Upload
yudhajr
View
96
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ini adalah makalah tentang sejarah bahasa indonesia.
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai
KETERAMPILAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA.
Penulisan Makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Bandung, 24 Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan1
1.4. Manfaat Penulisan..1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1. Pengertian Ketrampilan Berbahasa....2
2.2. Manfaat Ketrampilan Berbahasa4
2.3. Pengunaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar.5
2.4. Aspek-Aspek Ketrampilan Berbahasa...15
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 21
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekantan menggunakan bahasa
yang dapat meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan berbahasa dibagi menjadi 2, yaitu Lisan dan Tulis. Lisan meliputi
menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan
menulis.
Jadi, keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai
setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang
lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa
adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam
berkomunikasi.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian, fungsi, macam dalam Keterampilan Berbahasa ?
2. Apa saja manfaat dalam Keterampilan Berbahasa?
3. Apa saja aspek-aspek dalam Keterampilan Berbahasa ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang dapat diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dalam Keterampilan Berbahasa.
2. Mengetahui manfaat dalam Keterampilan Berbahasa.
3. Mengetahui aspek dalam Keterampilan Berbahasa.
1.4. Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini, diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
A. Bagi Mahasiswa
1. Dapat membantu dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran
mata kuliah Bahasa Indonesia. Sehingga dapat djadikan pembendaharaan
pengetahuan mengenai Keterampilan Berbahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Ketrampilan Berbahasa
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan
antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan
dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa
lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam
pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi.
Bahsa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara berkomunikasi melalui
gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan permanen oleh penyandang cacat
karena mereka mempunyai bahasa sendiri.
Bahasa bisa punah karena kebanyakan bahasa didunia ini tidak statis. Bahasa-
bahasa itu berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari
bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya sebagai
alat komunikasi utama. Ketika tidak ada lagi masyarakat penutur asli suatu bahasa
disebut bahasa mati atau punah, meskipun masih ada sedikit penutur asli yang
menggunakan tetapi generasi muda tidak lagi menjadi penutur bahasa tersebut.
Banyak situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika
bahasa itu berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang indonesia kini boleh
jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20. Karena
bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-
kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa
indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin berkembang dan demikian pula bahasa
melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu akan punah.Karena pengaruh globali sasi
dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia menganggap bahasa indonesia itu tidak
gaul dan terlalu formal.
1.1.1. Fungsi bahasa dalam masyarakat:
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat mengidentifikasi diri.
1.1.2. Macam dan jenis ragam bahasa:
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains,
jurnalistik,dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan
presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3. Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti
dialeg bahasa madura, medan, sunda, dll.
4. Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang
akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
1.2. Manfaat Ketrampilan Berbahasa
Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat
mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat
melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran,
perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita.
Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, kitapun akan
mengalami apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki tergolong rendah. Sebagai
guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa
bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa
akan mengalami kesulitan menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena
keterampilan berbicara yang kta miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa
rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat
disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna,
bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya apabila kita tidak dapat
memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila kita tidak memiliki
keterampilan membaca yang memadai.
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya diperlukan
adanya suatu komunikasi. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama dalam
menyampaikan gagasan-gagasan, ide, perasaan dan pikiran.
Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Manfaatnya dapat kita
rasakan jika ada informasi yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Informasi yang
disampaikan sangat berpengaruh dengan cara kita menyampaikan informasi tersebut. Jika
keterampilan berbahasa kita baik, maka informasi yang ingin kita sampaikan akan diterima
dengan baik pula. Maka dari itu, perlu adanya keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa adalah keterampilan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu
atau ide kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa
Indonesia dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Keterampilan reseptif adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh informasi secara lisan dan tulisan.
b. Keterampilan produktif adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan oleh
seseorang untuk menyampaikan informasi atau ide / gagasan secara lisan dan
tulisan.
Secara garis besar, manfaat keterampilan berbahasa sangat banyak, karena tanpa
adanya keterampilan berbahasa, individu akan sulit berkomunikasi dengan
individu lainnya. Manfaat keterampilan berbahasa dapat dilihat di berbagai
profesi antara lain:
a. Seorang jurnalis yang bertugas meliput berita dan menyampaikan kepada orang
lain harus mempunyai keterampilan khusus dalam berbahasa sehingga berita yang
disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
b. Seorang dokter juga harus mempunyai keterampilan berbahasa yang cukup tinggi,
karena setiap hari mereka dituntut untuk berkomunikasi dengan pasien-pasien.
c. Begitu halnya dengan seorang pendidik atau guru. Seorang guru sekolah dasar
(SD) harus memiliki keterampilan berbahasa yang cukup tinggi. Karena seorang
guru SD merupakan guru pertama setelah keluarga yang mengajarkan cara
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
d. Seorang wartawan bukan hanya memiliki keterampilan membaca, mengamati,
mendengarkan, namun juga harus memiliki keterampilan menulis. Keterampilan
menulis merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki seorang wartawan.
Berbagai bentuk tulisan seperti berita dan artikel harus dikuasai agar informasi
yang disajikan sesuai dengan fakta-fakta dan komutatif.
Keterampilan berbahasa juga mempunyai peran penting dalam pembuatan
laporan, puisi, surat, karya ilmiah dan sebagainya. Dalam pembuatan laporan,
penyusunannya itu harus sesuai dengan prosedur bahasa Indonesia. Demikian
pula dalam pembuatan karya ilmiah, disusun dengan menggunakan bahasa yang
baku sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.
1.3. Pengunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik. Pada 23
Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan
untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang
Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan
Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam
istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia
ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Pemakaian huruf
1. Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.
2. Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen dapat digunakan pada huruf e jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.
3. Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
1. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.
2. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
3. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
4. Diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.
5. Gabungan konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.
6. Pemenggalan kata
1. Kata dasar
1. Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah
diceraikan): ma-in.
2. Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata: ba-pak.
3. Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata: man-di.
4. Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang berurutan
di tengah kata: ul-tra.
2. Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-kan.
3. Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi
7. Huruf kapital
1. Huruf pertama pada awal kalimat
2. Huruf pertama petikan langsung
3. Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab
suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
4. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang (tidak berlaku jika tidak diikuti nama orang)
5. Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat (tidak berlaku jika tidak
diikuti nama orang, instansi, atau tempat)
6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang (tidak berlaku untuk nama orang yang
digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran)
7. Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa (tidak berlaku untuk nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan)
8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah (tidak
berlaku untuk peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama)
9. Huruf pertama nama geografi (tidak berlaku untuk istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri dan nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis)
10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti "dan" yang tidak
terletak pada posisi awal, termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna
11. Huruf pertama kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti "dan" yang tidak terletak pada posisi awal, termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna
12. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Gelar akademik:
Kepmendikbud 036/U/1993.
13. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan (tidak
berlaku jika tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan)
14. Huruf pertama kata ganti Anda
8. Huruf miring
1. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
2. Huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata yang ditegasan atau dikhususkan
3. Kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya
Penulisan kata
1. Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan
2. Kata turunan
1. Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelola, permainan
2. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika hanya
mendapat awalan atau akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi
3. Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan
dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban
4. Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi: adipati, narapidana
5. Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf
awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
6. Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata
esa dan kata yang bukan kata dasar: maha esa, maha pengasih
3. Kata ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur
4. Gabungan kata
1. Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam
2. Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat
pandang-dengar, anak-istri saya
3. Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya,
akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali,
bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata,
kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka,
mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa,
puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana,
sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria,
syahbandar, titimangsa, wasalam
5. Kata ganti
1. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa,
kauberi
2. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya:
bukuku, miliknya
6. Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka
7. Kata sandang. si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang
Kancil, si pengirim
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya: betulkah, bacalah
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, satu
kali pun
3. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun
9. Singkatan dan akronim
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPR,
SMA
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik: dst., hlm.
4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap
huruf: a.n., s.d.
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital: ABRI, PASI
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital:
Akabri, Iwapi
8. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil: pemilu, tilang
10. Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang
bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka
Romawi.
1. Fungsi
1. menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan
waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
2. melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat,
3. menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
2. Penulisan
1. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf
2. Lambang bilangan tingkat
3. Lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
4. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan
5. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal
kalimat
6. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan
utuh yang besar
7. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi
8. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat
Penulisan tanda baca
1. Tanda titik
1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu deretan)
3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu
4. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
5. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak
dipakai jika tidak menunjukkan jumlah)
6. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya
7. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2)
nama dan alamat penerima surat
2. Tanda koma
1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan
3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimatnya)
4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi
5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat
6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat (tidak dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru)
7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan
8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka
9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka
12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi
13. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk menghindari salah baca
3. Tanda titik koma
1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara
2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
4. Tanda titik dua
1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan)
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan
4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
5. Tanda hubung
1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan
pada ujung baris atau pangkal baris)
2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris
(Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris)
3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal
5. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap
7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing
6. Tanda pisah
1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat
2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau
'sampai dengan'
4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya
7. Tanda elipsis
1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan
3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu
untuk menandai akhir kalimat
8. Tanda tanya
1. Dipakai pada akhir kalimat tanya
2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya
9. Tanda seru
1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat
10. Tanda kurung
1. mengapit keterangan atau penjelasan
2. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan
3. mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan
4. mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan
11. Tanda kurung siku
1. mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli
2. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
12. Tanda petik
1. mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain
2. mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
3. mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
13. Tanda petik tunggal
1. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
2. mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
14. Tanda garis miring
1. dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
2. dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap
15. Tanda penyingkat
1. menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun
1.4. Aspek-Aspek Ketrampilan Berbahasa
2. Keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut.
3. 1.Keterampilan menyimak (listening skills)
4. 2.Keterampilan berbicara (speaking skills)
5. 3.Keterampilan membaca (reading skills)
6. 4.Keterampilan menulis (writing skills)
Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk
mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya
juga akan terlibat.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan
yang teratur : mula-mula, pada masa kecil kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa,
kemudian berbicara, membaca dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak,berbicara, membaca, kemudian
menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah,
sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari disekolah. Keempat
keterampilan berbahasa berhubungan satu sama lain. Hubungan antar keterampilan berbahasa
tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
1. Keterampilan Menyimak (listening skills)
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekedar kegiatan mendengarkan tetapi juga
memahaminya . Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasimenyimak secara
interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi
dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau sejenisnya. Dalam menyimak
jenis ini,kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita
memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan meminta lawan bicara
mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih
lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif,yaitu mendengarkan
radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi
menyimak noninteraktif tersebut,kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak
bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan
diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikroyang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal
berikut :
a. menyimpan atau mengingat unsure bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka
pendek (short-term memory);
b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;
c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna, suara, intonasi, dan adanya
reduksi bentuk-bentuk kata;
d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order pattern);
f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topic dan gagasan;
g. menebak makna dari konteks;
h. mengenal kelas- kelas kata (grammatical word classes);
i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
k. mendekteksi unsure-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-
unsur lainnya.
2. Keterampilan Berbicara (speaking skills)
Bebicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu
interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi siatuasi berbicara interaktif, misalnya
percakapan tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian
antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi,
pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlanbat tempo bicara dari lawan
bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya Wahyu berpidato
dihadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan
interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapt dikatakan betul
betul bersifat noniteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang
pembicara harus dapat :
a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya;
b. mengunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar
dapat memahami apa yang diucapkan oleh pembicara;
c. menggunakan bentuk-bentuk kata,urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi,
termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
e. berupaya agar kalimat-kalimat utama ( the main sentence constituents) jelas bagi
pendengar;
f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide
utama;
g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti
pembicaraan .
3. Keterampilan Membaca (reading skills)
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat
reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang mempunyai tradisi
literasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara
terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus
dimiliki pembaca adalah:
a. mengenal system tulisan yang digunakan;
b. mengenal kosakata;
c. mengenal kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topic dan gagasan utama;
d. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
e. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
f. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan
preposisi;
g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-
kesimpulan;
j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikaldan gramatikal
untuk memahami topik utama atau informasi utama;
k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
l. menggunkan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang
berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara
mendalam.
4. Keterampilan Menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat
produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara jenis-
jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-
katadan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran
dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis
perlu untuk:
a. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk disini penggunaa ejaan;
b. memilih kata tepat;
c. menggunakan bentuk kata dengan benar;
d. mengurutkan kata-kata dengan benar;
e. menggunkan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;
f. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
g. mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secra jelas ole hide-ide atau
informasi tambahan;
h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sesingga
pembaca nudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai
subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting
untuk ditulis.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Ketrampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk di kuasai setiap
orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan
orang lain dengan cara berkomunikasi.
2. Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaatnya dapat kita rasakan jika ada informasi yang ingin kita sampaikan
kepada orang lain. Informasi yang disampaikan sangat berpengaruh dengan
cara kita menyampaikan informasi tersebut. Jika keterampilan berbahasa kita
baik, maka informasi yang ingin kita sampaikan akan diterima dengan baik
pula. Maka dari itu, perlu adanya keterampilan berbahasa.
3. Bahasa merupakan suatu budaya yang harus dijaga agar tetap lestari smpai
anak cucu kita. Karena Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang diakui
oleh negara kita. Berbanggalah terhadap bahasa indonesia karena bahasa yang
telah membesarkan negara kita. Pergunakanlah bahasa dengan baik dan benar
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam berkomunikasi. Kemampuan
keterampilan dalam berbahasa patut kita syukuri, bahasa akan membawa kita
pada kesuksesan.
4. Keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat keterampilan
1. Keterampilan menyimak (listening skills)
2. Keterampilan berbicara (speaking skills)
3. Keterampilan membaca (reading skills)
4. Keterampilan menulis (writing skills)
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Wahyu. Tahun. Keterampilan Berbahasa Indonesia, tersedia pada :
http://wahyuwap40.blogspot.sg/2013/12/ketrampilan-berbahasa-indonesia-4.html. Diakses Pada
tanggal 24 Januari 2015
Kahar, Abdul. 2010. Manfaat Keterampilan Berbahasa, tersedia pada :
http://chaharkudo.blogspot.sg/2010/07/manfaat-keterampilan-membaca.html. Diakses Pada
tanggal 24 Januari 2015
Sulaiman, Wahid. 2013. Keterampilan Berbahasa INDONESIA, tersedia pada : http://wahid-
bismania.blogspot.sg/2013/01/keterampilan-berbahasa-indonesia.html. Diakses pada tanggal 24
Januari 2015
Ghika, ikha. 2013. Makalah Keterampilan Dalam Berbahasa, tersedia pada : http://ikha-
giska.blogspot.sg/2013/01/makalah-keterampilan-dalam-berbahasa.html. Diakses pada tanggal
24 Januari 2015