34
MAKALAH Optimalisasi Energi baru terbarukan Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ESDAL Dosen pengampu : Dr Amin Pujiati M.Si. Oleh : Evi Fatmawati 7111412062 Eni Kusrini 7111412063 Ana Syukriyah 7111412069 Rifa Atun M 7111412100 Desi Eka W 7111412 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ihggouygyg

Citation preview

Page 1: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

MAKALAH

Optimalisasi Energi baru terbarukan

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ESDAL

Dosen pengampu : DrAmin Pujiati M.Si.

Oleh :

Evi Fatmawati 7111412062

Eni Kusrini 7111412063

Ana Syukriyah 7111412069

Rifa Atun M 7111412100

Desi Eka W 7111412

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya yang sangat besar dibandingkan

negara-negara lain didunia. Permintaan akan konsumsi energi tumbuh pesat seiring

pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduknya. Lebih dari 60 persen beban konsumsi

berada di Pulau Jawa, wilayah yang membutuhkan banyak energi namun tidak memiliki

sumber daya yang memadai. Hal ini dikarenakan potensi-potensi sumber daya energi di

Indonesia banyak yang tersebar di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatra, Papua

dan masih banyak daerah lain yang kegiatan ekonominya belum berkembang serta

berjarak cukup jauh dari Pulau Jawa.

Selama tahun 2012, seperti dirilis oleh Handbook of Energi and Economic Statistic of

Indonesia 2013, total pasokan energi primer Indonesia sebesar 1.255,3 juta SBM. Disisi

permintaan, membaiknya perekonomian Indonesia yang ditunjukkan dengan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 6,23% telah ikut mendorong

peningkatan konsumsi energi nasional mencapai 1.160,6 juta SBM. Selain itu Indonesia

juga merupakan negara pengekspor dan pengimpor energi. Indonesia adalah salah satu

negara pengekspor batubara terbesar di dunia, pengekspor LNG terbesar nomor dua, dan

pengguna geothermal terbesar ke tiga setelah Amerika dan Filiphina. Pada saat yang

bersamaan impor produk kilang minyak Indonesia mencapai 201,2 ribu barel per hari

hampir sama dengan impor produk minyak Kanada pada 2012 dan lebih dari 56 juta

penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap listrik. Variasi sumber-sumber energi

yang luar biasa tanpa infrastruktur dan keberadaan peraturan yang mendukung membuat

Indonesia harus berjuang untuk memenuhi konsumsi energi yang terus berkembang.

Kuatnya perekonomian, pertumbuhan golongan pendapatan menengah, dan

meningkatnya urbanisasi pastinya akan menjadi faktor yang dominan dalam mendorong

konsumsi energi dalam negeri beberapa puluh tahun kedepan.

Page 3: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

Tabel konsumsi energi Indonesia

Sumber : Indonesia Energi Outlook 2013

Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi

Indonesia mencapai 7 persen per tahun. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi energi

dunia hanya 2,6 persen saja. Selama 11 tahun terakhir, produksi energi nasional terus

mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,6% per tahun. Ekspor

mengalami pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun, impor tumbuh rata-rata 10,2% per

tahun (Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia 2013). Pertumbuhan

produksi energi terbesar terjadi pada batubara, selama kurun waktu beberapa tahun

terakhir produksi batubara mengalami peningkatan mencapai 345 juta SBM dengan

konsumsi sebesar 123.024 SBM pada tahun 2012.

Grafik konsumsi energi Indonesia per jenis

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

0

200

400

600

800

1000

1200

ListrikLPGBBMNAT.GASBBbiomasa

TAHUN

MILL

ION

BO

E

Page 4: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

Sumber: Indonesia Energy Outlook 2013

Berdasarkan grafik di atas, konsumsi energi terbesar dari tahun 2000 sampai 2012

ialah jenis BBM. BBM yang berasal dari fosil ini paling banyak digunakan oleh

masyarakat di Indonesia, baik itu dalam sektor industri (untuk bahan bakar mesin),

transportasi (bensin dan solar), rumah tangga (minyak tanah), dan lain sebagainya. Selain

BBM, batubara juga merupakan energi yang berasal dari fosil. Ketergantungan Indonesia

terhadap bahan bakar fosil sudah mencapai angka 97% . Sehingga tidak mengherankan

bila potensi sumber energi di Indonesia mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Cadangan energi primer yang besar dan sangat beragam dan ekspor sumber daya

energinya berperan vital terhadap ekonomi nasional

b. Keterkaitan dengan ekonomi domestik sangat sensitif terhadap fluktuasi harga energi

di pasar dunia

c. Permintaan terhadap energi didalam negeri tumbuh dengan pesat.

Kondisi diatas akan menimbulkan masalah dan ketimpangan, yaitu terjadinya

pengurasan sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara yang lebih

cepat jika dibandingkan dengan penemuan cadangan energi baru. Sehingga tidak menutup

kemungkinan dalam jangka yang tidak lama lagi cadangan energi fosil Indonesia akan

habis dan kebutuhan energi dalam negeri akan sangat bergantung pada impor. Jika

kondisi ini dibiarkan, Indonesia akan menjadi nett importer energy pada 2030. Dengan

kondisi demikian, tidak ada cara lain untuk dapat memenuhi kebutuhan energi dalam

negeri selain dengan memanfaatkan energi baru terbarukan serta upaya untuk melakukan

konservasi energi. Diversifikasi energi adalah penganekaragaman pemakaian energi

dengan meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti tenaga

surya,biomassa,angin,energi air dan panas bumi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah potensi-potensi energidi Indonesia yang belum termanfaatkan secara

optimal ?

2. Apa kendala yang menghalangi pemanfaatan sumber energi baru terbarukan di

Indonesia?

3. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan yang ada?

Page 5: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui potensi energi baru terbarukan apa saja yang belum

termanfaatkan secara optimal

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang membuat Indonesia belum bisa

memanfaatkan sumber energi baru terbarukan yang tersedia

3. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan yang

tersedia

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai referensi penulisan sejenis kedepannya

2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang

optimalisasi sumber daya energi di Indonesia

Page 6: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Energi Nasional

Sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana diamanatkan dalam

Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikuasai

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peranan energi

sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional,

sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan

pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional,

optimal, dan terpadu.

Menurut undang-undang No. 30 tahun 2007 energi dikelola berdasarkan asas

kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah,

keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,

ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional.

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan

meningkatkan ketahanan energi nasional, pengelolaan energi ditujukan untuk

a. tercapainya kemandirian pengelolaan energi;

b. terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri

maupun di luar negeri. Tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar

negeri sebagaimana dimaksud untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri,

pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan peningkatan devisa

Negara

c. terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan

berkelanjutan;

d. termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;

e. tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau yang

tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara adil dan merata dengan cara menyediakan bantuan

untuk meningkatkan ketersediaan energi kepada masyarakat tidak mampu dan

membangun infrastruktur energi untuk daerah belum berkembang sehingga dapat

mengurangi disparitas antardaerah;

f. tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa energi dalam

negeri agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia;

Page 7: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

g. terciptanya lapangan kerja; dan

h. terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidug.

Kebijakan energi nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang

berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan benvawasan lingkungan guna

terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional. Kebijakan energi dilakukan

melalui ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi,

pemanfaatan sumber daya energi nasional dan cadangan penyangga energi nasional.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan prinsip bauran energi (energy mix) dalam

pengelolaan energi di Indonesia.Energy mix (bauran sumber energi) merupakan suatu

konsep/strategi yang dapat dipergunakan sebagai alat (tools) untuk mencapai

pembangunan energi dan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan bauran energi

(energy mix) menekankan bahwa pemanfaatan energi perlu mengoptimumkan sumber

energi yang ada.

Sumber: Dewan Energi Nasional

Pada tahun 2010 penggunaan energi di Indonesia masih didominasi oleh minyak

bumi yaitu sebanyak 49,7% gas bumi sebanyak 20,1% batu bara sebanyak 24,5% dan

sisanya adalah menggunkanenergi baru terbarukan. Akan tetapi disadari oleh

Page 8: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

pemerintah Indonesia akan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan energi

fosil yang ada maka pemerintah menerapkan kebijakan bauran energi (energy mix)

strategi optimalisasi yaitu dengan mengoptimalkan sumber energi lain yang ada di

Indonesia seperti energi baru terbarukan akan kebutuhan energi tidak hanya tergantung

pada energi fosil saja. Scenario bauran energi yang akan dicapai pada tahun 2025

adalah penggunaan minyak bumi sebesar 23,7% gas bumi sebesar 19,7% batubara

sebesar 30,7% dan sisanya menggunakan energi baru terbarukan sebesar 25,9%. Pada

tahun 2030 penggunaan minyak bumi sebesar 19,4% gas bumi sebesar 18,8%batu bara

sebesar 31% dan menggunakan energi baru terbarukan sebesar 30,9%. Optimalisasi

penggunaan energi baru terbarukan pada tahun 2050 direncanakan meningkat daripada

tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 39,5% sedangkan penggunan energi lainnya

semakin dikurangi seperti minyak bumi sebesar 16,5% gas bumi sebesar 14,3% dan

batu bara sebesar 29,7%. Dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagai bagian dari

kebijakan energi mix sesungguhnya segera bisa direalisasikan untuk membuat

ketahanan energi di Indonesia bisa lebih stabil.

Indonesia tidak boleh tergantung pada sumber energi tak terbarukan berbasis fosil

(minyak, batubara, dan gas), namunjuga harus mengembangkan penggunaan energi

baru terbarukan seperti air, panas bumi, tenaga surya, dan lainnya. Energi baru

terbarukan yang ada di Indonesia yang potensinya melimpah belum banyak

dimanfaatkan.

2.2 Potensi-potensi energi baru terbarukan di Indonesia

Indonesia mempunyai berbagai potensi energi baru terbarukan yang dapat

dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Energi tersebut antara lain:

a. Energi Panas Bumi

Sebagai daerah vulkanik, wilayah Indonesia sebagian besar kaya akan sumber

energi panas bumi. Jalur gunung berapi membentang di Indonesia dari ujung Pulau

Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB menuju Kepulauan Banda,

Halmahera, dan Pulau Sulawesi. Panjang jalur itu lebih dari 7.500 km dengan lebar

berkisar 50-200 km dengan jumlah gunung api baik yang aktif maupun yang sudah

tidak aktif berjumlah 150 buah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di

sepanjang jalur itu, terdapat 217 daerah prospek panas bumi. Potensi energi panas

bumi total adalah 19.658 MW dengan rincian di Pulau Jawa 8.100 MW, Pulau

Sumatera 4.885 MW, dan sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan kepulauan lainnya.

Page 9: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

Sumber panas bumi yang sudah dimanfaatkan saat ini adalah 803 MW.

Biasanya data energi panas bumi dapat dikelompokkan ke dalam data energi

cadangan dan energi sumber. Biaya investasi ada dua macam. Pertama biaya

eksplorasi dan pengembangansebesar 500-1.000 dollar AS/kW: 1. Kedua, biaya

pembangkit sebesar 1.500 dollar/kW (kapasitas 15 MW), 1.200 dollar/kW (kapasitas

30 MW), dan 910 dollar/kW (kapasitas 55 MW). 2. Untuk biaya energi dari panas

bumi adalah 3-5 sen/kWh.

b. Energi Air

Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik

tenaga air. Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta

dialiri oleh banyak sungai dan daerahdaerah tertentu mempunyai danau/waduk yang

cukup potensial sebagai sumber energiair. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

adalah salah satu teknologi yang sudah terbukti (proven), tidak merusak lingkungan,

menunjang diversifikasi energi dengan memanfaatkan energi terbarukan, menunjang

program pengurangan pemanfaatan BBM, dan sebagian besar memakai kandungan

lokal. Besar potensi energi air di Indonesia adalah 74.976 MW, sebanyak 70.776 MW

ada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah sebesar 3.105,76 MW sebagian

besar berada di Pulau Jawa. Pembangunan setiap jenis pembangkit listrik didasarkan

pada kelayakan teknis dan ekonomis dari pusat listrik serta hasil studi analisis

mengenai dampak lingkungan. Sebagai pertimbangan adalah tersedianya sumber

energi tertentu, adanya kebutuhan (permintaan) energi listrik, biaya pembangkitan

rendah, serta karakteristik spesifik dari setiap jenis pembangkit untuk pendukung

beban dasar (base load) atau beban puncak (peak load) Selain PLTA, energi

mikrohidro (PLTMH) yang mempunyai kapasitas 200- 5.000 kW potensinya adalah

458,75 MW, sangat layak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di

daerah pedesaan di pedalaman yang terpencil ataupun pedesaan di pulau-pulau kecil

dengan daerah aliran sungai yang sempit. Biaya investasi untuk pengembangan

pembangkit listrik mikrohidro relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya

investasi PLTA. Hal ini disebabkan adanya penyederhanaan standar konstruksi yang

disesuaikan dengan kondisi pedesaan. Biaya investasi PLTMH adalah lebih kurang

2.000 dollar/kW, sedangkan biaya energi dengan kapasitas pembangkit 20 kW (rata

rata yang dipakai di desa) adalah Rp 194/ kWh.

Page 10: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengembangan mikrohidro adalah

dengan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan kegiatan ekonomi

masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk PLTMH, mendorong

industri mikrohidro dalamnegeri, dan mengembangkan berbagai pola kemitraan dan

pendanaan yang efektif.

c. Biodiesel

Akhir tahun 2004 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah

mencapai 5,3 juta hektare (ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm

oil/CPO) sebesar 11 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus

berlanjut dan diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi

produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton per tahun.

Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di

Indonesia adalah biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif,

terutama untuk mesin diesel. Dengan semakin tingginya harga minyak bumi akhir-

akhir ini, sudah saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkanbiodiesel, baik

untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Harga biodiesel murni sangat

bergantung pada harga CPO yang selalu berfluktuasi. Untuk skala besar, pada harga

CPO US$ 400 per ton, harga biodiesel diperkirakan mencapai sekitar US$ 560 per

ton, sehingga harga B-10 (campuran 10 persen biodiesel dan 90 persen solar) menjadi

Rp 2.400 per liter, suatu harga yang tidak terlalu tinggi untuk bahan bakar yang lebih

ramah lingkungan. Dengan kebutuhan solar Indonesia sekitar 23 juta ton per tahun

(7,2 juta ton di antaranya diimpor), penggunaan B-10 akanmemerlukan 2,3 juta ton

biodiesel, atau setara dengan 2,415 juta ton CPO yang dapat dihasilkan dari sekitar

700.000 ha kebun kelapa sawit, dan dapat menghidupim sekitar 350.000 keluarga

petani kelapa sawit, dengan asumsi kepemilikan lahan seluas 2 ha per keluarga.

Banyak keuntungan dari pemakaian biodiesel. Jenis bahan bakar ini tidak

mengandung sulfur dan senyawa benzeneyang karsinogenik, sehingga biodiesel

Page 11: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan

dengan solar. Perbedaan antara biodiesel dan solar terutama pada komposisinya.

Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan solar adalah

hidrokarbon. Pada dasarnya tidak perlu ada modifikasi mesin diesel apabila bahan

bakarnya menggunakan biodiesel. Biodiesel bahkan mempunyai efek pembersihan

terhadap tangki bahan bakar, injektor dan slang. Biodiesel tidak menambah efek

rumah kaca seperti halnya solar, karena karbon yang dihasilkan masih dalam siklus

karbon. Energi yang dihasilkan oleh biodiesel serupa dengan solar, sehingga engine

torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga serupa. Selain itu biodiesel

menghasilkan tingkat pelumasan mesin yang lebih tinggi dibandingkan dengan solar.

d. Biomassa/Biogas

Biomassa merupakan sumber energi primer yang sangat potensial di Indonesia,

yang dihasilkan dari kekayaan alamnya berupa vegetasi hutan tropika. Biomassa bisa

diubah menjadi listrik ataupanas dengan proses teknologi yang sudah mapan. Selain

biomassa seperti kayu, dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan

perkebunan, limbah biomassa yang sangat besarjumlahnyapada saat ini juga belum

dimanfaatkan dengan baik. Munisipal solid waste (MSW) di kota-kotabesar

merupakan limbah kota yang utamanya adalah berupa biomassa, menjadi masalah

yang serius karena mengganggu lingkungan adalah potensi energi yang bisa

dimanfaatkan dengan baik.Limbah biomassa padat dari sektor kehutanan, pertanian,

dan perkebunan adalah limbah pertama yang paling berpotensi dibandingkan

misalnya limbah limbah padi, jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit dan tebu.

Besarnya potensi limbah biomassa padat di seluruh Indonesia adalah 49.807,43 MW.

Dengan pemutakhiran teknologi budidaya tanaman, dimungkinkan

pengembangan hutan energi untuk pengadaan biomasa sesuai dengan kebutuhan

Page 12: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

dalam jumlah yang banyak dan berkelanjutan. Selain limbah biomassa padat, energi

biogas bisa dihasilkan dari limbah kotoran hewan, misalnya kotoran sapi, kerbau,

kuda, dan babi juga dijumpai di seluruh provinsi Indonesia dengan kuantitas yang

berbeda-beda. Pemanfaatan energi biomassa dan biogas di seluruh Indonesia sekitar

167,7 MW yang berasal dari limbah tebu dan biogas sebesar 9,26 MW yang

dihasilkan dari proses gasifikasi. Biaya investasi biomassa adalah berkisar 900

dollar/kW sampai 1.400 dollar/kW dan biayaenerginya adalah Rp 75/kW-Rp 250/kW.

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong

pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara

terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan

kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi

biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan

pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.

e. Energi Samudra/Laut

Di Indonesia, potensi energi samudra/ laut sangat besar karena Indonesia adalah

negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000

km, terdiri dari laut dalam , laut dangkal. dan sekitar 9.000 pulau-pulau kecil yang

tidak terjangkau arus listrik Nasional, dan penduduknya hidup dari hasil laut. Dengan

perkiraan potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat menghasilkan lebih

dari 2 ~ 3 Terra Watt Ekwivalensi listrik, diasumsikan 1% daripanjang pantai

Indonesia (~ 800 km) dapat memasok minimal ~16 GWatt atau sama dengan pasokan

seluruh listrik di Indonesia tahun 2005. Energi samudra ada empat macam, yaitu

energi panas laut, energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut. Prinsip

kerja masing-masing :

1. Energi panas laut yaitu dengan menggunakan beda temperatur antara temperatur

di permukaan laut dan temperatur di dasar laut.

2. Energi pasang surut dengan menggunakan beda ketinggian antara laut pasang

terbesar dan laut surut terkecil.

3. Energi gelombang adalah dengan menggunakan besar ketinggian gelombang dan

panjang gelombang.

Page 13: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

4. Energi arus laut prinsip kerjanya persis sama dengan turbin angin. Dengan

menggunakan turbin akan dihasilkan energi listrik.

Potensi energi panas laut di Indonesia bisa menghasilkan daya sekitar 240.000

MW, tetapi secara teknologi, pembangkit listrik tenaga laut belum dikembangkan dan

dikuasai sedangkan untuk energi pasang surut dan energi gelombang masih sulit

diprediksi karena masih banyak ragam penelitian yang belum bisa didata secara rinci.

Keempat energi samudra di atas di Indonesia masih belum terimplementasikan karena

masih banyak faktor sehingga sampai saat ini masih taraf wacana dan penelitian

penelitian. Biaya investasi belum bisa diketahui di Indonesia tetapi berdasarkan uji

coba di beberapa negara industri maju adalah berkisar 9 sen/kWh hingga 15 sen/kWh.

f. Angin

Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat bahwa

kecepatan angin minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan

sebagai penyedia jasa energi adalah 4m/ dt. Kendatipun demikian ada beberapa

wilayah dimana sumber energi angin kemungkinan besar layak dikembangkan.

Wilayah tersebut antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat

(NTB), Sulawesi Selatan dan Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan Karimun

Jawa.

Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan energi

angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air bersih),

pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil (10 kW) dan

skala menengah (50 - 100 kW) dan mendorong pabrikan memproduksi SKEA skala

kecil dan menengah secara massal.

g. Surya

Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di

Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan

berturutturut untuk kawasan barat dan timur

Page 14: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

Indonesia dengan distribusi penyinaran :

• Kawasan barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%

• Kawasan timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%

• Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%.

Hal ini mengisyaratkan bahwa radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun,

dan kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik.

Energi surya dapat dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu energi surya

termal dan surya fotovoltaik.

a. Surya Fotovoltaik

Energi surya atau lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell,

merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan

terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n,yang mampu merubah langsung energi

surya menjadi energi listrik.

b. Surya Termal

Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak

digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga

perkotaan. Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah

150.000 unit dengan total luasan kolektorsebesar 400,000 m2. Secara non-

komersial dan tradisional, energi surya termal banyak digunakan untuk keperluan

pengeringan berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, industrikecil,

dan keperluan rumah tangga. Secarakomersial, energi surya mempunyai

potensiekonomi untuk penyediaan panas proses suhu rendah (s/d 90 oC)

menggunakansistem energi surya termik (SEST) bagikeperluan pengolahan pasca

panenkomoditas tersebut dengan lebih efektif dan efisien.

Pengembangan energi surya mencakup pemanfaatan PLTS di perdesaan dan

perkotaan, mendorong komersialisasi PLTS dengan memaksimalkan keterlibatan

Page 15: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

swasta, mengembangkan industri PLTS dalam negeri, dan mendorong terciptanya

sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia perbankan.

2.3 Kendala pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia

Laju kebutuhan energi dalam negeri terus tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi.

Sumber pemenuhan kebutuhan itu masih didominasi oleh energi fosil. Padahal,

pemerintah telah memasang target agar seperempat dari energi yang digunakan bersifat

baru terbarukan.Penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih tergolong rendah,

karena dirasa belum kompetitif dibandingkan dengan energi konvensional. Harga listrik

yang dibangkitkan PLTS,PLTB,PLTMH dan PLT energi baru terbarukan lainnya masih

lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan BBM. Sumber energi baru terbarukan

seperti energi surya,energi angin, dan biomassa besar tetapi pemanfaatannya masih

terbatas, karena harganya yang belum kompetitif terhadap energi konvensional.

Sayangnya, sebagian besar teknologi energi masih belum berkembang dan belum

dikuasai sehingga ketergantungan terhadap luar negeri sangat besar.

Padahal jika kita tahu bahwa pemanfaatan sumber daya energi terbarukan sebagai

bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan antara lain;

1. Relatif mudah didapat,

2. Dapat diperoleh dengan gratis, berarti biaya operasional sangat rendah,

3. Tidak mengenal problem limbah,

4. Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi, dan

tidakterpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (jarass,1980).

Akan tetapi bukan berarti pengembangan pemanfaatan sumber daya energi

terbarukan ini terbebas dari segala kendala. Khususnya di Indonesia ada beberapa

kendala yang menghambat pengembangan energi terbarukan bagi produksi energi

listrik, seperti:

1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia

masih sangat rendah.

2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum

dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari luar negeri.

Page 16: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada

penyediaan modal awal.

4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih

terbatasnya studi dan penelitian yang dilakukan.

5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.

6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya

sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.

7. Kebijakan yang mampu mendorong transfer teknologi dalam membantu

menciptakan keamanan pasokan energi di dalam negeri belum kondusif.

Potensi sumber daya energi terbarukan, seperti; matahari, angin dan air, ini secara

prinsip memang dapat diperbarui, karena selalu tersedia di alam. Namun pada

kenyataannya potensi yang dapat dimanfaatkan adalah terbatas. Tidak di setiap daerah

dan setiap waktu; matahari bersinar cerah air jatuh dari ketinggan dan mengailr deras

serta angin bertiup dengan kencang. Di sebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan

tersebut, nilai sumber daya energi sampai saat ini belum dapat begitu menggantikan

kedudukan sumber daya energi fosil sebagai bahan baku produksi energi listrik. Oleh

sebab itu energi terbarukan ini lebih tepat disebut sebagai energi aditif, yaitu sumber

daya energi tambahan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi listrik, serta

menghambat atau mengurangi peranan sumber daya energi fosil.

2.3 Optimalisasi energi baru terbarukan di Indonesia

Optimalisasi sumber energi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi,

serta melakukan optimasi pembangkit untuk mempertahankan efisiensi dan

instrumentasi pembangkit agar tetap handal sehingga produksi tetap dapat

dipertahankan. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk dapat mengoptimalkan sumber

energi baru terbarukan di Indonesia adalah

1. Melakukan riset

Riset merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan sumber energi yang belum

termanfaatkan dengan optimal. Melalui riset akan didapatkan hasil serta penemuan-

penemuan terbaru bagaimana memanfaatkan EBT yang belum termanfaatkan,

belum tergali serta belum dikembangkan.Riset di bidang energi baru

terbarukanperlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional di bidang

penguasaan Iptek. Khususnya dalam rangka pengembangan industri yang berkaitan

Page 17: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

dengan jasa dan teknologi energi terbarukan dan konservasi energi yang dilakukan

melalui kerja sama dengan lembaga atau industri penelitian dan pengembangan

unggulan. Selain programnya juga perlu dianggarkan dengan baik biaya untuk

penelitian dan pengembangan yang diambil dari pengurangan subsidi, maupun

anggaran khusus yang dapat mengurangi kerugian social ekonomi karena

permasalahan pemborosan pemakaian energi. Anggaran pemerintah untuk energi

alternatif di dari tahun ketahun diberikan prioritas kenaikan untuk mempercepat

penyelesaian permasalahan energi.

2. Pembangunan infrastrukturenergi.

Infrastruktur energi meliputi infrastruktur konversi energi (pembangkit listrik,

kilang minyak, kilang gas) serta infrastruktur transmisi dan distribusi energi (pipa

gas, jaringan transmisi dan distribusi listrik, dstnya). Ketersediaan infrastruktur

energi di Indonesia serta pengembangan infrastruktur energi yang harus dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan energi dan memanfaatkan ketersediaan sumber energi,

khususnya domestik.

Pembangunan infrastruktur energi diarahkan untuk diversifikasi energi, baik yang

terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Sehingga dicapai optimasi penyediaan

energi regional dan nasional untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya

dan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur

tersebut dilakukan dengan cara:

a. Memfasilitasi pengembangan pembangunan infrastruktur energi yang mencakup

fasilitas prosesing seperti kilang minyak, pembangkit tenaga listrik, berikutnya

fasilitas transmisi dan distribusi pipa gas dan BBM dan fasilitas depot untuk

penyimpanan.

b. Memfasilitasi peningkatan investasi bidang infrastruktur energi.

c. Memfasilitasi peningkatan pemanfaatan energi alternatif non-BBM termasuk

energi baru terbarukan seperti panas bumi, surya, mikrohidro, angin, dan

biomassa sebagai bagian dari kebijakan bauran energi, efisiensi dan diversifikasi

serta mengurangi beban subsidi pemerintah.

Page 18: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

3. Perlu adanya perbaikan kebijaksanaan dalam harga

Biaya produksi dan pengembangan EBT masih tergolong mahal karena harus

mengunakan teknologi yang modern.Hal ini menyebabkan harga dari EBT masih

tergolong mahal.Pemerintah sebaiknya mengurangi subsidi terhadap bahan bakar

minyak dan memperbesar subsidi untuk energi terbarukan karena selama harga

BBM lebih rendah dari harga energi terbarukan maka pengembangan energi

terbarukan tidak kompetitif. Dengan adanya pengurangan subsidi untuk BBM

dengan dialihkan ke pengembangan EBT akan menjadikan harga BBM dan EBT

menjadi kompetitif. Masyarakat akan mempunyai banyak pilihan dalam

menggunakan energi.

4. Pengembangan instrumen kebijaksanaan dibidang fiskal yang berkaitan dengan

energi.

Pengembangkan instrument kebijakan fiskal diperlukan untuk mendorong

perkembangan EBT oleh para perusahaan.adanya berbagai insentif secara adil dan

konsisten. Insentif yang diperlukan, diantaranya adalah:

a. pemberian insentif pajak berupa penangguhan, keringanan dan pembebasan

pajak pertambahan nilai, serta pembebasan pajak bea masuk kepada

perusahaan yang bergerak dibidang energi terbarukan dan konservasi energi

b. penghargaan kepada pelaku usaha yang berprestasi dalam menerapkan prinsip

konservasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan;

c. penghapusan pajak barang mewah terhadap peralatan energi terbarukan dan

konservasi energi;

d. memberikan dana pinjaman bebas bunga untuk bagian rekayasa teknik pada

investasi pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi.

5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Transparansi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan dan pengelolaan EBT adalah

tata kelola pemerintahan. Pemerintah yang bersih dan baik akan mendorong

pengembangan optimalisasi EBT. Salah satu cara untuk membangun pemerintahan

yang bersih dan baik adalah dengan menerapkan prinsip good governance.

Penerapan prinsip-prinsip good governance dilakukan dengan

menerapkantransparansi mekanisme open access pada infrastruktur energi dan

deregulasi di tingkat makro dan mikro (corporate). Penetapan kelembagaan yang

bertanggungjawab dalam pengaturan standarisasi danspesifikasi produk-produk

Page 19: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

EBT . pemerintah juga perlu membenahi berbagai regulasi terkait dengan peraturan

perundang-undangan yang tidak efektif dan tumpang tindih.

6. Mendorong Investasi Swasta bagi Pengembangan Energi,

Investasi dari pihak swasta akan sangat mendukung pengembangan energi di

Indonesia karena biaya produksi dan pengembangan energi baru terbarukan masih

relative tinggi sehingga kurang menarik bagi investor. Investasi dari pihak swasta

dapat berbentuk pembangunan perusahaan yang mengelola energi, penggunaan

teknologi yang canggih dan modern serta pembangunan infrastruktur.Kegiatan yang

dapat dilakukan untuk mendorong investasi swasta adalah dengan menerapkan

insentif ekonomi, baik dalam bentuk fiskal maupun non fiskal, khususnya

untukpasokan energi bagi kebutuhan domestik, pengembangan energi baru

terbarukan danpeningkatan efisiensi energi.Memberikan insentif ekonomi bagi

investasi baru untuk pengembangan infrastruktur energi.Insentif tersebut dapat

berupa pemotongan pajak.

7. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Pembangunan Energi

yang Berkelanjutan.

Dilakukan dengan menyelenggarakan sosialisasi energi alternatif secara kontinyu

kepada masyarakat serta meningkatan kesadaran masyarakat dalam efisiensi dan

hemat energi.Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang penggunaan lampu

hemat energi agar dapat merubah mindset masyarakat dalam penggunaaan energi

8. Peningkatan Kegiatan Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi ini dilakukan untuk mencari sumber-sumber energi baru

terbarukan yang masih belum ditemukan. Penemuan ladang energi baru akan

menjadikan cadangan energi meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan energi di Indonesia. Peningkatan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan

dengan memberikan insentif ekonomi untuk meningkatkan investasi bagi kegiatan

eksplorasi serta eksplorasi pencarian potensi-potensi baru.

Dengan adanya optimalisasi potensi sumber energi baru terbarukan di Indonesia,

peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan peningkatan pendapatan

nasional Indonesia pun semakin terbuka.Jadi, peningkatan kesejahteraan bangsa

Indonesia menjadi kenyataan.Hal ini tentu menjadi harapan kita semua.

Page 20: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya yang sangat besar

dibandingkan negara-negara lain didunia. Permintaan akan konsumsi energi tumbuh

pesat seiring pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduknya.Sementara itu, selama 11

tahun terakhir, produksi energi nasional terus mengalami peningkatan dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 4,6% per tahun. Ekspor mengalami pertumbuhan rata-rata 6,8%

per tahun, impor tumbuh rata-rata 10,2% per tahun (Handbook of Energy and

Economic Statistic of Indonesia 2013). Konsumsi energi nasional terbesar dari tahun

2000 sampai 2012 ialah jenis BBM. BBM yang berasal dari fosil ini paling banyak

digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain BBM, batubara juga merupakan energi

yang berasal dari fosil. Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sudah

mencapai angka 97% .

Kondisi diatas akan menimbulkan masalah dan ketimpangan, yaitu terjadinya

pengurasan sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara yang lebih

cepat jika dibandingkan dengan penemuan cadangan energi baru. Kebijakan energi

nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip

berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian

dan ketahanan energi nasional. Kebijakan energi dilakukan melalui ketersediaan energi

untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya

energi nasional dan cadangan penyangga energi nasional.

Oleh karena itu diversifikasi energi atau penganekaragaman pemakaian energi

dengan meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti tenaga

surya,biomassa,angin,energi air dan panas bumi perlu dioptimalkan. Adapun hal yang

perlu dilakukan untuk dapat mengoptimalkan sumber energi baru terbarukan di

Indonesia adalah dengan melakukan riset, pembangunan infrastruktur energi, perlunya

perbaikan kebijaksanaan dalam harga, pengembangan instrumen kebijaksanaan

dibidang fiskal yang berkaitan dengan energi, menerapkan prinsip-prinsip good

governance dan transparansi, mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi,

meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan energi yang

Page 21: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

berkelanjutan, serta peningkatan kegiatan eksplorasiuntuk mencari sumber-sumber

energi baru terbarukan yang masih belum ditemukan.

Dengan adanya optimalisasi potensi sumber energi baru terbarukan di Indonesia,

peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan peningkatan pendapatan

nasional Indonesia pun semakin terbuka. Sehingga, peningkatan kesejahteraan bangsa

Indonesia menjadi kenyataan.

3.2 Saran

Dalam mengembangkan energi baru terbarukan, kami memberikan saran:

1. Perlu segera dibuat neraca sumber daya alam nasional khususnya energi sebagai

acuan untuk memetakan seluruh ragam potensi energi dan produksi energi

nsaional di seluruh wilayah nusantara.

2. Perlu segera dipercepat pembangunan infrastruktur EBT untuk mengoptimalkan

potensi EBT yang ada.

3. Pemerintah sebaiknya segera menerapkan kebijakan pola subsidi energi yang

lebih tepat untuk BBM dan Non BBM sehingga EBT memiliki nilai kompetitif

dibandingkan dengan energi fosil.

Page 22: makalah_ESDAL_ENERGI__jadi

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012.Pengembangan Energi Baru Terbarukan(Ebt) Guna Penghematan Bahan

Baku Fosil Dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI

edisi 14 desember 2012.

Bintang, Ananda.2014. Saling dorong kembangkan EBT. Fokus utama edisi 20 desember-20

Januari 2014.

Blue print pengelolaaan energi nasional 2005-2025.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012). Statistik Energi Terbaru

Kementerian Energi dan Sumber Daya Minernal. (2012). Handbook of Energy and

Economics and Statistics of Indonesia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Minernal. (2013). Indonesia Economic Energy

Outlook 2013.

Kementrian energi dan Sumber Daya Mineral .(2013). Kerangka Kebijakan Energi

Terbarukan.

Undang-undang republik Indonesia No. 30 tahun 2007 tentang energi