MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN DI HUTAN WISATA MANGROVE.doc

Embed Size (px)

Citation preview

INDEKS KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN DI HUTAN WISATA MANGROVE

Nama : Luh Putu Puspita Dewanti

NIM : 1214511027

Tanggal Pengumpulan : 9 September 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang luas wilayahnya sebagian besar adalah wilayah perairan. Perairan di Indonesia terdiri perairan darat dan perairan laut. Di mana luas perairan lautnya lebih besar bila dibandingkan perairan darat, dengan luas perairan daratan 54 juta hektar dan luas perairan lautnya mencapai 3.257.483 km2 (belum termasuk perairan ZEE). Panjang garis pantainya mencapai 81.497 km2; merupakan garis pantai terpanjang di dunia. Jika ditambah dengan ZEE, maka luas perairan Indonesia sekitar 7,9 juta km2 atau 81% dari luas keseluruhan. Dengan melihat data di atas, ini menandakan bahwa perairan Indonesia kaya akan sumberdaya perairan dan potensi-potensi perikanan yang belum tereksploitasi secara universal. Berbagai macam ekosistem terdapat didalamnya dari kelompok ikan, plankton, terumbu karang, makrozoobenthos, mikrozoobenthos, dan organisme air lainnya. Namun potensi laut tersebut sangat peka terhadap kerusakan yang di akibatkan oleh manusia baik fisik maupun kimia. Kerusakan fisik disebabkan oleh kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun seperti potassium dan bahan peledak. Selain itu, illegal fishing menjadi salah satu faktor menurunnya jumlah populasi tersebut karena pengambilannya secara besar-besaran tanpa memperhitungkan ukuran ikan yang ditangkap. Tapi permasalahan utama yang terjadi adalah kerugian yang disebabkan oleh pencemaran perairan. Selain sampah bahan organik, bahan pencemar dapat berasal dari bahan-bahan kimia, berupa air yang mengandung limbah sabun cuci, cat yang tumpah, limbah pabrik, limbah pestisida dan lain-lain. Bahan-bahan ini dapat berbahaya bagi ekosistem perairan, karena bahan-bahan tersebut sulit untuk diuraikan oleh organisme-organisme pengurai, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk menguraikan bahan-bahan tersebut. Apabila konsentrasinya sudah terlalu tinggi di perairan, akan menyebabkan toksik bagi biota air dan akan membahayakan organisme yang hidup disekitarnya terutama makrozoobenthos. Beberapa makrozoobenthos ada yang dapat bertahan hidup dan bisa dijadikan sebagai bioindikator tingkat pencemaran perairan. Makrozoobenthos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena mkarozoobenthos terus menerus berada dalam air yang kualitasnya berubah-ubah.Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka perlu diadakan suatu kegiatan dalam upaya untuk mengidentifikasi makrozoobenthos yang hidup di wilayah hutan wisata mangrove. Sehingga setelah kita mengetahui jenis pencemaran apa yang ada melalui identifikasi makrozoobenthos yang hidup didaerah tersebut, kita bisa mencegah bertambahnya tingkat pencemaran di Hutan Wisata Mangrove.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis makrozoobenthos yang hidup di wilayah hutan wisata mangrove.

2. Mengukur seberapa besar tingkat pencemaran perairan yang terdapat di wilayah hutan wisata mangrove.