16
117 KEMAUAN MEMBAYAR PASIEN TUBERKULOSIS TERRHADAP PENGOBATAN “DOTS” DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Tono Supriyatno Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani. Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta ABSTRAK Di dunia, Tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian nomor dua dari golongan penyakit infeksi. Di Indonesia menduduki urutan ke tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernafasan. Di Negara, yang jumlah penduduknya hampir mencapai 250 juta ini Studi penelitian penyakit Tuberkulosis belum terdapat penelitian spesifik tentang kemauan membayar pasien Tuberkulosis terhadap pengobatan “DOTS” (Directly Observed Treatment Shorth Course). Directly Observed Treatment horth Course (DOTS), adalah strategi kesehatan yang paling cost-effective, sebagai program pemberantasan dan penanggulangan penyakit Tuberkulosis yang dapat memberikan angka kesembuhan tinggi bagi pra penderitanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya kemampuan membayar pasien Tuberkulosis terhadap pengobatan DOTS, dan untuk menguji hipotesis faktor- faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pasien Tuberkulossis terhadap pengobatan DOTS di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Metode penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional, di mana semua variabel yang diteliti diobservasi pada waktu yang sama, Pada penelitian ini sampel yang diperlukan adalah 120, dengan rincian rincian n1 = 80 dan n2 = 40. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rta kemauan membayar pasien Tuberkulosis terhadap pengobatan DOTS adalah Rp 174.583. Kemauan membayar dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan persepsi pasien Tuberkulosis terhadap kualitas pelayanan. Kata Kunci: Tuberkulosis, strategi DOTS, kemauan membayar, kualitas pelayanan PENDAHULUAN Di dunia, Tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian nomor dua dari golongan penyakit infeksi (WHO, 2006). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, Tuberkulosis meru- pakan penyebab kematian nomer tiga di Indonesia setelah penyakit Kardio- vaskuler dan saluran pernafasan, dan nomer satu dari golongan penyakit infeksi (DepKes RI, 2001). Setengah dari kasus

Mammae

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mammae

Citation preview

Page 1: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

117

KEMAUAN MEMBAYAR PASIEN TUBERKULOSIS TERRHADAPPENGOBATAN “DOTS” DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI DI BALAI BESAR KESEHATAN PARUMASYARAKAT SURAKARTA

Tono Supriyatno

Mahasiswa Pasca Sarjana Magister ManajemenUniversitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani. Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta

ABSTRAK

Di dunia, Tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian nomor dua dari golonganpenyakit infeksi. Di Indonesia menduduki urutan ke tiga setelah penyakitkardiovaskuler dan saluran pernafasan. Di Negara, yang jumlah penduduknyahampir mencapai 250 juta ini Studi penelitian penyakit Tuberkulosis belum terdapatpenelitian spesifik tentang kemauan membayar pasien Tuberkulosis terhadappengobatan “DOTS” (Directly Observed Treatment Shorth Course). DirectlyObserved Treatment horth Course (DOTS), adalah strategi kesehatan yang palingcost-effective, sebagai program pemberantasan dan penanggulangan penyakitTuberkulosis yang dapat memberikan angka kesembuhan tinggi bagi prapenderitanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya kemampuan membayarpasien Tuberkulosis terhadap pengobatan DOTS, dan untuk menguji hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pasien Tuberkulossis terhadappengobatan DOTS di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.Metode penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasional denganpendekatan cross-sectional, di mana semua variabel yang diteliti diobservasi padawaktu yang sama, Pada penelitian ini sampel yang diperlukan adalah 120, denganrincian rincian n1 = 80 dan n2 = 40. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rtakemauan membayar pasien Tuberkulosis terhadap pengobatan DOTS adalah Rp174.583. Kemauan membayar dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, tingkatpendidikan dan persepsi pasien Tuberkulosis terhadap kualitas pelayanan.

Kata Kunci: Tuberkulosis, strategi DOTS, kemauan membayar, kualitas pelayanan

PENDAHULUAN

Di dunia, Tuberkulosis (TB) adalahpenyebab kematian nomor dua darigolongan penyakit infeksi (WHO, 2006).Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1995, Tuberkulosis meru-pakan penyebab kematian nomer tiga diIndonesia setelah penyakit Kardio-vaskuler dan saluran pernafasan, dannomer satu dari golongan penyakit infeksi(DepKes RI, 2001). Setengah dari kasus

Page 2: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

118

Tuberkulosis dunia ada di negara Bang-ladesh, Cina, India, Indonesia, danPakistan (WHO, 2006). Dengan 25%populasi dunia, negara-negara di AsiaTenggara menanggung lebih dari 1/3beban Tuberkulosis B dunia (Narain,2006). Tuberkulosis menghilangkan 4-7%dari GDP negara-negara berkembang(USAID, 2007).

Program pemberantasan penyakitTuberkulosis, telah dilaksanakan denganstrategi DOTS (Directly ObservedTreatment Shorth Course) sejak tahun1995. Penanggulangan Tuberkulosisdengan strategi DOTS dapat memberikanangka kesembuhan yang tinggi. BankDunia menyatakan strategi DOTS meru-pakan strategi kesehatan yang paling cost-effective (DepKes RI, 2001). Saat inistrategi DOTS telah diimplementasikan di183 negara (USAID, 2007).

Secara nasional anggaran peme-rintah untuk Departemen Kesahatanrelatif kecil sekitar 2,5%, dengan kata lainpemerintah belum memberikan prioritaspada pelayanan kesehatan (Trisnantoro,2005). Sehingga untuk pembiayaanDOTS jangka panjang dan berkelanjutanperlu dieksplorasi sumber-sumberpembiayaan kesehatan lainnya, yaitu darisektor swasta (keluarga).

Pembiayaan kesehatan merupakanmasalah besar di bidang kesehatan,terutama dalam sistem pelayanan yangfee for service. Seringkali harga yangditetapkan tidak sesuai dengan kemauanmembayar (willingness to pay, WTP)masyarakat yang akan memanfaatkanpelayanan kesehatan (Rachman danNurul, 2002). Maka sisi lain yang perludipertimbangkan dalam penentuanharga pelayanan kesehatan adalahdengan melihat kemauan membayarmasyarakat (DepKes RI, 1991).

SUSENAS tahun 2000 menunjukanbahwa kemauan membayar rumahtangga untuk kesehatan perbulan adalahRp.22.821 (DepKes RI, 2004). Biaya rata-rata pengobatan Tuberkulosis tahun 2005di Jawa Tengah mencapai Rp.207.628perbulan (Murti et al., 2006). Jadi ter-dapat perbedaan antara kemauan mem-bayar dan biaya rata-rata pengobatanTuberkulosis , artinya sebagian besarorang tidak bersedia membiayai pela-yanan pengobatan itu dari merekasendiri.

Kemauan membayar pada diri sese-orang dapat dikaitkan kepada suatukumpulan faktor-faktor sosial demografiseperti usia, pendidikan, jenis kelamin,dan status kesehatan; dan kumpulanfaktor ekonomi seperti masalah monoter(misalnya pembayaran, biaya obat-obatan, dan biaya perjalanan) serta aspeknon monoter seperti biaya (waktu) untukmencari pelayanan (Tjiptoherijanto danSoesetyo, 1994).

Di Indonesia belum terdapat hasilpene-litian spesifik tentang kemauanmembayar pasien Tuberkulosis terhadappengobatan “DOTS”. Dengan latarbelakang masalah tersebut penelitimengusulkan studi kemauan mem-bayar (willingness to pay, WTP) pasienTuberkulosis terhadap pengobatan“DOTS”, dan faktor-faktor yang mem-pengaruhi WTP.

MASALAH PENELITIAN

1. Berapa rupiah kemauan membayar(willingness to pay , WTP) pasienTuberkulosis terhadap pengobatanDOTS?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhikemauan membayar pasien Tuber-kulosis terhadap pengobatan DOTS?

Page 3: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

119

TUJUAN PENELITIAN

1. Menaksir besarnya kemauan mem-bayar pasien Tuberkulosis terhadappengobatan DOTS.

2. Menguji hipotesis faktor-faktor yangmempengaruhi kemauan membayarpasien Tuberkulosis terhadap pe-ngobatan DOTS.

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritisMemberi bukti empiris terhadap

teori Grossman tentang modal kese-hatan (health capital) bahwa pendi-dikan dan income meningkatkan kemau-an membayar pelayanan kesehatan.

2. Manfaat praktisMemberikan rekomendasi kepa-

da pemerintah khususnya Balai BesarKesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)Surakarta dalam hal membuat kebi-jakan harga/tarif pelayanan kese-hatan, terutama harga/tarif pengo-batan Tuberkulosis, untuk lebihmemperhatikan kemauan membayarpasien, supaya harga/tarif yangberlaku bisa terjangkau oleh golonganmasyarakat menengah ke bawah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis dan Strategi DOTS Penyakit Tuberkulosis (TB) sudah

lebih dari 100 tahun ada di bumi Indonesiaini. Penemuan baksil Tuberkulosis olehRobert Koch merupakan puncak kema-juan dari penyakit ini di abad ke - 19. Pene-muan tersebut dilaporkan di Berlin padatanggal 24 Maret 1882 dan dipublikasikandi majalah Berliner Wochenchrift pada hariSenin, 10 April 1882 (Situmeang, 2004).

Tuberkulosis (TB) adalah suatu pe-

nyakit yang disebabkan oleh bakteriberbentuk batang yang dikenal dengannama Mycobacterium tuberkulosis. Penu-laran penyakit ini melalui perantaraanludah atau dahak penderita yang mengan-dung baksil Tuberkulosis (Hiswani, 2003).

Direct Observe Treatment ShortCourse (DOTS) merupakan strategipenanganan TB yang direkomendasikanWHO yang sudah teruji keampuhannyadi berbagai negara dalam mendeteksidan menyembuhkan penderita Tuber-kulosis (Situmeang, 2004).

Strategi DOTS sesuai dengan reko-mendasi WHO, terdiri atas lima kom-ponen yaitu: (1) Komitmen politis daripara pengambil keputusan, (2) DiagnosisTB dengan pemeriksaan dahak secaramikroskopis, (3) Pengobatan denganpanduan obat anti tuberkulosis jangkapendek, (4) Ketersinambungan keter-sediaan obat anti tuberkulosis, (5) Pen-catatan dan pelaporan secara baku(DepKes RI, 2001).

Secara nasional program DOTS yangtersedia baru mampu melayani 14%penderita, sehingga dengan kemampuanyang terbatas ini dapat diupayakan agarprogram DOTS dimanfaatkan seefektifdan seefisien mungkin dengan caramencegah putus berobat karena alasanapapun, termasuk meninggal karenamenderita TB (Herryanto et al., 2004).

B. Kemauan Membayar (Willingness ToPay)

WTP, juga disebut metode contingentvaluation (CVM) adalah suatu tehnik surveiyang didesain untuk menguji hubunganantara harga dan demand dengan menanyaiklien dan atau potensial klien apakahmereka mau membayar untuk sebuahbarang atau jasa (Foreit dan Foreit, 2002).

Pada esensinya WTP mencoba untukmenilai harga dari prospektif intervensi

Page 4: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

120

langsung, dengan menanyakan subyekuntuk mengangkat valuasi keuangannyadari keuntungan yang dirasakan atau yangdiharapkan (Frew at al., 2003).

Konsumen mungkin mau mem-bayar sedikit lebih besar untuk meng-hindari risiko, sepanjang tidak melebihikemauan membayar. Namun padaprinsipnya, kemauan untuk membayartergantung kepada seberapa besarkonsumen memiliki sifat penghindarrisiko (risk averse). Makin risk averse,makin besar willingness to pay darikonsumen (Murti, 1998).

C. Contingent Valuation Method danTeknik Bidding Game

Untuk menilai suatu produk yangtidak ada di pasar ada dua macam carayaitu cara langsung dan tidak langsung.Metode CV (Contingent Valuation) adalahcara langsung dengan menggunakanteknik survei (Widayanto et al., 2000).

Kuesioner CV pada dasarnya terdiridari tiga komponen, yaitu:1. Penjelasan produk yang akan dinilai,

dapat berupa keterangan mengenaiproduk secara detail, nyata, dan infor-matif. Dapat juga menggunakan alatbantu seperti foto, peta, dan diagram.

2. Pertanyaan mengenai kemauan mem-bayar responden. Untuk memperolehkemauan membayar yang benar-benar obyektif dari responden di-perlukan metode bertanya (elicitationmethod) yang tepat. (3) Pertanyaanmengenai karakteristik responden,contohnya penghasilan keluarga, jeniskelamin, dan pendidikan. Pertanyaanini diperlukan untuk mengetahui latarbelakang dan hal-hal yang mempe-ngaruhi responden dalam menen-tukan nilai WTP.

Ada dua hal yang perlu diperhatikandalam melakukan survei CV, yaitu:

1. Metode pengambilan sampel, adalahmenentukan populasi penelitian danmengambil sampel dari populasi yangtelah ditentukan dengan metodesampling yang memadai

2. Tingkat efektifitas penyebaran kue-sioner (response rate), ada beberapametode penyampaian pertanyaan diantaranya: wawancara langsung,melalui telepon, dan melalui surat.

Menurut Ernisiscadewi (2007)desain kuesioner CV yang umumnyadigunakan yaitu,:a. Metode pertanyaan langsung (direct

question method)Metode ini digunakan dengan

cara memberikan pertanyaan lang-sung berapa harga yang sanggupdibayar oleh responden.

b. Metode penawaran bertingkat (biddinggame method) Caranya adalah bahwasemua harga tertentu telah ditetapkanoleh pewawancara kemudian di-tanyakan kepada responden apakahharga tersebut layak. Jika respondenmenjawab “ya” maka harga dinaikkanterus hingga responden menjawab“tidak”. Angka terakhir yang dicapaitersebut merupakan nilai WTP yangtertinggi. Jika responden menjawab“tidak” untuk harga pertama yangditawarkan maka harga diturunkanterus hingga responden menjawab“ya”. Angka terakhir dianggap sebagainilai WTP terendah.

c. Metode kartu pembayaran (paymentcard method)

Metode ini digunakan dengan ban-tuan kartu berisi daftar harga yangdimulai dari nol sampai pada suatu har-ga tertentu yang relatif tinggi, kemudiankepada responden ditanyakan hargamaksimum sanggup untuk membayar.

d. Metode setuju atau tidak setuju (take itor leave it method)

Page 5: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

121

Dari sisi responden metode inisangat mudah karena respondenditawari sebuah harga, kemudianditanya “setuju” atau “tidak” denganharga tersebut.

D. Hasil-hasil Penelitian SebelumnyaOnwujekwe et al. (1998) telah melaku-

kan penelitian tentang willingness to payuntuk distribusi invermectin di tiga desadi Nigeria. Penelitian itu dalam rangkapemberantasan onchocerciasis, men-dapatkan hasil bahwa ada hubungan yangsignifikan secara statistik antara WTPdengan tingkat pendidikan, pekerjaan,status perkawinan, umur, pengeluaranrata-rata perbulan untuk pelayanankesehatan, dan jenis tabungan.

Karakteristik demografi (umur, jum-lah anggota keluarga, kasta), aksessibilitasdokter (waktu perjalanan dan waktutunggu), dan faktor-faktor ekonomi (pen-dapatan, pekerjaan, dan karakteristik daripendapatan), menurut penelitian Mathiya-zhagan (1998) mempunyai hubungan yangsignifikan dengan WTP. Mathiyazhaganmelakukan penelitian tentang willingnessto pay untuk asuransi kesehatan masya-

rakat desa melalui partisipasi komunitasdi India.

Penelitian Blumenschein et al. (2001)menunjukan bahwa variabel pendidikanmempunyai arah negatif denganWTP,sedangkan variabel pendapatan mem-punyai arah positif tetapi tidak signifikan.

Hasil penelitian Sutarjo et al. (1998)tentang tingkat kemauan pasien rawatinap untuk membayar di Rumah SakitUmum Daerah Budhi Asih sebagai ru-mah sakit unit swadana menunjukanbahwa kemauan membayar dipengaruhioleh faktor mutu pelayanan, besaranharga dan pengetahuan respondenmengenai jenis pelayanan yang akandiberikan. Tetapi kemauan membayartidak mempunyai hubungan denganpendidikan dan kemampuan membayar.

Penelitian Murti (2005) tentangpendapatan, pendidikan, tempat tinggal,dan kemauan membayar asuransi kese-hatan anak: penggunaan teknik “biddinggame” yang dilakukan di daerah Surakartadan Boyolali, mendapatkan hasil bahwaada hubungan yang signifikan antara WTPdengan pendapatan keluarga, pendidikan,dan tempat tinggal.

D. Kerangka Pemikiran

Page 6: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

122

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian ana-litik observasional dengan pendekatancross-sectional, dimana semua variabelyang diteliti diobservasi pada waktu yangsama (Murti, 2007).Penelitian dilakukandi Balai Besar Kesehatan Paru Masya-rakat (BBKPM) Surakarta denganstratified random sampling, populasisumber dibagi ke dalam dua strata, yaitupopulasi pasien Tuberkulosis yang mem-bayar (n1 = 120) dan yang tidak mem-bayar (n2 = 60 ) terhadap pengobatanDOTS di BBKPM Surakarta. Darimasing-masing strata dilakukan simplerandom sampling, yaitu mencupliksubyek penelitian secara acak darimasing-masing strata.

Pada penelitian-penelitian kemauanmembayar, pada umumnya diperlukanjum-lah sampel minimum 120. Padapenelitian ini sampel yang diperlukanadalah 120, dengan rincian n1 = 80 dann2 = 40.

Variabel Penelitian1. Variabel tergantung: kemauan

membayar (willingness to pay).2. Variabel bebas: pendapatan keluarga,

tingkat pendidikan, dan persepsipasien tentang kualitas pelayanan(kepuasan pasien).

Desain Analisis DataData kategorikal dideskripsikan

dengan proporsi atau persen sedangkandata kontinu dideskripsikan dengan rata-rata (mean), stan-dar deviasi (SD),minimum, maksimum, dan median.Kemauan membayar dan faktor-faktoryang mempengaruhi dianalisis denganregresi linier ganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana:Y = kemauan membayara = interceptb1 = slope X1X1 = pendapatan keluargab2 = slope X2X2 = tingkat pendidikanb3 = slope X3X3 = persepsi pasien tentang kualitas

pelayanan (kepuasan pasien)

Lazimnya data WTP dan penda-patan memiliki distribusi miring kekanan, oleh karena itu variabel-variabeltersebut akan ditransformasikan men-jadi logaritma agar berdistribusi normal.

HASIL PENELITIAN DAN PEM-BAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas Kue-sioner

Alat ukur yang digunakan dalampengujian validitas suatu kuesioneradalah angka hasil korelasi antara skorpernyataan dan skor keseluruhan(Triton, 2006). Jika item total > 0,20 makavariabel tersebut valid (Santoso, 2000).Salah satu alat ukur yang digunakanuntuk menguji reliabiltas kuesioneradalah alpha Cronbach. Apabila nilaialpha Cronbach lebih besar dari 0,60maka suatu instrumen penelitian dapatdisebut reliabel (Priyatno, 2008).

Pada hasil uji coba kuesioner per-sepsi pasien tentang kualitas pelayanan(kepuasan pasien) pada Tabel terlihatbahwa semua nilai item total, dari butirsatu sampai dengan lima belas 0,20 danbertanda positif maka dapat disimpulkanbahwa butir pertanyaan persepsi pasiententang kualitas pelayanan adalah valid.Dengan nilai alpha Cronbach’s 0,860 yanglebih besar dari 0,60 maka butir-butirpertanyaan tersebut adalah reliabel.

Page 7: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

123

B. Statistik Deskriptif

Tabel 1.Statistik Deskriptif Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.Statistik deskriptif umur, pengeluaran keluarga,pendapatan keluarga, dan kemauan membayar

C. Uji Diagnostik Data Sampel

Tabel 3.Hasil uji diagnostik data sampel kemauan membayar

dan pendapatan keluarga

Variabel Mean Median Standar deviasi Minimum Maksimum

Umur 44,86 43,0 12,345 20,0 77,0 Pengeluarankeluarga

989.583 750.000 1.774.574 300.000 2.000.000

Pendapatan keluarga

1.331.833 1.200.000 639.548 400.000 4.000.000

Kemauan membayar

174.583 150.000 86.839 25.000 450.000

 

No Karekteristik Responden Jumlah Persen (%)

1. Jenis Kelamin Pria 79 65,8 Wanita 41 34,2 Tidak kerja 1 0,8 Buruh 11 9,2

2. Pekerjaan Tani 26 21,7 Swasta 42 35,0 PNS/POLRI/TNI 5 4,2 Wiraswasta/dagang 35 29,2 Tidak Sekolah/SD 29 24,2

3. Pendidikan SLTP/SLTA 82 68,3 PT 9 7,5

 

No. Variabel Kolmogorov-Smirnov p Grafik

1. Kemauan membayar 2,134 0,000 Miring

2. Pendapatan keluarga 1,452 0,029 Miring

 

Page 8: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

124

Dari Tabel nilai p lebih kecil dari 0,05(p < 0,05) dan dari gambaran grafikterlihat miring sehingga variabel ke-mauan membayar dan pendapatan

keluarga akan ditransformasikan kedalam bentuk logaritma supaya ber-distribusi normal.

D. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.Rata-rata kemauan membayar menurut kategori pendapatan keluarga

Tabel 5. Rata-rata kemauan membayar menurut kategori tingkat pendidikan

Tabel 6.Rata-rata kemauan membayar menurut kategori persepsi kualitas

Kemauan membayar Pendapatan keluarga Mean Standar deviasi Median

Nilai p*

Q1 (terendah) 85.833 45.699 75.000

Q2 145.652 66.423 150.000

Q3 157.727 55.672 150.000

Q4 201.111 64.990 220.000

Q5 (tertinggi) 276.667 63.839 260.000

0,000

 

Kemauan membayar Tingkat pendidikan

Mean Standar deviasi Median Nilai p*

Tidak sekolah/SD 156.207 79.504 150.000

SLTP/SLTA 171.951 84.429 150.000

PT 257.778 93.779 250.000

0,031

 

Kemauan membayar Persepsi kualitas

Mean Standar deviasi Median Nilai p*

Kurang 136.216 65.196 150.000

Sedang 187.024 93.692 150.000

Baik 196.463 87.158 225.000

0,005

 * Uji Kruskal Wallis

* Uji Kruskal Wallis

* Uji Kruskal Wallis

Page 9: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

125

Hasil Analisis Regresi Linier Ganda

Tabel 7.Hasil analisis regresi ganda

Variabel Marginal effect P CI 95%

Pendapatan keluarga 0,90 0,000 0,75-1,07

Tingkat pendidikan

Tidak sekolah/SD - - -

SLTP/SLTA 0,12 0,027 0,01-0,23

PT 0,04 0,001 0,01-0,06

Persepsi kualitas

Kurang - - -

Sedang 0,06 0,050 0,00-0,12

Baik 0,10 0,001 0,04-0,15  

Marginal effect pendapatan keluargasebesar 0,90 ini berarti setiap pe-ningkatan pendapatan keluarga sebesar1% rupiah (dari rata-rata) akan mem-bawa peningkatan kemauan membayarsebesar 0,9% rupiah.

Marginal effect SLTP/SLTA sebesar0,12 berarti tingkat pendidikan SLTP/SLTA memiliki kemauan membayar 12%lebih tinggi daripada tingkat pendidikantidak sekolah/SD. Marginal Effect, tingkatpendidikan Perguruan Tinggi sebesar0,04 berarti tingkat Pendidikan Per-guruan Tinggi memiliki kemauan mem-bayar 4% lebih tinggi daripada tingkatpendidikan tidak sekolah/SD’

Nilai Marginal Effect kategori sedangsebesar 0,06 ini berarti persepsi pasiententang kualitas pelayanan kategorisedang mempunyai kemauan membayarlebih tinggi 6% dibandingkan dengankategori kurang. Sedangkan Margina

Effect kategoro baik sebesar 0,10 yangmenunjukan bahwa persepsi pasiententang kualitas pelayanan dengankategoi baik mempunyai kemauanmembayar 10% lebih tinggi daripadakategori kurang.

F. Uji Diagnostik Regresi Linier GandaGambar (a) di bawah menunjukkan

Kernel density dari residual dalam regresiyang melibatkan logaritme kemauanmembayar sebagai variabel dependen,dan logaritme pendapatan, kategoripendidikan, dan persepsi kualitas, sebagaivariabel-variabel independen. Tampakbahwa gambaran Kernel density tersebutmendekati normal. Gambar (b) menun-jukkan gambaran residual versus fittedvalue plot. Tampak bahwa sebaran resi-dual tersebut mengerucut ke arah kanan,sehingga mengindikasikan adanya heteros-kedastisitas.

Page 10: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

126

Tabel dibawah menunjukkan hasildiag-nosis analisis regresi linier tentangkemauan membayar dengan variabelindependen pendapatan, pendidikan,dan persepsi kualitas. Tes skewness dankurtosis maupun Shapiro-Wilks menguat-kan gambaran Kernel density, bahwadistribusi residual menunjukkan distri-busi normal.

Jadi berdasarkan kriteria normalitasresidual saja, maka hasil uji t dan variasi

koefisien regresi cukup bisa diandalkan.Hasil tes Cook-Weisberg menun-

jukkan hasil yang secara statistik signi-fikan, sehingga menguatkan gambaranresidual versus fitted plot bahwa sebaran(distribusi) residual tidak sama (hete-roskedastitik). Hasil diagnostik regresi inimemberikan akibat bahwa standarderror dari koefisien regresi, hasil uji t,maupun variasi koefisien regresi yangdihitung tidak bisa diandalkan.

Gambar (a)Estimasi Kernel density dari residual untuk memeriksa non-normalitas residual;

Gambar (b)Residual versus fitted plot untuk memeriksa heteroskedasticity residual

13.2747

rnel Density Estimate -1.1844

0.9314 13.1204 F itted value

Tabel 8 .Diagnosis Analisis Regresi Linier Tentang Kemauan Membayar Dengan

Variabel Independen Pendapatan, Pendidikan, Dan Persepsi Kualitas

Metode atau tes Masalah regresi Statistik/ Grafik Nilai p

Kernel density Non-normalitas Distribusi normal -

Skewness dan kurtosis Non-normalitas 3.06 0.217

Shapiro-Wilks Non-normalitas 1.21 0.114

Rvf plot Heteroskedastisitas Heteroskedastik

Cook-Weisberg Heteroskedastisitas 11.71 0.001

Ramsey Reset Specification error F (3,111)= 3.70 0.014

Linktest Specification error t untuk _hat =2.79 0.006

t untuk _hatsq=2.48 0.015

VIF Multikolinearitas Mean VIF= 1.26

Adjusted R-Square Goodness of fit 0.58 0.000

 

Page 11: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

127

Tes Ramsey tentang specificationerror menghasilkan statistik yang signi-fikan, sehingga menunjukkan terdapatspecification error dalam model regresilinier yang sudah digunakan. Demikianjuga hasil linktest mengindikasikanterdapat specification error. Hasil tesmultikolinearitas menghasilkan VIF=1.26. Karena nilai tersebut < 10, makahasil tersebut menunjukkan tidak ter-dapat multikolinearitas. Akhirnya,adjusted R Squ-are =0,58 menunjukkanbahwa variabel-variabel independent didalam model regresi, yakni pendapatan,pendidikan, dan persepsi kualitas, secarabersama dapat dengan cukup baikmenjelaskan variasi kemauan mem-bayar, yakni sebesar 58 persen.

G. Pembahasan dan Implikasi Kebi-jakan

Pada penelitian ini, jenis kelamin prialebih banyak (65,8%) daripada wanita(34,2%), dengan tingkat pendidikanterbanyak adalah SLTP/SLTA (68,3%) danrata-rata umur subyek penelitian 44,86 ta-hun. Karekteristik sosio demografi inimenggambarkan bahwa penyakit Tuber-kulosis lebih banyak menyerang jeniskelamin pria daripada wanita (Hiswani,2003) dan masyarakat berusia produktif(Weng dan Sanusi, 2003) dan berpen-didikan rendah (Herryanto et al., 2004).

Rata-rata pendapatan keluargaperbulan adalah Rp 1.331.833, denganrata- rata pengeluaran keluarga Rp989.583. Apabila dilihat dari selisih antararata-rata pendapatan dan pengeluarankeluarga, maka sesungguhnya peng-hasilan keluarga penderita tuberkulosishanya cukup untuk memenuhi kebu-tuhan hidup sehari-hari, karena pen-derita tuberkulosis kebanyakan adalahmasyarakat berpenghasilan rendah(Herryanto et al., 2004).

Rata-rata kemauan membayarpasien Tuberkulosis terhadap pengo-batan DOTS adalah Rp 174.583. Hasilpenelitian Murti et al. (2006) biaya rata-rata pengobatan tuberkulosis tahun 2005di Jawa Tengah mencapai Rp 207.628.Berarti ada selisih antara biaya rata-ratapengobatan dengan kemauan mem-bayar sebesar Rp 33.045. Hal

Ini menunjukkan bahwa pemerintahmasih harus memberikan subsidi agarprogram pengobatan penyakit tuber-kulosis dengan strategi DOTS bisa ber-jalan dengan baik. Dan subsidi ini lebihbesar lagi pada masyarakat tidak mampukarena rata-rata kemauan membayar-nya adalah Rp 98.250.

Oleh karena itu, perlu ada kesadaranpeningkatan peran masyarakat dalammembayar pelayanan kesehatan, khu-susnya untuk pelayanan yang bersifatprivate goods tetapi untuk pengobatantuberkulosis harus dianggap sebagaipublic goods sehingga harus disubsidioleh pemerintah (Trisnantoro, 2005).

Rata-rata persepsi pasien tentangkualitas pelayanan adalah 36,46 denganmedian 39. Rata-rata lebih kecil daripadamedian, menunjukkan bahwa pasientuberkulosis mempersepsikan kualitaspelayanan pengobatan DOTS di BBKPMSurakarta adalah buruk. Hal ini meng-gambarkan bahwa pihak BBKPM Sura-karta di dalam memberikan pelayananpengobatan tuberkulosis dengan pro-gram DOTS belum memenuhi harapanpasien.

1. Kemauan Membayar dan Pen-dapatan Keluarga

Hasil uji Kruskal Wallis antara rata-rata kemauan membayar menurut kate-gori pendapatan keluarga, menghasilkannilai p = 0,000 yang lebih kecil dari 0,05(0,000 < 0,05). Hal ini berarti ada

Page 12: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

128

perbedaan antar tingkat pendapatankeluarga terhadap rata-rata kemauanmembayar.

Hasil analisis regresi gandapengaruh pendapatan keluarga terhadapkemauan membayar didapat nilai p <0,05 dan marginal effect bertanda positif,menun-jukkan kemauan membayardipenga-ruhi oleh pendapatan keluargadengan arah positif, makin tinggipendapatan keluarga makin tinggikemauan mem-bayar.

Hasil penelitian ini sesuai denganhasil penelitian Foreit dan Foreit,Mathiyazhagan dan Murti tetapi hasilpenelitian ini berlawanan dengan hasilpenelitian Blumenschein et al. bahwakemauan membayar tidak mempunyaihubungan dengan pendapatan.

2. Kemauan membayar dan tingkatPendidikan

Hasil uji Kruskal Wallis antara rata-rata kemauan membayar menurutkategori tingkat pendidikan, meng-hasilkan nilai p = 0,031 yang lebih kecildari 0,05 (0,031 < 0,05). Berarti adaperbedaan antar tingkat pendidikanterhadap rata-rata kemauan membayar.

Hasil analisis regresi ganda pengaruhtingkat pendidikan terhadap kemauanmembayar didapat nilai p < 0,05 danmarginal effect bertanda positif, menun-jukkan bahwa kemauan membayardipengaruhi oleh tingkat pendidikan de-ngan arah positif, makin tinggi tingkatpendidikan makin tinggi kemauan mem-bayar.

Hasil penelitian ini sesuai denganhasil penelitian Onwujekwe et al. danMurti, sedangkan hasil penelitian Blu-menschein et al. menunjukan arahnegatif yang berarti makin tinggi tingkatpendidikan, makin rendah kemauanmembayar. Tetapi hasil penelitian ini

berlawanan dengan hasil penelitianSutarjo et al. bahwa kemauan membayartidak mempunyai hubungan dengantingkat pendidikan.

3. Kemauan membayar dan persepsipasien tentang kualitas pelayanan

Hasil uji Kruskal Wallis antara rata-rata kemauan membayar menurutkategori persepsi pasien tentang kualitaspelayanan, menghasilkan nilai p = 0,005yang lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05).Berarti ada perbedaan rata-rata ke-mauan membayar antar tingkat persepsipasien tentang kualitas pelayanan.

Hasil analisis regresi linier gandapengaruh persepsi pasien tentangkualitas pelayanan terhadap kemauanmembayar didapat nilai p < 0,05 danmarginal effect bertanda positif. Hal inimenunjukkan bahwa kemauan mem-bayar dipengaruhi oleh persepsi pasiententang kualitas pelayanan dengan arahpositif, makin baik tingkat persepsipasien tentang kualitas makin tinggikemauan membayar. Kemauan mem-bayar dipengaruhi oleh tingkat persepsipasien tentang kualitas pelayanan.

Menurut Sutarjo et al . (1998)kemauan membayar dipengaruhi olehpersepsi seseorang terhadap kualitaspelayanan. Persepsi kualitas ini di-pengaruhi oleh pendidikan, pendapatan,jenis penyakit, maupun pela-yanan yangdiberikan oleh penyedia jasa. Oleh ka-rena itu ada perbedaan persepsi sese-orang terhadap kualitas pelayanan yangdikaitkan dengan kemauan membayar.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanRata-rata kemauan membayar

pasien tuberkulosis terhadap pengo-batan DOTS adalah Rp 174. 583.

Page 13: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

129

Kemauan membayar dipengaruhi olehpendapatan keluarga, makin tinggi pen-dapatan keluarga, makin tinggi kemauanmembayar pasien TB terhadap pengo-batan DOTS. Kemauan membayar di-pengaruhi oleh tingkat pendidikan,makin tinggi tingkat pendidikan, makintinggi kemauan membayar pasien TBterhadap pengobatan DOTS. Kemauanmembayar dipengaruhi oleh persepsipasien tentang kualitas pelayanan, makinbaik tingkat persepsi pasien tentangkualitas pelayanan, makin tinggi ke-mauan membayar pasien TB terhadappengobatan DOTS.

SaranUntuk keperluan kebijakan pene-

tapan tarif/harga pelayanan pengobatanDOTS, karekteristik masyarakat (pen-dapatan keluarga dan pendidikan) danjuga persepsi pasien tentang kualitas pe-layanan, yang diketahui mempengaruhikemauan membayar harus dijadikan

sebagai bahan pertimbangan.Dengan rata-rata kemauan mem-

bayar masyarakat sebesar Rp 174.583,maka penetapan tarif/harga pelayananDOTS harus mempertimbangkan ke-mauan membayar masyarakat tidakmampu, sehingga pemerintah tetap ha-rus memberikan subsidi agar pengo-batan tuberkulosis dengan strategiDOTS berjalan dengan baik. Perludipikirkan adanya sistem pembiayankesehatan dengan sistem asuransi.Tanpa pembiayaan dengan cara asuransibeban masyarakat akan tinggi. Jalan iniharus diambil karena kemampuan ne-gara memang terbatas, sedangkan biayakesehatan terus naik tanpa hambatan.Sudah seharusnya pemerintah ikutcampur dalam upaya mencari carapembiayaan yang terbaik. Dengan surveikemauan membayar dapat dicari berapatingkat pembiayaan kesehatan yangdapat dibebankan kepada masya-rakatdan subsidi pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal (2005). Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach). www. damandiri. or. id/ file/akmal2005 bb 2 pdf. Diakses tanggal 24 Juni 2007.

BBKPM Surakarta (2007). Laporan Tahunan BBKPM Surkarta Tahun 2006. Surakarta.BBKPM Surakarta.

Bhatia MR dan Rushby JAF (2002). Willingness to pay for treated mosquito nets inSurat,India: the design and descriptive analysis of a household survey. Health Policyand Planning 17 (4): 402-411.

Blumenschein K, Johannesson M, Yokoyama KK, Freeman PR (2001). Hypothetical versusreal willingness to pay in the health care sector: result from a field experiment. Journalof health Economics 20: 441-457.

Cook J, Whittington D, Canh DG, Johnson FR, Nyamete A (2007). Reliability of statedpreferences for cholera and typhoid vaccines with time to think in Hue, Vietnam.Economic Inquiry 45 (1): 100-114.

Ernisiscadewi (2007). Tinjauan Pustaka. www. damandiri. or. Id /file / ernisiscadewipbab2.2007. pdf. Diakses tanggal 15 Juli 2007.

Page 14: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

130

DepKes RI (2007). Tiap Empat Menit Satu Orang Meninggal: Perempuan Lebih RentanTerinfeksi TB. www. depkes. go. id/ index /php?option =articles & task =viewarticles&artid =80&2007.Itemia=3.21k. diakses tanggal 15 Juli 2007.

DepKes RI (2004). JPKM. www. depkes. go. id/ downloads/ Rembang % 20JPKM % 202004.Diakses tanggal 2 Juli 2007.

DepKes RI (2001). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-6. Jakarta.DepKes RI: 1-9.

DepKes RI (1991). Seri Pengkajian Sumber Daya Kesehatan. Jakarta. DepKes RI: 58.

DinKes Prop. Jateng (2003). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003. Semarang.DinKes Prop. Jateng: 34.

Djijono (2002). Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan diTaman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sain.Institut Pertanian Bogor. Program Pascasarjana/S3:2.

Dolan RJ dan Simon H (1996). Power Pricing. New York. The Free Press.

Donaldson C (2002). Eliciting patien’s values by use of “willingness to pay”: letting thetheory drive the methode. Blackweel Science Health Expectation 4:180-188.

Dong H, Kouyate B, Cairns J, dan Sauerborn R (2003). A comparison of the realibility ofthe take-it-or-leave-it and the bidding game approaches to estimating willingness-to-pay in a rural population in West Africa. Social Science & Medicine 56: 2181-2189.

FKM UI (2001). Mobilisasi Dana Kesehatan, Pelatihan Perencanaan Kesehatan Terpadu.Jakarta. FKM UI:20.

Foreit JR dan Foreit KGF (2002). The reliability and validity of willingness to pay surveysfor reproductive health pricing decisions in developing countries. Health Policy 63:37-47.

Frew EJ, Wolstenholme JL, dan Whynes DK (2003). Comparing willingness to pay: biddinggame format versus open-ended and payment scale format. Health Policy xxx:1-10.

Gani A (1993). Seminar Optimalisasi Investasi Perorangan Dan Kelompok Di BidangPelayanan Kesehatan. Jakarta. FKM UI.

Grossman A (1972a). On the concept of healt capital and the demand for health. Journal ofPolitical Economy, 80:223-255.

Hamilton LC (1992). Regression with Graphics, A Second Course in Applied Statistics.California. Duxbury Press.

Herryanto, Musadad DA, dan Komalig FM (2004). Riwayat Pengobatan Penderita TB ParuMeninggal di Kabupaten Bandung. Jurnal Ekologi Kesehatan 3(10): 1-6.

Hiswani (2003). Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi MasalahKesehatan Masyarakat. www. library. usu. Ac .id /modulus. pph?op = modload&name= Download&file = index&reg = getil&lid =22003 . Diakses tanggal 15 Juli 2007.

Indrapermana (2007). Tinjauan Pustaka. www.damandiri.or.id/file/indrapermana-

Page 15: Mammae

Kemauan Membayar Pasien terhadap Pengobatan ‘DOTS” danFaktor-faktor yang Mempengaruhi ... (117 - 132) Tono Supriyatno

131

ipbbab2.2007.pdf. Diakses tanggal 14 Juli 2007.

Johannesson M (1990). A Note On The Relationship Between Ex Ante and ExpectedWillingness To Pay For Health Care.Soc. Sci. Med. 42(3): 305-311.

Jorgensen BS, Syme GJ, Smith LM, Bishop BJ (2004). Random error in willingness to paymeasurement: A multiple indicators, latent variable approach to the reliability ofcontingent values. Journal of Economic Psychology 25: 41-59.

Mathiyazhagan K (1998). Willingness To Pay For Rural Health Insurance ThroughCommunity Participation in India. International Journal of Health Planning andManagement 13: 47-67.

Murti B, Trisnantoro L, Probandari A, Maryanti AH, Hardianto D, Hasanbasri M, danWisnuputri T (2006). Perencanaan dan Pengembangan Untuk Investasi Kesehatan diTingkat Kabupaten dan Kota. Yogyakarta. Gadjah Mada Unviersity Press: 14-74.

Murti B (2007). Prinsip & metodologi riset epidemologi. Edisi 3. Yoygakarta. Gadjah MadaUniversity Press.

Murti B (2005). Income, Education, Residence, and Willingnes To Pay For Child HealthInsurance: The Use of Bidding Game Technique. JMPK 8 (2) :67-80.

Murti B (1998). Implikasi Ekonomis Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Melalui JPKM:Probel Moral Hazard. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 1 (3): 117-120.

Narain J (2006). Current Status of TB Control in The WHO South-Easth Asia Region. Jakarta.Meeting of Partnerns in TB Control in The South-East Asia Region.

Olsen JA, Kidhlolm K, Donaldson C, dan Shackley P (2004). Willingness to pay for publichealth care : a comparioson of two approaches. Health Policy 70: 217-228.

Onwujekwe O dan Nwagbo D (2002). Investigating starting-point bias: a survey ofwillingness to pay for insecticide-treated nets. Social Science & Medicine 55: 2121-2130.

Onwujekwe OE, Shu EN, Nwagbo D, Akpala CO, dan Okonkwo PO (1998). Willingnes topay for community –based invermection distribution: A study of three onchocersiasis-endemic communitas in Nigeria. Tropical Medicien and International Health 3 (10):802-808.

Priyatno D (2008). Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) untukAnalisis data dan Uji Statistik. Yogyakarta. MediaKom.

Protiere C, Donaldson C, Luchini S, Moatti JP,dan Shackley P (2004). The impact ofinformation on non-health attributes on willingness to pay for multiple care programes.Social Science & Medicine 58: 1257-1269.

Rachman dan Nurul T (2002). Tingkat Kemampuan dan Kemauan Masyarakat dalamMembayar Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sawahan Kotamadya Surakarta).www.juptunari-gdl-res-1998-rachman2c-334-heath Airlangga University. Diaksestanggal 30 Juni 2007.

Page 16: Mammae

DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber DayaVol. 10, No. 2, Desember 2009

132

Sabarguna BS (2004). Pemasaran Rumah Sakit. Yogyakarta. Konsorsium Rumah SakitIslam Jateng-DIY: 12-13.

Santoso S (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta. PT. ElexmediaComputindo.

Situmeang T (2004). Pengobatan Tuberkulosis Paru Masih Menjadi Masalah? Jakarta.Indonesian Nutrition Network: 1-5.

Slothuus U, Larsen ML, dan Junker P (200). The contingent ranking method-a faesibleand valid method when eliciting preferences for health care? Social Science & Medicine54: 1601-1609.

Sukana B, Herryanto, dan Supraptini (2003). Pengaruh Penyuluhan Terhadap PengetahuanPenderita TB Paru di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan 2 (3): 282-289.

Suryawati C (2002). Masalah Kesehatan, Need/Kebutuhan dan Demand Pelayanan Kesehatan.Semarang. FKM Undip:8.

Sutarjo US, Muchlas M, dan Kusnanto H (1998). Tingkat Kemauan Pasien Rawat InapUntuk Membayar di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Sebagai Rumah SakitSwadana. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 1 (4): 181-188.

Thabrany H (2001). Desentralisasi Kesehatan, Mudah Diucapkan Sulit Dijalankan. HarianKompas, 14 Februari 2001.

Tjiptoherijanto P dan Soesetyo B (1998). Ekonomi Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta:101-278.

Trisnantoro L (2005). Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen RumahSakit. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press: 29-41.

Triton PB (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta. Penerbit Andi.

USAID (2007). Investing in Health : Fighting Tuberculosis for Sustainable Development.Washington, DC. Bureau for Global Health.

Weng Y dan Sanusi R (2003). Manajemen Program Penanggulangan Penyakit Tuberculosis(P2TB) di Puskesmas Kabupaten Manggarai. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan6 (1): 35-41.

WHO (2006). Tuberculosis is the Principal of Death Form A Curable Infections Disease,But Treatment is Highly Cost Effective. www.dep2.org. Diakses tanggal 3 Agustus2007.

WHO (2007). Tuberculosis: The Facts. Word TB Day 2007. WHO TB Factsheet.

Widayanto Y, Kusrestuwardhani, Resosudarmo BP dan Resosudarmo IAP (2000).Pengembangan Wilayah Dalam Hal Perbaikan Kualitas Air Sungai: Nilai Air BersihBagi Masyarakat Sekitar Sungai di DKI Jakarta: www.respas.anu.edu.au/~4039069/1996to2000/tigapilar2-99.pdf.Diakses tanggal 21 Juli 2007.