23
Fraktur Tertutup Femur Dextra 1/3 Proximal Sharon Lorisa Simamora (102011115)* PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyebab Fraktur adalah Trauma. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. 1 1.2 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui mengenai Penyakit pada muskuloskeletal 1.3 Hipotesis Fraktur Pada perempuan 65 tahun ini disebabkan oleh karena osteoporosis. 1.4 Butir Penting 1. Muskuloskeletal 2. Femur 3. Fraktur 4. Osteoporosis 1.5 Manfaat Memahami mengenai Fraktur pada Tulang. 1

Makalah PBL 14 fix.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah PBL 14 fix.docx

Fraktur Tertutup Femur Dextra 1/3 Proximal

Sharon Lorisa Simamora (102011115)*

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebab Fraktur adalah Trauma. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,

kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat

menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang

terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang

disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.1

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mengenai Penyakit pada muskuloskeletal

1.3 Hipotesis

Fraktur Pada perempuan 65 tahun ini disebabkan oleh karena osteoporosis.

1.4 Butir Penting

1. Muskuloskeletal

2. Femur

3. Fraktur

4. Osteoporosis

1.5 Manfaat

Memahami mengenai Fraktur pada Tulang.

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,

[email protected]

1

Page 2: Makalah PBL 14 fix.docx

PEMBAHASAN

SKENARIO VIII

Seorang wanita berusia 60 tahun, dbawa ke UGD RS dengan keluhan sangat nyeri

pada panggul kanan setelah jatuh si kamar mandi 2 jam yang lalu. Pasien tersebut terpeleset

sehingga terjatuh menyamping ke kiri dan pangkal paha kanan nya membentur lantai. Setelah

terjatuh, pasien tidak dapat bangun untuk berdiri atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik, tanda

– tanda vital dalam batas normal, tampak edema pada panggul kanan, ekstremitas bawah

sebelah kanan tampak lebih memendek dan berada pada posisi eksternal rotasi, sangat nyeri

saat di palpasi, tidak dapat digerakkan baik aktif maupun pasif.

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup

adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih

(karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi. Fraktur adalah patah tulang,

biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,

keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah

fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.1-3

Anamnesis

Untuk mengenal pasien dalam kasus seperti ini harus dilakukan pendekatan, misalnya

dengan anamnesa.

Dalam melakukan anamnesa, yang paling pertama harus kita lakukan adalah membina

hubungan yang baik dengan pasien. Seorang dokter harus memperlihatkan sikap

penerimaan terhadap pasien, seperti mengucapkan selamat pagi/siang/malam kepada

pasien, mempersilahkan pasien duduk dengan sopan, serta menampilkan keramahan sikap

dan wajah.

Anamnesis khusus, terdiri dari :

Keluhan utama

Merupakan keluhan atau gejala yang mendorong atau membawa penderita mencari

pertolongan.

Keluhan tambahan

Riwayat penyakit sekarang

Menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas. Yang biasa ditanyakan adalah

kapan terjadi fraktur, mekanisme terjadinya fraktur, penanganan pertama setelah trauma,

2

Page 3: Makalah PBL 14 fix.docx

dimana letak keluhan, faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. Trauma harus

diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma,

dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk

meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan

perut (Anamnesis sistem).

Riwayat pengobatan

Menggambarkan segala pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, riwayat penanganan

fraktur yaitu sudah pernah berobat atau ditangani dimana sebelumnya, bagaimana cara

penanganannya dan bagaimana hasilnya.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dapat

diketahui apakah pasien dulu pernah mondok, pernah mempunyai penyakit yang serius,

trauma, pembedahan.

Riwayat keluarga

Penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular, misalnya apakah

di dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus, apakah

mempunyai penyakit pada tulang.4

a. Pemeriksaan Fisik

Mula-mula menjelaskan secara singkat Pemeriksaan Fisik yang akan dilakukan, lalu

meminta inform consent secara lisan.

Keadaan umum:

Kesadaran

Tanda vital : Tensi, nadi, respirasi, suhu.

Status generalis

Pemeriksaan Ekstremitas5,6

Status lokalis

Regio Femur Dextra

Inspeksi (look)

Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal, angulasi, rotasi, dan pemendekan

Functio laesa (hilangnya fungsi)

Ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan

Palpasi (feel)

3

Page 4: Makalah PBL 14 fix.docx

Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di

bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal

cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.

Gerakan (move)

Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada tulang spongiosa atau tulang

rawan epifisis tidak terasa krepitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan karena

menambah trauma.

Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.

Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu

dilakukan, range of motion (derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan.5,6

b. Pemeriksaan Penunjang

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, seorang dokter perlu melakukan pemeriksaan

penunjang untuk memperkuat diagnosis

Laboratorium

Haemoglobin

Haematocrit

Leukosit

Trombosit

Radiologi

Pemeriksaan radiologi (rontgen) untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

Dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

Memuat dua sandi di proksimal dan distal fraktur

Memuat gambaran foto dua ekstermitas baik yang cedera maupun yang tidak terkena

cedera untuk membandingkan dengan yang normal (terutama pada anak-anak)

Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan2,5,6

c. Working Diagnosis

4

Page 5: Makalah PBL 14 fix.docx

Working Diagnosis ditentukan setelah pemeriksaan fisik dan penunjang dilaksanakan.

Dari seluruh hasil pemeriksaan dapat di tentukan working diagnosis ibu ini adalah Fraktur

tertutup femur dextra

Klasifikasi fraktur femur ada 2 tipe, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan

kapsula.

• Melalui kepala femur (capital fraktur)

• Hanya di bawah kepala femur

• Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

• Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar atau

yang lebih kecil atau pada daerah intertrokhanter.

• Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah

trokhanter kecil.5

Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas : complete, dimana

tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial).

Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:

1. Fissure/Crack/Hairline – tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat,

biasa terjadi pada tulang pipih

2. Greenstick Fracture – biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,

clavicula, dan costae

3. Buckle Fracture – fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam

Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:

a. Undisplace – fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya

b. Displace – fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:

* Shifted Sideways – menggeser ke samping tapi dekat

* Angulated – membentuk sudut tertentu

* Rotated – memutar

*Distracted – saling menjauh karena ada interposisi

* Overriding – garis fraktur tumpang tindih

* Impacted – satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

5

Page 6: Makalah PBL 14 fix.docx

Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur

dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan

fraktur terbuka. Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih

utuh. Sedangkan apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang

menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka,

yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang

yang patah sehingga cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.

Penyebab Fraktur adalah Trauma. Akibat trauma pada tulang tergantung pada

jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul

yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang

yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi

dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.1

Trauma dibagi menjadi dua, yaitu:

- Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan

posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda

keras (jalanan).

- Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya

jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

Selain itu, fraktur juga dapat bersifat patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan

oleh trauma minimal atau tanpa trauma yang dipicu oleh proses, misalnya akibat:

• Osteoporosis Imperfekta

• Osteoporosis

• Penyakit metabolik8

Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya

fungsi, tanda-tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal,

merah/perubahan warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai

juga dengan deformitas, dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta

krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui

keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi), pseudoartrosis dan gerakan abnormal.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga

perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan

diagnosis adalah pemeriksaan X-foto, yang harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu

anterior-posterior dan lateral. Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat ada

6

Page 7: Makalah PBL 14 fix.docx

tidaknya patah tulang, luas, dan keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga

berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang.

Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x

pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila

berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur

sampai terbukti lain. Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk

mencari bukti ada tidaknya:

1. Syok atau perdarahan

2. Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis atau visera

3. Penyebab predisposisi (misalnya penyakit paget)10

Dapat disimpulkan beberapa tanda pasti fraktur yaitu8-11

1. Shortening

2. Rotasi ekstremitas yang tidak normal

3. Angulasi

4. False movement yaitu ada gerak pada 2 fragmen tulang yang tidak memiliki

sendi

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan

daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :

• Peristiwa trauma tunggal

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan

atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang

terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara)

biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya;

penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai

kerusakan jaringan lunak yang luas.

Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada

tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan

lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.

7

Page 8: Makalah PBL 14 fix.docx

Kekuatan dapat berupa :

1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral

2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur

melintang

3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang

tetapi disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah

4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan

fraktur obliq pendek

5. Penarikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai

terpisah

• Tekanan yang berulang – ulang

Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda

lain, akibat tekanan berulang – ulang.

• Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah

(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada

penyakit Paget)9

d. Different Diagnosis

a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:

Fraktur leher femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering

pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses

penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur

subkapital, transervikal, dan basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi

panggul atau interkapsuler, fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak

ekstrakapsuler. Fraktur intrakapsuler umumnya sulit untuk mengalami pertautan

dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Pendarahan kolum yang

terletak intraartikular dan pendarahan kaput femur berasal dari proksimal a.

sirkumfleksa femoris lateralis melalui simpai sendi. Sumber perdarahan ini putus

pada fraktur intraartikular. Pendarahan oleh arteri di dalam ligamentum teres sangat

terbatas dan sering tidak berarti. Pada luksasi arteri ini robek. Epifisis dan daerah

8

Page 9: Makalah PBL 14 fix.docx

trokanter cukup kaya vaskularisasinya, karena mendapat darah dari simpai sendi,

periosteum, dan a. nutrisia diafisis femur. 9

Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya

penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung

terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak

langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah

Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri dengan

kanan. Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek

karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke kranial. Penderita

umumnya datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan terasa nyeri.

Umumnya penderita tidur dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan

eksorotasi serta memendek. Gambaran radiologis menunjukkan fraktur leher femur

dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput.

Kontraksi dan tonus otot besar dan kuat antara tungkai dan tubuh yang

menjembatani fraktur, yaitu m. iliopsoas, kelompok otot gluteus, quadriceps femur,

flexor femur, dan adductor femur menyebabkan terganggunya keseimbangan pada

garis fraktur. Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi

kokoh oleh pin pada fiksasi interna. Ditambah lagi, periosteum fragmen

intrakapsuler leher femur tipis sehingga kemampuannya terbatas dalam

penyembuhan tulang. Oleh karena itu, pertautan fragmen fraktur hanya bergantung

pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah ke kolum

dan kaput femur yang robek pada saat terjadinya fraktur.

b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR

Adalah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter

minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah

dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

Fraktur ini terjadi antara trokanter mayor dan minor. Sering terjadi pada

orang tua dan umumnya dapat bertaut dengan terapi konservatif maupun operatif

9

Page 10: Makalah PBL 14 fix.docx

karena perdarahan di daerah ini sangat baik. Terapi operatif memperpendek masa

imobilisasi di tempat tidur.

Penderita biasanya datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh

disertai nyeri yang hebat. Penderita terlentang di tempat tidur dengan tungkai

bawah eksorotasi dan terdapat pemendekan sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap

pergerakan. Pada bagian luar pangkal paha terlihat kebiruan akibat hematom

subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur daerah trokanter dengan leher femur

dalam posisi varus yang bisa mencapai 90O.

e. Komplikasi

Komplikasi dapat muncul dalam tahapan tertentu.

a. Komplikasi segera

1. Komplikasi lokal – dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah (hematom,

spasme arteri, dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan kerusakan

organ dalam.

2. Komplikasi sistemik – syok hemoragik. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps

kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.

b. Komplikasi awal

1. Komplikasi lokal – sekuele dari komplikasi segera, berupa nekrosis kulit,

gangren, trombosis vena, komplikasi pada persendian (artritis), dan pada

tulang (infeksi/osteomielitis). Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan

debridemen tidak memadai.

2. Komplikasi sistemik – emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus, delerium

tremens, crush syndrom.

Crush syndrom terjadi ketika otot yang hancur saat fraktur menghasilkan acid

myohaematin dan masuk ke pembuluh darah. Saat acid myohaematin masuk

ke tubulus ginjal, timbul sumbatan (acute tubular necrosis) sehingga terjadi

renal dialysis.

c. Komplikasi lanjut

1. Komplikasi pada persendian – dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi

persisten, penyakit sendi degeneratif pasca trauma.

10

Page 11: Makalah PBL 14 fix.docx

2. Komplikasi tulang – yakni penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed

union dan non union).

* Non union adalah keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah tulang

berhenti sama sekali dan penyembuhan patah tulang tidak akan terjadi

tanpa koreksi pembedahan. Non-union, lazim terjadi pada fraktur

pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan

interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu

memerlukan bone grafting dan fiksasi interna

* Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam posisi tidak

anatomis, bisa sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan angulasi, atau

sembuh dengan rotasi. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor

yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan

fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh

kombinasi gaya ini.

* Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang melebihi

waktu yang diharapkan, hal ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari

batas waktu yaitu umumnya 3-5 bulan.

3. Komplikasi pada otot – miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut

4. Komplikasi saraf – Tardy nerve palsy8-10

f. Penatalaksanaan

Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:

1. Stadium Pembentukan Hematom :

- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek

- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)

- Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam

2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :

- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur

- Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast

- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang

- Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang

- Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi

11

Page 12: Makalah PBL 14 fix.docx

3. Stadium Pembentukan Kallus :

- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)

- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur

- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu

- Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi

4. Stadium Konsolidasi :

- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu

- Secara bertahap menjadi tulang mature

- Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan

5. Stadium Remodeling :

- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur

- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast

- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan

tulang.

Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mencakup: usia, lokasi

dan jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan pada fragmen fraktur,

pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai (seperti diabetes mellitus),

derajat trauma, gap antara ujung fragmen dan pendarahan pada lokasi fraktur. 8

Penatalaksanaan secara Umum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan

terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation),

apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting

ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam.

Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai

dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat

pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

Penatalaksanaan Kedaruratan

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur

dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting

untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.

12

Page 13: Makalah PBL 14 fix.docx

Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat

dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk

mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat

menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari

gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting

untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen ,tulang. Daerah yang cedera

diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang

kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga

dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak

sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat

dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal

cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah

kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan

bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di

atas.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan

lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien

mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai

digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.1

Pertolongan pertama perdarahan dari fraktur femur, terbuka atau tertutup, adalah antara 2

sampai 4 unit (1-2 liter). Jalur intravena perlu dipasang dari darah dikirim ke laboratorium

untuk pemeriksaan hemoglobin dan reaksi silang. Jika tidak terjadi fraktur lainnya,

kemungkinan transfusi dapat dihindari, tetapi bila timbul trauma lainnya, 2 unit darah perlu

diberikan segera setelah tersedia.

Fraktur terbuka biasanya terbuka dan dalam/luar dengan luka di sisi lateral atau depan paha.

Debridemen luka perlu dilakukan dengan cermat dalam ruang operasi dan semua benda asing

diangkat. Jika luka telah dibersihkan secara menyeluruh setelah debridemen luka dapat

ditutup; tetapi bila terkontaminasi, luka lebih baik dibalut dan dirawat dengan jahitan primer

yang ditunda (delayed primary suture). Antibiotika dan antitetanus sebaiknya diberikan,

seperti pada setiap fraktur terbuka.12

13

Page 14: Makalah PBL 14 fix.docx

Prognosis

Prognosis dari fraktur femur tertutup 1/3 proximal dextra adalah baik jika fraktur ditangani

dengan tepat dari recognition, reposisi, retaining, hingga rehabilitasi. Seringkali prognosis

memburuk jika fraktur disertai gangguan vaskularisasi, atau dalam tahapannya tidak sesuai

prosedur yang benar.

Kesimpulan

Hipotesa diterima

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma, baik trauma langsung ataupun

trauma yang tidak langsung. Fraktur dapat juga diakibatkan oleh patogenesis dari

proses osteoporosis.

Fraktur dapat dibedakan menjadi fraktur terbuka ataupun fraktur tertutup berdasarkan

ada atau tidaknya luka di permukaan kulit akibat fraktur.

Fraktur pada femur dibedakan pada 3 bagian, yaitu bagian 1/3 proksimal, 1/3 tengah,

dan 1/3 distal.

Fraktur femur distal dapat berifat intra artikular bila fraktur terjadi di bagian kondilar.

Pengenalan akan tanda-tanda pasti fraktur dapat membantu proses diagnosa fraktur

dan dipastikan dengan pemeriksaan radiologi 2 posisi dan 2 sendi. Recognation dini

akan membantu penatalaksanaan sesegera mungkin dan dapat teratasi sebisa mungkin

dalam periode emas (0-6 jam setelah trauma).

Fraktur memiliki prognosis yang baik dengan penanganan yang tepat dan segera.

Fraktur pada anak-anak memiliki prognosis yang lebih baik daripada anak-anak

karena pada masa anak-anak, pertumbuhan tulang sedang terjadi dan mempercepat

proses penyembuhan pada fraktur.

14

Page 15: Makalah PBL 14 fix.docx

Daftar Pustaka

1. Bucholz RW, Heckman JD, Court-brown CM. Rockwood and green’s fractures in

adults volume 1. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2006; pg 910-987.

2. Dudley HAF. Hamilton bailey’s emergency surgery. 11th ed. Great Britain: John

Wright & Sons, 1986; pg 782-806.

3. Sylvia AP, Lorrain MW. Pathophysiology: clinical concepts of disease processes

volume 2. 6th ed. Canada: Elsevier Science, 2002; pg 1357-73

4. Anamnesis fraktur. Info fisioterapi. Diunduh dari:

http://www.infofisioterapi.com/info/anamnesis-fraktur.html pada 22 Maret 2013.

5. Blundell A, Harrison R. OSCEs at a Glance. 1st ed. UK: Wiley-Blackwell, 2009 pg

130-41.

6. Widiharso, Wahyu Eko. Patah tulang collum femur. 2011. Diunduh dari:

http://www.dokterbedahtulang.com/?mn=101&id=13

7. Rasjad, C. Buku pengantar ilmu bedah ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar:

2007. pp. 352-489

8. Djuwantoro, Dwi. Fraktur batang femur. Alumnus Universitas Sebelas Maret,

Surakarta,Indonesia.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16FrakturBatangFemur120.pdf/

16FrakturBatangFemur120.html

9. Reksoprodjo, Soelarto. Penanganan patah tulang. 2010. Kumpulan Kuliah

Prof.Soelarto Reksoprodjo. http://www.dokterbedahtulang.com/?mn=101&id=11

10. Sya’banawati, Johana. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi pasca operasi fraktur

femur 1/3 distal dextra dengan pemasangan plate and screw. Surakarta: Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008

1.

15