Upload
atika
View
138
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH KENAIKAN HARGA DAGING SAPI
Citation preview
KENAIKAN HARGA DAGING SAPI DI JAWA BARAT
DIPICU KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA PERMINTAAN
DAN PASOKAN DAGING
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu Mata Kuliah Sri Sumardiningsih M.si
Disusun Oleh :
Atika Agustavia Maharani 14804241020
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “KENAIKAN HARGA DAGING SAPI DI JAWA BARAT
DIPICU KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA PERMINTAAN DAN
PASOKAN DAGING” dengan baik dan yang bertujuan untuk memenuhi salah
satu nilai mata kuliah Ekonomi Mikro.
Sebelumnya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Mikro, Ibu Sri Sumardiningsih M.si.
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama satu semester ini, selain
itu terimakasih juga kepada teman-teman Pendidkan Ekonomi A atas seluruh
perhatian dan dukungan baik secara materi, moril maupun doa yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi tulisan maupun penggunaan
kata. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, yang
bersifat membangun demi kebaikan untuk masa yang akan datang. Akhir kata
semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membaca dan bagi yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 25 Desember 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
I.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
I.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................2
I.5 Metode Penelitian.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Kajian Teori................................................................................................3
II.2 Pembahasan................................................................................................7
BAB II PENUTUP
III.1Kesimpulan.................................................................................................10
III.2Saran...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan pokok yang mengandung
protein cukup tinggi, selain daging ayam. Daging sapi tidak hanya dikonsumsi
oleh kebutuhan Rumah Tangga, tetapi juga sebagai bahan baku industri
pengolahan, hotel, restoran dan catering. Konsumsi daging sapi secara nasional
dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan meningatnya jumlah
penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat serta selera masyarakat.
Konsumsi daging sapi selama tahun 2011 sampai 2012 meningkat dari 1,8
kg/kapita/tahun menjadi 2,0 kg/kapita/tahun (Rapat Menko perekonomian, 28
November 2012).Selama ini kebutuhan daging sapi Indonesia terpenuhi melalui
tiga sumber yaitu sapi lokal, sapi impor dan daging impor (Hadi dan Ilham, 2000).
Namun, seiring dengan program swasembada daging sapi yang telah berjalan
sejak tahun 2005, pemenuhan dari impor baik berupa sapi potong maupun daging
secara berkala diturunkan jumlahnya. Kondisi ini sedikit mengganggu
keseimbangan antara kebutuhan dengan pasokan daging sapi di dalam negeri.
Dengan upaya program swasembada pemerintah dengan menurunkan impor
daging sapi secara bertahap sebesar 10 persen, seyogyanya telah dipersiapkan
pasokan daging sapi sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan.
Selain itu Pemerintah telah melakukan upaya dalam rangka peningkatan
produksi daging sapi, seperti pengembangan pakan ternak, peningkatan mutu
benih dan program pemberantasan penyakit (Ilham, 1998) maupun perhitungan
jumah ternak sapi potong di Indonesia, namun harga daging sapi di dalam negeri
terus meningkat. Kenaikan harga daging sapi mengindikasikan bahwa telah terjadi
ketidakseimbangan antara pasokan dengan permintaan daging. Oleh karena itu
analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga daging sapi
di dalam negeri perlu dilaksanakan sehingga dapat lebih memfokuskan perumusan
i
kebijakan yang harus dilakukan pemerintah guna mengatasi kenaikan harga
daging serta guna stabilisasi harga daging sapi di dalam negeri
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat ditarik rumusan-rumusan
masalah sebagai berikut
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga daging sapi
di Jawa Barat?
2. Bagaimana kebijakan yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi
kenaikan harga daging sapi di Jawa Barat?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan yaitu
1. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan
harga daging sapi di Jawa Barat.
2. Untuk menganalisis Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk
mengatasi kenaikan harga daging sapi di Jawa Barat.
I.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau manfaat
baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna
sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah yang dibahas dalam makalah
ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini
diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah
yang dibahas dalam makalah ini
2. pembaca, makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan
dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.
I.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yaitu dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu
bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang berkaitan
dengan harga daging sapi serta melukiskan gejala dan mengidentifikasi masalah
yang berkaitan dengan harga daging sapi.
i
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Kajian Teori
Permintaan (demand) Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu
hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya , makin tinggi harga
suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. ( Sukirno,
2003)
Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva permintaan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :
a. Harga barang itu sendiri
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah
barang yang diminta adalah negative. Bila harga naik maka permintaan
turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi
cateria paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan
mempunyai arah yang berkebalikan. (Pracoyo, 2006)
i
P
P2
D
P1
Q3Q2Q1
P3
Dimana :
P : Harga
Q : Jumlah yang diminta
b. Pendapatan
Hubungan anatara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah
positif. Bila pendapatan seorang meningkat maka akan meningkatkan
permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud
adalah barang yang berkualitas tinggi maka dengan adanya kenaikkan
pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang
tersebut. (Pracoyo, 2006)
c. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak
tanggungan, maka jumlah permintan akan meningkat. Hal ini berkaitan
dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang
ada di suatu tempat. Permintaan berhubungan positif dengan jumlah
tanggungan. Pertambahan jumlah tanggungan / penduduk tidak dengan
sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya
pertambahan jumlah tanggungan / pendududuk diikuti oleh perkembangan
dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang
menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.
Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan ( sukirno, 2003).
d. Harga komoditi lain ( barang subtitusi )
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga
barang – barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga
barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan
komplementer ini diakarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan
dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
mempengaruhi atas suatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan
masing – masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi
kegunaan dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak
naik maka akan dapat mengakibtakan jumlah permintaan barang
penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikkan. (Sukirno,2003)
i
Penawaran (supply)
Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukan hubungan antara harga
barang di pasaran dengan jumlah barang yang ditawarkan ke produsen. Hukum
penawaran menjelaskan Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak
jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin
rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang
ditawarkan. ( Joesron dan Fathrrozi, 2003)
Adapun bentuk kurva penawaran sebagai berikut :
Gambar 2. Kurva penawaran
Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran:
a. Harga komoditi itu sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah
jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum
penawaran. Kuantitas akan meningkat ketika harganya meningkat dan
kuantitas yang diminta menurut ketika harganya menurun.
(djojodipuro,1991)
b. Harga komoditi lain yang (subtitusi)
Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan
bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat
i
P
P2
D
P1
Q3Q2Q1
P3
Dimana :
P : Harga
Q : Jumlah yang diminta
dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran
suatu barang berkurang, atau sebaliknya.
c. Biaya produksi
Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya
produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya,
berarti penawaran barang berkurang. Kenaikan harga faktor produksi akan
menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan
jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba
perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan
mengakibatkan berkurangnya penwaran barang.
d. Teknologi produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan
menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam
penawaran barang. Dengan kata lain. Makin tinggi tingkat harga suatu
komoditas maka semakin besar jumlah komoditas yang ditawarkan
Ekuilibrium terjadi jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang
ditawarkan. Harga ekuilibrium adalah harga yang terjadi ketika jumlah yang
diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Harga ekuilibrium
merupakan titik potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran.
Yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Kurva Ekuilibrium
i
Dimana :
P : Harga
Q : Jumlah yang diminta
S : Penawaran
D : Permintaan
E : Ekuilibrium
P
D
P
Q
ES
Q
1.2 Pembahasan
Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan kebutuhan/konsumsi daging sapi
di dalam negeri adalah pasokan. Selama ini intervensi lebih banyak dilakukan
dari sisi permintaan, sementara sisi penawaran lebih sering diabaikan. Seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhanpun terus meningkat. Jika
kondisi ini terus berlanjut dengan tidak disertai penambahan pasokan maka
berdampak pada terganggunga stabilitas harga daging sapi dari kondisi normal.
Fakta data dilapangan menunjukkan bahwa harga daging sapi akan naik jika
memasuki bulan puasa dan lebaran dengan kenaikan relatif lebih tinggi
dibandingkan hari-hari besar lainnya, seperti serta Idul Adha, natal serta
perayaan hajatan. Di luar bulan puasa dan lebaran, kenaikan harga daging sapi
tidak terlalu signifikan dan cenderung stabil. Kenaikan harga daging sapi
menjelang puasa dan lebaran mencapai kisaran 10-15 persen, sedangkan
menjelang hari raya Idul Adha kenaikan harga sekitar 5-10 persen. Pada hari
raya Idul Adha kenaikan harga terjadi dari Sapi siap potong, namun permintaan
masyarakat terhadap daging sapi di pasar relatif turun pada waktu tersebut.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Daging Sapi Dalam
Negeri 29
86,000 88,000 90,000 92,000 94,000 96,000 98,000 100,000 102,000
104,000 JanFebMarAprMeiJunJulAgusSeptBandungRp/kg
Gambar 4.5 Perkembangan Harga Daging Sapi di Jawa Barat
Kenaikan harga daging sapi juga terjadi karena terganggunya pasokan
sehingga kesinambungan pasokan cenderung menurun. Menurunnya
kesinambungan pasokan ini dikarenakan banyak sapi betina yang dipotong.
Bahkan akhir-akhir ini juga terdapat sapi perah yang sudah afkir dipotong
untuk mencukupi kebutuhan namun tekstur daging yang relatif kurang bagus.
i
Naiknya harga daging sapi di kota Bandung karena pasokan yang kurang. Hal
ini dijelaskan oleh Dinas Pertanian kota Bandung yang menyebutkan bahwa
pasokan daging lokal ke kota bandung yang masuk ke Rumah Potong Hewan
(RPH) selama tahun 2011-2013 mengalami penurunan 50 persen yang
menyebabkan harga daging sapi naik ditingkat RPH. Sementara itu, pedagang
membeli sapi hidup di RPH dan kemudian menjual ke pasar melalui beberapa
tahapan dan memerlukan biaya. Beberapa biaya yang harus ditanggung oleh
pedagang setelah lepas dari RPH, yaitu ongkos di RPH, ongkos angkut, ongkos
ngarakrak, ongkos memisahkan daging satu dengan daging lainnya yang
terdapat dalam 1 ekor sapi.
Provinsi Jawa Barat
Populasi sapi (ekor) Daging Sapi (ton)
2011 328.501 81.5532012 331.753 82.3612013 335.038 83.1762014 338.355 84.0002015 341.704 84.831
Tabel Pasokan daging sapi d jawa barat dari tahun 2011-2015
dan Tahapan-tahapan dengan masing-masing biaya yang harus dikeluarkan
berdampak pada naiknya harga daging sapi di pasar. Selain itu, terganggunya
pasokan menyebabkan harga daging sapi di Bandung sampai dengan akhir
Agustus 2013 mencapai Rp 88.000/kg dan bahkan hingga minggu pertama
bulan September harga daging sapi sudah mencapai Rp 98.000/kg.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pasokan sapi potong
selama tahun 2013 sampai dengan Bulan Agustus 2013 untuk wilayah
Bandung sebanyak 239 ribu ekor.
Tabel Permintaan daging sapi di jawa barat dari tahun ke tahun
Kenaikan harga daging sapi yang dihadapi provinsi Jawa Barat,
khususnya di Ibukota provinsi dikarenakan beberapa permasalahan
utama yang dihadapi sebagai berikut:
i
a. Wilayah sentra peternakan di Bandung relatif sedikit dan tersebar di
beberapa wilayah
b. Dalam memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah Bandung, dimana saat
ini konsumsi daging sapi rumah tangga di wilayah Bandung mencapai 590
ribu ton belum termasuk hotel restoran dan catering, mendatangkan sapi
dari luar daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara
Barat (NTB), Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. Sapi hidup yang berasal
dari NTT, NTB dan Jawa Timur sebagian besar berupa sapi bakalan yang
diternakan oleh peternak yang ada di Kabupaten/Kota Bandung.
Sementara Sapi yang berasal dari Bali biasanya dalam bentuk sapi siap
potong yang langsung masuk ke rumah potong hewan (RPH). Namun,
daging yang berasal dari sapi Bali memiliki tekstur yang kurang enak
sehingga tidak semua konsumen mempunyai preferensi terhadap jenis
daging ini.
c. Jawa Barat dan Bandung khususnya, terancam kekurangan pasokan.
Dengan meningkatnya harga sapi dan daging, Bandung akan terancam
kekurangan pasokan sapi lokal karena sapi yang berasal dari sentra
produksi yang memasok ke Bandung akan berkurang karena tidak ada
aturan tataniaga di dalam negeri. Kondisi ini bisa saja terjadi dimana jika
harga sapi di daerah sentra produksi tinggi maka peternak tidak akan
menjual ke luar wilayah dengan alasan harga kurang bersaing dan lebih
menguntungkan menjual di daerahnya. Kondisi ini menjadikan para
pedagang sapi dengan leluasa melakukan perdagangan. Karena tidak ada
aturan tataniaga maka tidak sedikit distributor juga berperan sebagai
pedagang. Situasi ini yang membuat harga menjadi naik dan tidak
menentu.
d. Kekacauan harga yang terjadi saat ini dikarenakan perilaku pasar. Perilaku
pasar yang berubah menyebabkan penentuan harga ditentukan oleh
pedagang. Para pedagang tidak mau mengeluaran stock daging sapinya
yang ada dan lebih memilih menyimpannya di dalam refrigerator. Mereka
akan mengeluarkan stock daging sapi jika stock di pasar memang tidak ada
i
dengan harga yang lebih tinggi, namun dengan kualitas yang sudah
menurun.
Pemerintah Daerah (Jawa Barat) melakukan upaya-upaya mengatasi
kenaikan harga dalam upaya stabilisasi harga di wilayah Jawa Barat,
antara lain:
a. Melakukan operasi pasar. Namun, operasi pasar dengan menjual daging
sapi murah saat ini kurang efektif menurunkan harga di pasar tradisional.
Kasus Operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog untuk daging sapi beku,
ada dua mekanisme. Pertama, mekanisme melalui pemerintah propinsi
dengan Disperindag dan kedua, mekanisme dengan asosiasi pedagang
daging sapi. Kondisi yang sudah berjalan, Bulog menerapkan mekanisme
yang pertama yaitu melalui Pemerintah provinsi dengan Disperindag.
Kebijakan ini tidak efektif menurunkan harga karena terjadi penolakan di
pasar tradisional.
b. Peningkatan bibit unggul melalui upaya inseminasi buatan (IB) dan kawin
alam yang dilakukan dengan control yang sangat ketat.
c. Menjaga keberlanjutan pasokan sapi akan mengangkat kembali peran
rumah potong hewan (RPH) untuk mengoptimalkan kembali kapasitas
produksinya melalui revitalisasi RPH.
d. Pemerintah Daerah telah berupaya untuk menstabilkan harga daging sapi
dan telah menganggarkan biaya sebesar 10 miliar dari anggaran
pendapatan daerahnya (APBD).
e. Upaya stabilisasi harga melalui monitoring harga secara berkala,
sebaiknya dilakukan pada setiap jenis daging sapi serta jenis pasar,
Mengingat permintaan jenis daging yang beragam serta peruntukan daging
sapi yang terspesifikasi pada berbagai jenis pasar.
f. Perubahan harga yang terjadi saat ini dikarenakan perubahan pola
importasi serta sistem distribusi daging. Oleh karena itu, perubahan
terhadap mekanisme waktu importasi antara daging sapi, sangat penting
serta penataan kembali jalur tata niaga sapi maupun daging sapi antar
i
provinsi melalui kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Sehingga pasokan daging sapi dapat tersebar secara merata dalam seluruh
daerah, tidak hanya mengendap di kota-kota besar saja.
g. Memperbaiki sarana dan prasarana transportasi agar sistem produksi dan
sistem distribusi daging tidak terganggu sehingga pasokan akan daging
sapi tidak mengalami pengurangan.
h. Melakukan pengawasan yang intensif terhadap pergerakan harga-harga
daging sapi pada saat menjelang hari raya keagamaan seperti Hari Raya
Idul Fitri, Natal , dan Tahun Baru
i. Menyeimbangkan Produksi dengan Kebutuhan.
Untuk mengatasi peristiwa kenaikan harga-harga diperlukan Peranan
penting sektor produksi barang kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
jumlah produksi barang-barang kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan
daging sapi, pada saat terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat.
Peranan sektor produksi oleh Perusahaan Swasta maupun Perusahaan
Negara harus lebih tanggap terhadap peristiwa kenaikan harga karena
peristiwa kenaikan harga-harga terjadi berulang-ulang setiap tahunnya.
Serta peran pemerintah juga diperlukan dalam hal memonitor jumlah
konsumsi masyarakat dan jumlah kebutuhan daging masyarakat,
menerbitkan kebijakan impor bila masih kurang dalam penyediaan
kebutuhan daging bagi masyarakat dan mengawasi jalur distribusi daging
supaya lancar sehingga Kenaikan harga daging sapi masyarakat dapat
terkendali.
i
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kenaikan harga daging sapi dalam negeri dapat terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu yang pertama disebabkan karena permintaan yang relatif
tinggi terutama saat menjelang hari raya keagamaan, permintaan daging akan
semakin tinggi maka pasar akan menaikkan harganya sesuai teori penawaran.
Selain itu karena daging sapi merupakan kebutuhan protein dan merupakan
prioritas bagi masyarakat pada umumnya menyebabkan naiknya permintaan
sedangkan persediaan daging terbatas maka akan menyebabkan kenaikan harga
penyebab lain karena Terganggunya pasokan daging sapi di pasar dalam
negeri. menyebabkan permintaan masyarakat akan daging sapi yang berada di
suatu wilayah tertentu tidak sepenuhnya terpenuhi dan menyebabkan
persediaan daging sapi hanya terbatas sehingga menyebabkan kenaikan harga
pada daging sapi tersebut.Kurangnya efektivitas rumah potong hewan terutama
pada sapi lokal, rendahnya pengaturan sistem tataniaga daging sapi antar pulau,
serta mekanisme waktu pelaksanaan impor daging sapi yang belum tepat. Dan
penyebab terakhir karena adanya kebijakan swasembada daging yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pertanian No.19/Permentan/OT.140/2/2010 yang
menjelaskan tentang pengurangan pasokan sapi impor dan daging sapi impor.
i
2. Kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
Upaya stabilisasi harga melalui monitoring harga secara berkala, penataan
kembali jalur tata niaga sapi maupun daging sapi antar provinsi melalui
kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Melakukan
pengawasan yang intensif terhadap pergerakan harga-harga daging sapi pada
saat menjelang hari raya keagamaan, Memperbaiki sarana dan prasarana
transportasi agar sistem produksi dan sistem distribusi daging tidak terganggu,
Menyeimbangkan Produksi dengan Kebutuhan.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Artakusuma. 1991. Respon Permintaan Daging Sapi di DKI Jakarta. Tesis
Magister Sain Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 1990-2012. Laporan Susenas. Jakarta.
Ilham, Nyak. 2001. Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi Di
Indonesia. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan veteriner. Bogor
Hadiwijoyo, A. 2009. Analisis Permintaan dan Penawaran Domestik Daging Sapi
Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kariyasa, K. 2000. Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi Di Indonesia
Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi Swasembada Daging
Sapi 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Kusumawardani, I. 1993. Analisis Permintaan Daging Sapi pada Konsumen
Keluarga di Propinsi Jawa Timur. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Peternakan, IPB.
Bogor.
i
i