapi kita
perlu perhatikan apakah teknologi tersedia dan mudah
menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media
audio visual di kelas. Perlu kita pertimbangkan, apakah ada
listrik, voltase listrik cukup dan sesuai?
4. Interactivity.
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi
dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang
anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran tersebut. Jadikan media itu sebagai
alat bantu siswa dalam beraktivitas, misalnya puzzel untuk anak
SD, siswa dapat menggunakannya sendiri, menyusun gambar
hingga lengkap, flash card dapat dikondisikan dalam bentuk
18
permainan dan semua siswa terlibat baik secara fisik, intelektual
maupun mental.
5. Organization.
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi.
Misalnya, apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung?
Bagaimana pengorganisasiannya. Apakah di sekolah ini tersedia
satu unit yang disebut pusat sumber belajar?
6. Novelty.
Kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi
pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan
lebih menarik bagi siswa.
19
BAB III
KESIMPULAN
Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu
dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum
menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap.
Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan
kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik
adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat
mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan
karakteristik siswa.
20
DAFTAR PUSTAKAArif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa
DePorter , Bobbi & Mike Hernacki. (1999). Quantum learning,
membiasakan
belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: KAIFA
De Porter , Bobbi; Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie. (2002). Quantum
teach-ing,
mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung:
KAIFA
Kemp, Jerrold E. (1994). Designing effective instruction. New York:
MacMillan Publisher
Sadiman, Arief. (1990). Media pendidikan, pengertian pengembangan dan
pemanfaatan.
Jakarta: Rajawali
21