27
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi). Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Hubungan Manusia Dengan Agama”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada : 1. Pengertian Agama 2. Konsepsi Agama 3. Hubungan Agama Dan Manusia 4. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial C. Tujuan Penulisan Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAgama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

B. Rumusan MasalahAdapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Hubungan Manusia Dengan Agama”.Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :1. Pengertian Agama2. Konsepsi Agama3. Hubungan Agama Dan Manusia4. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial

C. Tujuan PenulisanPada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui pengertian agama2. Untuk mengetahui Konsepsi agama3. Untuk mengetahui Hubungan agama dengan manusia4. Untuk mengetahui bahwa agama adalah pedoman tata sosial manusia

D. Metode PenulisanDalam proses penyusunan makalah ini menggunakan motede heuristic. Metode yaitu proses pencarian dan pengumpulan sumber-sumber dalam melakukan kegiatan penelitian. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan. Selain itu, penyusunan juga menggunakan studi literatur sebagai teknik pendekatan dalam proses penyusunannya.

E. Sestimatika Penulisan

Page 2: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut :Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memeparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.Bagian Kedua yaitu pembahasan. Pada bagian ini merupakan bagaian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan.Bagian ketiga yaitu Kesimpulan. Pada Kesempatan ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.

BAB IIHUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA

A. Pengertian AgamaAgama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965).Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi.Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain :a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.

B. Konsepsi Agama

Page 3: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :ومبين عد لكم انه الشيطن خطوت والتتبعوا كافة السلم فى امنواادخلوا الدين يايها

Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh, keseluruhan (jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara). Beliu telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan kapanpun beliu adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah mahdlah (habluminallah) dan ghair mahdlah (hablumminanas).Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, zdikir, dan beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliu menampilkan sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan prilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai contoh-contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam mempedomani islam sebagai agamanya.

C. Hubungan Agama Dan ManusiaKondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya.Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri.Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi). Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu

Page 4: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.

D. Agama Sebagai Petunjuk Tata SosialRosulullah SAW bersabda : “Innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat. Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.

BAB IIIKESIMPULAN

Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan.Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968.Bakar Atjeh, Abu. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968.Hasan, Ali H.M. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama Islam. 1994/1995.Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003.

Page 5: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

Penyusun : M. Ridwan, 2008

MAKALAH AGAMA Implementasi Iman dan Taqwa Dalam Kehidupan Modern

KATA PENGANTARPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi Iman dan Takwa dalam

Kehidupan Modern” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang

berhubungan dengan agama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah

Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada

rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam

hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam kehidupan

modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Penulis

Kelompok 1

Page 6: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Modern

BAB II

MASALAH

2.1 Rumusan Masalah

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Problematika tantangan dan resiko dalam kehidupan modern

2.2 Peran iman dan takwa dalam menjawab problema tantangan kehidupan modern

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Modern

Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya

taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat

islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya

menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari

raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam

kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan

hidup manusia (ibadah).

Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi

taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan

dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang

beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya

dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman

kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”,

maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang

muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak

merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan

menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya

dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai

pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi

agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam

ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena

manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga

pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya.

Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya

berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti

selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam

kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam

Page 8: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam

kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat

menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan

seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan

beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah

karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim

menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun.

Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti

puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang

mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama muslim yang bersangkutan

belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai,

dan yang kedua ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis

sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam

membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba

boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus

dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan

pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan,

penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak lalu

direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa,

jika penglihatan atau pendengaran tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama

maka akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut kotor,

dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah kotor

tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat

plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarang

agama sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga

mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan seorang

muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik

bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini,

untuk dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian sebagai

sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan setelah kematian

menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat

singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti

menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi

segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-

Page 9: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”,

menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.

BAB II

MASALAH

2.1 Rumusan Masalah

1. Jelaskan problematika Tantangan dan Resiko dalam Kehidupan Modern

2. Jelaskan peran iman dan taqwa dalam menjawab problem dan tantangan kehidupan modern.

Page 10: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Problematika tantangan dan resiko dalam kehidupan modern

Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak negatif

(residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak terjadinya pencemaran

lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan, munculnya beberapa penyakit, sehingga

belum lagi dalam peningkatan yang makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global

akibat akibat rumah kaca.

Tidakkah kita belajar dari pohon, daun yang gugur karena sudah tua apakah tidak

menjadikan residu yang merugikan tetapi justru bermanfaat bagi kesuburan pohon itu sendiri, ini

menyiratkan perlunya teknologi yang ramah lingkungan dan meminimalisasi dampak lingkungan

Page 11: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

yang di timbulkannya. manusia juga tidak melihat di dalam kegelapan seperti kelelawar, namun akal

manusia yang dapat menciptakan lampu, untuk mengatasi kelemahan itu.

Manusia tidak mampu lari seperti kuda dan mengangkat benda-benda berat seperti sekuat

gajah, namun akal manusia telah menciptakan alat yang melebihi kecepatan kuda dan sekuat gajah.

Kelebihi manusia dengan mahkluk lain adalah dari Akalnya. Sedangkan dalam bidang ekonomi

kapitalisme-kapitalisme yang telah melahirkan manusia yang konsumtif, meterialistik dan

ekspoloitatif.

Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya

taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat

islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya

menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari

raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam

kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan

hidup manusia (ibadah).

Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi

taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan

dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang

beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya

dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman

kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”,

maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang

muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak

merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan

menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya

dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai

pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi

agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam

ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena

manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga

pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya.

Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya

berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti

Page 12: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam

kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam

kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam

kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat

menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan

seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan

beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah

karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim

menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun.

Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti

puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang

mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama muslim yang bersangkutan

belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai,

dan yang kedua ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis

sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam

membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba

boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus

dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan

pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan,

penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak lalu

direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa,

jika penglihatan atau pendengaran tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama

maka akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut kotor,

dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah kotor

tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat

plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarang

agama sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga

mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan seorang

muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik

bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini,

untuk dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian sebagai

sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan setelah kematian

menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat

singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti

Page 13: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi

segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-

Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”,

menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.

Problem dalam Hal Ekonomi

Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo economicus,

yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai

homo religious yang erat dengan kaidah – kaidah moral, Setuju?

Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil – kecilnya

dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah membuat manusia menjadi

makhluk konsumtif yang egois dan serakah (saya sendiri mengakuinya).

Problem dalam Bidang Moral

Dalam hal ini bersamaan dengan maraknya globalisasi masuklah sedikit demi sedikit yang

lama – lama menjadi bukit, yaitu faham liberalisme dalam bentuk kebebasan berekspresi melalui

teknologi informasi hasil rekaan manusia sendiri.

Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi, setuju? Ini tidak lain

hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan – ikatan

nilai moralitas agama yang menyebabkan manusia Indonesia pada khususnya selalu “berkiblat”

kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.

Problem dalam Bidang Agama

Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada faham Sekulerisme

yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan agama. Hal yang demikian

akan menimbulkan apa yang disebut dengan split personality di mana seseorang bisa berkepribadian

ganda. Misal pada saat yang sama seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.

Problem dalam Bidang Keilmuan

Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak kepemikirannya yang

pada kehidupan modern ini adalah menganut faham positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang

rasional, empiris, eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan

benar apabila telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal ini tidak

seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang kadang kala kita harus menerima

Page 14: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

kebenarannya dengan menggunakan keimanan yang tidak begitu poluler di kalangan ilmuwan –

ilmuwan karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya. Anda merasakan itu?

Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah falsifikasi. Apa itu?

Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika ada penemuan baru yang

lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak belakang dengan bidang keagamaan.

Jika anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda temukan banyak ilmuwan yang telah

menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari masalah – masalah dalam bidang

keilmuan yang telah tersebut di atas.

Kalau bersama – sama kita telah melihat sebagian kecil dari beberapa bagian besar

problematika dalam kehidupan kita saat ini, apa yang sebaiknya menjadi solusi bersama dalam

meningkatkan ketahanan tubuh Negara kita terhadap prediksi – prediksi kehancuran moral bangsa

Indonesia akibat dari kekurangselektifan kita terhadap apa yang namanya Westernisasi?

2.2 Peran iman dan takwa dalam menjawab problema tantangan kehidupan modern

Peran iman dan taqwa di dalam problem dan tantangan kehidupan moderen adalah suatu

masalah besar yang harus di hadapi oleh setiap orang (Manusia) karna seperti yang kita lihat selama

ini semakin bertambahnya Zaman pasti akan ada perubahan! baik dalam segi moral, agama, budaya,

maupun dalam segi sosial kehidupan di dalam masyarakat. Dan yang paling utama dalam segi

agama, kepercayaan dan keyakinan sehingga dalam segi iman dan taqwapun berkurang.

Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok

manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak

memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan

dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang

memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis

Page 15: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman

adalah surat al-Fatihah ayat 1-7.

2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang

tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin

sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan

mati adalah firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78.

3. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang

yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak

segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan

memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman

Allah dalam QS. Hud/11:6.

4. Iman memberikan ketenteraman jiwa.

Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan.

Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan jiwanya

tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ar-Ra’d/13:28.

5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan

dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.

6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali

keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya,

baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam

QS. al-An’am/6:162.

7. Iman memberi keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan

mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang

yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.

Page 16: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

8. Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin

dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang

dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak

dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak

lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang

melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam

hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah

otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa

manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur

hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh

(keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka keadaan ini dapat

dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu, orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan

mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes dan kanker.

Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas moral dan akhlak,

merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat Allah, maka orang

yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan

tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh

yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon

dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh

manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta

hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar

kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan yang mendorong dan

membentuk sikap dan perilaku hidup.

Page 17: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULANIman dan taqwa sangat penting dalam kehidupan modern, jika dalam kehidupan modern

yang serba canggih tidak menghiraukan lagi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah maka akan

banyak timbul problem dan tantangan yang terjadi, baik dibidang ekonomi, social, agama, maupun

keilmuan itu sendiri.

Iman dan taqwa juga mempunyai peran penting dalam kehidupan dunia modern, dalam

kehidupan modern yang serba cepat sering kali memicu timbulnya stress dan berbagai penyakit.

Iman dan taqwa mempunyai peran antara lain:

1) Iman dan taqwa melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda,

2) Iman dan taqwa menanamkan semangat berani menghadap maut

3) Iman dan taqwa menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.

4) Iman dan taqwa memberikan ketenteraman jiwa.

Page 18: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

5) Iman dan taqwa mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).

6) Iman dan taqwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.

7) Iman dan taqwa memberi keberuntunganIman mencegah penyakit

DAFTAR PUSTAKAImtihana,aida.dkk.2009.Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam

Untuk Perguruan Tinggi Umum.Palembang:Universitas Sriwijaya.

Labay,Mawardi.2000.Zikir dan Do’a Iman Pengaman Dunia.Jakarta:Al Mawardi Prima

http://google.search./implementasi.imandantaqwa .com

Page 19: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

Makalah Pendidikan Agama Islam:

IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA

DALAM KEHIDUPAN MODERN

DISUSUN OLEH :

1. ANDI IRWAN (0232090004)

2. ALMASDAR MASJIDIN (0232090038)

3. HASDAR (0232090003)

Page 20: MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA.docx

4. AHMAD NUZLAN (0232090053)

5. RUDIYANSI P. (0232090050)

6. ANDI MUH. NUR FAJAR (0232090027)