103
PENDEKATAN DAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM” BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuaangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisaasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat mempengaruhi dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan kurikulum. Pada saat ini masih banyak sekali masyarakat pendidikan yang belum mengerti dan memahami pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum. Sebagian besar hanya pernah mendengar tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas. Padahal pendekatan dan model pengembangan kurikulum iini sangat mempengaruhi pengembangan dan pembentukan suatu kurikulum. Semoga makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan pembaca pada umumnya dan penyusun sendiri pada khususnya. B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan apa sajakah pendekatan pengembangan kurikulum tersebut? 2. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dan apa saja model konsep kurikulum? 3. Apa sajakah model-model pengembangan kurikulum tersebut? 4. Bagaimana analisis terhadap model-model pengembangan kurikulum?

Strategi Pembelajaran.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PENDEKATAN DAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangPerkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuaangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisaasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat mempengaruhi dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan kurikulum.Pada saat ini masih banyak sekali masyarakat pendidikan yang belum mengerti dan memahami pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum. Sebagian besar hanya pernah mendengar tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas. Padahal pendekatan dan model pengembangan kurikulum iini sangat mempengaruhi pengembangan dan pembentukan suatu kurikulum. Semoga makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan pembaca pada umumnya dan penyusun sendiri pada khususnya.

B.Rumusan MasalahAdapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :1.Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan apa sajakah pendekatan pengembangan kurikulum tersebut?2.Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dan apa saja model konsep kurikulum?3.Apa sajakah model-model pengembangan kurikulum tersebut?4.Bagaimana analisis terhadap model-model pengembangan kurikulum?5.Apa saja macam-macam kurikulum dan perkembangannya?

C.Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini adalah:1.Menjelaskan pengertian pendekatan dan pendekatan pengembangan kurikulum tersebut2.Menjelaskan pengertian model pengembangan kurikulum dan model konsep kurikulum3.Menjelaskan apa sajakah model-model pengembangan kurikulum tersebut.4.Menjelaskan analisis terhadap model-model pengembangan kurikulum5.Menjelaskan macam-macam kurikulum dan perkembangannya

D.Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan meriew buku dan menjelajahi internet.

BAB IIPEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUMdan PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUMPendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000:1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.Caswellmengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.Menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari aspek perencanaannya ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut.1.Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berfikir dan pola bertindak. Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ciri-ciri pokok pendekatan kompetensi adalah berfikir teratur dan sistematik, sasaran penilaian lebih difokuskan pada tingkat penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri (regenerative capability).Prosedur penggunaan pendekatan ini adalah (a) menetapkan standar kompetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, (b) memerinci perangkat kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan, (c) menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman belajar melalui bidang studi atau mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan, (d) mengembangkan silabus, (e) mengembangkan skenario pembelajaran, (f) mengembangkan perangkat lunak pembelajaran, dan (g) mengembangkan sistem penilaian.Selanjutnya, langkah-langkah pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan kompetensi, yaitu mengidentifikasi kompetensi, merumuskan tujuan pendidikan, menyusun pengalaman belajar, menetapkan topik dan subtopik, menetapkan waktu, mengalokasikan waktu, member nama mata pelajaran, dan menetapkan bobot SKS.Dalam penilaian penguasaan kompetensi, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan guru, yaitu sebagai berikut :a.Sasaran penilaian tidak hanya terfokus pada kemampuan tertulis dan lisan saja, tetapi juga tingkat untuk kerja (performance) pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan.b.Kriteria penilaian adalah persyaratan minimal pelaksanaan tugas-tugas.c.Sasaran utama adalah penguasaan kemampuan (exit requirements) dan bukan pada cara atau waktu pencapaian.

Ciri pendekatan kompetensi yang tidak kalah pentingnya adalah penjaringan dan pengelolaan informasi balikan (feedback) secara teratur untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga kurikulum memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri (regenerative capability), baik tingkat lembaga maupun tingkat nasional.

2.Pendekatan Sistem (System Approach)Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ciri-ciri sistem adalah adanya tujuan, fungsi, komponen, interaksi dan interdepensi, penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk perbaikan, dan lingkungan. Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek manajemen. Pendekatan sistem terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (a) filsafat sistem, yaitu sebagai cara berfikir (way of thingking) tenang fenomena secara keseluruhan, (b) analisis sistem, yaitu metode atau teknik dalam memecahkan masalah (problem solving) atau pengambilan keputusan (decision making), dan (c) manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem ditengah mengelola organisasi.Model Intructional Development Institute (IDI) yang dikembangkan oleh University Consortium on Intructional Development and Technology (UCIDT) memiliki langkah langkah pendekatan sistem sebagai berikut :a.Merumuskan masalah, yang meliputi :1)Menentukan masalah: analisis kebutuhan, menentukan prioritas, merumuskan masalah.2)Menganalisis latar: ciri peserta didik, kondisi (hambatan), sumber-sumber.3)Mengatur pengelolaan: analisis tugas, tanggung jawab dan penjadwalan.b.Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah, yang meliputi :1)Menentukan tujuan pembelajaran: tujuan akhir dan tujuan antara.2)Menentukan strategi: pendekatan metode, media, dan sumber belajar.3)Membuat prototipe: bahan-bahan pembelajaran dan evaluasi.c.Melaksanakan evaluasi, yang meliputi :1)Uji coba prototipe: melakukan uji coba, mengumpulkan data, dan evaluasi.2)Analisis hasil uji coba: tujuan pembelajaran, metode dan teknik evaluasi.3)Penyempurnaan langkah-langkah terdahulu: review, menetapkan, melaksanakan.

3.Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang lain serta aturan yang berlaku.Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifikasi nilai, antara lain: (a) peran guru kurang dominan dalam pembelajaran, (b) guru lebih sedikit member informasi dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari peserta didik, (c) guru lebih sring menggunakan metode tanya-jawab, (d) tidak banyak kritik destruktif, (e) kurang menekankan faktor kegagalan dan lebih menerima kesalahan-kesalahan, (f) menanggapi dan menghayati pekerjaan peserta didik, (g) merumuskan tujuan dengan jelas, (h) dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan bertanggunag jawab, (i) peserta didik bebas mengungkapkan apa yang mereka rasakan, (j) adanya keseimbangan antara tugas kelompokmdengan tugas perseorangan, (k) belajar bersifat individual, (l) evaluasi bukan terfokus pada prestasi akademik, tetapi juga proses pertukaran pengalaman, dan (m) peserta didik menemukan sistem nilainya sendiri. Raths dalam John Jarolimek (1974) mengemukakan langkah-langkah pendekatan klarifikasi nilai sebagai berikut :a.Kebebasan memilih (bagi peserta didik), yang meliputi :1)Memilih sesuatu secara bebas menurut kemauan, kesukaan, dan minatnya.2)Memilih berbagai alternatif yang ada3)Menentukan pilihan dan pertimbangan yang rasional sesuai dengan pikiran dan pendapat masing-masing.b.Membina kebanggaan (prizing), diantaranya :1)Merasakan gembira atas ketepatan memilih2)Mengukuhkan pilihan sesuai dengan pendapat pada dirinya masing-masingc.Melaksanakan (acting) :1)Melakukan percobaan atau melaksanakan pilihan2)Mengulangi perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai pola kehidupan.

4.Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi secara global oleh pengembang kurikulum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan filsafat pendidikan, visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin dicapai.

5.Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang masalah-masalah, keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam mata pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan, penggunaan multimetode dan media dalam pembelajaran, serta sistem penilaian.6.Pendekatan TerpaduPendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan keseluruhan bagian dan indikator-indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tersebut menggambarkan :a.Hasil belajar,b.Tahap pengembangan kurikulum, danc.Program pendidikan yang ditawarkan.

Dalam studi tentang kurikulum terdapat dua jenis pendekatan, yaitu :a.Pendekatan Sentralisasi (Centralized Approach)Pendekatan ini disebut juga pendekatan Top-Down, yaitu pedekatan yang menggunakan sistem komando (dari atas ke bawah). Artinya, kurikulum dikembangkan oleh pemerintah pusat (c.q. Balitbang Kemdiknas) dan sesuai dengan garis komando.b.Pendekatan Disentralisasi (Dicentralized Approach)Pendekatan ini disebut juga pendekatan grass-rooth, yaitu suatu sistem pendekatan yang dimulai dari akar rumput, dalam hal ini adalah guru sebagai ujung tombak pengembang kurikulum ditingkat sekolah, baik secara individual maupun secara kelompok.

B.PENGERTIAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM dan MODEL KONSEP KURIKULUMModel merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Model konsep kurikulum tidak terlepas dari apa yang dikemukakan Hilda Taba bahwa terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu (1) sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai kebudayaan, (2) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau rekontrusi sosial, dan (3) sebagai pengembangan individu.Menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran dalam pendidikan, antara lain aliran pendidikan klasik-tradisional melahirkan konsep rasionalisasi atau subjek akademis, aliran pendidikan intraksioal melahirkan konsep kurikulum rekontruksi social, aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri atau humanistik, dan pendidikan teknologis melahirkan konsep kurikulum teknologis.

1.Konsep Kurikulum Humanistik (Aktualisasi Diri)Kurikulum ini lebih mengutamakan perkembangan anak sebagai individu dalam segala aspek kepribadiannya. Anak merupakan satu kesatuan yang utuh. Tujuan pendidikan adalah untuk membina anak secara utuh, baik fisik, mental, intelektual, maupun aspek-aspek afektif lainnya, seperti sikap, minat, bakat, motivasi, emosi, perasaan, dan nilai.Kurikulum humanistik bersifat child-centered yang menekankan ekspresi diri secara kreatif, individualitas, dan aktifitas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan dari luar.Menurut Mc.Neil ciri-ciri kurikulum humanistic adalah :a.Partisipasi, artinya peserta didik terlibat secara aktif merundingkan apa yang akan dipelajari.b.Integrasi, artinya ada interpenetrasi dan integrasi antara pikiran, perasaan dan tindakan.c.Relevansi, artinya terdapat kesesuaian antara materi pelajaran dan kebutuhan pokok serta kehidupan anak ditinjau daari segi emosional dan intelektual.d.Diri anak, merupakan sasaran utama yang harus dipelajari agar anak dapat mengenal dirinya.e.Tujuan, yaitu mengembangkan diri anak sebagai suatu keseluruhan dalam masyarakat manusiawi.

Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep dasar kurikulum juga mempunyai ciri tersendiri, antara lain :a.Tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan pribadi yang utuh dan dinamis agar memiliki integrasi tinggi dan sikap positif.b.Materi, yaitu menyediakan pengalaman yang berharga bagi setiap anak yang dapat membantu pertumbuahn dan perkembangannya pribadinya secara utuh.c.Proses, yaitu terbangunnya hubungan emosional yang kondusif antara guru dan siswa.d.Evaluasi, yaitu lebih mengutamakan proses daripada hasil, karena sifatnya subjektif baik dari guru maupun siswa.

Kurikulum humanistik memandang aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan yang mendasar. Tiap anak memiliki self masing-masing yang harus dibangkitkan dan dikemangkan, sekalipun sering tidak dikenali dan tidak disadari bahkan cenderung tersembunyi.

2.Konsep Kurikulum Subjek Akademis (Rasionalisasi)Kurikulum rasionalisasi atau subjek akademik berisi tentang pengetahuan. Pengetahuan merupakan warisan budaya pada masa lampau dan akan tetap diwariskan kepada generasi yang akan datang. Pengetahuan tersebut berisi sejumlah mata pelajaran.Peserta didik yang berada disekolah harus mempelajari semua mata pelajaran. Tujuannya adalah agar peserta didik menguasai pengetahuan. Dengan demikian, pendidikan lebih bersifat pengembang intelektual.Kurikulum ini lebih menekankan isi (content). Kegiatan belajarnya lebih banyak diarahkan untuk menguasai isi sebanyak-banyaknya. Isi kurikulum diambil dari disiplin-disiplin ilmu yang telah direorganisasi sesuai dengan tujuan pendidikan.Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum subjek akademis memiliki karakteristik tertentu, antara lain :a.Tujuan, yaitu mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui penguasaan disiplin ilmu.b.Isi/materi, yaitu mengambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah disusun oleh para ahli, kemudian direorganisasikan sesuai kebutuhan pendidikan.c.Metode, yakni menggunakan metode ekspositori, inkuiri-diskoveri dan pemecahan masalah.d.Evaluasi, yaitu menggunakan jenis dan bentuk evaluasi yang bervariasi, seperti formatif dan sumatif, tes dan nontes.

Konsep kurikulum ini mendapat kritikan tajam dari berbagai aliran pendidikan lainnya. Kritikan tersebut sekaligus menunjukan kelemahan dari konsep kurikulum ini, yakni :a.Konsep kurikulum ini terlalu menonjolkan domain kognitif akademis sehingga domain afektif, psikomotorik, social, esosional menjadi terabaikan.b.Konsep yang dikembangkan belu m tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.c.Tidak semua peserta idik dapat memahami dan menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari disiplin ilmu.d.Tidak semua anak akan menjadi ilmuawan profesioal.e.Guru tidak atau jarang terlibat dalam penelitian karena tidak menguasai metode ilmiah (scienitific method)

3.Konsep Kurikulum Rekontruksi SosialKurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan intraksional yang menekankan interaksi dan kerja sama antara siswa, guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat. Menurut pemahaman kurikulum rekontruksi sosial bahwa kepentingan sosial harus diletakkan diatas kepentingan pribadi atau golongan. Asumsinya adalah perubahan sosial merupakan tangguang jawab masyarakat dan masih ada kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat.Tujuan utama kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikulum ini memiliki dua kelompok, yaitu "bersifat adaptif dan reformatories". Adaptif dimaksudkan agar individu dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi segala macam bentuk perubahan. Ia harus kuat fisik dan mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya, sedangkan kelompok reformis menginginkan agar individu tidak hanya mampu menghadapi masalah-masalah yang akan datang, tetapi harus turut aktif dalam mengadakan perubahan yang diinginkan.

4.Konsep Kurikulum TeknologisKonsep kurikulum teknologis dapat berbentuk aplikasi teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk penggunaan perangkat keras dan lunak dalam pendidikan. Prosedur pembelajaran didasarkan pada psikologi behaviourisme dan teori stimulus-respon. Artinya, tujuan yang dirumuskan harus berbentuk perilaku yang dapat diukur dan diamati serta diarahkan untuk menguasai sejumlah kompetensi.Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah pesat. Perkembangan teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak dulu pendidikan telah menggunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun, sekarang seiring dengan kemajuan teknologi banyak alat (tool) seperti audio,video, overhead projector, film slide, dan motion film, serta banyak alat-alat lainnya.Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:a.Perangkat lunak (software) atau disebut juga teknologi sistem (system technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis yang menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan.b.Perangkat keras (hardware) atau sering disebut juga teknologi alat (tools technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penyusuna program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.

Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologis pendidikan (kurikulum teknologis), yaitu:a.Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional.b.Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.-Penegasan tujuan kepada siswa.-Pelaksanaan pengajaran-Pengetahuan tentang hasil-Organisasi bahan ajar-Evaluasi

Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu:a.Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.b.Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.

Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi. Dalam pengembangan kurikulum teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik serta media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum teknologis.Sebagaimana konsep kurikulum yang lain, konsep kurikulum teknologis juga mempunyai kelemahan, antara lain sulit menyampaikan bahan pelajaran yang bersifat kompleks atau materi pelajaran yang membutuhkan tingkat berfikir tinggi, sulit mengembangkan domain afektif, sulit melayani kebutuhan siswa secara perseorangan (bakat, sikap, minat) dan siswa cepat bosan.

C.MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUMModel atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan mengenai salah satu bagian kurikulum. Disamping itu, ada model yang mempersoalkan proses dan ada pula model yang hanya menitikberatkan pandangannya pada mekanisme penyusunan kurikulum. Ulasan teoritis demikian dapat pula mengutamakan uraiannya pada segi organisasi kurikulum dan ada pula yang menitikbertkan ulasannya hanya pada hubungan anatarpribadi orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.Robert S. Zais dalam Zainal Arifin (2011) mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum. Secara singkat, model-model tersebut akan dikemukakan sebagai berikut:1.The Administrative (Line Staff) ModelModel pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal adalah model administrative karena model ini menggunakan prosedur "garis-staf" atau garis komando "dari atas ke bawah" (top-down). Maksudnya inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara stuktural dilaksanakan ditingkat bawah.

2.The Grass-Roots ModelInisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari berbagai sekolah sekaligus. Model ini didasarkan oleh dua pandangan pokok, yaitu Pertama, implementasi kurikulum akan lebih berhaasil apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah dari sejak semula terlibat secara langsung dala pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan personel yang professional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan masyarakat.

Model grass-roots ini didasarkan atas empat prinsip, yaitu :a.Kurikulum akan bertambah baik, jika kemampuan keprofesionalan guru bertambah baik.b.Kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat secara priadi didalam merevisi kurikulum.c.Jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna.d.Hendaknya diantara guru-guru terjadi kontak langsung sehigga mereka dapat saling memahami dan mencapai suatu konsesus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan dan rencana.

3.The Demonstartion ModelModel ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil. Dalam pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum. Model demonstrasi dapat dilaksanakan baik secara formal maupun tidak formal.Keuntungan model demontrasi antara lain :a.Disebabkan kurikulum yang dihasilkan telah melalui ujicoba dalam praktik yang nyata, maka dapat memberikan alternatif yang dapat bekerja.b.Perubahan kurikulum pada bagian tertentu cenderung lebih mudah disepakati dan diterima daripada perubahan secara keseluruhan.c.Mudah untuk mengatasi hambatan.d.Menempatkan guru sebagai penagmbil inisiatif dan narasumber sehingga para administrator dapat mengarahkan minat dan kebutuhan guru untuk mengembangkan program-program baru.

Kelemahan utama model ini adalah dapat menghasilkan antagonisme guru. Guru-guru yang tidak terlibat dalam proses pengembangan cenderung bersikap apatis, tidak percaya dan cemburu. Akibatnya, mereka akan menerima kurikulum baru itu dengan setengah hati

4.Beauchamp's System ModelSistem yang diformulasikan oleh G.A Beauchamp mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum, yaitu :a.Menentukan arena pengembangan kurikulum. Arena itu bisa berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau sistem pendidikan nasional.b.Memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum.c.Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dan mengembangkan desain.d.Pelaksanaan kurikulum secara sistematis.e.Evaluasi kurikulum, yang meliputi empat dimensi: penggunaan kurikulum oleh guru, desain kurikulum, hasil belajar peserta didik, dan sistem kurikulum.

5.Taba's Inverted ModelModel ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktek, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila tanpa kegiatan eksperimen.Hilda Taba mengembangkan lima langkah pengembangan kurikulum secara berurutan, diantaranya yaitu :a.Kelompok guru terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kurikulum untuk dieksperimenkan. Untuk menghasilkan unit-unit itu ditempuh cara mendiagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan khusus, memilih materi, mengorganisasikan materi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasikan pengalaman belajar, mengevaluasi dan mengecek keseimbangan dan urutan materi.b.Uji coba unit-unit eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran.c.Merevisi hasil uji coba dan mengonsolidasikan unit-unit kurikulum.d.Mengembangkan kerangka kerja teoritise.Pengasemblingan dan desiminasi hasil yang telah diperoleh.

6.Roger's Interpersonal Relations ModelModel ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa "kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes daan adaptif terhadaap situsi perubahan." Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.Langkah-langkah dalam model ini adalah sebagai berikut :a.Memilih suatu sasaran administrator dalam sistem pendidikan dengan syarat bahwa individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok secara intensif agar mereka dapat berkenalan secara akrab.b.Mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif.c.Mengikutsertakan unit kelas dalam pertemuan lima hari.d.Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara administrator, guru dan orangtua peserta didik.e.Pertemuan vertical yang mendobrak hierarki, birokrasi dan situs sosial.

7.The Systematic Action-Reasearch ModelTiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Langkah-langkah dalam model ini antara lain :a.Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam.b.Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.c.Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya.d.Menentukan keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut.e.Melaksanakan keputusan yang diambil dan menjalankan rencana yang isusun.f.Mencari fakta secara meluasg.Menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.

8.Emerging Technical ModelModel teknologis ini terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.a.Model analisis tingkah laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks secara bertahap.b.Model analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output), kemudian menyusun alat-alat ukur untuk menilai keberhasilannya, kemudian mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.c.Model berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran khususnya.

D.ANALISIS TERHADAP MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUMAda tiga faktor yang digunakan untuk menganalisis model-model pengembangan tersebut menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, yaitu :a.Penekanan pada suatu titik pandangan tertentu.b.Keuntungan keuntungan yang diperoleh melalui model tersebutc.Kekurangan-kekurangannya.

Pada model administratif penekanan diberikan pada orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum dengan uraian tugas dan fungsinya masing-masing, disamping pengarahan kegiatan yang bercirikan dari atas ke bawah. Kekurangannya terletak pada kurangnya dampak perubahan kurikulum, karena hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari atas tanpa memperhatikan people change.Titik pandangan model dari bawah diletakkan pada pengembangan kurikulum yang diselenggarakan secara demokratis yaitu dari bawah. Keuntungannya yaitu proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan banyak pihak dari bawah, yaitu guru-guru. Berdasarkan hal itu, maka terbukalah tirai broken front sebagaimana lazim ditemui apabila pembaruan kurikulum disodorkan dari atas. Kekurangan yang paling menonjol model ini mengabaikaan segi teknis dan professional tentang kurikulum.Model demonstrasi jelas mengutamakan pemberian contoh dan teladan yang baik dengan harapan agar yang didemonstrasikan akan diadopsi oleh guru/sekolah lain. Keuntungannya terletak pada suatu segmen kurikulum yang panjang dan tetunya sudah melalui testing sehingga terjamin akurasi dan validitasnya. Sebagaimana model dari bawah, maka model ini juga menembus broken front. Ekses yang timbul dari model ini adalah guru-guru yang tidak ikut serta dalam pengembangan kurikulum bisa menentang gagasan-gagasan yang telah dihasilkan.Model beachamp melihat dari segi keseluruhan proses kurikulum. Keuntungan yang menonjol adalah penegasan arena sehingga mudah dan jelaslah rung lingkup kegiatan. Kerugiannya sama dengan model top down.Model terbalik Hilda Taba mendekatkan kurikulum dengan realitas pelaksanaannya melalui pengujian terlebih dahulu oleh guru-guru professional. Model ini sungguh mengintegrasikan teori dengan praktik, tetapi sulit mengorganisasikannya karena memerlukan kemampuan teoritis dan profesionalan yang tinggi. Model hubungan interpersonal dari Roger mengutamakan hubungan antarpribadi dengan harapan dapat menghasilkan beberapa penerapan kurikulum yang lebih luas dan sukses. Model ini mendekatkan permasalahan dengan para pelaksanannya sehingga memudahkan pemecahannya.Model Action Reasearch mengutamakan penelitian sistematis oleh orang lapangan tentang masalah-masalah kurikulum. Kesukaran dari model ini adalah penerapannya memerluakan staf professional khusus yang terlatih dalam penelitian dan dengan sendirinya dalam pelaksanaanya memerlukan biaya yang tinggi. Model teknologisdiselenggarakan secara sistematis dan dapat pula menjangkau kawasan yang luas. Meskipun demikian, keahlian serta spesialisasi professional merupakan penghambat bila model ini digunakan.

E.MACAM-MACAM KURIKULUM DAN PERKEMBANGANNYAa)Rencana Pelajaran 1947Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan learn plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani.

b)Rencana Pelajaran Teruai 1952Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

c)Kurikulum 1968Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

d)Kurikulum 1975Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

e)Kurikulum 1984 (CBSA)Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

f)Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

g)Kurikulum 2004 (KBK)Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

h)KTSP 2006Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

i)Kurikulum 2013Dalam pemaparannya di Griya Agung Gubernuran Sumatera Selatan (kemdikbud.go.id) , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA menegaskan bahwa kurikukulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemapuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memeiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritias. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative member kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. Pelajaran IPA ndan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.Seperti yang dirilis kemdikbud dalam kemdikbud.go.id ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013.1.Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,462.Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.3.Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.4.Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.

Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu ;ebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanBerdasarkan bahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa :1.Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan pengembangan kurikulum yaituPendekatan Kompetensi (Competency Approach),Pendekatan Sistem (System Approach), Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach),Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach), Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach), Pendekatan Terpadu.2.Model merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Model konsep kurikulum tidak terlepas dari apa yang dikemukakan Hilda Taba bahwa terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu (1) sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai kebudayaan, (2) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau rekontrusi sosial, dan (3) sebagai pengembangan individu. Model konsep kurikulum yaituKonsep Kurikulum Humanistik (Aktualisasi Diri), Konsep Kurikulum Subjek Akademis (Rasionalisasi),Konsep Kurikulum Rekontruksi Sosial, Konsep Kurikulum Teknologis.3.Model-model pengembangan kurikulumThe Administrative (Line Staff) Model, The Grass-Roots Model, The Demonstartion Model, Beauchamp's System Model, Taba's Inverted Model, Roger's Interpersonal Relations Model, The Systematic Action-Reasearch Model,Emerging Technical Model.4.Analisisterhadap model-model pengembangan kurikulumpenekanan pada suatu titik pandangan tertentu, Keuntungan keuntungan yang diperoleh melalui model tersebut dan Kekurangan-kekurangannya.5.Macam-macam kurikulum dan perkembangannyaRencana Pelajaran 1947,Rencana Pelajaran Teruai 1952,Kurikulum 1968,Kurikulum 1975,Kurikulum 1984 (CBSA),Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999,Kurikulum 2004 (KBK),KTSP 2006,Kurikulum 2013.

pengertian, konsep, fungsi dan peranan kurikulum.Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalamBAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian KurikulumPengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Berikut ini adalah beberapa pengertian kurikulum ditinjau dari beberapa sudut pandang.Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berarti jarak yang ditempuh. Semula dipakai dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.a.Pengertian Kurikulum Secara TradisionalPertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah. Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik, dimana disini lebih ditekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah yang mencakup pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.b.Pengertian Kurikulum Secara ModernMenurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya Curriculum Planning menyatakan Kurikulum adalah Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah.Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah.Menurut Soedijarto, Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan. Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.c.Pengertian Kurikulum Dari Berbagai AhliIstilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan.Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Latin curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada yang mengatakan bahwa kata kurikulum berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari. Di samping itu, dijelasakan juga sebagai rel pacuan kuda ditengah lapangan yang harus dilewati dan tidak boleh dilangggar.Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni Curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.Adapun secara terminologis, kurikulum adalaha plan for learningyang disiapkan dan direncanakan oleh para ahli pendidikan untuk pelajaran anak didik baik berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas.Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulumto be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:1. kurikulum sebagai suatu ide, yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dalam bentuk praktek pembelajaran.4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian :a.kurikulum sebagai ideb.kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulumc.kurikulum menurut persepsi pengajard.kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelase.kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik danf.kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:Peningkatan iman dan takwa;Peningkatan akhlak muliaPeningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didikKeragaman potensi daerah dan lingkunganTuntutan pembangunan daerah dan nasionalTuntutan dunia kerjaPerkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seniAgamaDinamika perkembangan globalPersatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.Perubahan Paradigma pengembangan kurikulum di indonesia diawali dengan lahirnya peraturan No.19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dan kemudian diikuti oleh Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kopetansi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Khususna pada pasal 17 ayat 2 dinyatakan bahwa Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.Adanya kebijakan tersebut mengimplikasi bahwa kurikulum tidak lagi disusun oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada penyusunan kurikulum terdahulu. Akan tetapi kurikulum dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

B.Konsep KurikulumKonsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.a.Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana :Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjukkepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.b.Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistemSistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.c.Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:1.mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis2.mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru3.melakukan penelitian inferensial dan prediktif4.mengembangkan subsubteori kurikulum,mengembangkan danmelaksanakan model-model kurikulum.Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi,sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

C.Peran dan Fungsi Kurikuluma.Peranan KurikulumKurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis mengemban peranan sebagai berikut :1.Peranan KonservatifSalah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian , sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajekan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.2.Peranan Kritis / EvaluatifKebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Nilai nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.3.Peran KreatifKurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat membantu siswa berperan aktif dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

b.Fungsi Kurikulum.Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum yaitu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.Sesuai dengan peran yang harus dimainkan kurikulum sebagai alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sendiri.

Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi,yaitu :1)Fungsi pendidikan umum (common and general education)Fungsi pendidikan umum, yaitu fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan mahluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan mana pun.2)Suplementasi (suplementation)Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedan bakat. Kurikulum sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.3)Suplementasi (supplementation)Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya paksaan. Namun demikian, proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang tua, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap bidang tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya karena alasan-alasan tertentu yang sebenarnya tidak rasional. Oleh karena itu para pengembang kurikulum mesti dapat menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang tersembunyi.4)Keahlian (spesialization)Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahlian yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri, atau disiplin akademik. Yang bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang spesialisnya. Untuk itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan bidang keahliannya.Memperhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan.Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.Alexander Inglis(dalam Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa yang meliputi :1.Fungsi Penyesuaian, yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat mengantar siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan soaial masyarakat. karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.2.Fungsi Integrasi, dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Baik itu kemampuan kognitif,afektif, dan psikomotor. Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka membentuk sikaf sesuai dengan sistem nilai yang berlaku di masyarakatnya.3.Fungsi Deferensiasi, yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikannya. kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.4.Fungsi Persiapan, mengandung makna, bahwa kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak. kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut ke jenjang yang lebih tinggi untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, maka kurikulum harus membekali mereka dengan berbagai pengetahuan yang diperlukan agar dapat mengikuti pelajaran pada level pendidikan di atasnya juga agar dapat belajar di masyarakat.5.Fungsi Pemilihan, adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada etiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.6.Fungsi Diagnostik, adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan siswa. salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

BAB IIIPENUTUPA.Kesimpulan1.Pengertian Kurikulum diorganisis menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk insitusi pendidikan yang isinya berupa proses dan kompetensi yang harus dimiliki.Selanjutnya kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah bimbingan dan arahan dari insitusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.2.Konsep kurikulum meliputi sebagai subtansi yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai, sebagai sistem yang merupakan bagian dari system persekolahan, pendidikan, bahkan masyarakat, dan sebagai bidang studi yang merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum.3.Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.4.Kurikulum berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni memiliki peran konservatif, kreatif, kritis dan evaluatif

1. Pengertian Kurikulum Menurut ParaAhli Hilda Taba: Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu Daniel Tanner & Laurel Tanner : Pengalaman pembelajaran yang terencana dan terarah, yang disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis di bawah pengawasan lembaga pendidikan agar pembelajaran dapat terus terjaga. Romine : Kurikulum mencakup semua temu permbelajaran, aktivitas dan pengalaman yang diikuti oleh anak didik dengan arahan dari sekolah baik di dalam maupun di luar kelas. Ronald. C. Doll : The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of course of study and list of subject and courses to all the experience which are offered to learnes unders the auspises or direction of the school. Johnson : Kurikulum a structured series of itended learning out comes. Beauchamp : A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their enrollment in given school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa kurikulum adalah siatu rencana pendidikan atau pengajaran. Robert S. Zais : kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1. The range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2. The procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure). Menurut George A. Beaucham : kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The curriculum The total experience with which the school deals in educating young people. Romine (tokoh pendidikan) : Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience which pupils have under direction of school wether in the class room or not. B. Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah rencana pelajaran pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran. Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini. A. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.

B. Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut: 1. Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. 2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). 3. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. (Pasal 1 Butir 6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).C. Kurikulum memiliki peranan dan fungsi yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peran konservatif, perana kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa, kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi diagnostic. 2. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM A. Landasan Filosofis Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum. i. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. ii. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. iii. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu? iv. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. v. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses. Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional. B. Landasan Psikologis Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. C. Landasan Ilmu Sosiologis dan Tekhnologi Pada awalnya, ilmu sosiologis dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. 3. KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM A. Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen pembentuk yang satu sama lainnya saling berkaitan. Komponen-komponen pembentuk kurikulum tersebut diantaranya adalah : a. Komponen Tujuan Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, itu akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. b. Komponen Isi atau Materi dalam Kurikulum Komponen isi atau materi dalam kurikulum merupakan apa-apa yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar peserta didik dapat memiliki keterampilan atau bahkan dapat membuat prestasi yang merupakan tujuan dari dijalankannya kurikulum tersebut. Materi yang ada dalam kuirkulum haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mencapai tujuan dan materi yang ada juga haruslah menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c. Komponen Metode atau Strategi Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Sebagus apapun tujuan atau materi yang dibuat dalam kurikulum, tapi apabila metode atau strategi yang digunakan tidak tepat, maka tujuan dari kurikulum tersebut tidak akan mudah dicapai atau bahkan tidak tercapai sama sekali. Untuk itu pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang tela dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai. d. Komponen Evaluasi Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembetuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak, selain itu dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil. 4. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM A. Prinsip Umum Kurikulum a. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). b. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. c. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. d. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. e. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. b. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. MODEL dan ORGANISASI KURIKULUM A. Model Kurikulum a. Model Humanistik Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J.Rousseau (Romantic Education. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana menagajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. b. Model Subjek Akademik Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. c. Model Rekontruksi Sosial Kurikulum rekonstruksi sosial berada dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhataian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. d. Model Teknologis Abad dua puluh ditandai dengan perkembangaan teknologi yang pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangnnya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video casssette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-rom dan internet. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, dibidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. 6. EVALUASI KURIKULUM A. Definisi Evaluasi Kurikulum Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. B. Model Evaluasi Kurikulum : 1. Model Evaluasi Kuantitatif Model Tyler lebih dikenal dengan black box karena tidak mengutamakan proses. Hal ini dikemukan dalam buku basic principles off curriculum and instruction. Model ini dibangun atas dua dasar yaitu pada tingkah laku dan evaluasi kurikulum sebagai renacana yang dinamakan intermedidiate preliminary stages of evaluation(Tyler, 1949:104). 2. Model Teoritik Taylor dan Maguire Kedua pengembang model ini lebih mmendasarkan dirinya pada pertimbangan teoritik. Suatu metode evaluasi kurikulum mencoba menerapkan apa yang seharusnya terjadi pada suatu proses pelaksanaan evaluasi. Unsur unsur yang ada dalam model ini diantaranya sumber sosial, tujuan, dan tujuan yang akan dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral, pengembangan strategi, dan semangat psikometrik. Menurut Taylor dan Maguire terdapat tingkat tugas evaluatir yaitu : a. memberikan pertimbangan mengenai nilai tujuan umum yang terdapat pada matrik pertama, hal ini ditujukan untuk membandingkan data observasi yang dilakukan evaluator terhadap pola kehidupan masyarakat. b. Mencari data mengenai keserassian antara tujuan umum dangan tujuan behavioral. Evaluator mencari relevansi antara dua tingkat tujuan yang berbeda dalam tingkat abtraksinya. c. Tugas evaluator terbagi atas dua kegiatan, kegiatan pertama berhubungan penelaahan pengembangan dokumen tertulis, kegiatan kedua adalah menghubungkan strategi yang dikembangkan dalam dokumen dengan strategi yang di kembangkan dalam realita interaksi. 3. Model Pendekatan Sistem Alkin Pendekatan Alkin juga disebut dengan pendekatan system karena mengutamakan system yang berjalan seperti halnya pendidikan yang diartikan sebagai sebuah system. Model Alkin selalu memasukkan unsure pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Alkin membagi model ini menjadi masukan, proses atau perantara dan keluaran. 4. Model Countenance Stake Merupakan model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake. Dalam tulisannya, nama Countenance dipergunakan dan disesuaikan dengan judul artikelnya yang mempunyai makna ambiguous. Stake mendasarkan dirinya pada evaluasi formal yaitu sebagai suatu kegiatan evaluasi yang sangat tergantung pada pemakaian. Dan dikembangkan atas keyakinan bahwa, suatu evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai evaluan. Peran evaluator dalam pengembangan tujuan kurikulum menjadi tujuan khusus yang terukur. 7. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN A. Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Seseorang menjadi dewasa karena dia telah melewati sebuah proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan, ia belajar sesuatu dari berbagai aspek kehidupan baik itu formal maupun nonformal. Dengan belajar seseorang diharapkan menjadi manusia yang sesungguhnya, atau didalam konsep pendidikan Islam dinamakan manusia yang berkepribadian kaffah/insan kamil atau manusia paripurna. B. Konsep Pembelajaran Proses pembelajaran yang terjadi pada umumnya adalah seseorang lebih banyak dituntut untuk mendengarkan dari pada aktif atau kreatif, mereka hanya dijadikan obyek dalam belajar hal ini terjadi dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas, hampir 12 tahun mereka belajar seperti itu! maka tidak heran ketika memasuki perguruan tinggi mereka tidak siap dengan metode belajar mandiri. Pada dasarnya proses pendidikan itu berkesinambungan artinya proses pendidikan sebelumnya akan memengaruhi proses pendidikan selanjutnya, oleh karenanya konsep student centre atau murid merupakan subyek dalam pembelajaran harus benar-benar diterapkan oleh para pendidik disemua jenjang pendidikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara mereka belajar dijenjang berikutnya. Ketidaksiapan seseorang dalam memasuki perguruan tinggi juga dikarenakan faktor mindset atau cara pandang seseorang dalam memaknai belajar. C. Komponen-Komponen Pembelajaran Dikemukakan oleh Gagne and Briggs komponen dalam pembelajaran adalah : 1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian. 2. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa. 3. Mengingatkan kompetensi prasyarat. 4. Memberi stimulus (masalah, topic, konsep). 5. Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari) 6. Menimbulkan penampilkan siswa 7. Memberi umpan balik D. Teori Belajar Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timb