25
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI DI ERA GLOBALISASI 1. Pendahuluan Pada tahun 1998 Holton mengatakan bahwa globalisasi adalah satu kesatuan dunia atau komunitas manusia yang di dalamnya secara regional, nasional, dan elemen-elemen lokal diikat bersama dalam satu kesatuan yang saling mendukung (dalam Hong F, 2003). Globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan semua jaringan dengan tatanan global yang seragam dalam pola hubungan yang sifatnya penetratif, kompetitif, rasional dan pragmatis (Semiawan CR, 1997) dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam dimensi kebugaran, kesehatan, ekonomi dan budaya. Konsekuensinya adalah di dalam berbagai penyiapan sumber daya manusia (SDM) harus bersifat realistis karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa, yaitu kemampuan-kemampuan yang belum menjadi ciri budaya bangsa Indonesia, yang mementingkan keselarasan dan keserasian (Semiawan CR, 1997). Dalam menghadapi tantangan masa depan, perencanaan pengembangan profesional guru pendidikan jasmani dan lembaga pendidikan tenaga

Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

GURU PENDIDIKAN JASMANI DI ERA GLOBALISASI

1. Pendahuluan

Pada tahun 1998 Holton mengatakan bahwa globalisasi

adalah satu kesatuan dunia atau komunitas manusia yang di

dalamnya secara regional, nasional, dan elemen-elemen lokal diikat

bersama dalam satu kesatuan yang saling mendukung (dalam Hong F,

2003). Globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan

semua jaringan dengan tatanan global yang seragam dalam pola hubungan

yang sifatnya penetratif, kompetitif, rasional dan pragmatis (Semiawan CR,

1997) dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam dimensi kebugaran,

kesehatan, ekonomi dan budaya. Konsekuensinya adalah di dalam

berbagai penyiapan sumber daya manusia (SDM) harus bersifat realistis

karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan daya saing dan

prakarsa, yaitu kemampuan-kemampuan yang belum menjadi ciri budaya

bangsa Indonesia, yang mementingkan keselarasan dan keserasian (Semiawan

CR, 1997).

Dalam menghadapi tantangan masa depan, perencanaan

pengembangan profesional guru pendidikan jasmani dan lembaga pendidikan

tenaga kependidikan(LPTK) harus diubah dari yang berwawasan mikro

menjadi berwawasan makro, antisipatif, ekstrapolatif, dan strategik

(Depdikbud, 1995). Pendekatan makro berarti memperluas cakupan

wawasan dalam perencanaan pendidikan tenaga kependidikan dengan

meletakkan sistem pendidikan sebagai subsistem yang lebih luas,

yaitu sistem pembangunan ekonomi. Antisipatif berarti bahwa

perencanaan pendidikan tenaga kependidikan, termasuk guru pendidikan

jasmani, bertumpu kepada tantangan-tantangan yang akan terjadi di masa

depan, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Eksploratif berarti

bahwa dalam perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani harus

bertumpu kepada kenyataan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai

pada saat sekarang beserta permasalahannya. Memperhatikan ketiga

Page 2: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

pendekatan tersebut di atas, maka pendekatan strategik harus digunakan

untuk memilih alternatif rancangan yang paling menguntungkan dan efisien

dalam mencapai peran dan target yang telah ditetapkan (Depdiknas,

1995).

Ditinjau dari sudut profesi keguruan, tantangan yang paling besar

pada era globalisasi adalah adanya arus informasi yang semakin

cepat, semakin akurat, dan semakin beragam. Guru pendidikan jasmani

merupakan salah satu komponen utama dalam proses pendidikan. Oleh

sebab itu, berusaha memahami tantangan dan masalah yang akan

dihadapi oleh guru pendidikan jasmani pada masa depan merupakan

upaya yang baik dalam rangka untuk mengembangkan profesionalisme

guru pendidikan jasmani pada masa mendatang.

Permasalahan yang dihadapi guru pendidikan jasmani dewasa ini dan

pada masa yang akan datang adalah dapatkah guru pendidikan jasmani

mengangkat harkat dan martabat profesinya sehingga guru pendidikan

jasmani menjadi orang yang dapat digugu dan ditiru ?

2. Pembahasan

2.1 Percepatan Arus Informasi

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi

demikian cepat sehingga menimbulkan perubahan besar dalam arus

informasi. Perubahan itu tidak hanya dalam hal semakin canggihnya jenis,

sifat, dan volume informasi yang dapat diterima dan disimpan, tetapi juga

percepatan serta ketepatan informasi yang diolah dan ditransferkan.

Semuanya itu, sangat mempengaruhi corak dan prospek proses pendidikan,

peran guru, dan perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani.

Berkembangnya komunikasi dan teknologi modern, sumber

informasi, dan ilmu pengetahuan, maka nilai dan sikap menjadi lebih

kompleks. Selain orang tua dan guru, banyak sumber informasi lain yang

dapat diperoleh oleh siswa melalui berbagai media (cetak, pandang,

dengar, ataupun yang campuran), disengaja ataupun tidak disengaja,

Page 3: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

yang menjadi masukan (input) siswa dalam proses belajarnya, seperti:

mendengarkan radio, televisi, komunikasi langsung dengan teman,

komunikasi langsung dengan sumber pengetahuan yang lain (perpustakaan,

musium, internet, dan lain-lain)(Nurhadi MA, 1995).

Tantangan bagi pengembangan peran guru pendidikan jasmani

adalah bagaimana dapat membiasakan siswa untuk memahami sumber-

sumber informasi, mencari, menyeleksi, dan mengintegrasikan informasi

yang diperoleh dari sumber lain dengan yang diperoleh dari guru ataupun

yang berasal dari luar, untuk dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan

ketrampilannya dalam pendidikan jasmani.

2.2 Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu alat

untuk reflektif mengembangkan ilmu dalam bidang ilmu pendidikan yang

mencakup pengembangan kurikulum, pengembangan keahlian mengajar

ataupun praktik pembelajaran dalam berbagai bidang termasuk

pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat menumbuh kembangkan

berbagai kemampuan yang memiliki dampak pengiring (narturing effect)

untuk mewujudkan prakarsa, kreativitas, dan daya saing (Semiawan CR,

1997). PTK bertujuan meningkatkan berbagai kemungkinan pengatasan

masalah yang terkait dengan pendidikan dan pembelajaran yang dapat

menjadi jembatan untuk pengembangan ilmu pendidikan. PTK yang

meneliti kondisi dan situasi konkerit dalam kelas, meskipun akan

menghasilkan temuan kecil, namun temuan tersebut dapat memiliki dampak

yang besar bagi perbaikan proses pembelajaran.

Untuk itu, perspektif kehidupan kelas agar dihayati secara

sungguh- sungguh oleh guru pendidikan jasmani. Karena itu, guru

pendidikan jasmani agar mengadakan refleksi tentang tugasnya sehari-hari.

Perspektif kehidupan kelas dan perilaku guru pendidikan jasmani

bersumber dari kaidah-kaidah yang dianutnya dan terkait dengan

berbagai prinsip pembelajaran yang berpijak pada psikologi belajar yang

Page 4: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

kontemporer (konstruktivisme), yang menganut prinsip bahwa

perhatian tertuju kepada (1) siswa dan masalah yang relevan yang

muncul pada belajarnya siswa; (2) pemahaaman makna (verstehen) yang

tersirat pada ekspresi perilaku siswa yang bersumber dari pandangan serta

dari “inherent inner ability” ataupun berbagai interaksinya yang ia jalin

dengan manusia dan objek sekitarnya, di luar dari pada dirinya, dalam

membentuk (construct) “body of knowledge” pengetahuan tersebut; (3)

interpretasi berbagai ekspresi tersebut dalam belajar siswa dan dengan

mendalami evaluasi belajar dengan mengacu pada pembelajaran yang lebih

efektif.

Seorang guru pendidikan jasmani merupakan pelaku pendidikan

karenanya secara sengaja atau tidak sengaja, secara “volunter atau involunter,

intensional atau unintensional” selalu mempengaruhi kehidupan bathiniah

sesamanya. Untuk itu, setiap kali dalam pembelajarannya ditemukan

refleksi dari ahli didik, agar terjadi interaksi yang langsung pada bidang

ilmu pendidikan jasmani yang digeluti guru pendidikan jasmani dalam

praktiknya akan memperkaya serta mengembangkan ilmu, karena

mengandung dasar yang kuat apabila dilakukan dalam kontek PTK.

2.3 Peningkatan Peranan Guru Pendidikan Jasmani

Dalam mengantisipasi tantangan yang harus dihadapi dengan

masalah yang ada, maka upaya meningkatkan peran dan kualitas guru

pendidikan jasmani dalam proses belajar-mengajar perlu dilakukan.

Pertama, peningkatan pengajaran dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek) keolahragaan (Lawson HA, 2003).

Peningkatan itu dilakukan mulai dari jenjangpendidikan dasar

(SD dan SLTP),pendidikan iptek keolahragaan mulai diperkenalkan

dengan cara meningkatkan proporsi pengajaran yang memberikan dasar

pemahaman iptek keolahragaan dan mengintegrasikan kedalam mata

pelajaran pendidikan jasmani, termasuk kedalam buku pendidikan jasmani.

Kemudian pada tingkat SMA/SMK upaya tersebut perlu dilanjutkan dan

Page 5: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

dikembangkan dengan memberikan bekal kegairahan dan kemampuan

untuk melaksanakan penelitian sederhana di bidang iptek keolahragaan. Ini

berarti guru pendidikan jasmani tidak hanya diharapkan mampu

mengajarkan pendidikan jasmani saja, tetapi mempunyai penguasaan

terhadap wawasan pengetahuan iptek keolahragaan yang memadai,

mengintegrasikan pengajaran iptek keolahragaan kedalam bidang studi

pendidikan jasmani yang diajarkannya. Penguasaan pengetahuan iptek

tersebut akan dapat mendorong dan mendidik anak agar mampu

melaksanakan penelitian sederhana di bidang iptek pendidikan jasmani.

Tantangan ini dihadapi dan dituntut dalam rangka untuk mengembangkan

profesionalisme guru, termasuk guru pendidikan jasmani.

Kedua, penanaman nilai budaya masyarakat industri. Dalam

menghadapi persaingan global pada masa mendatang, penanaman nilai

budaya masyarakat industri perlu dirintis dan dilakukan oleh para guru

(Nurhadi, 1995), termasuk guru pendidikan jasmani pada semua jenjang

dan jenis pendidikan. Nilai budaya masyarakat industri, seperti: etos

kerja, penghargaan terhadap waktu, hidup berencana, wawasan

keunggulan, iptek, cinta kepada produk sendiri untuk menghidup

suburkan hasil produksi industri sendiri, kebiasaan menabung untuk

modal, dan kebiasaan kerja keras. Wawasan keunggulan memberikan

motivasi untuk berkompetisi secara terbuka dalam menghasilkan produk

dalam pasar global, baik melalui keunggulan komparatif ataupun

keunggulan kompetitif. Jika keunggulan kompetitif ini, dapat

dikembangkan di antara guru pendidikan jasmani, maka semangat untuk

berkompetisi dengan bangsa lain menjadi tinggi.

Ketiga, untuk meningkatkan proporsi partisipasi pendidikan yang

meningkat pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, peranan intervensi

guru (Nurhadi, 1995), termasuk guru pendidikan jasmani sangat

diperlukan. Intervensi ini dilakukan untuk memberikan motivasi dan

dorongan agar siswa dan masyarakat dapat menginvestasikan dirinya

dalam bidang pendidikan secara efektif dan efesien selaras dengan

Page 6: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

kebutuhan akan komposisi guru pendidikan jasmani yang diperlukan.

Keempat, perubahan peranan dari guru sebagai sumber informasi

menjadi guru sebagai fasilitator dan manager

informasi (Tirta, 1997). Dengan perkembangan komunikasi dan

teknologi modern, guru pendidikan jasmani tidak hanya memberikan

pelajaran, tetapi mengkoordinasikan berbagai sumber belajar untuk

kepentingan pengembangan materi pelajaran pendidikan jasmani bagi siswa.

Guru pendidikan jasmani, selain harus menguasai ilmu yang

diajarkannya, juga harus memberikan petunjuk tentang sumber informasi

lain yang dapat membantu siswa dalam memahami ilmu pengetahuan.

Untuk itu, guru pendidikan jasmani harus selalu mengikuti perkembangan

sumber informasi yang mungkin dan dapat diperoleh siswa, baik secara

sengaja ataupun tidak sengaja di sekolah dan di luar sekolah. Jika guru

pendidikan jasmani tidak dapat memperoleh isi informasi yang bersumber

dari luar sekolah karena terbatasnya fasilitas yang dimilikinya, sedidak-

tidaknya guru dapat menunjukkan kepada siswa agar sumber informasi itu

dapat dimanfaatkan.

Dalam peran sosialnya di masyarakat, seorang guru pendidikan

jasmani tidak lagi bisa sebagai sumber informasi yang mahatahu

tentang semua ilmu pengetahuan karena sumber informasi lain di

masyarakat yang menjadi rivalnya cukup banyak. Oleh sebab itu, peran

guru harus diubah menjadi agen pembaharu dan pengorganisasi perubahan-

perubahan di masyarakat. Ini berarti, bahwa guru pendidikan jasmani

selain harus menguasai bidang studi pendidikan jasmani, juga perlu

menguasai metodologi mencari sumber ilmu pengetahuan yang ada di

masyarakat. Seorang guru tidak lagi menggurui masyarakat, tetapi lebih

sebagai motivator, dan organisator masyarakat.

Jadi, peran guru pendidikan jasmani dalam era komunikasi dan

teknologi modern harus berubah dari peran sebagai seorang pengajar

menjadi seorang fasilitator ataupun seorang manager informasi.

Kelima, perubahan peranan guru dari penceramah menggurui

Page 7: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

menjadi pendengar yang emphatik (Tirta, 1997). Filosofi Tut Wuri

Handayani, yang menjadi dasar proses pendidikan belum menjadi

pengalaman nyata bagi siswa dan guru pendidikan jasmani. Guru tetap

mendominasi kegiatan belajar mengajar, kata- kata guru harus didengarkan

dan dipatuhi oleh semua siswa. Akan tetapi, siswa masa kini lebih

membutuhkan seseorang yang bersedia mendengarkan suara hati mereka.

Menjadi pendengar yang emphatik berarti berusaha “masuk” ke dalam

hati para siswa. Hasrat (mood) seorang guru hendaknya bertanya

(Socrates) dan mendengarkan jawaban-jawaban siswa yang beraneka

ragam tersebut. Dengan demikian, belajar berarti mencari alternatif-

alternatif pemecahan masalah.

Keenam, untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru

pendidikan jasmani dilakukan antara lain dengan memberikan kesempatan

untuk belajar, baik melalui program pendidikan dan pelatihan yang

bergelar ataupun tidak bergelar dalam jangka pendek atau jangka

panjang, ataupun melalui program tatap muka dan jarak jauh. Ini dapat

dilakukan dengan mengadakan program penyetaraan, baik yang bersifat

tatap muka ataupun dengan cara jarak jauh, serta penataran- penataran

singkat sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, diharapkan

nantinya semua guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar (SD) diharapkan

minimal berpendidikan serendah-rendahnya diploma dua (D2), guru

pendidikan jasmani Sekolah Menengah Pertama (SMP) serendah-

rendahnya berpendidikan Diploma Tiga (D3) dan guru

pendidikan jasmani SMA/SMK serendah-rendahnya

berpendidikan Strata Satu (S1) (Nurhadi, 1997; Tengah, 1995).

2.4 Perubahan Sikap Guru Pendidikan Jasmani

Pertama, perubahan sikap dari konservatif tradisional menjadi

progresif futuristik (Tirta, 1997). Ditinjau dari tugas pokoknya, guru

adalah insan konservatif. Guru sukar menerima perubahan dan

pembaharuan dalam proses belajar mengajar. Contohnya, setiap ada

Page 8: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

perubahan kurikulum dan pembaharuan sistem pembelajaran, hampir

semua guru mengeluh karena terpaksa harus mempelajari materi yang

baru, mengganti rencana pembelajaran, membuat soal- soal, dan membeli

buku pegangan baru. Seharusnya, guru berpandangan jauh ke masa depan

(futuristik). Orang belajar untuk masa depan, bukan untuk waktu yang sudah

lewat. Oleh karena itu, guru termasuk guru pendidikan jasmani hendaknya

merubah sikap konservatif tradisional menjadi bersikap dengan orientasi

masa depan (futuristik). Tugas guru adalah meregenerasi tatanan baru yang

lebih sesuai dengan tuntutan jaman.

Kedua, perubahan sikap dari belajar tentang pengetahuan menjadi

belajar untuk hidup. Secara psikologis, manusia belajar untuk

memuaskan hasrat (motivasi) ingin tahu. Sejak Francis Bacon (dalam Tirta,

1997) menyatakan bahwa “knowledge is power”, tujuan belajar adalah

terutama untuk meningkatkan taraf kehidupan atau belajar demi untuk hidup.

Hampir 2000 tahun yang lalu, seorang filosuf Roma bernama

Seneca (dalam Curm, 2003) menyatakan “non- scholae sed vitae

discimus” yang berarti jangan mengajar untuk sekolah, mengajarlah

untuk hidup. Pengetahuan diaplikasikan untuk menimbulkan

perubahan ke arah peningkatan martabat hidup. Olehkarena itu, setiap orang

di era globalisasi dituntut untuk memiliki pengetahuan spesifik-praktis.

Dengan memiliki pengetahuan spesifik praktis, maka akan dapat

meningkatkan daya saing dalam mencari lapangan pekerjaan.

Ketiga, perubahan sikap dari mengajarkan substansi kurikulum

menjadi mengajarkan metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu

pengetahuan tidak ada kebenaran monolitik. Kebenaran ilmiah berarti

kebenaran sementara atau kebenaran tentatif. Kebenaran yang justru

mempersilahkan untuk dibuktikan salah (Tirta, 1997). Dengan

menitikberatkan kepada metodologi ilmu pengetahuan guru tidak perlu

harus meliput materi kurikulum dari awal sampai dengan akhir. Ada

bagian-bagian tertentu yang dapat diserahkan kepada para siswa sendiri

untuk membahasnya. Perkembangan kecerdasan, emosi, sosial, dan

Page 9: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

moral, tidak dipandang sebagai dampak pengiring belaka, melainkan

dapat dibina secara sengaja dan terarah sehingga menjadi bagian dari

skenario dalam proses belajar- mengajar dalam pendidikan jasmani (Lutan,

2001).

2.5 Menciptakan Lingkungan Pendidikan Jasmani Yang Cerdas

Ada beberapa cara untuk menciptakan lingkungan pendidikan

jasmani yang cerdas, yakni (1) menciptakan lingkungan belajar dan

berlatih yang aman; (2) meningkatkan kehadiran; (3) mengajarkan

tanggungjawab personal dan sosial; (4) meningkatkan keberhasilan setiap

siswa; (5) menghargai dan menilai usaha dan peningkatan.

Barrette GT pada tahun 1993 (dalam Barrette, 2003)

menciptakan”Fit Sport Teaching and Coaching Model”, yakni model

ini secara konseptual didefinisikan sebagai sistem pengambilan

keputusan terpadu yang dirancang untuk mengaitkan tujuan program dan

hasilnya dengan tindakan rencana pelatihan dan pengajaran pendidikan

jasmani. Terpadu dimaksudkan bahwa empat criteria tersebut diterapkan

secara bersamaan pada setiap tingkat dan setiap saat saat peristiwa

pembelajaran pendidikan jasmani.

Pencapaian hasil terkait dengan tanggung jawab sosial dan

konsep diri menjadi positif. Konsep ini terdiri atas, empat kriteria

paedagogis, yaitu (1) waktu keterlibatan yang tinggi bagi setiap siswa; (2)

relevansi tugas setiap siswa terhadap hasil yang dicapai oleh individu

ataupun kelompok; (3) keseimbangan antara pengalaman belajar

berlomba dan bekerjasama; (4) menggunakan kesesuaian aktivitas yang

terkait selama praktik kelompok dan dalam keahlian.

Ketika kriteria tersebut di atas digunakan, maka akan dihasilkan

sebuah “good fit” untuk mencapai nilai-nilai positif bagi siswa

dalam pengalaman pendidikan jasmani dan olahraga

(Barrette, 2003). Strategi pembelajaran pendidikan jasmani yang

mencakup model strategi permainan yang digunakan secara langsung

Page 10: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

dirancang untuk memberikan informasi kepada siswa tentang peran

sosial dan personalnya serta tanggung jawab satu sama lain untuk

mengembangkan rasa kepemilikan dalam pengalaman pendidikan jasmani

dan olahraga.

2.6 Pengembangan Pendidikan Guru Pendidikan Jasmani

Dalam rangka mengantisipasi tantangan yang dihadapi pada masa

depan dan memperhatikan permasalahan yang dihadapi masa kini, maka

perlu dilakukan orientasi ulang terhadap upaya pengembangan

pendidikan guru pendidikan jasmani.

Pertama, hanya lulusan (out put) yang bermutu dapat

mempunyai nilai kompetitif tinggi (Sumantri HM, 1997). Lulusan yang

demikian ini, hanya dapat dihasilkan oleh tenaga guru pendidikan

jasmani yang sudah terampil serta mempunyai pengalaman di

lapangan yang didasari dengan konsepilmu pengetahuan

yang kuat. Proses pendidikan di LPTK, harus dikaitkan dan

disepadankan (link and match) dengan keterampilan praktik yang dialami di

dunia pendidikan yang sebenarnya. Kebutuhan untuk keterkaitan dan

kesepadanan ini menjadi sangat penting pada jenis-jenis pekerjaan seperti

guru pendidikan jasmani.

Kedua, untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan guru yang

berubah selaras dengan pergeseran struktur demografi ataupun kebutuhan

struktur tenaga kerja dan perkembangan iptek, maka upaya untuk

membuat sistem pendidikan guru yang lebih fleksibel yang mampu

menghadapi tantangan pasang surutnya kebutuhan akan guru pendidikan

jasmani yang diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sangat

diperlukan untuk menekan terjadinya pemborosan.

Pengembangan Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

(Penjaskes) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan diarahkan untuk

menghasilkan calon guru pendidikan jasmani yang mempunyai pengetahuan

dan keterampilan yang kuat di bidang pendidikan jasmani dan

Page 11: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

kemampuan metodologi pengajaran, serta mempunyai peluang pasar

yang lebih fleksibel dalam menghadapi perkembangan iptek, yang

diimplementasikan antara lain dalam bentuk pengembangan

kurikulum. Peningkatan kemampuan bidang studi pendidikan jasmani

dilakukan dengan mempertinggi bobot mata kuliah bidang studi,

sedangkan peningkatan metodologi pendidikan jasmani dilakukan

dengan meningkatkan intensitas kegiatan praktik mengajar. Selain itu

kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga lulusannya

memiliki fleksibilitas horizontal ataupu vertikal. Fleksibilitas

horizontal dengan maksud agar lulusan dapat mengajar lebih dari satu bidang

studi dalam satu rumpun. Ada pula pemikiran agar fleksibilitas horizontal

ini dapat memberikan kemampuan lain, selain profesi guru.

Sifat fleksibilitas vertikal dimaksudkan untuk memberikan

kemampuan profesional kepada calon guru pendidikan jasmani untuk dapat

mengajar, baik di SD, SMP ataupun SMA/SMK. Fleksibilitas dapat pula

diartikan memberikan kewenangan kepada Fakultas Pendidikan

Ilmu Keolahragaan dalam mengembangkan kurikulumnya sesuai

dengan variasi kebutuhan di daerah. Oleh karena itu, isi kurikulum

yang ditetapkan secara nasional hanya berkisar 60 sampai dengan 80

persen, sedangkan sisanya dapat dikembangkan sendiri oleh Fakultas Ilmu

Keolahragaan yang bersangkutan sebagai kurikulum muatan lokal.

Ketiga, mengingat sumber daya yang dapat disediakan oleh

pemerintah terbatas, sementara itu mutu harus ditingkatkan, maka

peranan swasta dan partisipasimasyarakat perlu juga ditingkatkan

untuk membantu upaya pengembangan lembaga pendidikan tenaga

kependidikan.

Upaya untuk mendapatkan bantuan dari masyarakat, pemberian

beasiswa, atau model sponsor, perlu juga dikembangkan guna menggali

dana dan sumber daya dari masyarakat. Menurut hasil penelitian uji coba

dari Coplaner 1995 (dalam Nurhadi, 1995), bahwa potensi sumber daya

masyarakat untuk menunjang program pendidikan masih cukup besar di

Page 12: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

semua lapisan masyarakat. Jadi, yang diperlukan adalah cara menggali dan

memanfaatkannya secara optimal sumber daya yang ada di

masyarakat tersebut.

Keempat, dengan meningkatnya jumlah penduduk di

perkotaan dan menurunnya jumlah penduduk di pedesaan, maka

pendekatan pemetaan sekolah dan kebutuhan guru termasuk guru

pendidikan jasmani yang selama ini dipergunakan perlu dirubah.

Perencanaan pendidikan guru termasuk guru pendidikan jasmani

diintegrasikan dengan sistem pemetaan pengembangan perkotaan

termasuk pemukiman penduduk pada masa mendatang.

Kelima, untuk mengisi kebutuhan akan guru pendidikan jasmani di

daerah terpencil dan di desa-desa yang semakin langka penduduknya,

perlu dirancang program pendidikan guru pendidikan jasmani yang

dapat menghasilkan guru pendidikan jasmani yang profesional yang dapat

menjadi tutor pada SLTP terbuka (Jalal, 1997).

Keenam, perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani

pada masa mendatang dituntut tidak hanya berorientasi kepada upaya

untuk memberikan kesempatan memperoleh pendidikan, tetapi bagaimana

dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu pada masa mendatang

(Lawson, 2003).

Ketujuh, pendidikan guru pendidikan jasmani memerlukan

biaya yang mahal, sementara itu keuntungan baliknya baru dapat

diperoleh beberapa tahun lagi (Nurhadi, 1997). Investasi di bidang

pendidikan pada masa depan akan dituntut seefisien mungkin. Ini berarti,

walaupun pendekatan tuntutan akan tenaga kerja dipergunakan dalam

perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani di jenjang pendidikan

tinggi, perlu estimasi besaran nilai balik dari investasi yang telah

dilakukan perlu dipertimbangkan.

3 Penutup

Guru pendidikan jasmani merupakan salah satu komponen utama

Page 13: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu, berusaha memahami tantangan

dan masalah yang akan dihadapi oleh guru pendidikan jasmani pada

masa depan merupakan upaya yang baik untuk mengembangkan

profesionalisme guru pendidikan jasmani di era globalisasi.

Peningkatan peranan dan pengembangan profesionalisme guru

pendidikan jasmani, di samping bergantung kepada program yang dibuat

dan dilaksanakan oleh pemerintah ataupun masyarakat, pada akhirnya

lebih banyak bergantung kepada inisiatif dan kemauan guru itu sendiri

untuk meningkatkannya. Tanpa kemauan dan penghayatan yang kuat

serta kecintaan yang mendalam terhadap profesi yang ditekuninya, maka

hampir dapat dipastikan akan susah terjadinya perkembangan suatu

profesionalisme.

Untuk mengantisifasi permasalahan yang dihadapi guru pendidikan

jasmani

di era globalisasi agar dapat mengangkat harkat dan martabat

profesinya, maka upaya untuk meningkatkan peranan dan

pengembangan profesionalisme guru pendidikan jasmani, merupakan

upaya yang perlu dilakukan secara bersama-sama baik oleh unsur

pemerintah, masyarakat, ataupun individu guru pendidikan jasmani

itu sendiri.

Page 14: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

DAFTAR PUSTAKA

Barrette GT. 2003. Sport and Integration Social. Paper in International

Conference on Sport and Sustainable Development, Yogyakarta.

Bart Crum. 2003. Physical Education and School Sport and the

Multiformity of Movement Culture. Paper in International

Conference on Sport and Sustainable Development, Yogyakarta.

Depdikbud. 1995. Program-Program Prioritas Pembangunan Pendidikan

Dalam Repelita VI, Jakarta.

Fasli Jalal. 1997. Identifikasi dan Pengembangan Indikator Kualitas Sumber

Daya manusia Dalam Kaitannya Dengan Pemberdayaan Pendidikan

Jasmani dan Olahraga di Lembaga Pendidikan. Makalah

disampaikan pada Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan

Olahraga, Bandung.

Ginanjar Kartasasmita. 1994. Pembangunan Sumber Daya Manusia.

Disampaiakan pada Rapat Kerja Depdikbud pada Rapat Kerja

Depdikbud Tahun 1994, Jakarta.

Hong F. 2003. Into The Future: Asian Sport and Globalization. Paper

in International Conference on Sport and Sustainable

Development, Yogyakarta.

Lawson HA. 2003. Empowering People and Advancing Community

Development: The Social Work of Sport, Exercise, and Physical

Education Programs. Paper in International Conference on Sport and

Sustainable Development, Yogyakarta.

Nurhadi MA. 1995. Masalah dan Tantangan Pendidikan Bagi

Perencanaan Pengembangan Guru dan Lembaga Pendidikan Guru.

Disampaikan pada Seminar Tentang Guru dan Pendidikan Guru,

Singaraja Bali.

Rusli Lutan. 2001. Pencarian Konsep dan Wilayah Bookman Old Style

Tubuh Ilmu Keolahragaan. Program Pendidikan Olahraga,

Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Semiawan CR. 1997. Keterkaitan Antara Lembaga Pendidikan

Page 15: Makalah Olahraga Pengembangan Profesionalisme Guru Penjas.doc

Tenaga Kependidikan (LPTK) Dengan Sekolah, Model

Alternatif Program Kemitraan Pengembangan Pendidikan

Guru pada EraGlobalisasi. Konsorsium Ilmu Pendidikan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Sumantri HM. 1997. Anak Perempuan Dalam Program Olahraga Di

Sekolah. Makalah disampaiakan pada Konferensi Nasional

Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Bandung.

Tengah DP. 1995. Guru Sekolah Suatu Kajian Emperik Terhadap

Permasalahan Guru. Makalah disampaikan dalam Seminar Guru

Dan Pendidikan Guru, Masalah dan Tantangan Pada Abad Ke 21,

STKIP, Singaraja.

Tirta N. 1997. Profesionalisme Guru (Suatu Tantangan Perubahan).

Makalah Studium General/Seminar Dalam Rangka Dies Natalis IV

dan Wisuda VII STKIP, Singaraja.