37
[PROSES BERPIKIR] Psikologi Umum 201 0 Adam Astrada Annisa Febriani Arta Deborah Simanjuntak Eka Ayu Fatmawati Jolanda Purnawati Luthfiana Dewi Mira Fitria Paulina Saragi Reza Dwi Prastia Rizky Nurvidya Tesa Dwi Ramdhayani Putri Vicky Dian Febriani Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura

Makalah Psi Proses Berpikir

  • Upload
    fiiauum

  • View
    931

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Psi Proses Berpikir

[PROSES BERPIKIR]Psikologi Umum

2010

Adam Astrada

Annisa Febriani

Arta Deborah Simanjuntak

Eka Ayu Fatmawati

Jolanda Purnawati

Luthfiana Dewi

Mira Fitria

Paulina Saragi

Reza Dwi Prastia

Rizky Nurvidya

Tesa Dwi Ramdhayani Putri

Vicky Dian Febriani

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan

Universitas Tanjungpura

Page 2: Makalah Psi Proses Berpikir

BAB I

Berpikir

A. Pengertian

Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih.

Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir

Page 3: Makalah Psi Proses Berpikir

tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.

B. Jenis, Tipe, dan Pola Berpikir

Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.

Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:

1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu

2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.

3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.

4. Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.

5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.

6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.

Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.

1. Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.

2. Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

C. Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :

1. Pembentukan Pengertian

Page 4: Makalah Psi Proses Berpikir

Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :

Manusia Indonesia, ciri – cirinya :

Mahluk hidup Berbudi

Berkulit sawo mateng

Berambut hitam

Dan sebagainya

Manusia Eropa, ciri – cirinya :

Mahluk hidup Berbudi

Berkulit Putih

Berambut pirang atau putih

Bermata biru terbuka

Dan sebagainya

Manusia Negro, ciri – cirinya:

Mahluk hidup Berbudi

Berkulit htam

Berambut hitam kriting

Bermata hitam melotot

Dan sebagainya

Manusia Cina, ciri – cirinya:

Mahluk Hidup Berbudi

Berkulit kuning

Berambut hitam lurus

Bermata hitam sipit

Page 5: Makalah Psi Proses Berpikir

Dan sebagainya

Dan manusia yang lain – lainnya lagi.

b. Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2. Pembentukan Pendapat

Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.

Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu,

Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.

b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan

tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani

Malas dan sebagainya.

c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan

kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya

hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.

Ada 3 macam keputusan, Yaitu

a. Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :

Tembaga di panaskan akan memuai

Perak di panaskan akan memuai

Besi di panaskan akan memuai

Page 6: Makalah Psi Proses Berpikir

Kuiningan di panaskan akan memuai

Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)

b. Keputusan Deduktif

Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi kesimpulan : tembaga kalau dipanaskan memuai.

Contoh lain :

Semua manusia terkena nasib mati,

Si Karto adalah manusia

Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.

c. Keputusan Analogis

Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.

Page 7: Makalah Psi Proses Berpikir

BAB II

Problem Solving

A. Pengertian

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang terjadi dengan segala hal dan apa yang seharusnya terjadi dengan hal-hal tersebut .Pemecahan masalah sering melibatkan hal-hal yang sudah terjadi. Pemecahan masalah oleh Evans (1991) didenifikasikan sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang (presen state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future state / desire goal) (Makalah psikologi kognitif, 2003).

Penelitian problem solving banyak dilakukan oleh Psikolog Gestalt di Jerman .Gestalt memiliki pengertian “konvigurasi” atau pengorganisasian secara keseluruhan . Psikologi Gestalt memandang bahwa prilaku merupakan sistem organisasi . Persepsi tentang peristiwa tidak dilihat sebagai suatu seri elemen-elemen individual (tunggal), tetapi suatu konfigurasi keseluruhan yang membentuk peristiwa-peristiwa . Menurut paham ini , masalah-masalah perceptual akan eksis bila stress dan katagangan terjadi sebagai hasil interaksi antara persepsi dan memori . Oleh karena itu ,waktu memikirkan suatu masalah lalu diuji dengan beberapa sudut pandang yang berbeda akan membawa pandangan yang benar melalui moment insight.Karl Duncker (1945) mengungkapkan konsep functional fixed ,dimana terdapat kecendrungan untuk melihat suatu objek dari seringnya benda tersebut digunakan .Akibatnya tinbul kasulitan bila benda tersebut digunakan pada kondisi atau cara yang tidak lazim .Suatu nobjek atau ide hanya menjadi set fungsi .Biasanya istilah set diasosiasikan dengan pernyatan pikiran (kebiasaan / sikap)seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah . Tegasnya , set marupakan persiapan aktivis kognitif yang mendahului proses berpikir dan persepsi , sehingga dalam konteks tersebut , set kemungkinan dapat meningkatkan kualitas persepsi atau pemikiran seseorang daiam memaknai suatu stimulus (Slamet, 1999 : 1).Dari penjelasan di atasd dapat disimpulkan bahwa Problem Solving adalah berpikir secara langsung yang berhubungan dengan sikap / kebiasaan kearah penyelesaian masalah yang dihadapi , yang meliputi pembentukandan pemilihan respon-respon yang tepat

B. Faktor-faktor Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor-faktor situasional terjadi , misalnya pada stimulus yang menimbulkan masalah , pada sifat-sifat

Page 8: Makalah Psi Proses Berpikir

masalah, sulit-muda, baru-lama, penting-kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain.

Faktor-faktor pemecahan masalah menurut Wolgaf Kohler antara lain :

1. MotivasiMotivasi yang rendah mengalihkan prehatian, sedangkan motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas .2. Kepercayaan dan sikap yang salahAnggapan / asumsi yang salah dapat menyesatkan kita . Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan materiil, kita akan mengalami kersulitan atau sikap yang defensif (kurang percaya diri) akan cenderung menolak informasi baru , merasionalisasikan kekeliruan dan mempersukar penyelesaian .

3. Kebiasan Kecendrungan mempertahankan pola piker tertentu atau melihat masalah dari satu sisi saja atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, sehingga pemecahan masalah efisien .

4. Emosi Dalam menghadapi berbagai situasi kita tanpa sadar serimg terlibat secara emosional . Emosi mewarnai cara berpikir kita. Sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi . Resah, marah, dan cemassangat membatasi kemampuan kita dalam melihat masalah dengan jelas atau merumuskan kemungkinan pemecahan (Rahmat, 2001 : 73).PRSPP Teratai membuka konsultasi psikologi untuk mantan pengguna narkoba yang bertujuan membantu mangarahkan penyelesaian kesulitan mereka sehari-hari, sehingga diharapkan mereka akan mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Ada beberapa langkah atau tahapan penting yang harus ditempuh seseorang guna memecahkan suatu masalah, yaitu pemahaman masalah, penemuan berbagai hipotesa mengenai cara pemecahan dan memilih salah satu diantara hipotesa tersebut . dan pengujinan dan pengevaluasi suatu pemecahan yang talah diajukan (Makalah Psikologi kognitif, 2003).

Page 9: Makalah Psi Proses Berpikir

BAB III

Memori

A. PENGERTIAN MEMORY

          Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.

B. TEORI-TEORI MEMORY

      Teori yang paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti berikut :

1.      Enconding adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang  dapat diingat. Enconding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks). Proses pengubahan informasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :

a.    Tidak Sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh indera    dimasukkan dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya.Contohnya        adalah seorang anak yang menginginkan barang yang sangat ia mau,       apabila tidak dibelikan, ia akan menangis sekeras- kerasnya. Kelakuan      tersebut bisa tersimpan di otak mereka karena dengan menagis sekeras-    kerasnya ia akan dibelikan barang yang ia mau.

b.    Sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman    dan pengetahun ke dalam ingatannya. Contohnya adalah seseorang yang        sering jalan kesuatu tempat, ia akan hafal dengan sengaja tempat       tersebut.

2.      Storage adalah penyimpanan apa yang telah diproses dalam enconding tersebut. Proses ini disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori jangka pendek, atau memori jangka panjang). Setiap proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak dalam diri seseorang dan jejak ini akan disimpan sementara dalam

Page 10: Makalah Psi Proses Berpikir

ingatannya. Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal penting yang dapat dicata, yaitu interval atau jarak waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali.

Interval dapat dibedakan atas :

a.       Lama Interval yaitu menunjukan tentang lamanya waktu antara pemasukan bahan sampai ditimbulkan kembali bahan itu. Lamanya berkaitan dengan kekuatan retensi.

b.      Isi Interval yaitu aktivitas-aktivitas yang terdapat pada interval. Aktivetas tersebut akan merusak atau menganggu jejak ingatan sehingga dapat menyebabkan kelupaan.

3.      Retrieval adalah pemulihan kembali apa yang telah disimpan sebelumnya. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali. Hilgrad (1975) menyebutkan tiga jenis proses mengingat, yaitu :

a.       Recall yaitu mengeluarkan bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues. Selective attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.

b.      Recognition yaitu mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya. Contohnya Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.

c.       Redintegrative yaitu proses meningat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu cerita yang cukup lengkap. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Susilo Bambang Yudhoyono (presiden RI), maka akan teringat banyak hal tentang tokoh tersebut.

Perbedaan antara recall dan recognition menunjukan adanya fungsi petunjuk mengingat dalam recognition. Petunjuk ini membantu organisme mengenali informasi yang akan diingat khususnya memori jangka panjang.

Pendekatan Information-Processing menyatakan bahwa memori dapat dipahami melalui tiga proses, yaitu enconding, storage, dan interval. Tapi dalam proses tersebut terlibat tiga sistem memori yang berbeda, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory).

I. MEMORI SENSORIS

            Memori sensoris adalah ingatan sementara dari informasi sensoris setelah suatu stimulus dihilangkan. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan

Page 11: Makalah Psi Proses Berpikir

disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut. Jenis sensori memori ada dua, yaitu auditory sensory memory dan visual sensory memory. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Sperling, dapat disimpulkan bahwa kemampuan memproses informasi melalui penginderaan jauh lebih baik daripada laporan sederhana secara verbal. Hal ini dikarenakan setelah kita melakukan scanning suatu data orang itu memberikan image pada data tersebut.

            Visual sensory memory tidak dapat bertahan lama dan terjadi sangat cepat yaitu sekitar seperempat sampai setengah detik. Berdasarkan beberapa penelitian eksperimen, disimpulkan bahwa individu hanya dapat mengingat empat sampai lima dari duabelas item yang ditampilkan kepada individu dengan sangat cepat. Apabila kita tidak fokus atau memberi atensi pada suatu data, maka syaraf penglihatan kita akan dapat mencatat semua informasi yang dapat kita lihat. Namun, kita hanya dapat memfokuskan perhatian pada informasi atau data yang terproyeksi pada bagian sentral mata, yaitu fovea. Sedangkan syaraf peripheral penglihatan kita kurang sensitif dalam menerima data informasi dalam lingkup yang besar dan dalam memindahkan fokus penglihatan mata ketika terjadi pergerakan/pergantian data dan ada cahaya yang dideteksi.

            Pada saat kita memberi atensi pada suatu informasi visual, maka informasi tersebut akan ditransfer ke dalam Memori jangka Pendek (Short Term Memory). Apabila kita gagal dalam memberi atensi, maka konsep yang didapat dari informasi tersebut akan hilang atau terlupakan dan akan tergantikan dengan informasi baru yang telah dikodekan. Walaupun informasi yang didapat tanpa pemberian atensi tersebut akan cepat hilang, namun informasi tersebut setidaknya dapat dipertahankan lebih lama dengan cara mempersepsikan informasi yang baru tersebut dengan cara menggabungkannya dengan informasi lain sebelumnya. Contohnya ketika seseorang diperlihatkan sekilas cahaya pada sebuah lingkaran dalam suatu ruangan yang gelap, orang tersebut menghubungkannya dengan lampu mobil di jalan raya. Jadi, memori tersebut akan muncul sebagai kombinasi antara keduanya dan dihubungkan dengan satu tema, yaitu kilasan cahaya.

II. MEMORI JANGKA PENDEK (SHORT TERM MEMORY)

      Memori jangka pendek atau sering disebut dengan Short Term memory atau working memory adalah kemampuan yang paling mendasar dari individu untuk merecall suatu item atau untuk mengingat asosiasi tidak lama atau secara singkat setelah menerima informasi tersebut. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam diri kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh kongkrit proses encoding adalah seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat. Short Term Memory ditentukan oleh kecepatan penampilan informasi dan jumlah item yang bisa diingat. STM akan lebih mudah diaktifkan ketika kita dalam keadaan sadar dan memberi atensi pada informasi yang ditampilkan.

Jadi ketika kita tidak dapat mengingat suatu informasi, berarti kita tidak benar-benar memberi atensi pada saat itu. STM berhubungan dengan kesadaran atau mengandung isi kesadaran yaitu apa yang kita pikirkan secara aktif pada waktu tertentu. Jadi misalnya kita

Page 12: Makalah Psi Proses Berpikir

ditanya tentang siapa presiden pertama di Indonesia, maka kita melakukan pencarian data pada Long Term Memory (LTM) dan kemudian ditampilkan dalam kesadaran (STM).

            Memori pada STM lebih tahan lama dibandingkan dengan sensory memory. Kapasitas STM ini biasanya kurang lebih dari 7 plus minus dua item. Satu tes klasik untuk mengukur kapasitas STM adalah digit span test, yaitu tes yang dilakukan dengan cara membacakan beberapa item pada subyek dengan jeda waktu yang sama kemudian subyek diminta untuk mengulangi item-item tersebut. Kebanyakan orang dewasa tidak mengalami kesulitan untuk melakukan hal ini sepanjang item yang diberikan tidak lebih dari 6 atau 7 item.

Ada 2 cara untuk meningkatkan STM, yaitu:

1. Rehearsal : adalah pengulangan informasi secara sadar sebagai usaha untuk mempertahankan informasi dalam STM.

2. Encoding : adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks).

Retrieval adalah suatu proses untuk menemukan memori yang disimpan dan membuatnya menjadi dapat digunakan.

Ada 2 jenis retrieval, yaitu:

1.      Recognition : adalah mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya.

2.      Recall : adalah mengeluarkan bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues.

            Selective attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya informasi dapat bertahan di STM yaitu:

1. Rehearsal, jika subyek melakukan rehearsal maka Informasi pada STM dapat bertahan selama 15-20 menit. Sedangkan bila subyek tidak melakukan rehearsal maka kemampuannya berkurang menjadi <15>

2. sejauh mana materi yang baru tersebut diasosiasikan dengan informasi yang ada dalam LTM.(long term memory)

3. Motivasi individu untuk mengingat informasi yang telah diberikan. Pada salah satu subyek, kapasitas STM yang didapat lebih tinggi karena rasa ingin tahu subyek untuk mengukur kemampuan memorinya sangat tinggi sehingga ia termotivasi untuk berusaha mengingat informasi yang telah diberikan.

III. MEMORI JANGKA PANJANG (LONG TERM MEMORY)

Long term memory adalah memori jangka panjang, memori sekunder. Memori jangka panjang adalah memori yang telah menetap dalam otak. Suatu memori agar dapat diingat lebih lama lagi, atau dapat tersimpan secara permanent, maka memori atau informasitersebut harus di ulang-ulang atau diberi pengetahuan khusus. Informasi pengetahuan yang benar-benar tidak dapat dilupakan seumur hidup harus melalui proses konsolidasi yang intensif,

Page 13: Makalah Psi Proses Berpikir

dimana tiap tahapan yang dilalui seperti alur transfer dari memori jangka pendek ke jangka panjang. Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup.

1. Pemasukan Pesan Dalam Ingatan/Penyusunan Kode (Encoding)

Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik atau visual, melainkan tampaknya didasarkan pada pengertian akan butir-butir tersebut. Jika kita menghafal suatu daftar kata yang panjang dan mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit kemudian, kita pasti akan membuat kekeliruan. Pemasukan setiap butiran dalam ingatan berdasarkan pengertian akan sangat terlihat perbedaannya terutama bila butiran tersebut merupakan kalimat.

Berbagai eksperimen telah menunjukkan bahwa dengan menambahkan hubungan yang bermakna merupakan suatu bantuan ingatan yang kuat. Membebtuk kalimat dari huruf-huruf atau kata-kata lepas bukan merupakan satu-ssatunya cara untuk menambahkan adanya hubunagan yang bermakna pada berbagai materi verbal. Cra yang lain dengan pembayangan (imagery). Jadi, dangan menggunaka suatu bayangan atau kalimat untuk memberi hubungan yang bermakna akan membuat ingatan kita menjadi lebih baik

Meskipun pengertian mungkin merupakan cara yang dominan dalam menyimpan berbagai materi ingatan verbal dalam ingatan jangka panjang, kadang-kadang kita menyimpan juga berbagai aspek lain. Misalnya menhafal syair dan mengucapkan kata demi kata diluar kepala. Kita dapat juga memakai kode akustik dalam ingatan jangka panjang. Misalnya, ketika kita menerima telepon dari orang yang sebelumnya sudah kita kenal, dan ketika orang tersebut mengatakan ”Hallo” seringkali kita mengenal suaranya. Umtuk melakukan hal ini, kita telah menyimpan suara orang itu dalam ingatan jangka panjang, kita mempunyai kode pilihan bagi materi verbal – pengertian untuk jangka panjang, dan akustik untuk ingatan jangka pendek – tetapi kode lain pun dapat dipergunakan

Pengkodean melalui pengertian, tampaknya menghasilkan ingatan yang terbaik Dan semakin mendalam atau lengkap seorang menyerap pengertian, semakin bik ingatan yang terjadi.

2. Penyimapanan dan Pengigatan Kembali (Storange and Retrival)

Bila kita membahas ingatan jangka panjang, kita harus memperhatikan sekaligus mengenai penyimpanan (storage) dan pengigatan kembali (retrival). Banyak kasus mangenai proses lupa dari ingatan jangka panjang ini tampaknya merupakan akibat dari tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu dan bukanlah karena tidak adanya informasi itu sendiri. Pengalaman kita sehari-hari memberi cukup bukti mengenai hal ini. Setiap orang pernah tidak dapat mengingat suau fakta, yang kemudian bearu diingatnya kembali. Misalnya ialah pengalaman ”sudah di ujung lidah” (tip of the tongue), yang berarti kata atau sebuah nama tertentu seolah-olah sudah teringat tetapi sulit untuk diucapkan (Brown dan Mc. Neill, 1966). Contoh yang lebih kuat tentang kegagalan pengigatan kembali terjadi pada beberapa orang dibawah pengaruh hipnotis, yang merasa dapat mengigat kembali suatu peristiwa yang tidak mungkin diingat jika tidak dihipnotis.

Pengalaman yang sama terjadi dalam terapi jiwa (psychoteraphy). Meskipun kita tidak mempunyai bukti eksperimen yang kuat mengenai hasil pengamatan ini, pengalaman tersebut menunjukkan bahwa ingatan yang tampaknya hilang ternyata tidak, tetapi hanyalah sulit

Page 14: Makalah Psi Proses Berpikir

untuk mencapainya. Apakah kegagalan pengigatan kembali merupakan satu-satunya penyebab lupa? Sulit untuk dikatakan. Benar tidaknya kegagalan pengingatan kembali merupakan satu-satunya sebab lupa akan hal-hal dari ingatan janka panjang, yang pasti adalah kegagalan itu merupakan sebab utama. Jadi, penting diketahui faktor yang meningkatkan dan menurunkan pengingatan kembali.

3. Organisasi dan Konteks

Penelitian telah mengidentifikasi dua faktor yang meningkatkan kemungkinan berhasilnya pengungatan kembali: (1) mengorganisasikan dalam penyimpanan dan (2) memastikan bahwa konteks informasi yang diingat kembali sama dengan konyeks informasi dimana kita memasukkan pesan dalam ingatan.Semakin baik pengorganisasian materi yang kita simpan, semakin mudah mengingatnya kembali. Misalnya, Kita berada dalam suatu pertemuan dengan beberapa ahli dari berbagai bidang – dokter, perawat, apoteker, analis gizi dan bidan. Jika kemudian kita mencoba mengingat nama mereka kita akan lebih berhasil jika kita mengorganisasikan ingatan dengan menggolongkannya dalam profesi: siapa saja dokter, perawat, apoteker, dan biidan. Daftar nama atau kata jauh lebih mudah untuk diingat jika kata-kata itu kita masukkan dalam kategori dan kemudian mengingat kata-kata itu berdasarkan kategori.

Merupakan hal yang lebih mudah jika untuk pengingatan kembali suatu episode tertentu, kita berada dalam konteks yang sama dengan konteks dimana episode itu terjadi (Estes, 1972). Misalnya, tidak dapat disangsikan lagi kemampuan kita untuk mengingat kembali nama-nama teman sekelas kita pada saat di sekolah dasar jika kita lakukan sambil berjalan menyusuri lorong-lorong di dlam sekolah kita Hal yang sama dengan kemampuan kita untuk mengingat, misalnya, suatu saat emosional bersama orang tua kita akan lebih terasa jika kembali ke tempat di mana peristiwa itu terjadi, dibandingkan dengan jika kita berada di tempat lain.

Konteks tidak merupakan selalu merupakan sesuatu yang eksternal bagi orang yang mengingat, seperti lokasi fisik atau wajah tertentu.

4. Interferensi

Ada pula beberapa faktor yang menurunkan kemampuan mengimgat kembali, terutama faktor interferensi. Kalau kita mengasosiasikan berbagai butir dengan isyarat yang sama, ketika kita mencoba menggunakan isyarat itu untuk mengingat kembali salah satu butir (butir target ), butir-butir lain justru akan teringat dan menggangu penemuan butir target. Misalnya, jika teman kita, ’Dan’, pindah rumah dan pada akhirnya kita dapat menghafal nomor teleponnya yang lama. Mengapa? Kita menggunakan isyarat ”nomor telepon Dan” untuk mengingat kembali nomornya yang lama, tetapi yang terjadi isyarat ini mengaktifkan nomor baru yang menggangu penemuan nomor lama.Atau misalnya, tempat parkir kita didalam garasi yang telah kita pakai selama satu tahun ditukar. Pada mulanya mungkin kita sulit untuk mengingat tempat parkir yang baru. Mengapa? Kita berusaha belajar mengososiasikan tempat baru dengan isyarat ”tempat parkir saya”, tetapi isyarat ini mengingatkan pada tempat yang lama, yang menggangu belajar mengasosiasikan dengan tempat yang baru.

5. Faktor Emosional dalam Lupa

Page 15: Makalah Psi Proses Berpikir

Sejauh ini kita telah menganggap pengingatan kembali seakan-akan sebagai kegiatan yang bersifat mekanik. Bagaimana hanya dengan faktor emosional? Tidakkah kita kadang-kadang gagal untuk mengingat kembali karena faktor emosional? Melalui penyelidikan hasilnya menunjukkan bahwa emosi dapat mempengaruhi pengingatan kembali akan ingatan janka panjang. Gagasan yang paling sederhana adalah bahwa kita cenderung lebih banyak memikirkan situasi emosional yang berisi hal-hal yang positif atau negatif, daripada situasi yang netral. Kita mengulang dan mengorganisasikan kenangan-kenangan yang menarik perhatian kita lebih sering daripada kenangan-kenangan yang lebih sederhana. Misalnya, kita biasanya dapat melupakan dimana kita nonton film ini atau film itu. Namun bila terjadi kebakaran pada waktu kita sedang nonton film itu, kita tentu akan menguraikan kejadian tersebut berulang-ulang pada orang lain, dengan demikian kita telah mengulang dan mengorganisasikannya. Karna kita thu bahwa pengulangan dan pengorganisasian dapat meningkatkan ingatan jangka panjang.

Pandangan lain tentang emosi – teori Freud tentang ketidaksadaran – melahirkan prinsip baru. Freud menemukan bahwa beberapa pengalaman emosional pada masa kanak-kanak begitu menggoncangkan (traumatis) sehingga pengalaman tersebut dapat masuk dalam kesadaran beberapa tahun kemudian dan akan menyebabkan orang itu diliputi oleh kecemasan total.

C. GANGGUAN MEMORI

Menetapkan gangguan fungsi luhur

Melakukan anamnesis dan pemeriksaan neurologik memerlukan waktu yang cukup lama dan kompleks. Apabila di dalam pemeriksaan itu juga dibebani penetapan fungsi Iuhur secara rutin, maka waktu pemeriksaan akan bertambah lama lagi. Untuk menghemat waktu, maka penetapan fungsi luhur secara artifisial dapat dilakukan bertahap. Tahap awal merupakan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan fungsi luhur, yang dilakukan selama pemeriksaan neurologik rutin. Apabila diduga adanya gangguan fungsi luhur ini, maka pasien bersangkutan perlu diperiksa lebih teliti secara klinis pada tahap berikutnya. Selanjutnya pada tahap terakhir dipertimbangkan untuk suatu penetapan secara formal dengan tes psikometrik. Tahap terakhir ini melibatkan psikolog yang berwenang melakukan tes tersebut. Jenis tes akan dipilih yang khusus dipergunakan untuk menentukan adanya gangguan otak (a.l. Raven's Progressive Matrices). Khusus untuk gangguan bahasa perlu dilakukan tes afasia (a.l. Token Test) yang melibatkan ahli bina wicara. Dokter sebaiknya mengenal penetapan awal dan klinis gangguan fungsi Iuhur ini, karena dialah yang akan berhadapan pertama kali dengan pasien-pasien dengan gangguan tersebut.

Page 16: Makalah Psi Proses Berpikir
Page 17: Makalah Psi Proses Berpikir

Penetapan fungsi luhur secara klinis

Dalam menetapkan secara klinis dianut prinsip organisasi lateral dan longitudinal serebral. Artinya, bagian - bagian otak tertentu mempunyai fungsi tertentu. Prinsip pusat lokalisasi fungsi pada otak ini tidak mutlak. Pusat-pusat di otak ini merupakan suatu sistem pusat fungsional yang kompleks (Luria). Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa menempati hemisfer kiri (disebut hemisfer dominan bagi orang yang kinan atau right-handed), fungsi persepsi menempati hemisfer kanan (non-dominan) dan fungsi memori menempati hemisfer kanan dan kiri, tepatnya di lobus temporalis. Dengan demikian dikenal sindroma hemisfer kiri dan kanan dengan perincian sebagai berikut :

Sindroma hemisfer dominan terdiri dari :

1. Sindroma afasia (termasuk aleksia dan agrafia)

Aleksia dan Agrafia adalah kerusakan pada angular gyrus(pusat bahasa n& bicara) mengganggu asosiasi pencitraan pola visual dengan bentuk pendengaran, karena itu mengganggu kemampuan baca dan tulis. Kerusakan baca disebut alexia, sedangkan kehilangan kemampuan tulis disebut agrafia. Kedua kerusakan bahasa tersebut biasanya saling melengkapi.

Alexia terjadi dengan sendirinya. Penderita alexic mungkin bisa menulis, tapi tidak bisa membaca apa yang dia tulis. Kerusakan angular gyrus tidak memengaruhi pandangan. Penderita alexia dan agrafia masih bisa melihat dengan normal.

2. Sindroma Gerstmann (right-left confusion, agnosia jari, agrafia dan akalkulia).

Sindroma hemisfer non-dominan terdiri dari :

1. neglect

2. anosognosia

3. kesukaran visuospatial

4. apraksia konstruksional

5. apraksia berpakaian

Sindroma ini tidak ditulis lengkap, masih ada gejala yang tidak dicantumkan.

Sindroma lobus temporalis kiri dan kanan terdiri dari gangguan :

1. immediate memory

2. short-term memory

3. long-term memory

Gangguan memori disebut sebagai amnesia. Bila mengenai lobus temporalis kiri menyebabkan gangguan memori verbal dan bila kanan menyebabkan memori visual.

Page 18: Makalah Psi Proses Berpikir

Sindroma afasia

Secara klinis kita kenal afasia :

1. Broca , 2. Wernicke , 3. konduksi , 4. anomia , 5. global

Uraian masing afasia secara singkat ialah sebagai berikut :

Afasia Broca : ciri bicara spontan pasien ialah lambat, ter- bata-bata, monoton dan kalimat pendek - pendek (disebut non fluent). Penyimakan bahasa baik, pengulangan kalimat buruk dan penyebutan nama benda buruk.

Afasia Wernicke : ciri bicara spontan cepat, kadang - kadang terlalu cepat, lagu kalimat baik, panjang kalimat cukup (disebut fluent). Penyimakan bahasa buruk, pengulangan kalimat buruk dan penyebutan nama benda buruk.

Afasia konduksi : ciri bicara fluent, penyimakan dan pe- nyebutan nama benda baik, hanya pengulangan kalimat buruk.

Afasia nominal atau anomia : ciri bicara spontan fluent, hanya penyebutan nama benda yang buruk, yang lain baik.

Afasia global : ciri bicara spontan non-fluent, lain-lain buruk semua.

Dengan menilai gangguan segi bahasa tersebut, dapat ditentukan pasien menderita jenis afasia apa dan dimana letak lesinya. Broca terletak di bagian anterior, Wernicke di bagian posterior, konduksi di jaras antara Broca dan Wernicke, global di seluruh hemisfer kiri dan anomia tidak mempunyai letak lesi yang tetap.

Sindroma Gerstmann

lalah sekelompok gejala yang terdiri dari agnosia jari (tidak mengenali jari-jari sendiri dan pemeriksa), right-left dis- orientation, disgrafia (tidak mampu menulis) dan akalkulia (tidak mampu berhitung). Sindroma ini disebabkan kerusakan hemisfer kiri daerah lobus parietalis.

Right-left disorientation

Right-left disorientation ialah ketidak mampuan pasien mem- bedakan kanan dan kiri dari anggota tubuh sendiri dan dari ruang sekitarnya. Pasien tidak sanggup menunjuk tangan ka-nannya, kaki kirinya, dan juga tidak dapat menunjukkan tangan yang benar dari pemeriksa bila diminta.

Unilateral Spatial neglect

Unilateral Spatial neglect merupakan gangguan persepsi ruang yang sering mengakibatkan pasien membentur benda yang ber- ada di sisi kirinya atau pasien tampak mengabaikan benda -benda yang berada di lapangan pandang kirinya. Kelainan ini dapat dikenali dengan menyuruh pasien membuat gambar yang simetris dan ia akan menghilangkan sisi kiri dari gambar tadi. Misalnya disuruh membuat gambar jam, maka hasilnya ialah sebuah gambar jam yang angka-angka 8, 9 dan 10 tidak tergambar.

Anosognosia

Anosognia ialah gangguan persepsi karena kerusakan hemis- fer non-dominan lobus parietalis. Pasien tidak mempunyai pandangan dan kesadaran tentang dirinya dan anggota tubuh- nya. Pasien tidak memberi perhatian pada kelainan tubuhnya, bahkan sampai menyangkal bahwa anggota tubuhnya lumpuh.

1

Page 19: Makalah Psi Proses Berpikir

Gangguan visuospatial

Gangguan visuospatial ialah gangguan utuk menafsirkan posisi, jarak, gerak, bentuk dan hubungan anggota tubuhnya terhadap objek sekitarnya. la seakan-akan tidak tahu terhadap konsep atas-bawah, depan - belakang, dan dalam-luar. Pasien meng- alami kesukaran bila harus melewati sebuah gang, ia tidak ingat lagi tata ruang yang pernah dikenalnya, tidak tahu letak kamar tidurnya, tidak kenal peta rumah tinggalnya. Pasien tidak dapat menjiplak sebuah gambar bergaris, tidak sanggup menggambar kubus atau binatang dan tidak dapat menyusun balok-balok yang diperlihatkan kepadanya. Gangguan orientasi ini disebabkan kelainan hemisfer non-dominan.

Apraksia konstruksional

Apraksia konstruksional merupakan ketidak mampuan untuk mencontoh bentuk - bentuk gambar dan menyusun balok-balok atau batang- batang korek api menurut contoh yang diberikan. Kemampuan ini termasuk fungsi kognitif yang kompleks dan diperankan oleh semua lobi dengan lobus parietalis non-dominan yang terpenting.

Apraksia berpakaian

Apraksia berpakaian merupakan gangguan orientasi ruang yang menyebabkan pasien sukar mengenakan pakaian karena sukar membedakan bagian mana yang diperuntukkan lengan, tungkai dan sebagainya.

Amnesia

Gangguan immediate memory mudah dikenali dengan menyuruh pasien mengulangi 6 digit yang kita sebutkan. Gangguan short-term memory dapat dikenali karena pasien tidak dapat mengingat apa yang telah terjadi beberapa saat yang lalu. Ia tidak dapat menceritakan kejadian pada hari itu. Sedangkan long-term memory terganggu bila pasien tidak lagi mengenali riwayat hidupnya.

Umumnya amnesia yang terjadi adalah gangguan short-term memory. Pada kelainan lobus temporalis kiri menyebabkan gangguan memori verbal (tidak ingat apa yang disebutkan) sedangkan lobus temporalis kanan menyebabkan memori visual (apa yang diperlihatkan). Gangguan memori ini merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.

Peranan pada gangguan peredaran darah di otak (cerebrovascular disorder):

1. Gangguan memori yang disebut sebagai transient global amnesia sering menjadi manifestasi dari gangguan peredaran darah otak jenis transient ischemic attack ' s (TIA's) . Jenis CVD ini umumnya dikenal karena adanya gangguan neurologik ele- menter seperti hemiparesis, hemihipestesia dan sebagainya yang timbul secara tiba-tiba dan sentara (transient) dan berlangsung tidak lebih dari 24 jam serta tanpa memberikan gejala sisa. Serangan sentara ini dapat berulang-ulang. Tidak jarang serangan ini berupa gangguan bahasa seperti afasia atau gangguan memori seperti amnesia. TIA 'S dengan gejala afasia mudah dikenali karena gejala yang jelas, tetapi tidak demikian halnya dengan gangguan memori. Transient global amnesia sebagai manifestasi TIA' s biasanya dikenali dari perubahan tingkah laku pasien. Pasien tampak seperti bingung-bingung, banyak bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan oleh dirinya. Kalau kita agak waspada dan mengajukan pertanyaan pada pasien akan terungkap bahwa ia tidak ingat apa yang telah dilakukan beberapa saat yang lalu, tetapi orientasi pasien, immediate memory dan long-term memory masih baik. Perlu dibedakan dengan keadaan confuse. Ungkapan adanya TIA's sangat penting karena

2

Page 20: Makalah Psi Proses Berpikir

merupakan suatu peringatan bahwa suatu ketika pasien dapat mengalami stroke serebral yang manifes bila tidak diobati.

2. Sering pula, gangguan bahasa, afasia, merupakan satu-satu- nya gejala gangguan peredaran darah otak yang menetap (isolated stroke). Pada afasia Broca, gejala tunggal ini mudah dike- nali, tetapi anomia lebih sulit dikenali sedangkan afasia Wernicke sering sukar dikenali karena pasien dengan bicara spontan banyak akan disalah tafsirkan sebagai kasus psikiatrik.

3. Walaupun pada gangguan peredaran darah otak terdapat gejala hemiparesis yang nyata hingga diagnosis mudah ditegakkan, sebaiknya adanya gangguan bahasa, persepsi dan memori perlu mendapat perhatian. Hal ini perlu untuk rehabilitasi pasien selanjutnya terutama pada hemiparesis kiri.

Peranan pada trauma kapitis. 1. Pada keadaan akut trauma kapitis, maka gangguan memori mempunyai peranan penting.

Amnesia post - trauma kapitis dapat meliputi kejadian sebelum trauma (retrograd amnesia) atau setelah trauma (anterograd amnesia). Lamanya amnesia tersebut dapat dipakai sebagai patokan akan luas lesi yang terjadi di otak. Umumnya amnesia ini meliputi gangguan short-term memory saja. Apabila ternyata long-term memory juga terkena maka ini menandakan adanya kelainan otak yang difus, berat dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Juga disini perlu dicatat bahwa pasien umumnya hanya terganggu memorinya tanpa kehilangan fungsi -fungsi lain.

2. Pada keadaan lanjut trauma kapitis, dapat dijumpai berbagai kelainan fungsi luhur, baik sebagai gejala tunggal atau bersama- sama gejala elementer. Pada keadaan yang pertama kita perlu waspada karena gejala yang tidak jelas. Sering pasien mengeluh tentang kurangnya konsentrasi, cepat lupa setelah mengalami trauma kapitis. Masalah yang juga disebut sebagai sindroma post - trauma kapitis ini perlu penanganan serius. Perlu dibedakan antara keadaan pribadi yang neurastenis yang sudah ada premorbid dengan gejala gangguan persepsi, memori atau bahasa yang disebabkan trauma. Keadaan akhini dapat dikenali kalau kita sempat melakukan observasi selama pasien mengalami trauma. Pada mulanya lebih banyak gejala yang ditemukan yang lambat laun makin berkurang dan akhirnya hanya tersisa satu atau dua gejala saja. Selain yang akut, trauma kapitis menahun juga membawa pengaruh terhadap timbulnya gangguan luhur ini. Salah satu contoh trauma kapitis menahun ialah olah raga tinju. Sudah sering diungkapkan bahwa olah raga ini dapat merusak saraf. Yang dimaksudkan kerusakan saraf ini ialah gangguan fungsi luhur, bukan gangguan elementer yang mudah dikenali oleh awam.

Adanya afasia ringan, gangguan persepsi atau memori pada trauma kapitis akut dan menahun perlu ditelusuri. Penelusuran ini perlu karena biasanya pasien tidak mengeluh secara jelas. Lagi pula gejala fungsi luhur post-trauma kapitis ini dapat menyebabkan masalah dalam hubungan kerja pasien dengan majikan. Pasien mengeluh tetapi majikan tidak melihat alasan keluhan tadi. Atau juga bagi dokter yang ha rus menentukan apakah pasien dengan trauma kapitis sudah sembuh benar dan dapat kembali kerja menduduki jabatan semula. Tentu kita ha rus berhati-hati kalau . berhadapan dengan kasus demikian. Dan yang terakhir yang akan menyebabkan masalah adalah asuransi kesehatan.

Rehabilitasi Disamping rehabilitasi gejala hemiparesis pada CVD, maka rehabilitasi terhadap gangguan

bahasa, persepsi perlu mendapat perhatian. Terutama hal ini penting bagi pasien dengan hemiparesis kiri. Sering pasien demikian ini juga menunjukkan gejala gangguan persepsi-orientasi yang menghambat latihan- latihan untuk paresisnya. Pasien tidak acuh terhadap

3

Page 21: Makalah Psi Proses Berpikir

tungkainya yang lumpuh, pasien tidak mengenali posisi tungkainya, pasien tidak memperhatikan lapangan pandang sisi kirinya, semua ini menyukarkan fisioterapi. Sebaiknya rehabilitasi juga ditujukan kepada gangguan persepsi orientasi ini. Demikian pula pada pasien dengan hemiparesis kanan yang menderita juga afasia. Latihan fisioterapi perlu disertai latihan bina wicara (speech therapy). Latihan afasia berupa bina wicara dapat diberikan oleh seorang yang profesional dan oleh

keluarga yang telah mendapat petunjuk-petunjuk untuk ini di rumah, karena pasien membutuhkan latihan terus menerus. Prinsip bina wicara ialah motivasi, stimulasi dan repetisi. Pasien perlu mendapat motivasi untuk melatih bicaranya. Jangan dibiarkan menggunakan bahasa isyarat dalam percakapan sehari-hari, juga di rumahnya. Keluarga diberi tahukan untuk tidak membiarkan pasien memakai bahasa isyarat. Pasien ha rus dipaksakan mengucapkan kata disamping isyarat yang dipakainya. Terapis akan membuat program latihan bagi pasien yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan berat-ringan afasinya. Program ini ditujukan untuk memberikan stimulasi yang kontinu secara auditif atau tertulis. Pengulangan atau repetisi perlu dilakukan secara teratur. Stimulasi taktil juga dapat dipakai bila diperlukan.

Pada gangguan anosognosia dimana pasien mengabaikan anggota tubuhnya yang sakit, maka anggota bersangkutan perlu dirangsang supaya lambat laun pasien menyadarinya. Pasien dilatih untuk memandangi anggota yang sakit terse-but yang sedang digerak-gerakan oleh terapis kesegala arah, juga arah melewati garis tengah tubuhnya. Selanjutnya pasien diminta melakukan hal tersebut tanpa bantuan terapis, tetapi dengan bantuan anggotanya yang tidak sakit. Pasien dilatih menunjuk benda yang dipegang oleh terapis dan digerak-ge- rakan kesegala arah termasuk arah melewati garis tengah tu- buhnya. Pasien diminta berdiri diatas garis lantas menempatkan kaki-kakinya diatas tempat-tempat yang telah diberi tanda. Pasien diminta menirukan terapis yang menunjuk-nunjuk anggota tubuhnya. Kemudian pasien diminta menunjuk atas perintah terapis.

Pada pasien yang mengalami gangguan visuospatial, dimana ia mengalami kesukaran menafsir keadaan dirinya terhadap ruang sekelilingnya, maka tata ruang dimana pasien tinggal perlu mendapat perhatian. Ruangan sebaiknya tidak terlalu penuh dengan alat-alat rumah tangga dan benda-benda, cukup terang, tidak berwarna terlalu menyolok dan tenang. Hal-hal ini akan membantu pasien dalam kehidupan sehari-hari. Pada pasien lebih baik diberikan instruksi secara verbal yang jelas daripada instruksi yang menggunakan isyarat. Cermin yang besar sangat menolong pasien dalam menafsirkan dirinya ter- hadap ruang sekitarnya. Latihan-latihan menjiplak gambar- gambar perlu diberikan.

Pasien dengan gangguan unilateral spatial neglect, yang menyebabkan pasien mengabaikan lapangan pandang sisi kirinya, perlu dibantu dengan mengatur tata ruangnya secara khusus. Semua alat mmah tangga dan benda diletakkan ke arah kanan dari titik pusat aktivitas pasien. Dengan letak khusus ini di- maksudkan supaya pasien dapat melihat bila ada orang lain yang sedang bekerja di dalam ruangnya. Juga Ietak TV, meja kursi perlu diatur demikian. Letak makanan dalam piringnya juga perlu mendapat perhatian. Latihan memberikan rangsangan verbal dan taktil perlu diberikan dari arah kiri pasien.

Pasien dengan apraksia konstruksional perlu dilatih menyu- sun balok atau batang korek api membuat konstruksi 3 dimen- sional. Mula-mula bentuk sederhana, kemudian makin kom- pleks.

Latihan-latihan mengenakan pakaian perlu diberikan pada pasien dengan apraksia berpakaian. Bila perlu diberikan tanda pada salah satu bagian baju atau celananya untuk dijadikan patokan bagi pasien dalam mengenakan pakaian tadi.

4

Page 22: Makalah Psi Proses Berpikir

Secara ringkas dapat disebutkan bahwa rehabilitasi pasien dengan gangguan bahasa umumnya perlu : 1. menimbulkan motivasi agar pasien mau belajar berbicara lagi, 2. memberikan banyak stimulasi verbal dan tulisan. 3. melakukan repetisi secara kontinu.

Pada rehabilitasi pasien dengan gangguan persepsi perlu : 1. mengatur ruangannya supaya sederhana, tidak semrawut. 2. aktivitas rutin yang di-arahkan pada latihan penguatan (reinforces learning) dan dilakukan banyak repetisi. 3. stimulasi sensorik yang menimbulkan kesadaran (awa- reness)

5

Page 23: Makalah Psi Proses Berpikir

BAB IV

Kemampuan berbahasa

Bahasa adalah satu bentuk komunikasi terarah yang paling canggih bentuknya. Dalam komunikasi antar individu, setiap kalimat yang diucapkan mempunyai fungsi khusus. Kadang-kadang fungsinya ialah memberitahukan, mmenanyakan atau memperingatkan tentang suatu fakta. Dalam hal ini pembicara mengharapkan bahwa lawan bicaranya dapat menangkap atau mengerti fungsi dari kalimat yang diucapkan pembicara tersebut.

Ada 3 aspek penting dari fungsi bahasa, yaitu :

1. Speech Act Pada waktu seseorang berbicara, ia sebenarnya memperlihatkan suatu speech art tertentu yang dapat berupa action meminta, meyakinkan, berjanji, menyuruh dan lain-lainnya. Dalam berbicara, kadang-kadang ia mempergunakan kalimat langsung maupun kalimat tidak langsung.Contoh kalimat langsung : Ambilkan sehelai kertas!Contoh kalimat tidak langsung : Siapa yang dapat mengambilkan kertas sehelai?Dari kedua contoh tersebut terlihat adanya perbedaan struktur kalimat, meskipun speech art-nya sama yaitu meminta.Dari sekian banyak speech art yang dapat diperlihatkan seseorang, yang paling sering dijumpai adalah bentuk bertanya, pemberitahuan dan perintah.Peranan intonasi dan konteks pembicaraan mempunyai peranan penting dalam membantu pendengar untuk menentukan fungsi yang dimaksud dalam suatu penuturan. Namun demikian masih banyak yang belum jelas bagaiman suatu kalimat dimengerti fungsinya oleh pendengar sebagai menyuruh atau memberitahu misalnya.

2. Thematic Structure Thematic structure adalah penilaian tentang keadaaan mental pendengar pada saat seseorang berbicara.Seorang pembicara harus mempunyai gambaran kira-kira tentang apa yang ada pada pikiran pendengarrnya pada waktu itu yaitu pada waktu ia berbicara. Ia harus memperkirakan hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh pendengar dan hal-hal apa yang belum. Dengan demikian,pembicara tidak perlu menceritakan sesuatu yang telah diketahui pendengar. Selain itu, seorang pembicara harus mengarahkan percakapan karena berbicara merupakan suatu enterprice yang kooperatif, dimana masing-masing ingin memuaskan apa yang diinginkan oleh pembicara dan pendengar.Thematic structure ini mempunyai fungsi yang sama pada semua bahasa dan pada umunya mempunyai 3 fungsi utama, yaitu :

o Menyampaikan informasi baru dan informasi lama ( informasi yang sudah ada )o Menyampaikan subyek dan predikato Menyampaikan kerangka (irame) dan sisipan (insert)

(Clark & Clark, 1977, hlm. 31)Dalam menggunakan kalimat, pembicarkan harus mempertimbangkan bermacam-macam hal dan harus melakukan kerjasama dengan pendengarnya. Artinya, bentuk dan isi kalimat akan ditentukan oleh informasi tentang apa yang sudah diketahui oleh pendengar dan informasi apa yang perlu disampaikan kepadanya. Disamping itu jug aharus menetapkan apa yang menjadi pokok pembicaraan (subyek) dan apa yang menjadi keterangan (keterangan) untuk subyek tersebut.Dalam suatu pembicaraan biasanya informasi baru itu akan diberi tekanan pada bagian kalimat tertentu, misalnya suara agak meninggi atau mengadakan jeda. Dengan kata lain kalimat itu diberi tekanan suara (Vocal Stress).Contohnya : Si Bakri tertabrak mobil.

6

Page 24: Makalah Psi Proses Berpikir

Dalam kalimat tersebut informasi yang sudah ada adalah ialah seseorang yang bernama Bakri dan informasi yang baru ialah tertabrak mobil. Karena itu perkataan tertabrak dalam kalimat tersebut diberi tekanan suara karena merupakan informasi baru. Selain pemberian tekanan suara sebagai tanda adanya informasi baru, maka predikat dalam suatu kalimat pada umunya juga merupakan informasi baru, sedangkan subyek merupakan informasi yang sudah ada. Hal ini disebabkan karena dalam suatu pembicaraan biasanya pendengar mengetahui tentang apa yang dibicarakan (subyek) oleh pembicara, tetapi belum mengetahui keterangan tentangnya.Contohnya :1. Ayah membeli radio2. Radio dibeli ayah

Dalam kalimat (1) : Subyek = ayah – informasi yang sudah ada

Artinya : Pembicaraan itu mengenai ayah

Predikat = membeli radio – informasi baru

Merupakan keterangan tentang ayah

Dalam kalimat (2) : Subyek = radio – informasi yang sudah ada

Predikat = dibeli ayah – informasi baru

Disini Nampak bahwa aspek-aspek yang berbeda dari suatu kalimat mengisi fungsi-fungsi yang berbeda-beda pula.

3.Propositional Content

Karena pembicara ingin menyampaikan ide-ide tertentu kepada pendengar, maka kalimat yang dipilihnya harus merefleksikan jalan pikiran si pembicara mengenai objek-objek, kejadian-kejadian dan fakta-fakta yang ada seperti yang dimaksudkan oleh speech art melalui kalimat tersebut. Jadi, kalimat itu mempunyai fungsi memerinci ide-ide yang menjadi kerangka speech art. Ide-ide ini sering pula disebut sebagai an ideational content dari sebuah kalimat atau dalam ilmu pskolinguistik disebut propositional content. Kalau pendengar dapat menangkap ide yang terkandung dalam suatu kalimat berarti isi kalimat tersebut memenuhi syarat sebagai proper idea. Jadi propositional content dari suatu kalimat tidak lain adalah kombinasi dari proposisi-proposisi yang diekspresikan (Clark & Clark, 1977, hlm. 29)

A. PROSES BAHASA

Proses bahasa adalah suatu deskripsi tentang alat-alat, materi, dan prosedur yang ada dalam mental kita yang dipergunakan manusia untuk memproduksi dan mengerti bahasa.

Proses mental yang terjadi pada waktu kita berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar pada waktu kita mendengar, mengerti dan mengingat dapat diterangkan dengan suatu sistem kognitif yang ada pada manusia.

Manusia memunyai suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi bahasa memelajari cara kerja dari sistem ini. Sistem ini dapat menerangkan misalnya bagaimanamanusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata kata (produksi bahasa) dan bagaimana manusia dapat mengerti “isi pikiran” atau makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi bahasa).

B. FUNGSI BAHASA

Fungsi bahasa adalah alasan-alasan mengapa seseorang berbicara. Fungsi bahasa pada umumnya mengkomunukasikan apa yang ingin disampaikan. Ada dua macam fungsi bahasa yaitu:

7

Page 25: Makalah Psi Proses Berpikir

1. Fungsi bahasa yang bersifat intrapersonal (mathetic) Yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan (problem solving), mengambil keputusan (decision making), berpikir, mengingat dan sebagainya.

2. Fungsi bahasa yang bersifat internasional (progmatik)Yaitu yang yang menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur (message).

Dalam hal ini, Sis Heyster berpendapat bahwa tiga fungsi bahasa itu ialah:

a. Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa,b. Bahasa sebagai peresapan (mempengaruhi orang lain), danc. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat.

Fungsi bahasa yang paling utama sejak seseorang belajar bahasa adalah untuk komunikasi. Komunikasi dengan bahasa diadakan melalui dua macam aktivitas manusia yang mendasar, yaitu dengan berbicara dan mendengarkan (Clark & Clark, 1977).

C. Perkembangan Bahasa

Perkembangan berbahasa anak manusia jauh lebih tinggi daripada perkembangan anak binatang manapun . Tetapi ini hanya akan berkembang bila anak manusia itu berkembang ditengah masyarakat juga.

Pada umumnya, perkembangan bahasa anak, dibedakan atas empat masa, yaitu:

1. Masa pertama. (1;0 – 1;6)Kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak, adalah kelanjutan dari meraban. Ini dapat kita lihat dengan jelas, jika kita perhatikan bahwa diantara kata-kata itu terdapat beberapa kata yang diucapkan juga oleh anak dari bahasa apapun didunia ini. Misalnya kata-kata yang diucapkan anak tehadap ayah atau ibunya. Kata “ma” untuk ibu dan kata “pa” untuk bapak.

2. Masa kedua (1 ;6 – 2; 0)Pada masa ini dengan kecakapannya berjalan, ia makin banyak melihat segala sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Pada masa ini juga terjadi kesukaran berkata, disebabkan oleh perkembangan kemauan dan keinginannya lebih cepat daripada kekayaan bahasanya.

3. Masa ketiga(2;0 – 2;6)Pada masa ini, anak telah mulai nampak makin sempurna dalam menyusun kata-katanya. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, sekalipun bvelum sesempurna seperti yang dikatakan oleh orang dewasa.

4. Masa keempat (2;6 – seterusnya)Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu mulai bertambah-tambah. Karna itu pertanyaannya pun mulai berkaepanjangan, tidak cukup hanya dijawab dengan pendek-pendek saja.

8

Page 26: Makalah Psi Proses Berpikir

Daftar Pustaka

Walgito, Bimo. Desember 2007 . Psikologi Umum. Andi Publisher.

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press

Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com. Senin, 4 Agustus 2008

Suryabarata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com Senin, 4 Agustus 2008

Saleh, Abdul Rahman, dkk. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.

Mar`at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.

Sujanto, Agus. 1998. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.

Luria AR. The Working Brain. London The Penguin Press, 1973.

Benson DF. Aphasia, Alexia and Agraphia. New York: Churchill.Livingstone, 1979.

O'Brien MT and Pallett PJ. Total care of the Stroke patient USA: Little, Brown and company(Inc), 1978.

Cummings J, Benson F, and Lovermen S. Reversible Dementia.JAMA.243,1980; 2434-2439.

Valenstein E. Making sense of cerebral dominance and syndrome. of the nondominant hemisphere. Geriatrics, Nov. 1976; 111 - 117.

Lezak M.D. Neuropsychological Assessment. New York: Oxford.University Press, 1976.

Sumantri, Fritz. 2006. Kekuatan Otak. Bandung: Seri Pencerdasan

Atkinson, Rita. L, dkk. 1983. Pengantar Psikologi Edisi 8 Jilid I. Jakarta: Erlangga.

9