10
Daftar Isi Kata Pengantar .................................................................................................................. 1 Daftar Isi ........................................................................................................................... 2 BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 3 I.2. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 3 I.3. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 3 I.3. Tujuan ............................................................................................................. 3 I.3. Manfaat ........................................................................................................... 3 I.3. Sistematika ...................................................................................................... 3 BAB II Pembahasan II.1. IP Address ....................................................................................................... 4 II.2. Pengertian Subnetting ..................................................................................... 4 II.3. Konversi Dari Biner Ke Desimal Dan Sebaliknya ......................................... 4 II.4. Cara Penghitungan .......................................................................................... 5 II.5. Alamat Broadcast ............................................................................................ 8 II.6. Subnetting ....................................................................................................... 8 II.7. Cara Pembentukan Subnet .............................................................................. 9 II.8. Cara Perhitungan Subnet Berdasarkan Jumlah Host .................................... 10 BAB III Penutup III.1. Kesimpulan ................................................................................................... 11

Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................. 1

Daftar Isi ........................................................................................................................... 2

BAB I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 3

I.2. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 3

I.3. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 3

I.3. Tujuan ............................................................................................................. 3

I.3. Manfaat ........................................................................................................... 3

I.3. Sistematika ...................................................................................................... 3

BAB II Pembahasan

II.1. IP Address ....................................................................................................... 4

II.2. Pengertian Subnetting ..................................................................................... 4

II.3. Konversi Dari Biner Ke Desimal Dan Sebaliknya ......................................... 4

II.4. Cara Penghitungan .......................................................................................... 5

II.5. Alamat Broadcast ............................................................................................ 8

II.6. Subnetting ....................................................................................................... 8

II.7. Cara Pembentukan Subnet .............................................................................. 9

II.8. Cara Perhitungan Subnet Berdasarkan Jumlah Host .................................... 10

BAB III Penutup

III.1. Kesimpulan ................................................................................................... 11

Page 2: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

1

BAB I

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Komunikasi data dalam suatu jaringan membutuhkan suatu aturan tertentu sehingga

computer-komputer yang terhubung dapat saling terjadi proses komunikasi data. Dalam istilah

jaringan computer, aturan tersebut disebut sebagai protocol. Biasanya protocol yang di design di

peruntukkan untuk jenis system operasi tertentu. Misalnya Ms. Windows membuat protocol

NetBUI,Novel Netware membuat protocol IPX/SPX dan sebagainya.

Untuk dapat saling berkomunikasi data dalam suatu jaringan dibutuhkan protocol yang dapat

diimplementasikan dalam berbagai jenis System Operasi di atas. Protokol yang dapat

diimplementsikan pada berbagai macam System Operasi adalah protocol TCP/IP. Dengan adanya

protocol TCP/IP komunikasi antara Ms. Windows dan Novel Netware dapat dilakukan.

I.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dianalisa dan dibahas pada tugas makalah ini adalah mengenai

Subnetting dan IP Address. Karena penulis menyadari bahwa Subnetting dan IP Address ini sangat

penting diperhatikan pada pengalamatan suatu jaringan.

I.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membatasi

masalah:

1. Penulis melakukan penelitian dengan penghitungan IP berdasarkan kelas-kelasnya.

2. Penulis melakukan penelitian dalam menentukkan alamat IP tersebut. Termasuk alamat

subnet atau IP Address.

1.4 Tujuan

Dapat memeahami mengenai alamat IP beserta kelas-kelasnya.

1.5 Manfaat

Dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi sejumlah

pembaca tentang IP Address dan Subnetting.

1.5 Sistematika

1. mencari informasi

2. mengumpulkan informasi

3. menyusun informasi

4. mempelajari kembali

Page 3: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

2

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. IP Addresses

Alamat IP adalah alamat yang digunakan untuk secara unik mengidentifikasi perangkat pada

jaringan IP. Alamat terdiri dari 32 bit biner yang dapat dibagi menjadi bagian jaringan dan bagian

host dengan bantuan sebuah subnet mask. Biner 32 bit dipecah menjadi empat octets (1 octet = 8 bit).

Setiap oktet dikonversi ke desimal dan dipisahkan oleh titik (dot). Untuk alasan ini, sebuah alamat IP

dikatakan dinyatakan dalam format desimal bertitik (misalnya, 172.16.81.100). Nilai dalam setiap

oktet berkisar 0-255 desimal, atau 00.000.000-11.111.111 biner.

II.2. Pengertian Subnetting

Subnetting adalah proses membagi atau memecah sebuah network menjadi beberapa network

yang lebih kecil atau yang sering di sebut subnet. Subnetting adalah sebuah teknik yang

mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang

tersedia dengan lebih efisienTeknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak

dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur.

Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis

sesuai kebutuhan. Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan

bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili netword ID dan bagian mana

yang mewakili host ID.

Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia;

8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting mengizinkan

anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai network ID.

II.3. Konversi dari Biner Ke Desimal dan Sebaliknya

Ini adalah bagaimana mengkonversi oktet biner ke desimal: Hak paling sedikit, atau paling tidak

significant bit, dari oktet memegang nilai 2 0. Bit hanya untuk di sebelah kiri yang memegang nilai 2

1. Ini berlanjut hingga paling kiri bit, atau bit yang paling signifikan, yang memegang nilai 2 7. Jadi,

jika semua bit biner satu, setara desimal akan 255 seperti yang ditunjukkan di sini:

1 1 1 1 1 1 1 1

128 64 32 16 8 4 2 1 (128 +64 +32 +16 +8 +4 +2 +1 = 255)

Berikut adalah contoh konversi oktet bila tidak semua bit di set ke 1.

0 1 0 0 0 0 0 1

0 64 0 0 0 0 0 1 (0 +64 +0 +0 +0 +0 +0 +1 = 65)

Dan ini adalah contoh menunjukkan alamat IP diwakili di kedua biner dan desimal.

10. 10. 1. 1. 23. 23. 19 (desimal)

Page 4: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

3

00001010.00000001.00010111.00010011 (binary)

Oktet ini dipecah untuk menyediakan skema pengalamatan yang dapat mengakomodasi jaringan

besar dan kecil. Ada lima kelas yang berbeda jaringan, A sampai E. Dokumen ini berfokus pada

kelas-kelas pengalamatan A ke C, karena kelas-kelas D dan E yang dilindungi undang-undang dan

diskusi di antara mereka berada di luar cakupan dokumen ini.

* Catatan: Perlu diketahui juga bahwa istilah "Kelas A, Kelas B" dan seterusnya digunakan dalam

dokumen ini untuk membantu memfasilitasi pemahaman pengalamatan IP dan subnetting. Istilah-

istilah ini jarang digunakan dalam industri lagi karena pengenalan tanpa kelas interdomain routing

(CIDR).

II.4. Cara Penghitungan

Diberikan sebuah alamat IP, kelasnya dapat ditentukan dari tiga bit orde tinggi. Menunjukkan

signifikansi dalam urutan tiga bit tinggi dan kisaran alamat yang termasuk dalam masing-masing

kelas. Untuk tujuan informasi, Kelas D dan Kelas E alamat juga ditampilkan.

Dalam Kelas A address, octet pertama adalah bagian jaringan, sehingga Kelas A memiliki alamat

jaringan utama 1.0.0.0 - 127.255.255.255. Oktet 2, 3, dan 4 (waktu 24 bit) adalah untuk manajer

jaringan dibagi menjadi subnet dan host ketika ia / ia melihat cocok. Alamat Kelas A digunakan

untuk jaringan yang memiliki lebih dari 65.536 host (sebenarnya, sampai dengan 16.777.214 host!).

Dalam sebuah alamat Kelas B, dua oktet pertama adalah bagian jaringan, sehingga Kelas B

contoh pada Gambar 1 memiliki alamat jaringan utama 128.0.0.0 - 191.255.255.255. Octets 3 dan 4

(16 bit) adalah untuk subnet dan host lokal. Class B Alamat kelas B digunakan untuk jaringan yang

memiliki antara 256 dan 65.534 host.

Dalam Kelas C address, tiga octet pertama adalah bagian jaringan. Kelas C contoh dalam Gambar

1 mempunyai alamat jaringan utama 192.0.0.0 - 233.255.255.255. Octet 4 (8 bit) adalah untuk subnet

dan host lokal - sempurna untuk jaringan dengan kurang dari 254 host. Pada setiap kelas angka

pertama dengan angka terakhir tidak dianjurkan untuk digunakan karena sebagai valid host id,

misalnya kelas A 0 dan 127, kelas B 128 dan 192, kelas C 191 dan 224. ini biasanya digunakan

untuk loopback addresss.

Catatan :

• alamat Network ID dan Host ID tidak boleh semuanya 0 atau 1 karena jika semuanya angka biner 1

: 255.255.255.255 maka alamat tersebut disebut floaded broadcast

• alamat network, digunakan dalam routing untuk menunjukkan pengiriman paket remote network,

contohnya 10.0.0.0, 172.16.0.0 dan 192.168.10.0.

Dari gambar dibawah ini perhatikan kelas A menyediakan jumlah network yang paling sediikit

namun menyediakan host id yang paling banyak dikarenakan hanya oktat pertama yang digunakan

untuk alamat network bandingkan dengan kelas B dan C.

Untuk mempermudah dalam menentukan kelas mana IP yang kita lihat, perhatikan gambar

dibawah ini. Pada saat kita menganalisa suatu alamat IP maka perhatikan octet 8 bit pertamanya.

Pada kelas A : 8 oktet pertama adalah alamat networknya, sedangkan sisanya 24 bits merupakan

Page 5: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

4

alamat untuk host yang bisa digunakan. Jadi admin dapat membuat banyak sekali alamat untuk

hostnya, dengan memperhatikan

2 24 – 2 = 16.777.214 host

N ; jumlah bit terakhir dari kelas A

(2) adalah alamat loopback

Pada kelas B : menggunakan 16 bit pertama untuk mengidentifikasikan network sebagai bagian dari

address. Dua octet sisanya (16 bits) digunakan untuk alamat host

2 16 – 2 = 65.534

Pada kelas C : menggunakan 24 bit pertama untuk network dan 8 bits sisanya untuk alamat host.

2 8 – 2 = 254

Nomor IP terdiri dari 32 bit yang didalamnya terdapat bit untuk NETWORK ID (NetID) dan

HOST ID (HostID). Secara garis besar berikut inilah pembagian kelas IP secara default

Network Masks Untuk pengelompokan pengalamatan, selain nomor IP dikenal juga netmask atau

subnetmask. Yang besarnya sama dengan nomor IP yaitu 32 bit. Ada tiga pengelompokan besar

subnet mask yaitu dengan dikenal, yaitu 255.0.0.0 , 255.255.0.0 dan 255.0.0.0.

Sebuah jaringan topeng membantu Anda mengetahui bagian alamat mengidentifikasi jaringan dan

bagian yang mengidentifikasi alamat simpul. Kelas A, B, dan C jaringan memiliki standar masker,

juga dikenal sebagai masker alami, seperti yang ditunjukkan di sini:

Kelas A: 255.0.0.0

Kelas B: 255.255.0.0

Kelas C: 255.255.255.0

Gabungan antara IP dan Netmask inilah pengalamatan komputer dipakai. Kedua hal ini tidak bisa

lepas. Jadi penulisan biasanya sbb :

IP : 202.95.151.129

Netmask : 255.255.255.0

Suatu nomor IP kita dengan nomor IP tetangga dianggap satu kelompok (satu jaringan) bila IP

dan Netmask kita dikonversi jadi biner dan diANDkan, begitu juga nomor IP tetangga dan Netmask

dikonversi jadi biner dan diANDkan, jika kedua hasilnya sama maka satu jaringan. Dan kita bisa

berhubungan secara langsung.

Ketika kita berhubungan dengan komputer lain pada suatu jaringan, selain IP yang dibutuhkan

adalah netmask. Misal kita pada IP 10.252.102.12 ingin berkirim data pada 10.252.102.135

bagaimana komputer kita memutuskan apakah ia berada pada satu jaringan atau lain jaringan? Maka

yang dilakukan adalah mengecek dulu netmask komputer kita karena kombinasi IP dan netmask

menentukan range jaringan kita.

Page 6: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

5

Jika netmask kita 255.255.255.0 maka range terdiri dari atas semua IP yang memiliki 3 byte

pertama yang sama. Misal jika IP saya 10.252.102.12 dan netmask saya 255.255.255.0 maka range

jaringan saya adalah 10.252.102.0-10.252.102.255 sehingga kita bisa secara langsung

berkomunukasi pada mesin yang diantara itu, jadi 10.252.102.135 berada pada jaringan yang sama

yaitu 10.252.102 (lihat yang angka-angka tercetak tebal menunjukkan dalam satu jaringan karena

semua sama).

Dalam suatu organisasi komersial biasanya terdiri dari beberapa bagian, misalnya bagian

personalia/HRD, Marketing, Produksi, Keuangan, IT dsb. Setiap bagian di perusahaan tentunya

mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Dengan beberapa alasan maka setiap bagian bisa

dibuatkan jaringan lokal sendiri – sendiri dan antar bagian bisa pula digabungkan jaringannya

dengan bagian yang lain.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan satu organisasi membutuhkan lebih dari satu jaringan

lokal (LAN) agar dapat mencakup seluruh organisasi :

Teknologi yang berbeda. Dalam suatu organisasi dimungkinkan menggunakan bermacam teknologi

dalam jaringannya. Semisal teknologi ethernet akan mempunyai LAN yang berbeda dengan

teknologi FDDI.

Sebuah jaringan mungkin dibagi menjadi jaringan yang lebih kecil karena masalah performanasi.

Sebuah LAN dengan 254 host akan memiliki performansi yang kurang baik dibandingkan dengan

LAN yang hanya mempunyai 62 host. Semakin banyak host yang terhubung dalam satu media akan

menurunkan performasi dari jaringan. Pemecahan yang paling sedherhana adalah memecah menjadi

2 LAN.

Departemen tertentu membutuhkan keamanan khusus sehingga solusinya memecah menjadi

jaringan sendiri. Pembagian jaringan besar ke dalam jaringan yang kecil-kecil inilah yang disebut

sebagai subnetting. Pemecehan menggunakan konsep subnetting. Membagi jaringan besar tunggal ke

dalam sunet-subnet (sub-sub jaringan). Setiap subnet ditentukan dengan menggunakan subnet mask

bersama-sama dengan no IP.

Pada subnetmask dalam biner, seluruh bit yang berhubungan dengan netID diset 1, sedangkan bit

yang berhubungan dengan hostID diset 0. Dalam subnetting, proses yang dilakukan ialah memakai

sebagian bit hostID untuk membentuk subnetID. Dengan demikian jumlah bit yang digunakan untuk

HostID menjadi lebih sedikit. Semakin panjang subnetID, jumlah subnet yang dibentuk semkain

banyak, namun jumlah host dalam tiap subnet menjadi semakin sedikit.

Alamat IP pada jaringan Kelas A yang belum subnetted akan memiliki alamat / mask pasangan

mirip dengan: 8.20.15.1 255.0.0.0. Untuk melihat bagaimana topeng membantu Anda

mengidentifikasi node jaringan dan bagian-bagian alamat, mengubah alamat dan masker untuk

bilangan biner.

8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001

255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000

Setelah Anda memiliki alamat dan topeng diwakili dalam biner, kemudian mengidentifikasi

jaringan dan host ID menjadi lebih mudah. Setiap alamat bit yang memiliki bit masker yang sesuai di

set ke 1 mewakili jaringan ID. Setiap alamat bit yang memiliki bit-bit yang sesuai topeng ke 0

mewakili node ID.

8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001

Page 7: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

6

255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000

net id | host id

netid = 00001000 = 8

hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1

II.5. Alamat Broadcast

Alamat ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh

seluruh host yang ada pada suatu jaringan. Seperti diketahui, setiap paket IP memiliki header

alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh paket tersebut. Dengan adanya

alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses paket tersebut, sedangkan host lain akan

mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim paket kepada seluruh host yang ada

pada jaringannya? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi paket sebanyak jumlah host

tujuan.

Pemakaian bandwidth/jalur akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah,

padahal isi paket-paket tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host

cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima

paket tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada jaringan yang sama harus memiliki broadcast

address yang sama dan alamat tersebut tidak boleh digunakan sebagai nomor IP untuk host

tertentu.

Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 alamat untuk menerima paket : pertama adalah

nomor IP yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada jaringan tempat host

tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan membuat seluruh bit host pada nomor IP

menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast

addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga

11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast

biasanya adalah informasi routing.

II.6. Subnetting

Subnetting memungkinkan Anda untuk membuat beberapa jaringan logis yang ada dalam

satu Kelas A, B, atau C jaringan. Jika Anda tidak subnet, Anda hanya dapat menggunakan satu

jaringan dari Kelas A, B, atau C jaringan, yang tidak realistis.

Setiap data link pada sebuah jaringan harus memiliki ID jaringan yang unik, dengan

setiap simpul pada link yang menjadi anggota jaringan yang sama. Jika Anda melanggar jaringan

utama (Kelas A, B, atau C) ke dalam subnetwork yang lebih kecil, memungkinkan Anda untuk

membuat jaringan interkoneksi subnetwork. Setiap data-link pada jaringan ini akan memiliki

jaringan yang unik / Sub-jaringan ID. Setiap perangkat, atau gateway, menghubungkan jaringan n

/ subnetwork memiliki n alamat IP yang berbeda, satu untuk setiap jaringan / Sub-jaringan yang

interkoneksi.

Untuk memperbanyak network ID dari suatu network id yang sudah ada, dimana

sebagaian host ID dikorbankan untuk digunakan dalam membuat ID tambahan

Ingat rumus untuk mencari banyak subnet adalah 2 n – 2

N = jumlah bit yang diselubungi

Dan rumus untuk mencari jumlah host per subnet adalah 2 m – 2

Page 8: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

7

M = jumlah bit yang belum diselubungi

Dalam rangka subnet jaringan, memperpanjang topeng alam menggunakan beberapa bit

dari host ID bagian alamat untuk membuat sebuah Sub-jaringan ID. Sebagai contoh, diberi

jaringan Kelas C 204.17.5.0 yang memiliki topeng alami 255.255.255.0, Anda dapat membuat

subnet dengan cara ini:

204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000

255.255.255.224 - 11111111.11111111.11111111.11100000

Dengan memperluas masker untuk menjadi 255.255.255.224, Anda telah mengambil tiga

bit (ditandai dengan "sub") dari bagian host asli dari alamat dan menggunakannya untuk

membuat subnet. Dengan tiga bit, adalah mungkin untuk menciptakan delapan subnet. Dengan

sisa lima host ID bit, masing-masing subnet dapat memiliki hingga 32 alamat host, 30 dari yang

sebenarnya dapat diberikan ke perangkat karena host id dari semua nol atau semua yang tidak

diperbolehkan (sangat penting untuk mengingat hal ini). Jadi, dengan pikiran ini, subnet ini telah

diciptakan.

204.17.5.0 255.255.255.224 host kisaran 1-30

204.17.5.32 255.255.255.224 host kisaran 33-62

204.17.5.64 255.255.255.224 host kisaran 65-94

204.17.5.96 255.255.255.224 host kisaran 97-126

204.17.5.128 255.255.255.224 host kisaran 129-158

204.17.5.160 255.255.255.224 host kisaran 161-190

204.17.5.192 255.255.255.224 host kisaran 193-222

204.17.5.224 255.255.255.224 host kisaran 225-254

* Catatan: Ada dua cara untuk menunjukkan topeng ini. Pertama, karena Anda menggunakan tiga

bit lebih daripada "alami" Kelas C topeng, Anda dapat menunjukkan alamat ini memiliki 3-bit

subnet mask. Atau, kedua, 255.255.255.224 topeng juga dapat dinotasikan sebagai / 27 karena

ada 27 bit yang diatur dalam topeng. This second method is used with CIDR . Metode kedua ini

digunakan dengan CIDR. Menggunakan metode ini, salah satu jaringan tersebut dapat

digambarkan dengan notasi prefiks / panjang. Sebagai contoh, jaringan 204.17.5.32/27

menunjukkan 204.17.5.32 255.255.255.224. Ketika tepat awalan / notasi panjang digunakan

untuk menunjukkan topeng di seluruh sisa dari dokumen ini.

II.7. Cara Pembentukan Subnet

Misal jika jaringan kita adalah 192.168.0.0 dalm kelas B (kelas B memberikan range

192.168.0.0 – 192.168.255.255). Ingat kelas B berarti 16 bit pertama menjadi NetID yang dalam

satu jaringan tidak berubah (dalam hal ini adalah 192.168) dan bit selanjutya sebagai Host ID

(yang merupakan nomor komputer yang terhubung ke dan setiap komputer mempunyai no unik

mulai dari 0.0 – 255.255). Jadi netmasknya/subnetmasknya adalah 255.255.0.0

Kita dapat membagi alokasi jaringan diatas menjadi jaringan yang kebih kecil dengan cara

mengubah subnet yang ada.

Ada dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet yaitu :

1. Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk

2. Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.

Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah jaringan yang dibutuhkan :

Page 9: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

8

1. Menentukan jumlah jaringan yang dibutuhkan dan merubahnya menjadi biner.

Misalkan kita ingin membuat 255 jaringan kecil dari nomor jaringan yang sudah ditentukan.

25511111111

2. Menghitung jumlah bit dari nomor 1. Dan jumlah bit inilah yang disebut sebagai subnetID

Dari 25511111111 jumlah bitnya adalah 8

3. Jumlah bit hostID baru adalah HosiID lama dikurangi jumlah bit nomor 2.

Misal dari contoh diatas hostIDbaru: 16 bit – 8 bit = 8 bit.

4. Isi subnetID dengan 1 dan jumlahkan dengan NetIDLama.

Jadi NetID baru kita adalah NetIDlama + SubNetID :

11111111.11111111.11111111.00000000 (24 bit bernilai 1 biasa ditulis /24)

Berkat perhitungan di atas maka kita mempunyai 256 jaringan baru yaitu :

192.168.0.xxx, 192.168.1.xxx, 192.168.2.xxx, 192.168.3.xxx hingga 192.168.255.xxx dengan

netmash 255.255.255.0. xxxmenunjukkan hostID antara 0-255. Biasa ditulis dengan

192.168.0/24192.168.0 menunjukkan NetID dan 24 menunjukkan subnetmask (jumlah bit

yang bernilai 1 di subnetmask).

Dengan teknik ini kita bisa mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak

jaringan yang berukuran sama.

II.8. Cara Perhitungan Subnet Berdasarkan Jumlah Host

Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah host adalah sebagai berikut :

1. Ubah IP dan netmask menjadi biner

11000000.10101000.00000000.00000000

IP : 192.168.1.0

Netmask : 255.255.255.0 11111111.11111111. 11111111.00000000

Panjang hostID kita adalah yang netmasknya semua 016 bit.

2. Memilih jumlah host terbanyak dalam suatu jaringan dan rubah menjadi biner.

Misal dalam jaringan kita membutuhkan host 25 maka menjadi 11001.

3. Hitung jumlah bit yang dibutuhkan angka biner pada nomor 1.

Dan angka inilah nanti sebagai jumlah host dalam jaringan kita.

Jumlah host 25 menjadi biner 11001 dan jumlah bitnya adalah 5.

4. Rubah netmask jaringan kita dengan cara menyisakan angka 0 sebanyak jumlah perhitungan

nomor 3.

Jadi netmasknya baru adalah 11111111.11111111.11111111.11100000

Identik dengan 255.255.255.224 jika didesimalkan.

Jadi netmask jaringan berubah dan yang awalnya hanya satu jaringan dengan range IP dari 1 -

254 menjadi 8 jaringan, dengan setiap jaringan ada 30 host/komputer

Alokasi Range IP

1. 192.168.1.0 – 192.168.1.31

2. 192.168.1.32 – 192.168.1.63

3. 192.168.1.64 – 192.168.1.95

4. 192.168.1.96 – 192.168.1.127

Page 10: Makalah Perhitungan Subnetting.pdf

9

5. 192.168.1.128 – 192.168.1.159

6. 192.168.1.160 – 192.168.1.191

7. 192.168.1.192 – 192.168.1.223

8. 192.168.1.224 – 192.168.1.255

Nomor IP awal dan akhir setiap subnet tidak bisa dipakai. Awal dipakai ID Jaringan (NetID)

dan akhir sebagai broadcast. Misal jaringan A 192.168.1.0 sebagai NetID dan 192.168.1.31

sebagai broadcast dan range IP yang bisa dipakai 192.168.1.1-192.168.1.30.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan

Agar masing-masing computer dapat saling berkomunikasi dibutuhkan IP Address, di

mana tiap computer dapat di hubungkan melalui media transmisi pengkabelan seperti UTP, STP,

Coaxial, atau Fiber Optic. IP Address adalah sekelompok bilangan biner 32 bit yang di bagi

menjadi 4 bagian yang masing-masing bagian itu terdiri dari 8 bit, angka pada masing-masing bit

tersebut adalah angka 1 dan 0. Misalnya : 11000011. Nilai paling besar dari biner 8 bit adalah 255.

Angka 255 ini dihitung dari bilangan biner 2 berpangkat. Untuk mempermudah pembacaan IP

Address biner 32 bit tersebut di gunakan metode decimal.

IP Address merupakan pasangan Network ID dan Host ID. Network ID menjelaskan

alamat jaringan tersebut, sedangkan Host ID merupakan alamat Host/computer dalam jaringan

tersebut. IP Address di bagi menjadi beberapa kelas. Yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan

kelas E. IP Address kelas A digunakan untuk jaringan yang cukup besar, kelas B digunakan untuk

jaringan dengan ukuran yang sedang, sedangkan kelas C digunakan untuk jaringan yang kecil

misalnya LAN. Kelas IP Address lainnya yaitu E dan D digunakan untuk multicasting dan untuk

eksperiment.