Makalah Menejemen Sistem Irigasi(Irigasi Pedesaan)

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH MENEJEMEN SISTEM IRIGASIIRIGASI PEDESAAN

Oleh : NaliaAnggraini NIM. A1H008063

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah irigasi yang panjang di Indonesia telah memberikan kesempatan bagi petani untuk menumbuhkan kelembagaan-kelembagaan pengelola air irigasi secara tradisional. Apabila sarana fisik sebuah jaringan irigasi merupakan perangkat kerasnya, maka lembaga-lembaga tersebut, baik yang formal maupun yang tidak formal merupakan perangkat lunaknya, yang mutlak diperlukan untuk mengelola air irigasi sebagaimana mestinya. Lembaga-lembaga yang telah dikembangkan oleh petani itu adalah merupakan semacam sumber daya nasional yang sangat berharga, yang patut dipelajari agar potensi air irigasi dan kemakmuran penghuni pedesaan dapat terus ditingkatkan (Ambler, 1992: 3). Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menumbuhkan kerjasama antar petani pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran. Pembagian air antar hamparan sawah dan antar petak sawah dalam hamparan yang sama membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik diantara petani dijaringan irigasi yang bersangkutan ( Siskel dan Hutapea, 1995: 20). Untuk itu para petani ditentukan untuk membentuk suatu organisasi yang dinamakan perkumpulan petani pemakai air (P3A) yang tahap demi tahap akan berkembang menjadi satu unit yang yang secara organisator, teknis dan financial mampu melaksanakan tugas dan kewajiban pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi serta bangunan pelengkapnya (Ambler, 1992: 15). Adapun maksud dan tujuan P3A yaitu: 1. Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan secara mantap, tertib dan teratur melalui perkumpulan dalam mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mengikat dan memuaskan para anggotanya. 2. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut, yang pada dasarnya disepakati oleh para anggotanya, perkumpulan dengan didukung kewajiban-kewajiban para anggotanya akan dapat melaksanakan dan meningkatkan pemeliharaan

jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab secara mantap dan teratur dan penuh dengan tanggung jawab. 3. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat dengan tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya, karena selain kebutuhan air pengairan tercukupi juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu dapat menyesuaikan dengan perkembangan tekhnologi pertanian dan pengairan (Kartasapoetra, 1994: 26). Tugas pokok P3A secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan pengairan tersier dan pedesaan. 2. Membuat peraturan-peraturan dan ketentuan pembagian air pengairan serta pengamatan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari si perusahaan si pembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri. 3. Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan terjadi diantara para anggota petani pemakai air pengairan didalam pengelolaan air pengairan. 4. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani pemakai air yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah diantara mereka. Keterlibatan petani dalam pembiayaan pembangunan dapat memperkuat rasa memiliki terhadap jaringan irigasi yang dibangun. Jaringan irigasi adalah prasarana yang sangat vital yang harus dipelihara sehingga dapat meningkatkan produktivitas beberapa jenis tanaman yang diusahai. Tersedianya air yang cukup akan mempertinggi tingkat produktivitas lahan usahatani karena air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman (Gustina, 2001: 17).

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian dan kegunaan dari irigasi pedesaan 2. Untuk mengetahui peran serta masyarakat serta pemerintah dalam pengembangan irigasi pedesaan.

II. ISI

Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan. Keterbatasan air bagi pertanian bukan saja terjadi pada musim kemarau, namun di musim hujanpun bisa terjadi. Hal ini disebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan dan tak termanfaatkan, sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dalam skala ruang dan waktu. Keterbatasan air menyebabkan berkurangnya luas tanam, jenis dan jumlah produksi pertanian. Penyediaan air melalui irigasi desa merupakan solusi yang dapat mengatasi kekurangan air untuk keperluan pertanian dan rumah tangga di pedesaan. Irigasi pedesaan adalah jenis irigasi yang di bangun dan dikelola serta di biayai oleh masyarakat. Namun prasarana bangunan irigasi, baik bending maupun saluran irigasi pedesaan yang dibangun dan dikelola dengan biaya hanya dari masyarakat ternyata masih sangat terbatas baik dalam kualitas maupun kuantitasnya dan masih mudah rusak. Menurut data dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2006, luas lahan irigasi pedesaan hanya 1,7 juta ha, atau 27% dari total luas lahan irigasi 7 juta ha. Pemerintah melalui departemen terkait (Pertanian, Kehutanan, Pekerjaan umum) perlu memfasilitasi pembangunan irigasi pedesaan ini melalui penyuluhan, perencanaan, penyediaan petunjuk teknis dan membantu penyediaan dana pembangunan/perbaikan bangunan penampung air berupa bendung/dam, parit. Sedangkan saluran distribusi irigasi dan pemeliharaan bangunan dibebankan kepada masyarakat pengguna sebagai bentuk partisipasinya. Maka diharapkan pembangunan sarana irigasi di pedesaan lebih maju yang dapat meningkatkan produksi pertanian yang pada akhirnya peningkatan kesejahteraan petani dapat segera terwujud. Menurut instruksi presiden no 2 tahun 1984, Irigasi pedesaan adalah irigasi yang pembangunan, pendayagunaan, dan pemeliharaan jaringannya dilaksanakan oleh para petani di bawah pembinaan Pemerintah Desa, dengan atau tanpa bantuan Pemerintah baik pusat maupun daerah. Undang-undang No. 7 tahun 2004

tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, A. Lokasi Kegiatan rehabilitasi/perbaikan JIDES / JITUT dilaksanakan di jaringan irigasi desa / jaringan irigasi tingkat usaha tani dari daerah irigasi pemerintah atau desa yang mengalami kerusakan dan jaringan utama ( primer dan sekunder ) berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Syarat Lokasi a. Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/ Daerah Irigasi Pemerintah yang jaringan irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami kerusakan. b. Jaringan utama ( primer dan sekunder) berfungsi baik c. Mempunyai potensi IP (Intensitas Pertanaman) dapat ditingkatkan. d. Di lokasi tersedia petani pemilik / penggarap. e. Lokasi harus didelinasi dengan menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS BT/BB). 2. Syarat Petani a. Diutamakan telah terbentuk kelompok tani/P3A, apabila belum ada agar segera membentuknya sebelum penetapan lokasi. b. Kelompok tani/P3A terpilih belum pernah mendapatkan bantuan sejenis. c. Diutamakan kelompok tani/P3A yang mempunyai semangat partisipatif. d. Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara JITUT/JIDES. Sanggup menanam lahan minimal 2X tanam B. Survei Investigasi Desain 1. Survey Investigasi a. Survey investigasi dilakukan setelah calon lokasi dan calon petani ditetapkan.

b. Survey investigasi dapat dilakukan secara sederhana dengan melakukan penelusuran jaringan (walk through). c. Berdasarkan survey investigasi akan didapatkan bagian-bagian dari JIDES/JITUT yang mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, dan sketsa bagian-bagian jaringan yang perlu direhabilitasi. 2. Desain (rancangan teknis) a. Rancangan teknis atau desain sederhana dilaksanakan setelah Survey Investigasi b. Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan penggambaran rencana kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES. c. Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket lokasi, gambar rancangan teknis sederhana kegiatan rehabilitasi, perkiraan kebutuhan bahan, peralatan dan biayanya atau rencana anggaran biaya (RAB). d. Dalam hal biaya yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, maka dilakukan pemilihan skala prioritas, bagian yang dilakukan rehabilitasi adalah bagian dari jaringan yang paling memberikan manfaat. C. Partisipasi Petani Tujuan utama dari adanya irigasi pedesaan ini adalah untuk menyediakan air irigasi untuk keperluan pertanian di pedesaan sepanjang tahun dan

mendistribusikannya secara merata. Meningkatkan luas areal tanam dan meningkatkan produktifitas lahan, serta mengurangi intensitas banjir akibat air yang berlebih pada musim hujan. Sasaran dari irigasi pedesaan adalah meningkatkan kinerja usaha pertanian yang berimplikasi terhadap penyediaan kepastian hasil lapangan dan kerja, peningkatan serta

keanekaragaman

komoditas,

produktifitasnya,

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dalam pembangunan irigasi pedesaan ini, bukan hanya masyarakat yang mempunyai peranan penting, namun pemerinytah pun juga memiliki peranan yang tak kalah penting nya, peranan pemerintah yang diharapkan antara lain: 1. Menyusun perencanaan rehabilitasi dan peningkatan mutu bangunan dan pembangunan irigasi pedesaan baru

2. Menginventarisir jumlah, posisi dan kualitas sarana bangunan irigasi, 3. Menyediakan teknologi yang tepat bagi pembangunan irigasi pedesaan 4. Penyuluhan 5. Regulasi aturan peran pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi pedesaan. Peran dan tanggung jawab masyarakat desa dalam penyelenggaraan irigasi pedesaan dari mulai perencanaan sampai pengaturan distribusi air sangat dominan. Mengingat irigasi pedesaan ini juga merupakan salah satu jenis pelayanan publik atau melayani masyarakat sehingga diharapkan pengelolaan irigasi pedesaan dapat dilakukan secara sinergis antara peran pemerintah dan masyarakat, agar jumlah dan kualitas bangunan serta luasan areal irigasi dapat ditingkatkan. Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi pedesaan ini antara lain: 1. Pemeliharaan bangunan bendungan penampung air (dam) 2. Penyediaan dan pemeliharaan jaringan irigasi ke lahan pertanian 3. Pengatur distribusi air dengan adil sesuai keperluan untuk keperluan pertanian dan non pertanian. Hal-hal yang diperhatikan dalam Pembangunan Irigasi Pedesaan Irigasi pedesaan dibangun dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Apakah masyarakat memerlukan tambahan air irigasi. Indikatornya adalah: a) Adanya saluran dari bendung sederhana yang terbuat dari tumpukan batu, dahan pisang dsb, sehingga mudah rusak bila terkena arus deras b) Luas lahan petanian c) Kemudian mendapatkan air (kedalaman sumur, posisi sumber air) Hal ini penting menggalang peran serta masyarakat b. Kemudian memperoleh bahan bangunan seperti batu, pasir berpengaruh seperti batu pasir tersediayang berpengaruh terhadap pembangunan c. Penyuluhan terutama dalam hal pengolahan

III. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Irigasi Desa adalah irigasi yang dibangun dan dikelola serta dibiayai oleh masyarakat desa atau desa-desa yang bersangkutan. Pada dasarnya pembangunan irigasi pedesaan bertujuan untuk : 1. Menyediankan air irigasi untuk keperluan pertanian di pedesaan sepanjang tahun dengan cara memanen hujan dan aliran permukaan dan mendistribusikannya secara merata. 2. 3. Meningkatkan luas areal tanam/panen dan produksifitas lahan. Mengurangi intensitas dan volume banjir akibat air yang berlebihan pada musim hujan. Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi pedesaan ini antara lain : 1. Pemeliharaan bangunan bendungan penampung air (dam) 2. Penyediaan dan pemeliharaan jaringan irigasi ke lahan pertanian. 3. Pengatur distribusi air dengan adil sesuai keperluan untuk untuk keperluan pertanian dan non pertanian

B.

Saran

Perlunya perkembangan irigasi pedesaan agar masyarakat lebih mengoptilkan air secara baik dan merata.

DAFTAR PUSTAKA

Al Humani, A. 2000. Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi. Kompas 27 Januari 2000. Anonim. 2009. Cendana Pos. http://www.cendanapos.com/2009/11/petanibapemas-bangun-irigasi-sawah.html. Diakses hari selasa tanggal 18 oktober 2011. Arif, S.S. 2005. Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Irigasi Masa Depan: Sebuah Gagasan dan Upaya Menghadapi Tantangan. Makalah diskusi dengan Dinas Sumberdaya Air Kabupaten Banyumas, Purwokerto. Hasanuddin, A. 2003. Gelar Teknologi di Takalar Gowa Sulsel: Lahan IrigasiTumpuan Ketahanan Pangan. Sinar Tani. Sutiono, A dan Ambar TS. 2004. Sumberdaya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah dalam Birokrasi Publik di Indonesia. Dalam Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumberdaya Manusia. Editor: Ambar Teguh Sulistiyani. Penerbit Gaya Media. Yogyakarta.