Upload
diansyahar
View
321
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................. 1
Daftar Isi ........................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 3
I.2. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 3
I.3. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 3
I.3. Tujuan ............................................................................................................. 3
I.3. Manfaat ........................................................................................................... 3
I.3. Sistematika ...................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
II.1. IP Address ....................................................................................................... 4
II.2. Pengertian Subnetting ..................................................................................... 4
II.3. Konversi Dari Biner Ke Desimal Dan Sebaliknya ......................................... 4
II.4. Cara Penghitungan .......................................................................................... 5
II.5. Alamat Broadcast ............................................................................................ 8
II.6. Subnetting ....................................................................................................... 8
II.7. Cara Pembentukan Subnet .............................................................................. 9
II.8. Cara Perhitungan Subnet Berdasarkan Jumlah Host .................................... 10
BAB III Penutup
III.1. Kesimpulan ................................................................................................... 11
1
BAB I
Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Komunikasi data dalam suatu jaringan membutuhkan suatu aturan tertentu sehingga
computer-komputer yang terhubung dapat saling terjadi proses komunikasi data. Dalam istilah
jaringan computer, aturan tersebut disebut sebagai protocol. Biasanya protocol yang di design di
peruntukkan untuk jenis system operasi tertentu. Misalnya Ms. Windows membuat protocol
NetBUI,Novel Netware membuat protocol IPX/SPX dan sebagainya.
Untuk dapat saling berkomunikasi data dalam suatu jaringan dibutuhkan protocol yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai jenis System Operasi di atas. Protokol yang dapat
diimplementsikan pada berbagai macam System Operasi adalah protocol TCP/IP. Dengan adanya
protocol TCP/IP komunikasi antara Ms. Windows dan Novel Netware dapat dilakukan.
I.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang akan dianalisa dan dibahas pada tugas makalah ini adalah mengenai
Subnetting dan IP Address. Karena penulis menyadari bahwa Subnetting dan IP Address ini sangat
penting diperhatikan pada pengalamatan suatu jaringan.
I.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membatasi
masalah:
1. Penulis melakukan penelitian dengan penghitungan IP berdasarkan kelas-kelasnya.
2. Penulis melakukan penelitian dalam menentukkan alamat IP tersebut. Termasuk alamat
subnet atau IP Address.
1.4 Tujuan
Dapat memeahami mengenai alamat IP beserta kelas-kelasnya.
1.5 Manfaat
Dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi sejumlah
pembaca tentang IP Address dan Subnetting.
1.5 Sistematika
1. mencari informasi
2. mengumpulkan informasi
3. menyusun informasi
4. mempelajari kembali
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. IP Addresses
Alamat IP adalah alamat yang digunakan untuk secara unik mengidentifikasi perangkat pada
jaringan IP. Alamat terdiri dari 32 bit biner yang dapat dibagi menjadi bagian jaringan dan bagian
host dengan bantuan sebuah subnet mask. Biner 32 bit dipecah menjadi empat octets (1 octet = 8 bit).
Setiap oktet dikonversi ke desimal dan dipisahkan oleh titik (dot). Untuk alasan ini, sebuah alamat IP
dikatakan dinyatakan dalam format desimal bertitik (misalnya, 172.16.81.100). Nilai dalam setiap
oktet berkisar 0-255 desimal, atau 00.000.000-11.111.111 biner.
II.2. Pengertian Subnetting
Subnetting adalah proses membagi atau memecah sebuah network menjadi beberapa network
yang lebih kecil atau yang sering di sebut subnet. Subnetting adalah sebuah teknik yang
mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang
tersedia dengan lebih efisienTeknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak
dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur.
Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis
sesuai kebutuhan. Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan
bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili netword ID dan bagian mana
yang mewakili host ID.
Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia;
8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting mengizinkan
anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai network ID.
II.3. Konversi dari Biner Ke Desimal dan Sebaliknya
Ini adalah bagaimana mengkonversi oktet biner ke desimal: Hak paling sedikit, atau paling tidak
significant bit, dari oktet memegang nilai 2 0. Bit hanya untuk di sebelah kiri yang memegang nilai 2
1. Ini berlanjut hingga paling kiri bit, atau bit yang paling signifikan, yang memegang nilai 2 7. Jadi,
jika semua bit biner satu, setara desimal akan 255 seperti yang ditunjukkan di sini:
1 1 1 1 1 1 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1 (128 +64 +32 +16 +8 +4 +2 +1 = 255)
Berikut adalah contoh konversi oktet bila tidak semua bit di set ke 1.
0 1 0 0 0 0 0 1
0 64 0 0 0 0 0 1 (0 +64 +0 +0 +0 +0 +0 +1 = 65)
Dan ini adalah contoh menunjukkan alamat IP diwakili di kedua biner dan desimal.
10. 10. 1. 1. 23. 23. 19 (desimal)
3
00001010.00000001.00010111.00010011 (binary)
Oktet ini dipecah untuk menyediakan skema pengalamatan yang dapat mengakomodasi jaringan
besar dan kecil. Ada lima kelas yang berbeda jaringan, A sampai E. Dokumen ini berfokus pada
kelas-kelas pengalamatan A ke C, karena kelas-kelas D dan E yang dilindungi undang-undang dan
diskusi di antara mereka berada di luar cakupan dokumen ini.
* Catatan: Perlu diketahui juga bahwa istilah "Kelas A, Kelas B" dan seterusnya digunakan dalam
dokumen ini untuk membantu memfasilitasi pemahaman pengalamatan IP dan subnetting. Istilah-
istilah ini jarang digunakan dalam industri lagi karena pengenalan tanpa kelas interdomain routing
(CIDR).
II.4. Cara Penghitungan
Diberikan sebuah alamat IP, kelasnya dapat ditentukan dari tiga bit orde tinggi. Menunjukkan
signifikansi dalam urutan tiga bit tinggi dan kisaran alamat yang termasuk dalam masing-masing
kelas. Untuk tujuan informasi, Kelas D dan Kelas E alamat juga ditampilkan.
Dalam Kelas A address, octet pertama adalah bagian jaringan, sehingga Kelas A memiliki alamat
jaringan utama 1.0.0.0 - 127.255.255.255. Oktet 2, 3, dan 4 (waktu 24 bit) adalah untuk manajer
jaringan dibagi menjadi subnet dan host ketika ia / ia melihat cocok. Alamat Kelas A digunakan
untuk jaringan yang memiliki lebih dari 65.536 host (sebenarnya, sampai dengan 16.777.214 host!).
Dalam sebuah alamat Kelas B, dua oktet pertama adalah bagian jaringan, sehingga Kelas B
contoh pada Gambar 1 memiliki alamat jaringan utama 128.0.0.0 - 191.255.255.255. Octets 3 dan 4
(16 bit) adalah untuk subnet dan host lokal. Class B Alamat kelas B digunakan untuk jaringan yang
memiliki antara 256 dan 65.534 host.
Dalam Kelas C address, tiga octet pertama adalah bagian jaringan. Kelas C contoh dalam Gambar
1 mempunyai alamat jaringan utama 192.0.0.0 - 233.255.255.255. Octet 4 (8 bit) adalah untuk subnet
dan host lokal - sempurna untuk jaringan dengan kurang dari 254 host. Pada setiap kelas angka
pertama dengan angka terakhir tidak dianjurkan untuk digunakan karena sebagai valid host id,
misalnya kelas A 0 dan 127, kelas B 128 dan 192, kelas C 191 dan 224. ini biasanya digunakan
untuk loopback addresss.
Catatan :
• alamat Network ID dan Host ID tidak boleh semuanya 0 atau 1 karena jika semuanya angka biner 1
: 255.255.255.255 maka alamat tersebut disebut floaded broadcast
• alamat network, digunakan dalam routing untuk menunjukkan pengiriman paket remote network,
contohnya 10.0.0.0, 172.16.0.0 dan 192.168.10.0.
Dari gambar dibawah ini perhatikan kelas A menyediakan jumlah network yang paling sediikit
namun menyediakan host id yang paling banyak dikarenakan hanya oktat pertama yang digunakan
untuk alamat network bandingkan dengan kelas B dan C.
Untuk mempermudah dalam menentukan kelas mana IP yang kita lihat, perhatikan gambar
dibawah ini. Pada saat kita menganalisa suatu alamat IP maka perhatikan octet 8 bit pertamanya.
Pada kelas A : 8 oktet pertama adalah alamat networknya, sedangkan sisanya 24 bits merupakan
4
alamat untuk host yang bisa digunakan. Jadi admin dapat membuat banyak sekali alamat untuk
hostnya, dengan memperhatikan
2 24 – 2 = 16.777.214 host
N ; jumlah bit terakhir dari kelas A
(2) adalah alamat loopback
Pada kelas B : menggunakan 16 bit pertama untuk mengidentifikasikan network sebagai bagian dari
address. Dua octet sisanya (16 bits) digunakan untuk alamat host
2 16 – 2 = 65.534
Pada kelas C : menggunakan 24 bit pertama untuk network dan 8 bits sisanya untuk alamat host.
2 8 – 2 = 254
Nomor IP terdiri dari 32 bit yang didalamnya terdapat bit untuk NETWORK ID (NetID) dan
HOST ID (HostID). Secara garis besar berikut inilah pembagian kelas IP secara default
Network Masks Untuk pengelompokan pengalamatan, selain nomor IP dikenal juga netmask atau
subnetmask. Yang besarnya sama dengan nomor IP yaitu 32 bit. Ada tiga pengelompokan besar
subnet mask yaitu dengan dikenal, yaitu 255.0.0.0 , 255.255.0.0 dan 255.0.0.0.
Sebuah jaringan topeng membantu Anda mengetahui bagian alamat mengidentifikasi jaringan dan
bagian yang mengidentifikasi alamat simpul. Kelas A, B, dan C jaringan memiliki standar masker,
juga dikenal sebagai masker alami, seperti yang ditunjukkan di sini:
Kelas A: 255.0.0.0
Kelas B: 255.255.0.0
Kelas C: 255.255.255.0
Gabungan antara IP dan Netmask inilah pengalamatan komputer dipakai. Kedua hal ini tidak bisa
lepas. Jadi penulisan biasanya sbb :
IP : 202.95.151.129
Netmask : 255.255.255.0
Suatu nomor IP kita dengan nomor IP tetangga dianggap satu kelompok (satu jaringan) bila IP
dan Netmask kita dikonversi jadi biner dan diANDkan, begitu juga nomor IP tetangga dan Netmask
dikonversi jadi biner dan diANDkan, jika kedua hasilnya sama maka satu jaringan. Dan kita bisa
berhubungan secara langsung.
Ketika kita berhubungan dengan komputer lain pada suatu jaringan, selain IP yang dibutuhkan
adalah netmask. Misal kita pada IP 10.252.102.12 ingin berkirim data pada 10.252.102.135
bagaimana komputer kita memutuskan apakah ia berada pada satu jaringan atau lain jaringan? Maka
yang dilakukan adalah mengecek dulu netmask komputer kita karena kombinasi IP dan netmask
menentukan range jaringan kita.
5
Jika netmask kita 255.255.255.0 maka range terdiri dari atas semua IP yang memiliki 3 byte
pertama yang sama. Misal jika IP saya 10.252.102.12 dan netmask saya 255.255.255.0 maka range
jaringan saya adalah 10.252.102.0-10.252.102.255 sehingga kita bisa secara langsung
berkomunukasi pada mesin yang diantara itu, jadi 10.252.102.135 berada pada jaringan yang sama
yaitu 10.252.102 (lihat yang angka-angka tercetak tebal menunjukkan dalam satu jaringan karena
semua sama).
Dalam suatu organisasi komersial biasanya terdiri dari beberapa bagian, misalnya bagian
personalia/HRD, Marketing, Produksi, Keuangan, IT dsb. Setiap bagian di perusahaan tentunya
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Dengan beberapa alasan maka setiap bagian bisa
dibuatkan jaringan lokal sendiri – sendiri dan antar bagian bisa pula digabungkan jaringannya
dengan bagian yang lain.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan satu organisasi membutuhkan lebih dari satu jaringan
lokal (LAN) agar dapat mencakup seluruh organisasi :
Teknologi yang berbeda. Dalam suatu organisasi dimungkinkan menggunakan bermacam teknologi
dalam jaringannya. Semisal teknologi ethernet akan mempunyai LAN yang berbeda dengan
teknologi FDDI.
Sebuah jaringan mungkin dibagi menjadi jaringan yang lebih kecil karena masalah performanasi.
Sebuah LAN dengan 254 host akan memiliki performansi yang kurang baik dibandingkan dengan
LAN yang hanya mempunyai 62 host. Semakin banyak host yang terhubung dalam satu media akan
menurunkan performasi dari jaringan. Pemecahan yang paling sedherhana adalah memecah menjadi
2 LAN.
Departemen tertentu membutuhkan keamanan khusus sehingga solusinya memecah menjadi
jaringan sendiri. Pembagian jaringan besar ke dalam jaringan yang kecil-kecil inilah yang disebut
sebagai subnetting. Pemecehan menggunakan konsep subnetting. Membagi jaringan besar tunggal ke
dalam sunet-subnet (sub-sub jaringan). Setiap subnet ditentukan dengan menggunakan subnet mask
bersama-sama dengan no IP.
Pada subnetmask dalam biner, seluruh bit yang berhubungan dengan netID diset 1, sedangkan bit
yang berhubungan dengan hostID diset 0. Dalam subnetting, proses yang dilakukan ialah memakai
sebagian bit hostID untuk membentuk subnetID. Dengan demikian jumlah bit yang digunakan untuk
HostID menjadi lebih sedikit. Semakin panjang subnetID, jumlah subnet yang dibentuk semkain
banyak, namun jumlah host dalam tiap subnet menjadi semakin sedikit.
Alamat IP pada jaringan Kelas A yang belum subnetted akan memiliki alamat / mask pasangan
mirip dengan: 8.20.15.1 255.0.0.0. Untuk melihat bagaimana topeng membantu Anda
mengidentifikasi node jaringan dan bagian-bagian alamat, mengubah alamat dan masker untuk
bilangan biner.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
Setelah Anda memiliki alamat dan topeng diwakili dalam biner, kemudian mengidentifikasi
jaringan dan host ID menjadi lebih mudah. Setiap alamat bit yang memiliki bit masker yang sesuai di
set ke 1 mewakili jaringan ID. Setiap alamat bit yang memiliki bit-bit yang sesuai topeng ke 0
mewakili node ID.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
6
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
net id | host id
netid = 00001000 = 8
hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1
II.5. Alamat Broadcast
Alamat ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh
seluruh host yang ada pada suatu jaringan. Seperti diketahui, setiap paket IP memiliki header
alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh paket tersebut. Dengan adanya
alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses paket tersebut, sedangkan host lain akan
mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim paket kepada seluruh host yang ada
pada jaringannya? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi paket sebanyak jumlah host
tujuan.
Pemakaian bandwidth/jalur akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah,
padahal isi paket-paket tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host
cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima
paket tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada jaringan yang sama harus memiliki broadcast
address yang sama dan alamat tersebut tidak boleh digunakan sebagai nomor IP untuk host
tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 alamat untuk menerima paket : pertama adalah
nomor IP yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada jaringan tempat host
tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan membuat seluruh bit host pada nomor IP
menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast
addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga
11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast
biasanya adalah informasi routing.
II.6. Subnetting
Subnetting memungkinkan Anda untuk membuat beberapa jaringan logis yang ada dalam
satu Kelas A, B, atau C jaringan. Jika Anda tidak subnet, Anda hanya dapat menggunakan satu
jaringan dari Kelas A, B, atau C jaringan, yang tidak realistis.
Setiap data link pada sebuah jaringan harus memiliki ID jaringan yang unik, dengan
setiap simpul pada link yang menjadi anggota jaringan yang sama. Jika Anda melanggar jaringan
utama (Kelas A, B, atau C) ke dalam subnetwork yang lebih kecil, memungkinkan Anda untuk
membuat jaringan interkoneksi subnetwork. Setiap data-link pada jaringan ini akan memiliki
jaringan yang unik / Sub-jaringan ID. Setiap perangkat, atau gateway, menghubungkan jaringan n
/ subnetwork memiliki n alamat IP yang berbeda, satu untuk setiap jaringan / Sub-jaringan yang
interkoneksi.
Untuk memperbanyak network ID dari suatu network id yang sudah ada, dimana
sebagaian host ID dikorbankan untuk digunakan dalam membuat ID tambahan
Ingat rumus untuk mencari banyak subnet adalah 2 n – 2
N = jumlah bit yang diselubungi
Dan rumus untuk mencari jumlah host per subnet adalah 2 m – 2
7
M = jumlah bit yang belum diselubungi
Dalam rangka subnet jaringan, memperpanjang topeng alam menggunakan beberapa bit
dari host ID bagian alamat untuk membuat sebuah Sub-jaringan ID. Sebagai contoh, diberi
jaringan Kelas C 204.17.5.0 yang memiliki topeng alami 255.255.255.0, Anda dapat membuat
subnet dengan cara ini:
204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000
255.255.255.224 - 11111111.11111111.11111111.11100000
Dengan memperluas masker untuk menjadi 255.255.255.224, Anda telah mengambil tiga
bit (ditandai dengan "sub") dari bagian host asli dari alamat dan menggunakannya untuk
membuat subnet. Dengan tiga bit, adalah mungkin untuk menciptakan delapan subnet. Dengan
sisa lima host ID bit, masing-masing subnet dapat memiliki hingga 32 alamat host, 30 dari yang
sebenarnya dapat diberikan ke perangkat karena host id dari semua nol atau semua yang tidak
diperbolehkan (sangat penting untuk mengingat hal ini). Jadi, dengan pikiran ini, subnet ini telah
diciptakan.
204.17.5.0 255.255.255.224 host kisaran 1-30
204.17.5.32 255.255.255.224 host kisaran 33-62
204.17.5.64 255.255.255.224 host kisaran 65-94
204.17.5.96 255.255.255.224 host kisaran 97-126
204.17.5.128 255.255.255.224 host kisaran 129-158
204.17.5.160 255.255.255.224 host kisaran 161-190
204.17.5.192 255.255.255.224 host kisaran 193-222
204.17.5.224 255.255.255.224 host kisaran 225-254
* Catatan: Ada dua cara untuk menunjukkan topeng ini. Pertama, karena Anda menggunakan tiga
bit lebih daripada "alami" Kelas C topeng, Anda dapat menunjukkan alamat ini memiliki 3-bit
subnet mask. Atau, kedua, 255.255.255.224 topeng juga dapat dinotasikan sebagai / 27 karena
ada 27 bit yang diatur dalam topeng. This second method is used with CIDR . Metode kedua ini
digunakan dengan CIDR. Menggunakan metode ini, salah satu jaringan tersebut dapat
digambarkan dengan notasi prefiks / panjang. Sebagai contoh, jaringan 204.17.5.32/27
menunjukkan 204.17.5.32 255.255.255.224. Ketika tepat awalan / notasi panjang digunakan
untuk menunjukkan topeng di seluruh sisa dari dokumen ini.
II.7. Cara Pembentukan Subnet
Misal jika jaringan kita adalah 192.168.0.0 dalm kelas B (kelas B memberikan range
192.168.0.0 – 192.168.255.255). Ingat kelas B berarti 16 bit pertama menjadi NetID yang dalam
satu jaringan tidak berubah (dalam hal ini adalah 192.168) dan bit selanjutya sebagai Host ID
(yang merupakan nomor komputer yang terhubung ke dan setiap komputer mempunyai no unik
mulai dari 0.0 – 255.255). Jadi netmasknya/subnetmasknya adalah 255.255.0.0
Kita dapat membagi alokasi jaringan diatas menjadi jaringan yang kebih kecil dengan cara
mengubah subnet yang ada.
Ada dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet yaitu :
1. Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk
2. Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.
Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah jaringan yang dibutuhkan :
8
1. Menentukan jumlah jaringan yang dibutuhkan dan merubahnya menjadi biner.
Misalkan kita ingin membuat 255 jaringan kecil dari nomor jaringan yang sudah ditentukan.
25511111111
2. Menghitung jumlah bit dari nomor 1. Dan jumlah bit inilah yang disebut sebagai subnetID
Dari 25511111111 jumlah bitnya adalah 8
3. Jumlah bit hostID baru adalah HosiID lama dikurangi jumlah bit nomor 2.
Misal dari contoh diatas hostIDbaru: 16 bit – 8 bit = 8 bit.
4. Isi subnetID dengan 1 dan jumlahkan dengan NetIDLama.
Jadi NetID baru kita adalah NetIDlama + SubNetID :
11111111.11111111.11111111.00000000 (24 bit bernilai 1 biasa ditulis /24)
Berkat perhitungan di atas maka kita mempunyai 256 jaringan baru yaitu :
192.168.0.xxx, 192.168.1.xxx, 192.168.2.xxx, 192.168.3.xxx hingga 192.168.255.xxx dengan
netmash 255.255.255.0. xxxmenunjukkan hostID antara 0-255. Biasa ditulis dengan
192.168.0/24192.168.0 menunjukkan NetID dan 24 menunjukkan subnetmask (jumlah bit
yang bernilai 1 di subnetmask).
Dengan teknik ini kita bisa mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak
jaringan yang berukuran sama.
II.8. Cara Perhitungan Subnet Berdasarkan Jumlah Host
Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah host adalah sebagai berikut :
1. Ubah IP dan netmask menjadi biner
11000000.10101000.00000000.00000000
IP : 192.168.1.0
Netmask : 255.255.255.0 11111111.11111111. 11111111.00000000
Panjang hostID kita adalah yang netmasknya semua 016 bit.
2. Memilih jumlah host terbanyak dalam suatu jaringan dan rubah menjadi biner.
Misal dalam jaringan kita membutuhkan host 25 maka menjadi 11001.
3. Hitung jumlah bit yang dibutuhkan angka biner pada nomor 1.
Dan angka inilah nanti sebagai jumlah host dalam jaringan kita.
Jumlah host 25 menjadi biner 11001 dan jumlah bitnya adalah 5.
4. Rubah netmask jaringan kita dengan cara menyisakan angka 0 sebanyak jumlah perhitungan
nomor 3.
Jadi netmasknya baru adalah 11111111.11111111.11111111.11100000
Identik dengan 255.255.255.224 jika didesimalkan.
Jadi netmask jaringan berubah dan yang awalnya hanya satu jaringan dengan range IP dari 1 -
254 menjadi 8 jaringan, dengan setiap jaringan ada 30 host/komputer
Alokasi Range IP
1. 192.168.1.0 – 192.168.1.31
2. 192.168.1.32 – 192.168.1.63
3. 192.168.1.64 – 192.168.1.95
4. 192.168.1.96 – 192.168.1.127
9
5. 192.168.1.128 – 192.168.1.159
6. 192.168.1.160 – 192.168.1.191
7. 192.168.1.192 – 192.168.1.223
8. 192.168.1.224 – 192.168.1.255
Nomor IP awal dan akhir setiap subnet tidak bisa dipakai. Awal dipakai ID Jaringan (NetID)
dan akhir sebagai broadcast. Misal jaringan A 192.168.1.0 sebagai NetID dan 192.168.1.31
sebagai broadcast dan range IP yang bisa dipakai 192.168.1.1-192.168.1.30.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
Agar masing-masing computer dapat saling berkomunikasi dibutuhkan IP Address, di
mana tiap computer dapat di hubungkan melalui media transmisi pengkabelan seperti UTP, STP,
Coaxial, atau Fiber Optic. IP Address adalah sekelompok bilangan biner 32 bit yang di bagi
menjadi 4 bagian yang masing-masing bagian itu terdiri dari 8 bit, angka pada masing-masing bit
tersebut adalah angka 1 dan 0. Misalnya : 11000011. Nilai paling besar dari biner 8 bit adalah 255.
Angka 255 ini dihitung dari bilangan biner 2 berpangkat. Untuk mempermudah pembacaan IP
Address biner 32 bit tersebut di gunakan metode decimal.
IP Address merupakan pasangan Network ID dan Host ID. Network ID menjelaskan
alamat jaringan tersebut, sedangkan Host ID merupakan alamat Host/computer dalam jaringan
tersebut. IP Address di bagi menjadi beberapa kelas. Yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan
kelas E. IP Address kelas A digunakan untuk jaringan yang cukup besar, kelas B digunakan untuk
jaringan dengan ukuran yang sedang, sedangkan kelas C digunakan untuk jaringan yang kecil
misalnya LAN. Kelas IP Address lainnya yaitu E dan D digunakan untuk multicasting dan untuk
eksperiment.