Upload
vanhuong
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN MUTU SEMEN BEKU SAPI DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB)
LEMBANG BANDUNG (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein)
SKRIPSI JEMI WAHYU
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
2
RINGKASAN
JEMI WAHYU. D34104013. Manajemen Mutu Semen Beku Sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD., MSi. Pembimbing anggota : Dr. drh. Iman Supriatna
Teknologi yang tepat digunakan dalam upaya pelestarian dan perbaikan genetik ternak adalah inseminasi buatan (IB). Saat ini semen yang akan digunakan dalam proses IB dapat dibekukan. Dimaksudkan agar semen dapat disimpan sekian lama dan tidak mempengaruhi tingkat motilitas sperma (mutu semen). Keuntungan menggunakan semen beku ialah dapat mengatasi hambatan waktu dan jarak sehingga dapat disediakan kapan dan di mana saja. Meningkatnya kebutuhan konsumen dan masyarakat peternakan untuk mendapatkan semen beku yang baik dan sesuai standar menuntut diterapkannya sistem manajemen yang baik. Dengan demikian, manajemen mutu perlu diterapkan dalam setiap tahap proses produksi. Penerapan manajemen mutu harus terus ditingkatkan dan dievaluasi. Karena semakin baik produsen menerapkan sistem manajemen mutu maka semakin terpenuhi kepuasan konsumen.
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang merupakan unit kerja instansi pemerintah yang melaksanakan produksi dan pemasaran benih unggul ternak serta pengembangan IB. Dalam perkembangannya BIB Lembang sejak berdiri sampai dengan sekarang telah memproduksi semen beku benih unggul lebih dari 20 juta dosis yang telah disebarkan ke daerah-daerah pelaksanaan IB di Indonesia. Sesuai dengan visinya yaitu menjadi produsen semen beku ternak unggul untuk memenuhi kebutuhan IB secara tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah, serta siap bersaing dalam era globalisasi 2010 maka diperlukan suatu sistem manajemen yang baik terutama manajemen mutu.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pelaksanaan manajemen mutu semen beku sapi di BIB Lembang, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mutu semen beku sapi yang dihasilkan BIB Lembang, dan (3) mengetahui apakah proses produksi semen beku sapi BIB Lembang dalam keadaan terkendali atau tidak. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober hingga Desember 2007 di BIB Lembang yang berlokasi di Jalan Kiwi Kayu Ambon 78 Lembang Bandung yang didesain dengan menggunakan metode studi kasus yang bersifat deskriptif-analisis dengan subyek penelitian adalah BIB Lembang. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diagram sebab akibat (cause effect diagram) dan analisis grafik kendali (control chart X-R).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian mutu semen beku sapi yang dilaksanakan di BIB Lembang terdiri atas pengendalian mutu semen segar, pengendalian mutu selama proses produksi, dan pengendalian mutu semen beku. Pengendalian mutu sudah dijalankan secara terstruktur dengan adanya uji/pemeriksaan motilitas semen secara berkala. Berdasarkan diagram sebab akibat (cause and effect diagram) maka faktor utama yang mempengaruhi mutu semen beku sapi di BIB Lembang adalah sapi pejantan yang digunakan untuk produksi semen
3
beku. Grafik kendali (control chart X-R) menunjukkan bahwa proses produksi semen beku sapi potong (Ongole) maupun sapi perah (Frisian Holstein) di BIB Lembang dalam keadaan terkendali. Dapat diperkirakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: 1) sapi – sapi pejantan yang dimiliki BIB Lembang benar - benar memiliki motilitas semen yang tinggi, 2) tenaga kerja yang teliti dan profesional, 3) metode yang digunakan, serta 4) peralatan atau fasilitas/lingkungan yang mendukung dan memadai.
Kata-kata kunci: Semen Beku Sapi, Manajemen Mutu, Diagram Sebab Akibat, Grafik Kendali
4
ABSTRACT
Quality Management of Bull Frozen Semen in Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung
(Ongole and Frisian Holstein Bull Frozen Semen)
Wahyu., J., L. Cyrilla, I. Supriatna
The increasing needs of high quality frozen semen by people especially farmer, makes the rule on good management of its system have to be applied. BIB Lembang is one of the two pioneer of artificial insemination laboratory in Indonesia that produced bull frozen semen. According to the statement above, BIB Lembang have to apply good quality management on each steps of production process. The aims of this research were: (1) to know the quality management which was applied by the BIB Lembang, (2) to identify what the factors that influence the quality of bull frozen semen at BIB Lembang, (3) to know whether the production process of bull frozen semen at BIB Lembang was under control or not. This research was conducted from October until December 2007 at BIB Lembang Bandung. Case study design was chosen on this research. The data that used were the primary and secondary data. The cause effect diagram and control chart analysis was used in research data analysis. The result showed that the bull frozen semen production at the BIB Lembang was very restrained that caused by bull which used for frozen semen production.
Keywords : Bull Frozen Semen, Quality Management, Cause Effect Diagram, Control Chart
5
MANAJEMEN MUTU SEMEN BEKU SAPI DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB)
LEMBANG BANDUNG (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein)
JEMI WAHYU
D34104013
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
6
MANAJEMEN MUTU SEMEN BEKU SAPI DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB)
LEMBANG BANDUNG (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein)
Oleh
JEMI WAHYU
D34104013
Skripsi ini disetujui telah disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 25 Maret 2008
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Lucia Cyrilla ENSD., MSi. Dr. drh. Iman Supria tna NIP. 131 760 916 NIP. 130 871 930
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr. NIP. 131 955 531
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 September 1986 di Serang, Banten. Penulis
adalah anak kedua dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Samlawi dan Ibu
Jemah.
Pendidikan dasar penulis dimulai dari MI Al-Munawaroh mulai tahun 1992
hingga 1995 dan diselesaikan di SDN Anyar pada tahun 1998, pendidikan lanjutan
menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di MTsN Padarincang dan
pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di MAN 2 Serang.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai
panitia di beberapa jenis kegiatan. Penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) sebagai staf Departemen Ilmu dan
Keprofesian periode 2005-2006 dan sebagai Sekretaris Departemen Informasi dan
Komunikasi periode 2006-2007. Penulis juga pernah aktif dalam Keluarga
Mahasiswa Banten (KMB) sebagai anggota. Prestasi yang pernah diraih penulis yaitu
sebagai Finalist of MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) Student Project
Proposal Competition pada tahun 2006.
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, kepada
keluarga, sahabat dan umatnya.
Skripsi yang berjudul Manajemen Mutu Semen Beku Sapi di Balai Inseminasi
Buatan (BIB) Lembang Bandung (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein) ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Peternakan pada Program
Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu
semen beku sapi di BIB Lembang, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu semen beku sapi yang dihasilkan BIB Lembang, dan
mengetahui apakah proses produksi semen beku sapi BIB Lembang dalam keadaan
terkendali atau tidak.
Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan BIB Lembang
dalam upaya meningkatkan manajemen mutu sehingga mutu semen beku sapi yang
dihasilkan dapat dipertahankan. Penulis berharap juga, skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Bogor, Maret 2008
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................... i
ABSTRACT............................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1 Perumusan Masalah.................................................................................. 2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian................................................................................. 3
KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
Konsep Mutu............................................................................................ 6 Manajemen Mutu ..................................................................................... 7 Semen Beku ............................................................................................. 9 Proses Produksi Semen Beku.................................................................... 12
Penampungan Semen ...................................................................... 12 Pemeriksaan Semen Segar............................................................... 12 Printing straw................................................................................. 13 Penyiapan Bahan Pengencer............................................................ 13 Proses Pembuatan Semen Beku ....................................................... 13 Penyimpanan Semen Beku .............................................................. 13 Pemeriksaan dan Pengujian Mutu Semen Beku ............................... 13 Pencatatan dan Pemantauan Produksi Semen Beku.......................... 14
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mutu Semen Beku .......................... 14 Pejantan .......................................................................................... 14 Mesin/Peralatan............................................................................... 14 Tenaga Kerja................................................................................... 15 Metode............................................................................................ 15 Fasilitas/Lingkungan ....................................................................... 15
METODE PENELITIAN ......................................................................... 16
Waktu dan Tempat ................................................................................... 16 Desain Penelitian...................................................................................... 16 Data dan Instrumentasi ............................................................................. 16
Data ................................................................................................ 16
10
Instrumentasi................................................................................... 16 Analisis Data............................................................................................ 17
Analisis Diagram Sebab Akibat....................................................... 17 Analisis Grafik Kendali................................................................... 18
Definisi Istilah.......................................................................................... 21
GAMBARAN UMUM LOKASI.............................................................. 23
Sejarah dan Perkembangan BIB Lembang................................................ 23 Visi dan Misi BIB Lembang..................................................................... 23
Visi ................................................................................................. 23 Misi................................................................................................. 23
Struktur Organisasi................................................................................... 24 Tugas Pokok dan Fungsi BIB Lembang.................................................... 25
Tugas Pokok ................................................................................... 25 Fungsi ............................................................................................. 25
Sistem Manajemen BIB Lembang ............................................................ 26 Manajemen Umum.......................................................................... 26 Manajemen Keuangan..................................................................... 26 Manajemen Kepegawaian ............................................................... 26 Manajemen Teknis Perbibitan ......................................................... 27
Kerjasama Operasional............................................................................. 27 Distribusi dan Pemasaran ......................................................................... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 29
Manajemen Mutu ..................................................................................... 29 Pengendalian Mutu Semen Segar..................................................... 29 Pengendalian Mutu selama Proses Produksi ................................... 30 Pengendalian Mutu Semen Beku .................................................... 31
Analisis Diagram Sebab Akibat................................................................ 32 Mutu Semen Sapi selama Penampungan Semen .............................. 32 Sapi Pejantan .......................................................................... 32 Peralatan ................................................................................. 35 Tenaga kerja ........................................................................... 36 Metode.................................................................................... 37 Fasilitas/Lingkungan............................................................... 38 Mutu Semen Sapi selama Proses Pembuatan Semen beku ............... 38 Bahan Baku ............................................................................ 38 Mesin/Peralatan ...................................................................... 39 Tenaga kerja ........................................................................... 39 Metode.................................................................................... 40 Lingkungan............................................................................. 40 Mutu Semen Sapi selama Penyimpanan dan Pemindahan Semen beku ............................................................................................... 42 Bahan Baku ............................................................................ 42 Peralatan ................................................................................. 42 Tenaga kerja ........................................................................... 43 Metode.................................................................................... 44 Lingkungan............................................................................. 44
11
Analisis Grafik Kendali ............................................................................ 46
KESIMPULAN........................................................................................ 53
Kesimpulan .............................................................................................. 53 Saran........................................................................................................ 53
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 55
LAMPIRAN............................................................................................. 56
12
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Koefisien A2, D3 dan D4 dalam Grafik Kendali X-R.................... 20
2. Hasil Pemeriksaan Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole)... 47
3. Hasil Perhitungan Batas Pengendali Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole) ........................................................................... 48
4. Hasil Pemeriksaan Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH) ........... 50
5. Hasil Perhitungan Batas Pengendali Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH) .................................................................................... 50
13
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Penelitian...................................................................... 5
2. Pemahaman Mengenai Mutu......................................................... 7
3. Diagram Sebab Akibat .................................................................. 18
4. Grafik Kendali .............................................................................. 21
5. Struktur Organisasi BIB Lembang ................................................ 25
6. Diagram Sebab Akibat Manajemen Mutu Semen Sapi selama Penampungan Semen.................................................................... 34
7. Diagram Sebab Akibat Manajemen Mutu Semen Sapi selama Proses Pembuatan Semen Beku..................................................... 41
8. Diagram Sebab Akibat Manajemen Mutu Semen Beku Sapi selama Proses Penyimpanan dan Pemindahan Semen Beku........... 45
9. Grafik Kendali X Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole) .... 48
10. Grafik Kendali R Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole)..... 49
11. Grafik Kendali X Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH)............. 51
12. Grafik Kendali R Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH) ............. 51
14
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peralatan untuk Penampungan Semen........................................... 57
2. Mesin/Peralatan untuk Pembuatan Semen Beku........................... 58
3. Peralatan Distribusi Semen Beku serta Berbagai Bangsa Sapi Pejantan di BIB Lembang ............................................................. 59
4. Proses Produksi Semen Beku serta Skema Prosedur KSO............. 60
5. Peta Distribusi dan Pemasaran Semen Beku.................................. 61
6. Check Sheet (pada Pemeriksaan Awal) BIB Lembang................... 62
7. Check Sheet (pada Pemeriksaan Kedua) BIB Lembang................. 63
8. Check Sheet (pada Pemeriksaan Akhir) BIB Lembang .................. 64
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan
pertanian yang berarti pelaksanaan pembangunan pertanian secara keseluruhan tidak
dapat dipisahkan dari pembangunan peternakan. Tujuan pembangunan peternakan
antara lain: mencukupi dan memperbaiki gizi masyarakat, meningkatkan kemampuan
dan produktivitas peternak, serta melestarikan ternak melalui perbaikan genetik,
peningkatan produksi dan populasi ternak. Upaya melestarikan ternak merupakan hal
yang sangat penting karena dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani
baik daging maupun susu.
Teknologi yang tepat digunakan dalam upaya pelestarian ternak tersebut adalah
inseminasi buatan. Inseminasi buatan (IB) diperkirakan pertama kali diadakan di
Indonesia pada permulaan tahun lima puluhan dan hingga saat ini pelaksanaannya
telah berkembang dengan pesat hampir di seluruh provinsi Indonesia. Toelihere
(1981) menyatakan bahwa kegiatan IB terbukti memiliki keunggulan dibandingkan
dengan kawin alam, beberapa diantaranya adalah penggunaan pejantan unggul,
penghematan biaya dan tenaga pemeliharaan pejantan, pencegahan penularan
penyakit, dan efisiensi reproduksi dapat dipertinggi. Menurut SNI 01-4869.1-2005,
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan program IB adalah mutu semen beku
yang dihasilkan sedangkan faktor-faktor yang lain adalah reproduksi ternak betina,
keterampilan petugasnya dalam ketepatan dan pelaporan deteksi berahi serta
pemeliharaan ternak betina.
Saat ini semen yang akan digunakan dalam proses IB dapat dibekukan.
Dimaksudkan agar semen dapat disimpan sekian lama dan tidak mempengaruhi
tingkat motilitas sperma (mutu semen). Sehingga semen dapat dimanfaatkan sesuai
keperluan proses IB. Penggunaan semen beku (frozen semen) dimulai sejak tahun
1973 yaitu pada sapi perah dan sekarang telah berkembang penggunaannya pada
ternak yang lain seperti pada sapi potong, kerbau, dan kambing. Keuntungan
menggunakan semen beku ialah dapat mengatasi hambatan waktu dan jarak sehingga
dapat disediakan kapan dan di mana saja.
Meningkatnya kebutuhan konsumen dan masyarakat peternakan untuk
mendapatkan semen beku yang baik dan sesuai standar menuntut diterapkannya
16
sistem manajemen yang baik. Dengan demikian, manajemen mutu perlu diterapkan
dalam setiap tahap proses produksi. Upaya manajemen mutu harus terus ditingkatkan
dan dievaluasi. Karena semakin baik produsen menerapkan sistem manajemen mutu
maka semakin terpenuhi kepuasan konsumen.
Perumusan Masalah
Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu teknologi tepat guna untuk
meningkatkan mutu dan jumlah ternak dengan memanfaatkan penggunaan bibit
pejantan unggul. Program IB berupaya menjaga kelestarian ternak melalui
peningkatan produksi dan populasi ternak yang berguna untuk pembangunan
peternakan di Indonesia.
Wadah yang berfungsi sebagai fasilitator dan mediator perbaikan dan penjaga
mutu ternak melalui teknologi IB adalah Balai Inseminasi Buatan (BIB). Salah satu
BIB yang berfungsi dalam penyediaan semen untuk keperluan IB adalah BIB
Lembang. Sejalan perkembangannya, BIB Lembang sangat dikenal peranannya
dalam pembangunan peternakan baik ditingkat regional maupun nasional. Hal
tersebut didukung dengan adanya kepercayaan peternak terhadap BIB Lembang yang
dapat memproduksi semen beku guna kepentingan IB.
Semen beku yang dihasilkan di BIB Lembang sebagian besar adalah semen
beku sapi. Semen beku sapi yang dihasilkan harus senantiasa dijaga mutunya agar
memenuhi kepuasan konsumen. Keinginan konsumen (swasta maupun peternak)
akan semen beku sapi selalu memperhatikan mengenai mutu yang sesuai standar
nasional bahkan internasional. Berdasarkan hal tersebut, BIB Lembang dalam setiap
tahapan proses produksi semen beku sapi diharapkan selalu melakukan quality
control serta standarisasi untuk menentukan mana yang memenuhi standar dan mana
yang tidak memenuhi standar.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen mutu semen beku sapi di BIB Lembang?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mutu semen beku sapi yang
dihasilkan BIB Lembang?
3. Terkendali atau tidakkah proses produksi semen beku sapi di BIB Lembang?
17
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksanaan manajemen mutu semen beku sapi di BIB Lembang.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mutu semen beku sapi yang
dihasilkan BIB Lembang.
3. Mengetahui apakah proses produksi semen beku sapi di BIB Lembang dalam
keadaan terkendali atau tidak.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian antara lain:
1. Sebagai bahan masukan atau saran bagi manajemen BIB Lembang berkaitan
dengan manajemen mutu semen beku sapi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut, terutama
mengenai manajemen mutu.
18
KERANGKA PEMIKIRAN
Manajemen mutu adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan semua sumberdaya yang ada untuk
menghasilkan produk yang bermutu dan sesuai dengan keinginan konsumen.
Penerapan manajemen mutu di BIB Lembang dimulai dari praproduksi, proses
produksi, dan pascaproduksi. Praproduksi semen beku sapi dilakukan terhadap mutu
semen segar, proses produksi semen beku sapi dilakukan pengendalian proses yaitu
pengolahan dari semen segar sampai semen beku, sedangkan pascaproduksi
dilakukan pengendalian terhadap semen beku sapi yang dihasilkan agar sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaan proses, kesalahan yang terjadi sulit dihindari sehingga
terkadang ditemukan beberapa produk yang tidak memenuhi standar. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya adalah kualitas dan kuantitas bahan baku, mesin/peralatan,
tenaga kerja, metode, serta fasilitas/lingkungan. Faktor-faktor tersebut harus
senantiasa diperhatikan dan dibutuhkan ketelitian agar produk yang dihasilkan dapat
memenuhi standar.
Beberapa alat analisis manajemen mutu yang dapat digunakan untuk
mengetahui mutu semen beku sapi adalah diagram sebab akibat dan analisis grafik
kendali. Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui dan mengelompokkan
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu semen beku dan meneliti faktor-faktor lain
yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut secara lebih lengkap. Analisis grafik
kendali berguna untuk mengetahui apakah setiap kali proses produksi mengalami
penyimpangan atau tidak. Grafik kendali yang akan digunakan adalah grafik yang
menyatakan nilai rata-rata (X) dan selang/range (R) atau sering disebut grafik
kendali X-R. Melalui kedua alat analisis ini maka dapat diketahui mutu semen beku
sapi yang dihasilkan BIB Lembang. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam
penelitian ini terlihat pada Gambar 1.
19
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
BIB Lembang
Pembibitan dan Pemeliharaan Sapi Pejantan Bermutu
Pengambilan Semen dari Sapi
Pengolahan dan Produksi Semen
Beku Sapi
Manajemen Mutu Semen Beku Sapi
Pra, Proses dan Pascaproduksi
Diagram Sebab Akibat
Analsis Grafik Kendali
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu
Proses Produksi Terkendali atau Tidak
Mutu Semen Beku Sapi
20
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Mutu
Ariani (2002) mengemukakan bahwa mutu memerlukan suatu proses perbaikan
terus menerus (continuous improvement process) yang dapat diukur, baik secara
individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Dukungan manajemen,
karyawan, dan pemerintah untuk perbaikan mutu adalah penting bagi kemampuan
berkompetisi secara efektif di pasar global. Perbaikan mutu lebih dari suatu strategi
usaha, melainkan merupakan suatu tanggung jawab pribadi, bagian dari warisan
kultural, dan merupakan sumbu penting kebanggaan nasional.
Gaspersz (2003) mendefinisikan bahwa mutu adalah segala sesuatu yang
menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus
menerus sehingga dikenal istilah : Quality = Meets Agreed Terms and Changes
(Q-MATCH). Karena mutu mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan
kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan bermutu
apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta
diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.
Menurut Prawirosentono (2004), mutu suatu produk adalah keadaan fisik,
fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.
Mutu suatu produk bukan saja dipengaruhi oleh mutu bahan baku yang digunakan,
tetapi juga dipengaruhi oleh proses pembuatannya. Artinya mesin untuk memproses
bahan baku menjadi barang jadi akan mempengaruhi mutu barang. Tentu saja
teknologi (mesin) yang lebih mutakhir atau canggih selalu menghasilkan mutu
barang yang lebih baik walaupun mesin baru selalu harganya lebih mahal. Ini berarti
bahwa biaya produksi pembuatan barang bersangkutan akan menjadi lebih mahal
pula. Namun demikian, penggunaan teknologi (mesin) baru mempunyai kapasitas
(daya) produksi yang lebih besar. Artinya jumlah barang jadi yang dihasilkan dapat
lebih banyak pula disamping mutu barang yang dihasilkan dapat lebih baik.
Feigenbaum (1996) menyatakan bahwa mutu produk dan jasa secara langsung
dipengaruhi dalam sembilan bidang dasar, atau pada bidang yang dapat dianggap
sebagai ”9M”: pasar (market), uang (money), manajemen (management), manusia
(men), motivasi (motivation), bahan (material), mesin (machines), dan mekanisasi
21
(mechanization), metode informasi modern (modern information methods), dan
persyaratan proses produksi (mounting product requirements).
Feigenbaum (1996) juga menambahkan bahwa suatu sistem mutu adalah
sesuatu yang disetujui bersama, struktur kerja operasi keseluruhan perusahaan dan
pabrik, terdokumentasi dalam prosedur-prosedur manajerial dan teknik terpadu yang
efektif, untuk membimbing tindakan-tindakan terkoordinasi dari orang, mesin dan
informasi di perusahaan dan pabrik tersebut melalui cara yang terbaik dan paling
praktis untuk menjamin kepuasan pelanggan akan mutu dan biaya mutu yang
ekonomis.
Muhandri dan Kadarisman (2006) menyimpulkan bahwa mutu adalah
kesesuaian serangkaian karakteristik produk atau jasa dengan standar yang
ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan, dan keinginan konsumen
(Gambar 2).
Gambar 2. Pemahaman Mengenai Mutu Sumber : Muhandri dan Kadarisman, 2006
Manajemen Mutu
Gaspersz (1997) menyatakan bahwa manajemen mutu dapat dikatakan sebagai
semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan
kebijaksanaan mutu, tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya
melalui alat-alat manajemen mutu, seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu,
penjaminan mutu, dan peningkatan mutu. Seluruh aktivitas tersebut ditujukan bagi
pencapaian totalitas karakteristik produk dan proses untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan.
Perusahaan Produk/jasa Konsumen
Karakteristik
Standar
- Syarat - Kebutuhan - Keinginan
Membuat
Menetapkan
Sesuai Permintaan
22
Muhandri dan Kadarisman (2006) menyatakan bahwa sistem manajemen mutu
merupakan bentuk perkembangan metode jaminan mutu yang mutakhir yang terus
berkembang. Sistem manajemen mutu memadukan semua unsur yang diperlukan
oleh organisasi untuk meningkatkan kepuasan konsumen secara kontinyu melalui
produk jasa dan proses yang lebih baik.
Muhandri dan Kadarisman (2006) juga mengemukakan mengenai
pertimbangan mengapa sistem manajemen mutu itu dibutuhkan antara lain:
1. Pelanggan mempersyaratkan produk dan jasa dengan karakteristik yang
memuaskan kebutuhan dan harapannya.
2. Keinginan dan harapan tersebut diekspresikan ke dalam spesifikasi produk untuk
memenuhi persyaratan pelanggan.
3. Persyaratan pelanggan dapat berbentuk:
a. Kontraktual dengan pelanggan (pelanggan institusioanal)
b. Ditetapkan produsen sendiri (pelanggan individual)
Pada akhirnya pelangganlah yang menentukan diterima atau tidaknya suatu
produk atau jasa.
4. Mengingat kebutuhan dan harapan pelanggan terus berkembang, ketatnya
persaingan usaha dan kemajuan teknologi, maka perusahaan didorong untuk
terus pula memperbaiki dan meningkatkan mutu produk dan prosesnya.
5. Pendekatan melalui sistem manajemen mutu mendorong perusahaan selalu:
a. Menganalisis persyaratan pelanggan.
b. Menentukan dan menspesifikasi semua proses yang berkontribusi terhadap
pencapaian mutu produk yang akan diterima pelanggan.
c. Memelihara agar proses-proses tersebut selalu terkendali.
d. Suatu sistem manajemen dapat memberikan kerangka kerja (conceptual
frame work) untuk perbaikan berkesinambungan agar memperbesar peluang
peningkatan kepuasan pelanggan.
e. Suatu sistem manajemen mutu juga memberikan keyakinan kepada
perusahaan dan pelanggan bahwa perusahaan selalu menghasilkan produk
yang konsisten dalam memenuhi persyaratan pelanggan.
Menurut Gaspersz (2003), manajemen mutu (quality management)
didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan kemampuan secara terus menerus
23
(continuous perfomance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam
setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua
sumberdaya dan modal yang tersedia. Manajemen mutu merupakan pemaduan
upaya-upaya pengembangan, pemeliharaan dan perbaikan mutu dari berbagai
kelompok dalam perusahaan, sehingga produk dan jasa mencapai tingkat yang
ekonomis dan memuaskan pelanggan (Feigenbaum, 1996)
Manajemen mutu adalah kegiatan-kegiatan terorganisasi untuk mengarahkan
dan mengendalikan suatu perusahaan mengenai mutu termasuk penyusunan (1)
kebijakan mutu, keseluruhan arah dari suatu perusahaan berkaitan dengan mutu yang
secara formal dinyatakan sebagai manajemen puncak, (2) tujuan mutu, sesuatu yang
akan dicapai yang berkaitan dengan mutu, umumnya didasarkan kepada kebijakan
mutu dan dispesifikasikan untuk fungsi-fungsi yang relevan dalam perusahaan, (3)
rencana mutu, difokuskan untuk menyusun tujuan dan sasaran mutu serta melakukan
spesifikasi proses-proses operasi penting dan sumberdaya yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan tersebut (ISO versi 2000 dalam Muhandri dan Kadarisman, 2006).
Semen Beku
Semen beku adalah semen yang telah diencerkan kemudian dibekukan di
bawah titik beku air. Pembekuan semen (kriopreservasi) merupakan usaha untuk
menjamin daya tahan sperma dalam waktu yang lama, melalui proses pengolahan,
pengawetan, dan penyimpanan semen sehingga dapat digunakan pada suatu waktu
sesuai kebutuhan (Graha, 2005). Semen beku sapi merupakan semen yang berasal
dari pejantan sapi terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga
menjadi semen beku dan disimpan dalam rendaman nitrogen cair pada suhu -1960C
pada kontainer (SNI 01. 4869.1-2005).
Salisbury dan Vandemark (1985) menyebutkan bahwa dengan semen beku
(frozen semen), dibutuhkan sekurang-kurangnya lima sampai sepuluh juta sperma
yang motil progresif tiap inseminasi untuk mendapatkan rata-rata fertilisasi yang
normal. Ada dua teknik pengawetan semen agar fertilisasi yang optimal dari sperma
dapat dipertahankan. Teknik pertama adalah penyediaan semua ion-ion esensial, zat-
zat makanan, enzim-ezim, koenzim-koenzim dan vitamin serta secara kontinyu
membuang sisa metabolisme yang membatasi kehidupan sperma. Teknik kedua
adalah dengan penghambatan secara fisik dan kimiawi semua aktivitas minimal yang
24
penting di dalam sperma. Teknik pertama menghendaki pengetahuan yang lengkap
tentang fungsi dan kebutuhan sperma serta usaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Sedangkan teknik kedua menghendaki dibuat suatu proses penghambatan
aktivitas sperma tanpa mengurangi fungsinya dan kesempurnaan proses pemulihan
kembali aktivitas tersebut. Teknik kedua ini relatif lebih mudah dilaksanakan dengan
penurunan temperatur, sehingga proses metabolisme dapat ditekan sekecil mungkin.
Menurut Toelihere (1981), beberapa keuntungan menggunakan semen beku
diantaranya : 1) semen pejantan-pejantan unggul, baik yang masih sehat maupun
yang terluka, cacat, pincang, atau tua, dapat dipakai secara efisien sepanjang tahun;
2) mengatasi hambatan waktu dan jarak. Semen beku dapat menyediakan, kapan dan
di mana saja, bibit pejantan yang tertinggi kualitas genetik dalam sifat-sifat produksi
tertentu, semen yang tinggi fertilitasnya dan yang bebas penyakit sejauh teknik
memungkinkan; 3) memungkinkan perkawinan selektif dengan pejantan-pejantan
unggul untuk daerah yang luas; 4) biaya pengangkutan semen dari pusat inseminasi
buatan ke pelaksana inseminasi di daerah atau di lapangan dan di pelosok-pelosok
sangat dikurangi karena penyediaan semen dan nitrogen cair hanya dilakukan sekali
sebulan, tidak dua kali seminggu seperti dengan semen cair. Semen beku dapat
dikirimkan dengan mobil, kereta api, atau bus ekspres, atau sebagai barang kiriman
pos melalui kapal udara atau kapal laut; 5) pembekuan semen memungkinkan
pengawetan semen pejantan-pejantan muda sebelum mencapai umur yang lebih tua
dimana semennya menjadi relatif infertil. Namun demikian, produksi sperma,
persentase sperma yang morfologik normal dan persentase sperma motil sesudah
pembekuan adalah lebih mudah pada sapi pejantan yang berumur 6 sampai 12 tahun
dibandingkan dengan yang berumur 3 sampai 6 tahun.
Umumnya problema pembekuan semen berkisar pada dua fenomena yaitu
pengaruh cold shock terhadap sel yang dibekukan, dan perubahan-perubahan
intraseluler akibat pengeluaran air yang bertalian dengan pembentukkan kristal-
kristal es. Kristal-kristal es intraseluler dapat merusak sperma secara mekanik.
Konsentrasi elektrolit yang berlebihan akan melarutkan selubung lipoprotein dinding
sel sperma dan, pada waktu pencairan kembali (thawing), permeabilitas membran sel
akan berubah dan menyebabkan kematian sel. Sperma sapi banyak mengalami
kerusakan pada suhu-suhu kritik antara -1.50C dan -300C, rata-rata pada suhu -170C.
25
Kerusakan 20 persen dari seluruh sperma pada waktu pembekuan masih dianggap
memuaskan (Toelihere, 1981).
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah di atas diantaranya
penggunaan gliserol dengan konsentrasi optimal, serta pemberian kesempatan
equilibrasi (Salisbury dan Vandemark, 1985). Zat pelindung yang sering digunakan
untuk mempertahankan sperma dalam jangka waktu lama dan mencegah sperma dari
pengaruh buruk pembekuan semen disebut agen krioprotektan. Menurut Woods et al.
dalam Graha (2005), secara garis besar ada dua jenis krioprotektan, yaitu:
1) krioprotektan yang penetrasi ke dalam sel. Krioprotektan ini dapat menembus
membran sperma dan beraksi pada intraseluler dan ekstraseluler sel misalnya
gliserol; 2) krioprotektan yang tidak penetrasi ke dalam sel. Krioprotektan ini hanya
beraksi pada ekstraseluler misalnya: susu, kuning telur, gula seperti fruktosa, laktosa,
manosa, raffinosa atau trehalosa.
Waktu ekuilibrasi merupakan syarat mutlak dalam proses pembekuan semen.
Waktu ekuilibrasi adalah periode yang diperlukan sperma sebelum pembekuan untuk
menyesuaikan kondisi dengan pengencer sehingga pada waktu pembekuan, kematian
sperma yang berlebihan dapat dicegah (Toelihere, 1981). Setelah semen mengalami
ekuilibrasi, pembekuan bisa dilakukan dengan cara lambat menggunakan straw dari
plastik atau dengan cara cepat dalam bentuk pellet (Salisbury dan Vandemark, 1985).
Semen yang telah diencerkan dan dicampur dengan krioprotektan dibekukan di atas
nitrogen cair -1960C sehingga reaksi-reaksi metabolisme sperma akan terhenti dan
daya hidup sperma dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang lama (Evans dan
Maxwell, 1987).
Untuk penyimpanan dan pengangkutan, semen beku berbentuk ampul dalam
rak ditempatkan pada beberapa canister dan disimpan di dalam bejana atau kontainer
yang berisi nitrogen cair. Bentuk-bentuk straw dan pellet ditempatkan dahulu di
dalam tabung-tabung plastik pendek (goblet) sebelum ditaruh di dalam canister dan
disimpan di dalam canister (Toelihere, 1981). Setiap pengiriman semen beku dalam
kontainer harus diberi label, disegel dan disertai kartu petunjuk isi kontainer. Kartu
petunjuk isi kontainer tersebut minimal harus berisi keterangan bangsa/breed, kode
pejantan, jumlah, tanggal dan hasil pemeriksaan mutu semen serta nama produsen
(SNI 01. 4869.1-2005).
26
Proses Produksi Semen Beku
Menurut Ditjennak (2000), produksi semen beku adalah proses pembuatan
semen beku sejak penampungan semen segar sampai dengan semen beku siap untuk
dipergunakan dalam kegiatan IB. Adapun urutan prosesnya antara lain:
Penampungan Semen
Peralatan untuk penampungan semen adalah handuk bersih, lap tangan, kapas,
vaselin, kertas label, stick glass, termometer, alkohol 70 persen, artificial vagina
(AV), beserta inner liner, glove, preputium washing machine diberi air hangat/NaCl
0.9 persen, tabung sperma, corong AV, pompa AV, pelindung tabung sperma
(protective tube), sikat pembersih AV, tali pengikat ekor, serbuk gergaji/karpet
penampungan, segel tambang, tambang, brongsong dan kandang kawin pejantan.
Beberapa peralatan laboratorium seperti vagina buatan, tabung sperma dan lain-lain
perlu dibebas kumankan dengan cara sterilisasi.
Pemeriksaan Semen Segar
Setelah semen tertampung maka dilakukan pemeriksaan terhadap semen segar
antara lain: (1) secara makroskopis, meliputi: volume semen (rata-rata sapi 5 cc),
warna semen (susu, krem dan kuning), kekentalan semen (encer, sedang dan kental)
dan derajat keasaman/pH (6.2 – 6.8) atau rata-rata pH = 7. (2) Secara mikroskopis,
meliputi: pertama gerakan massa, 0: tidak ada gerak sperma maupun gerak massa
sperma, 1+: gerakan massa sperma lemah, 2+: gerakan massa sperma berupa
gelombang-gelombang tipis, jarang dan sedang, 3+: gerakan massa sperma berupa
gelombang-gelombang tebal, gelap, cepat dan berpindah-pindah tempat, 4+: gerakan
massa sperma berupa gelombang-gelombang tebal, gelap dan sangat cepat. Semen
segar yang diproses adalah semen dengan nilai gerakan massa minimal 2+ (untuk
sapi, kambing dan domba), sedangkan pada kerbau 1+. Kedua gerak individu, nol
(0): tidak ada gerakan individu sperma; satu (1): gerakan indivudu sperma lamban;
dua (2): gerakan individu sperma sedang; tiga (3): gerakan individu sperma cepat;
dan empat (4): gerakan individu sperma sangat cepat. Selanjutnya, pemeriksaan
konsentrasi semen dengan menggunakan spektrofotometer.
27
Printing Straw
Printing straw adalah proses pemberian tanda/identifikasi straw untuk
membedakan antar pejantan, bangsa dan jenis ternak. Disepakati untuk masing-
masing bangsa dan jenis ternak dibedakan melalui warna straw dan nomor code mini
straw yang telah ditentukan.
Penyiapan Bahan Pengencer
Dalam pembuatan frozen semen dapat menggunakan dua macam pengencer
baik organik (skim milk) maupun anorganik (tris).
Proses Pembuatan Semen Beku
Terdiri atas: (1) Proses pengenceran, yaitu perhitungan volume pengencer dan
proses pengenceran dengan pengencer organik (skim milk) ataupun anorganik (tris).
(2) Pemeriksaan before freezing, setelah proses pengenceran selesai maka dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopis kembali terhadap motilitas sel sperma yang
bergerak aktif maju ke depan (progresif) dengan nilai minimal 70 persen. (3) Proses
filling dan sealing, dilakukan di dalam cool top yang bersuhu 3 - 5 °C; (4) Pre
freezing, straw yang telah dikemas disusun diatas rak, kemudian diletakkan di atas
nitrogen cair (± 1 cm di atas permukaan nitrogen cair), dalam container, prosessing
sampai suhunya mencapai -140°C, yang membutuhkan waktu sebanyak 9 menit. Dan
(5) freezing/pembekuan, straw dimasukkan ke dalam goblet dan setelah itu direndam
dalam nitrogen cair (-196°C) dalam storage container.
Penyimpanan Semen Beku
Semen beku disimpan pada storage container dengan kapasitas penyimpanan
bervariasi (150.000, 200.000, 600.000 dosis dan sebagainya) dalam rendaman
nitrogen cair. Untuk menjaga stabilitas volume nitrogen cair yang menguap setiap
hari dilakukan penambahan nitrogen cair.
Pemeriksaan dan Pengujian Mutu Semen Beku
Pemeriksaan dan pengujian mutu semen beku adalah penilaian kualitas semen
beku yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan dengan
pengamatan minimal dari lima sudut pandang untuk menentukan persentase sel
sperma yang bergerak secara progresif. Setiap sudut pandang dihitung jumlah sel
28
sperma yang hidup dan bergerak secara progresif, kemudian dijumlahkan dan
diambil rata-ratanya.
Meliputi: (1) pemeriksaan after thawing yaitu menghitung persentase sperma
yang masih hidup dengan penilaian antara 0-70 persen dari minimal lima bidang
pandang. Standar minimal persentase post thawing motility (PTM) untuk sapi adalah
40 persen. Kemudian melihat gerakan individu sperma, dengan nilai sebagai berikut :
0 = tidak ada gerakan, 1 = gerakan lambat, 2 = gerakan sedang dan 3 = gerakan
cepat. Standar minimal untuk sapi persentase hidup 40 persen dengan gerakan
sperma 3 ditulis 40/3. (2) Pemeriksaan water incubator yaitu menghitung persentase
sperma yang masih hidup dengan penilaian antara 0-70 persen dari minimal lima
bidang pandang. Standar minimal persentase PTM untuk sapi 10 persen. Kemudian
melihat gerakan individu sperma. Standar minimal sapi adalah 2.
Pencatatan dan Pemantauan Produksi Semen Beku
Data produksi dan distribusi diolah dan direkapitulasi kemudian ditampilkan
pada data teks yang dapat dilihat target dan realisasi produksi, serta jumlah
persediaan semen beku per bangsa/jenis ternak. Kemudian mengadakan perubahan
pada angka data teks setiap ada perubahan jumlah realisasi produksi semen beku.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mutu Semen Beku
Pejantan
Menurut Salisbury dan Vandemark (1985), produksi optimum sperma normal
tergantung pada kesehatan, ukuran dan kondisi testis maka pejantan harus diberi
pakan dan manajemen sedemikian rupa sehingga testisnya dapat dipelihara dalam
kondisi yang optimum. Perlu diadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin serta
pemberian pakan yang cukup nutrisi secara teratur agar pejantan terbebas dari
penyakit. Libido juga mempengaruhi produksi semen pejantan sehingga perlu
diadakan penjadwalan dan tindakan tertentu agar pejantan selalu dapat berproduksi.
Mesin/Peralatan
Secara umum semua mesin/peralatan selama proses produksi semen beku dari
awal penampungan sampai penyimpanan dan distribusi semen beku harus benar –
benar terawat, layak dan siap pakai, serta terhindar dari kontaminasi. Misalnya pada
1) proses penampungan semen, AV harus dibersihkan setelah pemakaian, 2) proses
29
pembuatan semen beku, mesin filling and sealing harus benar – benar siap pakai
karena akan mempengaruhi straw yang terisi semen, 3) proses penyimpanan, storage
container harus layak pakai seperti tidak bocor.
Tenaga Kerja
Sumberdaya manusia dalam pelaksanaan proses produksi adalah teknisi
operasional dan laboratorium yang mampu mengerjakan kegiatan penampungan
semen, pemeriksaan dan evaluasi semen segar, pengenceran dan pembekuan semen,
serta penyimpanan dan distribusi semen beku. Tenaga kerja harus terlatih dan
memiliki keterampilan, berdedikasi serta profesional.
Metode
Metode yang digunakan selama proses produksi semen beku harus disesuaikan,
ditentukan dan dipilih. Misalnya pada 1) proses penampungan semen: dapat
menggunakan AV, elektroejakulator dan sebagainya, 2) proses pembuatan semen
beku, dapat menggunakan spektrofotometer, hemocytometer, dan sebagainya untuk
menentukan konsentrasi sperma, 3) proses penyimpanan, dapat menggunakan straw,
pellet ataupun ampul untuk mengemas semen beku.
Fasilitas/Lingkungan
Fasilitas/lingkungan harus dapat mendukung proses produksi semen beku.
Kandang penampungan (service crate) harus dalam kondisi tenang dan bersih saat
dilakukan penampungan semen. Laboratorium untuk proses pembuatan semen beku
harus dalam kondisi yang nyaman, bersuhu rendah dan bersih.
30
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober hingga Desember 2007 di
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang yang berlokasi di Jalan Kiwi Kayu Ambon
78 Lembang Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa BIB Lembang merupakan BIB pertama di
Indonesia yang memproduksi semen beku sapi perah dan sapi potong, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelaksanaan IB di Indonesia agar tidak selalu tergantung pada
semen beku impor.
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode studi kasus yang bersifat
deskriptif-analisis dengan subyek penelitian adalah BIB Lembang. Menurut Maxfield
dalam Nazir (1988), studi kasus adalah penelitian tentang subyek penelitian yang
berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek
penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, ataupun masyarakat. Tujuan
dari studi kasus adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat dan karakter yang khas dari kasus ataupun status subyek, yang
kemudian sifat-sifat ini dijadikan suatu hal yang umum.
Data dan Instrumentasi
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer dikumpulkan
melalui pengamatan langsung dan wawancara. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari laporan yang dimiliki BIB Lembang, internet, literatur, serta
pustaka lainnya yang relevan.
Instrumentasi
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu: lembar
pemeriksaan (check sheet), yang dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai
mutu semen beku sapi yang dihasilkan setiap kali produksi dan selama waktu yang
dibutuhkan.
31
Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan disederhanakan dalam bentuk
tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan beberapa alat analisis manajemen mutu
yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis tersebut antara lain:
Analisis Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Menurut Muhandri dan Kadarisman (2006), diagram sebab akibat ditemukan
oleh orang Jepang yang bernama Kaoru Ishikawa sehingga sering disebut Diagram
Ishikawa. Selain itu diagram ini sering disebut juga Diagram Tulang Ikan (Fish Bone
Diagram). Diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang
mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil).
Penyusunannya dilakukan dengan teknik sumbang saran (brainstorming).
Ariani (2002) menambahkan bahwa cause and effect diagram dapat
dipergunakan untuk hal-hal antara lain: 1) menyimpulkan sebab-sebab bervariasi
dalam proses, 2) mengidentifikasi ketegori dan subkategori sebab-sebab yang
mempengaruhi suatu karakteristik mutu tertentu, dan 3) memberikan petunjuk
mengenai macam-macam data yang perlu dikumpulkan.
Penggunaan diagram sebab akibat mengikuti langkah-langkah berikut
(Gasperz, 1997):
1. Menemukan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan mengungkapkan
masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah.
2. Menemukan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik
brainstorming atau membentuk tim yang memiliki ide-ide yang berkaitan
dengan masalah yang sedang dihadapi.
3. Menggambarkan diagram dengan pertanyaan mengenai masalah untuk
ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kapala ikan) dan kategori utama,
seperti bahan baku, metode, manusia, mesin, pengukuran, dan lingkungan
ditempatkan pada cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan).
Kategori utama dapat diubah sesuai kebutuhan.
4. Menetapkan setiap penyebab dalam ketegori utama yang sesuai dengan
menempatkannya pada cabang yang sesuai.
5. Untuk setiap penyebab yang mungkin, menanyakan “mengapa” untuk
menemukan akar penyebab, kemudian menuliskan akar-akar penyebab itu pada
32
cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang
kecil dari ikan). Untuk menemukan akar penyebab, kita dapat menggunakan
teknik bertanya “mengapa” sampai lima kali.
6. Menginterprestasikan diagram sebab-akibat itu adalah melihat penyebab-
penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui
konsensus tentang penyebab tersebut. Selanjutnya, memfokuskan perhatian pada
penyebab yang dipilih melalui konsensus.
Sebab Akibat
Gambar 3. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) Sumber: Ishikawa, 1988
7. Menerapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab akibat, dengan
cara mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk
menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan efektif karena telah
menghilangkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi.
Analisis Grafik Kendali (Control Chart)
Menurut Ariani (2002), control chart adalah grafik yang digunakan untuk
menentukan apakah suatu proses dalam keadaan in control atau out of control.
Control limit yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower
control limit) dapat membantu kita untuk menggambarkan performans yang
diharapkan dari suatu proses, yang menunjukkan bahwa proses tersebut konsisten.
Muhandri dan Kadarisman (2006) menambahkan bahwa grafik kendali (control
chart) menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukkan
penyebab munculnya penyimpangan. Grafik ini hanya memberi tanda kepada kita
Bahan Mesin
Spesifikasi Faktor
Peralatan Pengukuran
Mutu
33
terjadinya penyimpangan dalam proses. Grafik kendali yang telah dibuat nantinya
akan digunakan sebagai alat pengendalian proses. Menurut Ishikawa (1988),
langkah-langkah dalam membuat grafik kendali X-R antara lain:
1. Mengumpulkan data, umumnya diperlukan lebih dari 100 buah data. Data dan
cara pengambilannya harus sama dengan yang akan dilakukan pada waktu yang
akan datang.
2. Membagi data tersebut ke dalam beberapa subgrup. Pemilihan subgrup dapat
didasarkan pada urutan pengukuran atau pada lot yang diambil contohnya. Tiap
subgrup biasanya terdiri dari 2 – 5 buah data. Ketika mengelompokkan data ke
dalam subgrup hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
• Data yang diperoleh dengan kondisi teknis yang sama, dikelompokkan ke
dalam satu subgrup.
• Dalam satu subgrup jangan dimasukkan data dari lot atau sifat yang
berbeda.
Karena itu pada umumnya, data dikelompokkan ke dalam subgrup menurut hari,
jam, lot dan sebagainya. Jumlah data dalam masing-masing subgrup dinyatakan
dengan “n”, sedangkan jumlah subgrup dinyatakan dengan “k”.
3. Menabelkan data yang ada dan rencanakan lembarannya dan sehingga hasil
perhitungan nilai rata-rata subgrup (X) dan range (R) dapat dengan mudah
dicantumkan.
4. Menghitung rata-rata X yaitu = X
Hasil akhir X mempunyai ketelitian 1 tingkat lebih tinggi dari nilai X (satu
desimal lebih banyak). Perhitungan X dilakukan sebagai berikut:
X = X1 + X2 + X3 +......+ Xn n 5. Menghitung nilai R (selisih terbesar dan terkecil).
6. Menghitung nilai rata-rata total, yaitu jumlah nilai X dibagi k. nilai rata-rata total
X mempunyai ketelitian satu tingkat di atas nilai X.
X = X1 + X2 + X3 +......+ Xk k 7. Menghitung nilai rata-rata R yaitu jumlah R seluruh subgrup dibagi dengan k.
Nilai rata-rata R mempunyai ketelitian satu tingkat di atas nilai R.
R = R1 + R2 + R3 +......+ Rk k
34
8. Menghitung batas-batas pengendalian. Angka-angka koefisien A2, D3 dan D4
yang digunakan dalam perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Koefisien A2, D3 dan D4 untuk Grafik Kendali X – R n A2 D3 D4
2 1.880 - 3.267
3 1.023 - 2.575
4 0.729 - 2.282
5 0.577 - 2.115
6 0.483 - 2.004
7 0.419 0.076 1.924
8 0.373 0.136 1.864
9 0.337 0.184 1.816
10 0.308 0.223 1.777
Keterangan: A2 = Koefisien yang digunakan untuk menghitung BPA maupun BPB pada grafik kendali X D3 = Koefisien yang digunakan untuk menghitung BPB pada grafik kendali R D4 = Koefisien yang digunakan untuk menghitung BPA pada grafik kendali R Sumber: Ishikawa, 1988
• Grafik Kendali X :
Garis Tengah (GT) = X
Batas Pengendali Atas (BPA) = X + A2R
Batas Pengendali Bawah (BPB) = X – A2R
• Grafik Kendali R :
Garis Tengah (GT) = R
Batas Pengendali Atas (BPA) = D4 x R
Batas Pengendali Bawah (BPB) = D3 x R
9. Menggambarkan kerangka grafik kendali. Memakai kertas grafik (jika ada)
untuk memudahkan kegiatan ini. Menentukan skalanya sedemikian rupa
sehingga jarak BPA dan BPB sekitar 3 – 4 cm. Garis Tengah (GT) digambar
dengan garis lurus yang tegas, sedangkan BPA dan BPB sebaiknya digambar
dengan garis lurus yang putus-putus.
10. Menggambarkan titik-titik X dan R yang sudah dihitung untuk masing-masing
subgrup pada grafik kendali. Jarak antar subgrup biasanya 4 – 5 mm.
11. Menuliskan keterangan-keterangan yang perlu, di sebelah kiri jenis grafiknya
(X atau R), sedangkan n di kiri atas.
35
Gambar 4. Grafik Kendali Sumber : Nasution, 2004
Dalam pembuatan serta pemakaian grafik kendali terdapat beberapa kasus
(kejadian) posisi titik-titik pengukuran yang perlu mendapat perhatian, karena ada
kemungkinan muncul permasalahan dalam proses produksi. Beberapa kasus tersebut
misalnya: terdapat titik yang berada di luar Batas Pengendali (BPA maupun BPB),
terdapat 7 (tujuh) titik yang berturut-turut naik ataupun turun, dan terdapat siklus
yang selalu berulang sehingga jika titik tersebut dihubungkan membentuk semacam
gelombang (Muhandri dan Kadarisman, 2006).
Definisi Istilah
Dalam menyamakan persepsi pembaca untuk memahami tulisan ini maka
dibuat batasan-batasan istilah sebagai berikut :
1. Mutu Semen Beku Sapi merupakan serangkaian sifat dan karakteristik semen
beku sapi yang memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen atau pelanggan,
yaitu secara mikroskopis: standar minimal setelah test after thawing persentase
hidup sperma sebesar 40 persen dengan gerakan individu 3.
2. Pelanggan adalah semua orang yang menuntut agar produk yang dihasilkan
produsen memenuhi suatu standar mutu tertentu dan merasa dipuaskan.
3. Manajemen Mutu adalah upaya-upaya pengembangan, pemeliharaan dan
perbaikan mutu suatu produk atau jasa yang dihasilkan produsen sehingga
produk atau jasa mencapai tingkat yang ekonomis dan memuaskan pelanggan.
BPA
GT
BPB
Nomor sampel barang yang diperiksa
Ka
rakt
eri
stik
bar
ang
ya
ng d
ipe
riks
a
36
4. Batas Pengendali Atas (BPA) adalah batas penyimpangan paling tinggi dari nilai
standar (baku).
5. Batas Pengendali Bawah (BPB) adalah batas penyimpangan paling rendah dari
nilai standar (baku).
6. Standarisasi adalah proses merumuskan, merevisi, menetapkan dan menerapkan
standar, dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak terkait.
7. Semen Beku adalah semen yang telah diencerkan menggunakan bahan
pengencer tertentu kemudian dibekukan jauh di bawah titik beku air.
8. Pengencer Semen adalah suatu media yang digunakan untuk menunjang daya
tahan sperma yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah volume semen.
9. Pejantan Unggul adalah pejantan yang memiliki produktivitas tinggi dan
pertumbuhan cepat.
10. Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan
campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat
terjadi proses pembuahan (fertilisasi) di saluran telur dalam tubuh hewan betina.
37
GAMBARAN UMUM LOKASI
Sejarah dan Perkembangan BIB Lembang
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan diresmikan
oleh Menteri Pertanian RI saat itu Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya dan didampingi
oleh Mr. HON B.E. Talboys, sebagai Wakil Perdana Menteri Selandia Baru pada
tanggal 3 April 1976. Sebagai BIB pertama di Indonesia, BIB Lembang diberi
mandat pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi
potong, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan IB di Indonesia agar tidak
selalu tergantung pada semen beku impor.
Dalam perkembangannya BIB Lembang sejak berdiri sampai dengan sekarang
telah memproduksi semen beku benih unggul lebih dari 20 juta dosis yang telah
disebarkan ke daerah-daerah pelaksanaan IB di Indonesia. Selain itu BIB Lembang
telah melaksanakan kerjasama operasional (KSO) dengan Koperasi Peternak Sapi
Perah yang dikoordinir oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Semen
beku yang diproduksi BIB Lembang meliputi semen beku sapi potong (Simmental,
Limousin, Brahman, Angus, Brangus, dan Ongole), sapi perah (Frisian Holstein),
dan kambing Peranakan Etawah (PE).
Visi dan Misi BIB Lembang
Visi BIB Lembang
Menjadi produsen semen beku ternak unggul untuk memenuhi kebutuhan IB
secara tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah, serta siap bersaing dalam era
globalisasi 2010.
Misi BIB Lembang
1. Memproduksi semen beku benih unggul dari berbagai jenis ternak (sapi potong,
sapi perah dan kambing), baik ternak lokal yang teruji maupun ternak unggul
eks-impor.
2. Menyediakan bibit ternak sapi (pejantan/bull) untuk memenuhi kebutuhan BIB
Nasional dan Daerah.
3. Melaksanakan distribusi dan pemasaran semen beku benih unggul dan bibit
ternak, sesuai permintaan daerah.
38
4. Meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penjualan semen
beku/bibit ternak dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.
5. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia peternak (tenaga teknis IB,
inseminator, petugas handling semen, dan lain-lain).
6. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan personal balai dalam
penyerapan teknologi mutakhir melalui pendidikan dan pelatihan baik di dalam
maupun di luar negeri.
7. Melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya manusia lokal berupa ternak
pejantan unggul melalui seleksi, uji performans dan uji zuriat/uji progeny.
8. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja dari pelaksanaan kegiatan
serta pelayanan IB.
9. Melakukan pengembangan teknik, metoda serta pelayanan IB.
10. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani peternak melalui pembinaan
agribisnis peternakan dan ketahanan pangan asal hewan.
11. Melakukan promosi untuk pengembangan pasar lokal, nasional dan regional serta
berupaya menembus pasar global (ekspor).
Struktur Organisasi
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 287/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16
April 2002, struktur organisasi BIB Lembang dipimpin oleh seorang Kepala Balai
yang dibantu tiga orang seksi, yaitu Seksi Pelayanan Teknik Pemeliharaan Ternak,
Seksi Pelayanan Teknik Produksi Semen dan Seksi Jasa Produksi. Juga ada
Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri atas Pengawas
Bibit Ternak (Wasbitnak), Medik dan Paramedik Veteriner, Pengawas Mutu Pakan
(Wastukan), dan Tenaga Kesehatan Dokter Hewan (TKDH).
Saat ini BIB Lembang didukung oleh sumberdaya manusia sebanyak 82 orang
terdiri atas pejabat struktural dan fungsional. Karakteristik personalianya adalah:
1. Jumlah pegawai 82 orang; terdiri atas PNS/CPNS (72 orang), Tenaga Honorer
(delapan orang), dan Tenaga Harian (dua orang).
2. Berdasarkan Pendidikan; terdiri atas Magister/S2 (tiga orang), Dokter Hewan
(enam orang), Sarjana Peternakan (enam orang), D3 (empat orang) dan lulusan
SLTA/SLTP/SD (63 orang).
39
3. Pejabat Struktural lima orang; terdiri atas Kepala Balai (satu orang), dan Kepala
Seksi/Subbagian (empat orang).
4. Pejabat Fungsional 35 orang; terdiri atas Wasbitnak (23 orang), Medik dan
Paramedik (delapan orang), dan Wastukan (empat orang).
Gambar 5. Struktur Organisasi BIB Lembang
Tugas Pokok dan Fungsi BIB Lembang
Tugas Pokok
Tugas pokok BIB Lembang adalah melaksanakan produksi dan pemasaran
benih unggul ternak serta pengembangan IB.
Fungsi
Dalam mendukung tugas pokoknya, BIB Lembang memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut:
1. Pemeliharaan ternak pejantan unggul.
2. Pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul.
3. Produksi dan penyimpanan semen beku.
4. Pencatatan dan pemantauan penggunaan semen beku, serta pengawasan mutu
semen beku.
5. Pengembangan teknik dan metoda IB.
6. Pemberian saran teknik produksi semen beku benih unggul.
7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak.
Kepala Balai
Subbagian Tata Usaha
Seksi Pelayanan Teknik Pemeliharaan
Ternak
Seksi Pelayanan Teknik Produksi
Semen
Seksi Jasa Produksi
Kelompok Jabatan Fungsional
40
8. Pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku unggul.
9. Pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan IB.
10. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul.
11. Pengujian kesehatan dan diagnosa penyakit ternak.
12. Urusan tata usaha dan rumah tangga.
Sistem Manajemen BIB Lembang
Manajemen Umum
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang sebagai unit kerja instansi pemerintah
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan umum kepada masyarakat peternakan diwujudkan
dalam penyediaan semen beku untuk menunjang kegiatan IB pada sapi potong dan
sapi perah yang terbukti dapat meningkatkan penghasilan petani ternak serta
meningkatkan mutu dan produktivitas ternak.
Manajemen Keuangan
Sumber dana untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta
pelayanan kepada masyarakat diperoleh dari DIK/DIKS, DIP dan dana swadaya
masyarakat yang terkait dengan KSO. Penggunaan dana DIK/DIKS untuk
membiayai kegiatan balai sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan tugas-
tugas rutin seperti membayar gaji, listrik/telepon/air, pemeliharaan sarana,
pembangunan tertentu yang sifatnya investasi jangka panjang (sarana/prasarana,
bahan/peralatan dan kegiatan yang menunjang tugas pokok dan fungsi unit kerja).
Sedangkan dana dari swadaya masyarakat yang berminat mengadakan KSO produksi
dan distribusi semen beku dikelola sesuai ketentuan administrasi negara.
Manajemen Kepegawaian
Manajemen kepegawaian dikelola dengan sistem informasi manajemen
kepegawaian (simpeg) untuk mengolah data pegawai sesuai daftar urut kepangkatan
yang dapat memudahkan pengelolaan kepegawaian dalam mengusulkan kenaikan
pangkat, kenaikan gaji berkala, pensiun, dan lain lain. Diklat teknis fungsional, diklat
administrasi umum dan diklat penjenjangan yang setara dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai.
41
Manajemen Teknis Perbibitan
Unit kerja BIB Lembang sebagai sumber bibit menyediakan benih semen beku
untuk memenuhi kebutuhan IB daerah. Pemilihan jenis/bangsa ternak sebagai
pejantan/bull di BIB Lembang yang berasal dari luar maupun dalam negeri dilakukan
melalui seleksi yang ketat dan telah teruji sebagai pejantan bibit yang berkualitas
baik, sehingga diharapkan mampu menurunkan mutu genetik dan produktivitas
ternak yang dilayani IB.
Kinerja BIB Lembang dalam menghasilkan bibit/benih ternak unggul terus
ditingkatkan dengan strategi kemitraan usaha KSO dan kerjasama teknis dengan
dinas provinsi/kabupaten, swasta, koperasi, dan lain lain. Pengembangan sumberdaya
peternakan melalui diklat teknis fungsional pengembangan bibit/benih dimaksudkan
agar menguasai teknologi yang mendukung sistem dan usaha agribisnis peternakan.
Peluang ekspor bibit/benih semen beku cukup terbuka, dilihat dari aspek kebijakan
investasi, peluang pasar dalam negeri maupun Asia seperti Thailand, Korea Selatan,
Myanmar, Brunei, dan lain lain.
Kerjasama Operasional
Kerjasama operasional (KSO) merupakan kesepakatan antara BIB Lembang
dengan pihak ketiga untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga, sarana dan
teknologi yang dimiliki, dengan biaya atau sarana/tenaga yang disediakan pihak
ketiga, dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Kerjasama di bidang
produksi dan distribusi semen beku, sudah diakui kehandalannya dapat
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan peternakan khususnya
dalam pelaksanaan IB. Pihak ketiga yang menjadi mitra kerjasama BIB Lembang
dalam produksi dan distribusi meliputi Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten,
Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (KPRI) dan Swasta (PT/CV/UD).
Pola kerjasama diatur berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian RI
No.97/Kpts/OT.210/1988 dan SK Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan No.133/
Kpts/OT.210/F/12.06 tanggal 28 Desember 2006. Prosedur kerjasamanya antara lain:
1. Pihak ketiga mengajukan permohonan kerjasama ke Dirjen Peternakan disertai
proposal atau kerangka acuan kerja, dengan tembusan ke Direktur Perbibitan
Ditjen Peternakan dan Kepala BIB Lembang.
42
2. Direktur Perbibitan mengeluarkan pertimbangan teknis obyek yang akan
dikerjasamakan kepada Sekretaris Dirjen Peternakan.
3. Sekretaris Dirjen Peternakan sesuai izin Dirjen Peternakan mengeluarkan
persetujuan prinsip kerjasama dengan pihak ketiga.
4. Dirjen Peternakan mengeluarkan SK penetapan pihak ketiga sebagai mitra
kerjasama dengan BIB Lembang.
5. Penyusunan naskah perjanjian dan Rencana Anggaran Biaya (RAB),
pembahasan rancangan perjanjian BIB Lembang dengan mitra kerjasama, yang
disahkan oleh Sekretaris Dirjen Peternakan dan Dirjen Peternakan.
6. Transfer dana/modal kerjasama dari mitra kerja ke rekening Bank BNI a.n.BIB
Lembang, untuk keperluan belanja bahan pokok produksi dan sarana/peralatan
serta biaya operasional.
7. BIB Lembang melaksanakan produksi semen beku sesuai jenis/bangsa ternak dan
hasilnya didistribusikan ke alamat mitra kerjasama.
Distribusi dan Pemasaran
Pemasaran semen beku dilakukan ke daerah-daerah yang melaksanakan
kegiatan IB di seluruh Indonesia meliputi Dinas Peternakan Provinsi atau
Kabupaten/Kota, Koperasi Peternakan dan Swasta. Pelayanan distribusi semen beku
dibedakan menjadi tiga pola yang mencakup pola subsidi/APBN, pola KSO dan
penjualan langsung.
Harga semen beku Rp 6000,- perdosis franko BIB Lembang (belum termasuk
ongkos kirim), sesuai Peraturan Pemerintah No.7 tarif tahun 2004 sampai tahun 2007
tentang tarif PNBP yang berlaku di lingkungan Departemen Pertanian. Hasil
kerjasama dan hasil penjualan semen beku merupakan fungsional yang disetor ke kas
negara sebagai PNBP.
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan kegiatan yang dilakukan secara terstruktur agar
fungsi mutu dapat dilakukan dengan baik untuk membangun kepercayaan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan. Manajemen mutu semen beku sapi meliputi
praproduksi yaitu pengendalian mutu semen segar yang diperoleh dari penampungan
sampai pengujian tahap awal di laboratorium, proses produksi yaitu pengendalian
mutu selama proses produksi semen segar menjadi semen beku, dan pascaproduksi
yaitu pengendalian mutu selama penyimpanan dan pemindahan semen beku.
Manajemen mutu yang dilakukan di BIB Lembang meliputi hal-hal berikut ini:
Pengendalian Mutu Semen Segar
Penampungan semen setiap sapi dilakukan satu sampai dua kali tergantung
target produksi setiap minggunya pada pagi hari menurut jadwal yang sudah
ditetapkan. Penampungan semen biasanya dilakukan dengan teaser – sapi pejantan
dan terkadang juga menggunakan teaser – dummy cow pada service crate. Alat yang
digunakan untuk penampungan semen adalah vagina buatan (artificial vagina) yang
sudah disiapkan sebelumnya. Metode ini dinilai paling baik sebab semen yang
dihasilkan cukup bersih dan hasilnya maksimal. Setiap pejantan disiapkan minimal 2
vagina buatan. Semen segar yang diperoleh dari penampungan tidak langsung
diproses menjadi semen beku karena BIB Lembang memiliki spesifikasi untuk setiap
semen segar yang akan diproses sehingga semen segar yang diterima telah diperiksa
apakah layak atau tidak untuk diproduksi menjadi semen beku. Semen yang telah
tertampung secepatnya dibawa ke laboratorium untuk diperiksa kualitas maupun
kuantitasnya. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan cara makroskopis,
mikroskopis, dan pemeriksaan konsentrasi.
Pemeriksaan makroskopis meliputi: volume (rata-rata pada sapi 5 cc), warna
(susu, krem, kuning) dan konsistensi (encer, sedang, kental). Hasil pemeriksaan
makroskopis pada setiap sapi berbeda-beda. Volume semen per ejakulat pada satu
jenis ternak berbeda-beda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan makanan,
frekuensi penampungan, dan berbagai faktor lain. Untuk pemeriksaan warna, semen
sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat
44
kekeruhannya tergantung pada konsentrasi sperma. Kira-kira 10 persen sapi-sapi
jantan menghasilkan semen yang normal berwarna kekuning-kuningan. Konsistensi
semen sangat menentukan dalam penilaian karena semakin kental semen yang
diperoleh maka kandungan spermanya semakin banyak dibandingkan dengan semen
yang encer (Toelihere, 1981).
Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan gerakan massa sperma,
motilitas atau daya gerak sperma dijadikan patokan yang paling sederhana dalam
penilaian semen untuk IB, semen segar yang layak diproses adalah semen yang
memiliki gerakan massa minimal pada sapi 2+ (skala 0 – 3+) yaitu memiliki
persentase hidup sperma di atas 70 persen, selain itu abnormalitas juga perlu
diperhitungkan, sperma yang belum mencapai 20 persen pada abnormalitasnya masih
dapat dipakai untuk IB. Pemeriksaan konsentrasi sperma bertujuan untuk mengetahui
jumlah sperma di dalam setiap cc semen, kriteria ini sangat penting karena
menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan
kualitas semen. Pemeriksaan konsentrasi sperma menggunakan bantuan alat
spektrofotometer yang terlebih dahulu distandarkan, jarum penunjuk pada
spektrofotometer akan menunjukkan angka yang kemudian harus dikonversikan.
Semen yang telah memenuhi standar pada pemeriksaan secara makroskopis
dan mikroskopis, akan diproses menjadi semen beku dan dilakukan perhitungan
jumlah straw yang didapat dan bahan pengencer yang dibutuhkan. Setiap kali
dilakukan pemeriksaan semen baik itu pada tahap awal (makroskopis dan
mikroskopis), test before freezing, serta test after thawing and incubator selalu
digunakan lembar pemeriksaan (check sheet) dengan tujuan untuk membantu dalam
pengendalian mutu semen beku yang akan diproduksi, sebagai panduan, recording
data dan menghindari penyimpangan atau cacat yang dapat terjadi. Dengan lembar
pemeriksaan ini, para staf produksi diharapkan lebih teliti dan tidak melakukan
kesalahan selama proses produksi.
Pengendalian Mutu selama Proses Produksi
Pengendalian mutu semen selama proses produksi dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan selama proses produksi
semen beku. Penyimpangan itu dapat ditimbulkan dari bahan baku yaitu semen segar
itu sendiri yang berubah motilitasnya, ketelitian yang kurang dari para pekerja
45
misalnya kesalahan pencatatan, atau kerusakan alat yang dapat mengurangi mutu
semen beku seperti bocornya storage container. Pengendalian mutu selama proses
produksi difokuskan terhadap pemeriksaan motilitas sperma apakah masih
memenuhi standar atau tidak. Motilitas sperma biasanya berubah-ubah bahkan
persentasenya mengalami penurunan selama proses produksi dari pemeriksaan awal
sampai test after thawing and incubator dikarenakan perlakuan dan perubahan suhu
yang drastis sehingga menyebabkan sperma mengalami shock.
Test before freezing adalah pemeriksaan motilitas sperma sebelum semen
dibekukan, dengan asumsi sebelum proses filling and sealing dan semen telah
dicampur dengan pengencer semen. Pemeriksaan test before freezing biasanya tidak
terjadi penurunan motilitas sperma. Kalaupun terjadi penurunan biasanya berkisar 5
sampai 10 persen.
Penyimpanan semen setelah test before freezing di storage container.
Sebelumnya semen sudah dikemas dalam straw yang dicetak yaitu diberi keterangan
tentang jenis, nama, kode pejantan, kode produksi (batch number) dan produsen
semen beku untuk memudahkan identifikasi. Warna straw yang dicetak sesuai
dengan bangsa pejantan yang diproses semen bekunya, misalnya: Sapi Ongole
berwarna biru muda dan Sapi Frisian Holstein berwarna abu-abu.
Pengendalian Mutu Semen Beku
Pengendalian mutu semen beku harus dilakukan karena semen beku akan
segera dipasarkan kepada konsumen. Pemeriksaan motilitas sperma setelah semen
dibekukan adalah test after thawing dan test water incubator. Dua pemeriksaan ini
biasanya dilakukan satu hari setelah proses pembekuan dan mengambil sample dari
dua dosis straw semen beku. Standar minimal yang diberlakukan di BIB Lembang
untuk test after thawing adalah motilitas spermanya sebesar 40 persen dengan
gerakan individu sperma 3 sedangkan untuk test water incubator adalah motilitas
spermanya sebesar 10 persen dengan gerakan individu sperma 2.
Semen beku yang memenuhi standar akan didistribusikan sesuai pesanan.
Pengangkutan semen dilakukan dengan menggunakan transport container yang
berisi nitrogen cair. Pengunaan kontainer ini memungkinkan semen didistribusikan
ke berbagai daerah secara aman. Alasan penggunaan nitrogen cair adalah memiliki
titik didih -1960C serta uap dan cairan nitrogen ini tidak mudah terbakar dan tidak
46
mudah bereaksi dengan bahan kimia lain. Selama proses pendistribusian, keadaan
storage container perlu diperhatikan. Storage container selalu dijaga agar tidak
bocor sehingga dapat terhindar dari penurunan mutu semen beku, serta dijaga
kestabilan suhunya dan kestabilan nitrogen cair yang terisi agar tidak terjadi
kerusakan pada sperma.
Analisis Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat (cause effect diagram) berguna untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu semen beku sapi. Berdasarkan hasil wawancara
serta pengamatan dan informasi yang didapatkan di BIB Lembang, tahapan-tahapan
proses produksi semen beku sapi meliputi penampungan semen, pembuatan semen
beku serta penyimpanan dan pemindahan semen beku sapi ke transport container.
Setiap tahapan proses produksi tersebut akan mempengaruhi mutu semen beku sapi
yang akan dihasilkan.
Mutu Semen Sapi selama Penampungan Semen
Penampungan semen adalah tahap awal dalam proses produksi semen beku
sapi sehingga dapat dikatakan sangat menentukan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu semen sapi pada saat dilakukan penampungan semen
diantaranya sapi pejantan, peralatan, tenaga kerja, metode, dan fasilitas/lingkungan.
Diagram sebab akibatnya ditunjukkan pada Gambar 6.
Sapi Pejantan. Sapi pejantan dalam menghasilkan semen yang berkualitas
dipengaruhi pakan, kesehatan dan genetik, serta libido dan frekuensi ejakulasi.
Kebutuhan pakan baik kualitas, kuantitas, konstituen maupun palatabilitas pakan
sangat mempengaruhi reproduksi ternak jantan dalam menghasilkan semen.
Pemberian pakan konsentrat tergantung pada tingkat produksi masing-masing
pejantan, pejantan produktif akan diberikan lebih banyak dibandingkan dengan yang
tidak produktif. Pakan hijauan yang diberikan merupakan rumput gajah yang didapat
dari perkebunan sendiri dan sudah dicacah sebelumnya untuk mempermudah proses
pencernaan.
Volume pakan yang diberikan harus diperhatikan keseimbangan nutrisinya.
Tingkatan pakan yang rendah (volume dan nutrisinya) akan menyebabkan
penghambatan terhadap pertumbuhan pejantan atau penurunan berat badan hewan
47
dewasa sehingga terjadi penurunan jumlah sperma per ejakulat. Sedangkan tingkatan
pakan yang tinggi akan menyebabkan berat badan menjadi tinggi dan pejantan akan
menjadi lamban, sulit atau tidak dapat berkopulasi karena kemalasannya dan
kelemahan kaki belakang (Toelihere, 1981).
Kualitas dan konstituen pakan yang baik akan berpengaruh pada produksi
semen pejantan. Pakan yang berkualitas mengandung cukup kalori, protein, mineral
dan vitamin sehingga mempercepat dan menjaga pertumbuhan organ dan hormon
reproduksi. Konstituen pakan untuk pejantan harus dijaga dan diatur setiap harinya.
Pemberian pakan harus dijadwalkan secara teratur untuk menjaga pejantan agar
dapat bereproduksi dengan baik.
Kesehatan dan genetik sapi pejantan mempengaruhi juga produksi semen.
Penyakit-penyakit menular atau tidak menular dapat mempengaruhi produksi,
kualitas dan kuantitas semen secara langsung maupun tidak langsung. Penampungan
semen dengan mudah dilakukan jika kondisi sapi pejantan sehat seperti kaki
belakangnya kuat dan matanya normal. Ternak yang memiliki keunggulan genetik
akan memproduksi semen yang berkualitas. Sesuai dengan tujuan IB yaitu
mempercepat penyebaran gen-gen dari ternak-ternak unggul ke keturunannya maka
dengan adanya semen beku, tujuan tersebut akan dapat tercapai. Peternak
menginginkan semen beku dari BIB Lembang, salah satu alasannya karena semen
yang diproduksi merupakan semen dari pejantan unggul yang memiliki pertumbuhan
yang cepat dan produktivitas tinggi. Umur produktif sapi pejantan berkisar tiga
sampai enam tahun tapi dapat dimanfaatkan sampai tua (lebih dari sembilan tahun).
Kualitas dan kuantitas semen dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi dan libido.
Faktor-faktor yang mempengaruhi libido dapat berasal dari luar ataupun dalam tubuh
hewan. Faktor-faktor dari dalam termasuk faktor-faktor fisiologik terutama adalah
fisik yang mempengaruhi kopulasi normal. Pejantan yang secara genetik mempunyai
libido atau keinginan kelamin yang rendah lebih cenderung untuk mengembangkan
sifat penolakan fisik untuk kawin. Suatu istirahat kelamin yang cukup lama,
perubahan tempat penampungan, serta persiapan yang matang dan hati-hati dapat
bermanfaat untuk menghilangkan pengaruh fisik tersebut dan mengajarkan pejantan
supaya kembali kawin atau melayani vagina buatan secara normal. Pejantan-pejantan
harus diperlakukan dengan baik dan diberi gerak badan yang cukup untuk
29
Gambar 6. Diagram Sebab Akibat Manajemen Mutu Semen Sapi selama Penampungan Semen di BIB Lembang
48
Kesabaran dan Cekatan
Kedisiplinan
Motivasi dan Semangat
Kerja
SAPI PEJANTAN
FASILITAS/ LINGKUNGAN
PERALATAN
MUTU SEMEN SEGAR SAPI
Service Crate
Ukuran
Kekuatan
Nyaman
Bebas dari Debu
Tidak Licin
METODE
Pemancingan
Pelatihan
Kesiapan
Pengarahan
Penggunaan AV
Pembalikan
Penarikan
Pemakaian Teaser Dummy Cow
Pendidikan
Keahlian
Pengalaman
Kompensasi
Artificial Vagina (AV)
Bagian Dalam
Teaser Dummy Cow
Bersih
Perawatan
Kesehatan dan Genetik
Libido dan Frek. Ejakulasi
TENAGA KERJA
Bebas dari Kotoran dan Lumpur
Alas Penampungan
Pakan
Kuantitas
Palatabilitas
Kualitas
Konstituen Penggantian
Teaser
Istirahat Kelamin
Observasi
Penjadwalan
Perubahan Tempat
Penampungan
Kaki Belakang dan Mata
Produktivitas
Suhu 42-48 0C Tekanan
Steril
Licin
Bagian Luar
Bersih
Kering
Perawatan Layak Pakai
Layak Pakai
Pemakaian Teaser Sapi Pejantan
Kesiapan Pemancingan
Ketenangan Pembersihan Preputium
Suasana Tenang
Pelatihan
Bakat
Hiburan
Jadwal Pakaian
Dedikasi
Waspada
Cekatan
Umur 3-6 th
2 x /minggu Pagi
Pertandingan Olahraga
49
mempertahankan kondisi yang optimum. Rangsangan atau stimulasi yang diberikan
pada pejantan untuk mempertinggi libido dapat meningkatkan volume semen dan
konsentrasi sperma motil per ejakulat. Selain itu harus diobservasi dan diperlakukan
sedemikian rupa untuk mencegah jangan terlampau sering dikawinkan atau
ditampung sehingga kehilangan libidonya. Frekuensi ejakulasi yang terlampau sering
dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung untuk menurunkan libido, volume
semen dan jumlah sperma per ejakukasi. Apabila seekor pejantan ditampung
berlebih-lebihan dalam satu periode yang singkat harus diikuti dengan periode
istirahat kelamin (Toelihere, 1981). Jadwal penampungan untuk masing-masing
pejantan telah ditentukan, secara teratur masing-masing pejantan ditampung
semennya dua kali setiap minggunya.
Peralatan. Vagina buatan atau AV merupakan alat yang digunakan pada saat
penampungan semen. AV mudah dibuat dan sederhana untuk dipakai. Air yang
dimasukkan ke dalam AV harus sedemikian rupa sehingga ia dapat menyebar
sewaktu pejantan mendorong penisnya ke depan untuk berejakulasi, biasanya
setengah sampai dua pertiga penuh tergantung pada ukuran penis sapi jantan.
Kadang-kadang ditiupkan udara ke dalam AV untuk menambah tekanan, tetapi hal
ini tidak mutlak. Sesudah diisi air dengan suhu dan tekanan yang sesuai, bagian
dalam AV dioles dengan bahan pelicin kurang lebih sepertiga AV menggunakan
sebatang gelas steril. Sewaktu penampungan semen suhu di dalam AV harus berkisar
antara 42 – 48 0C. Apabila suhu AV mencapai terlampau rendah, pejantan tidak mau
berejakulasi; kalau terlalu panas, akan membunuh sperma atau menyakiti pejantan
dan menyebabkan takut atau enggan melayani AV (Toelihere, 1981).
Bagian luar AV harus dalam kondisi bersih dan kering karena akan
mempengaruhi kualitas semen dan kelancaran proses penampungan. Vagina buatan
harus dirawat dengan baik seperti dibersihkan dengan baik setelah pemakaian dengan
menggunakan sabun dan air panas dan disimpan pada lemari AV dengan temperatur
370C agar alat kering.
Vagina buatan harus dijaga sifat-sifatnya agar mirip dengan vagina asli dan
layak pakai. Vagina buatan yang tidak baik akan mempengaruhi libido pejantan
sehingga pejantan sulit untuk ditampung semennya. Pemakaian AV merupakan
simulasi yang sempurna terhadap perkawinan secara alam dan semen tertampung
50
dalam kualitas yang jauh lebih baik dari pada dengan metode-metode lainnya.
Dengan menggunakan AV dapat diperoleh semen yang bersih, maksimal dan spontan
keluar. Selain semen yang bersih dan konsentrasi sperma yang cukup tinggi yang
diperoleh dengan cara yang murah, praktis dan sederhana, penampungan dengan
metode AV dapat memberikan informasi tentang libido seekor pejantan.
Proses penampungan terkadang menggunakan teaser - dummy cow yang
merupakan mesin seperti boneka yang menyerupai sapi. Perawatan terhadap teaser -
dummy cow penting karena akan mempengaruhi kelayakannya untuk digunakan.
Teaser - dummy cow harus kuat dan tidak rapuh pada saat dinaiki sapi pejantan.
Perawatan yang dilakukan misalnya dengan menjaga kebersihan teaser - dummy cow
dan memeriksa kekuatannya.
Tenaga Kerja. Sesuai yang ditunjukkan diagram sebab akibat maka tenaga kerja
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu semen sapi selama
penampungan. Selain dari motivasi dan semangat kerja, sifat - sifat dan kemampuan
dari pekerja juga perlu dipertimbangkan. Hal tersebut seperti keahlian, kedisiplinan,
serta kesabaran dan energik.
Faktor kompensasi dan hiburan mempengaruhi motivasi dan semangat tenaga
kerja. BIB Lembang melibatkan seluruh pekerja agar dapat memuaskan konsumen.
Keterlibatan para pekerjanya dilihat dari tugasnya masing-masing. Agar para
pekerjanya dapat bekerja dengan baik maka kebutuhan para pekerja terhadap
kompensasi (gaji) harus terpenuhi. Semakin besar kompensasi yang diberikan maka
motivasi dan semangat tenaga kerja semakin tinggi. Hiburan pun dibutuhkan oleh
setiap pekerja karena terkadang para pekerja jenuh oleh kesibukan rutin yang
dilakukan setiap hari kerja. Hiburan ini misalnya berbentuk dalam berbagai macam
pertandingan olahraga dalam lingkup BIB sendiri maupun sampai lingkungan luar.
Mutu semen beku sapi dapat dihasilkan sesuai keinginan didukung dengan
adanya keahlian dari tenaga kerja. Keahlian tenaga kerja di bagian penampungan
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan dan bakat. Pendidikan yang
tinggi akan menambah pengetahuan tenaga kerja, begitu juga semakin lama tenaga
kerja tersebut bekerja maka pengalaman yang didapat semakin banyak. Pelatihan-
pelatihan yang dilakukan dan bakat yang dimiliki pekerja menyebabkan tenaga kerja
semakin terampil dan pandai dalam melakukan pekerjaannya.
51
Kedisiplinan merupakan sifat yang harus dimiliki tenaga kerja. Kedisiplinan
penting diterapkan karena dalam setiap tahapan produksi, semua kegiatan harus
dilakukan sesuai jadwal. Di bagian penampungan para pekerja melakukan tugasnya
setiap pagi hari, jika penampungan terlambat dilakukan maka akan menggangu
proses produksi. Sikap disiplin tercermin dari setiap pekerja yang berdedikasi dan
memakai seragam lapang maupun kantor sesuai waktu dan tempat.
Sifat kesabaran dan energik juga harus dimiliki tenaga kerja di bagian
penampungan. Pekerja harus mengusahakan dapat mempertinggi libido pejantan
karena pejantan terkadang lama menaiki teaser sehingga pekerja harus bersabar. Sapi
pejantan yang dimiliki BIB Lembang merupakan pejantan pilihan dan memiliki
tubuh dan kekuatan yang besar serta agressif, sehingga dalam meng - handlenya para
pekerja harus waspada atau hati-hati dan cekatan agar sapi pejantan terkendali
dengan baik.
Metode. Metode akan menentukan mutu semen sapi yang dihasilkan saat dilakukan
penampungan. Metode yang digunakan adalah penggunaan AV dan pemakaian
teaser baik sapi pejantan maupun dummy cow. Pengunaan AV harus memperhatikan
tata caranya, seperti pengarahan penis ke AV, penarikan AV setelah ejakulasi, serta
pembalikan AV secara vertikal untuk melihat semen yang dihasilkan. Baik pejantan
yang akan ditampung maupun teaser harus dalam keadaan bersih terutama untuk
pejantan pada bagian preputium harus bersih dari kotoran. Sebelum penampungan
sebagai persiapan sapi pejantan yang digunakan sebagai teaser dimandikan terlebih
dahulu dan dalam kondisi yang sehat serta untuk teaser – dummy cow harus
diperhatikan kekuatannya sehingga akan memperlancar dalam pelaksanaan
penampungan dan mendapatkan hasil sperma yang baik.
Saat penampungan pejantan didekatkan dengan teaser dan mengusahakan
pejantan tersebut menaiki teaser beberapa kali sampai libidonya memuncak.
Penggunaan teaser - dummy cow harus dilakukan latihan terhadap pejantan agar
terbiasa. Menurut Toelihere (1981), untuk mempertahankan libido pada suatu
tingkatan dimana pejantan akan melayani AV secara rutin menurut jadwal satu atau
lebih ejakulasi per minggu, maka pemancing harus selalu disediakan dan diganti bila
perlu, dan gangguan - gangguan harus dihindarkan.
52
Fasilitas/Lingkungan. Penampungan semen dilakukan di tempat khusus, service
crate dengan struktur sederhana yang berukuran sesuai dengan ukuran teaser dan
memiliki kekuatan yang cukup menahan teaser – sapi pejantan. Kebersihan dan
syarat-syarat higiene penting diperhatikan sewaktu penampungan semen. Lokasi
penampungan ternyata terkadang tidak bersih bahkan basah dan terdapat kotoran.
Hal ini yang akan mengurangi kebersihan dari sperma yang dihasilkan. Tempat
penampungan harus dalam kondisi yang tenang, tidak banyak orang yang menonton
karena akan mempengaruhi libido pejantan dan bebas dari debu karena akan
menggangu pandangan baik sapi maupun petugasnya. Terdapat lapisan serbuk
gergaji sebagai alas penampungan agar pada saat turun dari menaiki teaser hentakan
kaki pejantan tidak terlalu keras dan akan mengurangi rasa sakit pada kuku pejantan.
Mutu Semen Sapi selama Proses Pembuatan Semen Beku
Proses pembuatan semen segar menjadi semen beku merupakan tahap yang
sangat sulit dalam produksi semen beku sapi karena terdapat langkah-langkah yang
akan menentukan mutu semen beku sapi yang akan dihasilkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu semen sapi selama proses pembuatan semen beku terdiri atas
bahan baku, mesin/peralatan, tenaga kerja, metode, dan lingkungan. Diagram sebab
akibatnya ditunjukkan pada Gambar 7.
Bahan baku. Bahan baku merupakan faktor pertama yang penting mempengaruhi
mutu semen beku sapi yang akan dihasilkan. Bahan baku yang digunakan yaitu
semen segar dan bahan pengencer. Semen segar yang didapatkan dari penampungan
dengan segera dilakukan pemeriksaan dan evaluasi yang meliputi pemeriksaan
warna, volume, gerak, konsistensi, motilitas, pH dan konsentrasi. Penilaian motilitas
sperma digunakan sebagai ukuran yang utama semen dijadikan semen beku.
Penilaian motilitas yang dilakukan adalah penilaian gerakan massanya dengan
menggunakan mikroskop. Semen yang layak untuk diproses menjadi semen beku
adalah semen dengan gerakan massanya 2+ atau persentase hidup lebih dari 70
persen. Penilaian konsentrasi sperma per cc semen sangat penting, karena faktor
inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu
kriteria penentuan kualitas semen. Perhitungan konsentrasi dilakukan dengan
spektrofotometer. Semakin baik motilitas dan konsentrasinya maka mutu semen beku
yang akan dihasilkan semakin berkualitas.
53
Salah satu keunggulan dari BIB Lembang yang disukai para konsumennya
adalah dari pengencer semen yang digunakan. Pembuatan pengencer tersebut
dilakukan biasanya satu hari sebelum proses pembekuan yang memiliki tahap antara
lain: pembuatan buffer (susu skim), penambahan antibiotika (penicillin dan
streptomycin), dan pembuatan bahan pengencer part A dan part B serta pencampuran
keduanya secara homogen (merata). Bahan pengencer yang digunakan harus sesuai
kebutuhan dengan dilakukan perhitungan sebelumnya. Bahan pengencer yang
digunakan juga harus sesuai syarat bahan pengencer seperti 1) murah, sederhana dan
praktis dibuat, tetapi mempunyai daya preservasi yang tinggi, 2) mengandung unsur-
unsur yang hampir sama sifat fisik dan kimiawi dengan semen dan tidah boleh
mengandung zat-zat toksik atau bersifat racun baik terhadap sperma maupun
terhadap saluran kelamin hewan betina, 3) mempertahankan dan tidak membatasi
daya fertilisasi sperma, dan 4) memberi kemungkinan penilaian sperma sesudah
pengenceran, serta fungsional yaitu 1) menyediakan zat makanan bagi sperma, 2)
melindungi sperma dari pengaruh cold shock, 3) sebagai buffer untuk mencegah
perubahan pH, 4) mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit
yang seuai, 5) mencegah pertumbuhan kuman, dan 6) memperbanyak volume smen.
Mesin/Peralatan. Secara umum semua mesin dan peralatan harus terawat dengan
baik, layak dipakai, dan terhindar dari kontaminasi. Kerusakan mesin atau peralatan
akan menjadi faktor kegagalan produksi semen beku yang cukup signifikan jika tidak
ditangani dengan baik. Mesin/peralatan yang perlu sekali diperhatikan dalam proses
pembuatan semen beku sapi adalah inkubator, mesin filling and sealing dan cool top.
Inkubator berguna untuk penyimpanan pengencer part A (dalam water jacket)
yang disimpan pada suhu 370C. Mesin filling and sealing secara otomatis
memasukkan semen yang sudah dicampur dengan bahan pengencer sebanyak 0,25 cc
ke dalam straw dan menutup ujung straw dengan sumbat lab. Proses ini dilakukan di
dalam cool top pada suhu tertentu. Mesin filling and sealing harus benar-benar siap
dipakai karena akan menentukan semen yang terisi ke dalam straw.
Tenaga Kerja. Sumberdaya manusia yang berpengetahuan luas dan berpengalaman,
memiliki keterampilan memadai dalam produksi semen beku, memiliki motivasi dan
semangat kerja, mendapat pelatihan yang cukup serta berdedikasi yang diperlengkapi
dengan seperangkat peralatan yang menunjang dan teknologi, dapat menjamin
54
ketersediaan semen beku yang berkualitas. Jika teknisi laboratorium memiliki
keterampilan dan berkonsentrasi serta mencatat dengan teliti dan tertib, maka mereka
telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Ketelitian melatih pekerja untuk lebih
hati-hati dalam proses produksi. Tenaga kerja yang teliti akan menghindari kesalahan
dalam proses produksi.
Metode. Inspeksi sangat penting karena akan mengontrol mutu semen beku.
Inspeksi yang dilakukan yaitu mengenai motilitas sperma di dalam semen yang
terdiri dari pemeriksaan awal pada saat setelah penampungan, test before freezing
sebelum semen dibekukan, dan test after thawing and incubator setelah semen
dibekukan. Data yang dihasilkan akan dicatat dan dapat diketahui konsumen
sehingga konsumen dapat mengetahui mutu semen beku sapi yang dihasilkan.
Proses pengolahan merupakan metode yang juga perlu diperhatikan. Proses
pengolahan dimulai dari pengenceran, filling and sealing, sampai pembekuan.
Pengenceran harus dilakukan dengan takaran atau formula yang sesuai, serta pada
tahapan, temperatur dan waktu yang benar. Tujuan penentuan takaran pengenceran
adalah agar setiap satuan volume semen yang akan diinseminasikan ke hewan betina
mengandung cukup sperma untuk memberikan fertilitas atau kesuburan yang tinggi
tanpa membuang-buang sperma yang berlebihan.
Proses filling and sealing merupakan proses pengisian semen yang telah
diencerkan ke dalam straw dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis
(mesin filling and sealing). Proses filling and sealing harus mengikuti tahapan yang
benar dan dilakukan pengawasan terhadap straw yang terisi semen. Pengawasan
harus dilakukan karena terkadang straw kurang terisi atau jepitnya kurang baik.
Pembekuan semen beku harus dilakukan dengan hati-hati karena semen beku
merupakan salah satu produk peternakan yang mudah rusak. Pembekuannya
dilakukan di kontainer dalam rendaman nitrogen cair bersuhu -1960C.
Lingkungan. Laboratorium merupakan ruang operasi untuk produksi semen beku.
Laboratorium semen beku terdiri atas: ruang pengujian mutu semen, ruang
pembuatan pengencer, ruang pembuatan semen beku, ruang printing straw, dan
ruang penyimpanan. Suhu di dalam laboratorium bersuhu rendah karena untuk
mendukung proses produksi dan menjaga mutu semen beku. Kebersihan harus
terjaga untuk menghindari kontaminasi. Kenyamanan dan ketenangan dalam
35
Gambar 7. Diagram Sebab Akibat Manajemen Mutu Semen Sapi selama Proses Pembuatan Semen Beku di BIB Lembang
55
Ketelitian
Motivasi dan Semangat
Kerja
BAHAN BAKU
LINGKUNGAN
MESIN/ PERALATAN
MUTU SEMEN BEKU SAPI
Semen Segar
Jenis
Pencampuran Bahan
Fungsional
METODE
Test Before
Freezing
Test AfterThawing and Incubator
Pemeriksaan Awal
Pengenceran
Proses Pengolahan
Filling and Sealing
Pembekuan
Inspeksi/ Pengawasan
Pendidikan
Keahlian
Pengalaman
Kompensasi
Mesin Filling and Sealing
Steril
Cool Top Suhu
Steril
TENAGA KERJA
Syarat Pengencer
Bahan Pengencer
Warna Gerak 2+ - 3+ Konsentrasi Konsistensi
pH 6 – 7.5
Motilitas >70% Volume
Kesiapan
Inkubator Suhu
Steril
Kebersihan
Suhu
Kedisplinan Pakaian
Dedikasi
Jadwal
Pelatihan
Konsentrasi
Hiburan
Ketenangan
Kenyamanan
Pertandingan Olahraga
56
laboratorium akan menkondunsifkan para pekerja menjadi lebih teliti dan konsentrasi
sehingga dapat menghindari kesalahan dalam proses pembuatan semen beku sapi.
Mutu Semen Sapi selama Penyimpanan dan Pemindahan Semen Beku
Penyimpanan dan pemindahan semen beku sapi ke tranport container akan
mempengaruhi mutu semen beku sapi yang disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: bahan baku, peralatan, tenaga kerja, metode dan lingkungan. Diagram
sebab akibatnya ditunjukkan pada Gambar 7.
Bahan baku. Semen yang sudah diolah menjadi semen beku harus menunjukkan
identitasnya yang tertera pada label/kemasan di bagian luar straw. Selain itu motilitas
yang telah diperiksa ditunjukkan pada saat test after thawing harus dapat ditunjukkan
di bagian luar storage container. Identitas semen beku dan hasil pemeriksaan
mengenai motilitas semen pada akhirnya harus dapat diketahui oleh konsumen untuk
meyakinkan bahwa semen beku yang diproduksi sesuai pesanan dan memenuhi
persyaratan.
Peralatan. Storage container merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan
semen beku. Storage container biasanya terdiri atas bahan baja atau alumunium
dengan dinding berisi ruang vakum dan isolasi yang ketat dan terdapat dalam
berbagai ukuran sesuai kebutuhan. BIB Lembang memiliki 3 tipe storage container
yaitu 9000 A berkapasitas kurang lebih 150.000 dosis straw, CF 400 berkapasitas
kurang lebih 300.000 dosis straw, dan XLC berkapasitas kurang lebih 400.000 dosis
straw. Penyimpanan semen beku dalam jumlah yang banyak digunakan storage
container yang berkapasitas besar.
Hal yang harus diperhatikan dalam merawat storage container adalah nitrogen
cair yang terisi, masalah kebocoran dan peledakkan. Storage container yang kurang
baik mutunya sering bocor karena dinding vakum atau insulatornya tidak normal
lagi. Kebocoran menyebabkan semen beku yang dihasilkan tidak dapat disimpan di
storage container karena akan mengurangi bahkan merusak motilitas sperma
sehingga storage container tidak layak untuk dipakai dan harus diganti.
Tutup storage container yang terlalu longgar akan menyebabkan penguapan
nitrogen cair terlalu banyak dan terlalu cepat. Pada kejadian terbakar di storage
container, alirkan air dingin ke daerah tersebut dan gunakan kompres dingin. Storage
57
container jangan disumbat atau ditutup mati selain daripada penutup yang
disediakan. Setiap usaha menghalang-halangi penguapan dan penglepasan gas
nitrogen akan menyebabkan peledakkan kontainer tersebut.
Canister merupakan suatu silinder logam dengan alas yang tertutup untuk
menempatkan semen. Sering pula dipergunakan canister dengan alas yang
berlubang. Canister mempunyai gagang pengkait panjang sebagai tempat pegangan
dan memungkinkan semen dan pengeluarannya melalui mulut kontainer.
Penyimpanan straw yang berisi semen terlebih dahulu dimasukkan ke dalam goblet
sebelum ke canister. Goblet adalah silinder plastik yang mempunyai dasar tidak
tembus cairan, berukuran setengah tinggi canister biasa dan tepat mengisi canister
tersebut. Ke dalam satu goblet dapat dimasukkan 15 mini goblet, masing-masing
memuat 14 straw. Tanpa mini goblet, satu goblet biasa dapat menampung lebih dari
100 straw biasa atau lebih dari 200 mini straw.
Penyimpanan straw banyak menghemat tempat, ringan, dan praktis untuk
dibawa ke mana-mana. Straw dapat dibuat dalam berbagai warna dan setiap warna
untuk identifikasi pejantan yang dikoleksi semennya. Semen beku yang dikemas di
BIB Lembang adalah dalam bentuk mini straw yang lebih peka terhadap kerusakan
bila terjadi salah penanganan, dengan adanya perubahan atau kenaikan suhu yang
berulang-ulang.
Jumlah straw untuk penyimpanan semen tergantung dari banyaknya sperma
dalam satu ejakulasi. Straw sebelumnya sudah diberi label atau keterangan mengenai
jenis pejantan, nama pejantan, kode pejantan, batch number dan produsen semen
beku tersebut (BIB Lembang). Kode pejantan terdiri dari enam digit. Dua digit
pertama menandakan kode bangsa, dua digit tengah menandakan tahun kelahiran
pejantan dan dua digit terakhir menandakan nomor urut pejantan. Kode bangsa dan
warna straw mengacu pada Surat Keputusan Dirjen Peternakan No.
112/TN.270/Kpts/DJP/Deptan/0297 tentang syarat dan spesifikasi teknis semen beku
sapi dan kerbau serta alat penyimpannya (SNI 01-4869.1-2005).
Tenaga Kerja. Petugas yang melaksanakan proses penyimpanan dan pemindahan
semen beku harus memiliki keahlian, motivasi, kedisiplinan dan ketelitian. Keahlian
semakin baik, semen yang dihasilkan lebih berkualitas. Motivasi pekerja tinggi akan
tetap menjaga kelangsungan proses produksi. Semakin baik penerapan kedisplinan
58
maka proses produksi semakin lancar. Ketelitian harus dimiliki dengan adanya sifat
hati-hati dan konsentrasi terutama pada saat pemindahan dari laboratorium
ke transport container karena mempengaruhi mutu akhir semen beku sapi. Jika mutu
semen beku sapi yang dihasilkan sangat baik maka akan meningkatkan kepuasan
konsumen disamping semen beku yang dipasarkan tepat waktu.
Metode. Penyimpanan semen beku di laboratorium menggunakan alat khusus yang
disebut storage container yang berisi nitrogen cair bersuhu -1960C. Pemindahan
semen beku harus dilakukan dengan cepat (maksimal 5 menit) dengan menggunakan
pinset/forceps dan sesuai prosedur. Proses pemindahan dilakukan di storage
container yang berisi nitrogen cair, tiga perempat tinggi goblet berisi semen beku
harus terendam nitrogen cair tersebut. Pengangkatan canister yang berisi semen beku
tidak boleh melebihi leher kontainer, sebaiknya canister berada 8 – 10 cm di bawah
mulut kontainer. Semen beku selalu berada di dalam goblet sewaktu dipindahkan ke
storage container dan terhindar dari angin dan cahaya matahari/panas.
Storage container harus diperiksa secara rutin dan berkala apakah terisi cukup
nitrogen cair guna menjaga kestabilan semen beku yang terletak didalamnya.
Pengukuran volume nitrogen cair dengan cara yang terbaik dapat dilakukan dengan
jalan memasukkan stick kayu ke dalam storage container. Kontainer yang berisi
semen beku secara berkala dan rutin juga harus ditambahkan nitrogen cair tergantung
penguapan nitrogen cair yang dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat
penyimpanan storage container, intensitas terbukanya tutup storage container dan
model atau tipe storage container, maka setiap hari ditambahkan nitrogen cair
secukupnya.
Lingkungan. Laboratorium yang terdapat storage container harus cukup ventilasi
udara. Gas nitrogen sendiri tidak berbahaya, namun apabila cukup banyak gas
nitrogen yang menguap dari cairannya dan memenuhi ruangan yang kurang ventilasi,
oksigen akan terdesak dan persentase oksigen di udara akan mencapai titik rendah
yang membahayakan. Konsentrasi oksigen di udara yang cukup rendah
menyebabkan seseorang dapat kehilangan kesadaran tanpa tanda-tanda pendahuluan.
Pengumpulan gas nitrogen kemungkinan terjadi apabila ruangan tersebut telah
ditutup untuk waktu beberapa lama. Seandainya ada keragu-raguan, jalankan
35
Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Manajemen Mutu Semen Beku Sapi selama Penyimpanan
dan Pemindahan Semen beku di BIB Lembang
59
Ketelitian
Motivasi dan Semangat
kerja
METODE FASILITAS/
LINGKUNGAN
MESIN/ PERALATAN
MUTU SEMEN BEKU SAPI
Pengukuran Nitrogen Cair
Waktu
Cepat
Pendidikan
Keahlian
Pengalaman
Kompensasi
Storage Container
Kebocoran
Goblet
Canister
TENAGA KERJA
Prosedur
Pemindahan Semen
Penambahan Nitrogen Cair
Penggunaan Stick Pengukur
Pemeriksaan Berkala dan Rutin
Penyimpanan Semen
Penguapan
Peledakkan
Kebersihan
Kedisplinan Pakaian
Dedikasi
Jadwal
Pelatihan
Konsentrasi
Hiburan
Ventilasi
Kenyamanan Hati-hati
Tempat
Suhu
Nitrogen Cair
Kapasitas
Forceps
Suhu
BAHAN BAKU
Semen Beku
Motilitas
Identitas Straw
Label
Jumlah
Pemeriksaan Berkala dan Rutin
Pertandingan Olahraga
60
ventilasi sepenuhnya dalam ruangan itu sebelum dimasuki. Ruangan juga harus
dalam kondisi bersih, bersuhu rendah dan nyaman.
Analisis Grafik Kendali
Grafik kendali (control chart) digunakan untuk menganalisis apakah mutu
semen beku sapi yang dihasilkan berada dalam keadaan terkendali atau tidak. Jika
mutu semen beku sapi dalam keadaan terkendali maka hal tersebut harus
dipertahankan dan ditingkatkan. Sedangkan mutu semen beku sapi yang tidak
terkendali perlu diketahui penyebabnya dan dilakukan perbaikan.
Jenis control chart yang digunakan untuk menentukan mutu semen beku sapi
adalah control chart X-R. Control chart X untuk mengetahui tingkat kualitas rata-rata
sedangkan control chart R untuk mengetahui keragaman kualitas terukur. Sapi yang
diteliti mutu semen bekunya dengan analisis ini adalah sapi potong (Ongole) dan sapi
perah (Frisian Holstein). Masing-masing jenis sapi tersebut juga dipilih sesuai kode
pejantannya (20244 untuk sapi Ongole dan 30687 untuk sapi FH).
Data yang diambil adalah mengenai perubahan motilitasnya selama
pemeriksaan secara berurutan dan kontinyu. Karena motilitas menentukan mutu
semen beku sapi yang dihasilkan. Pemeriksaan terhadap motilitas sperma yang
digunakan untuk perhitungan terdiri dari tiga pemeriksaan yaitu pemeriksaan awal
(X1), test before freezing (X2), dan test after thawing (X3), dan dinyatakan dalam
persen. Berdasarkan nilai-nilai pada hasil tiga pemeriksaan tersebut, baik sapi potong
(Ongole) maupun sapi perah (Frisian Holstein) maka ditentukan nilai Garis Tengah
(GT), Batas Pengendali Atas (BPA), dan Batas Pengendali Bawah (BPB). Kemudian
data yang diperoleh diplot pada control chart X-R.
Perhitungan nilai rata-rata (X) dan range (R) terhadap motilitas sperma sapi
potong (Ongole) dari masing-masing subgrup dengan total 25 subgrup ditunjukkan
pada Tabel 2. Tabel tersebut menunjukkan bahwa data-data motilitas semen beku
sapi potong (Ongole) selama pemeriksaan dari awal sampai akhir cenderung
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya perlakuan dan sperma
mengalami cold shock. Menurut SNI 01-4869.1 - 2005 tentang semen beku sapi,
pemeriksaan semen beku sapi segera sesudah dicairkan kembali (post thawing) pada
suhu 370C selama 30 detik harus menunjukkan sperma hidup dan bergerak maju
(motil sperma) minimal 40 persen dan gerakan individu sperma minimal 2.
61
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole) Motilitas Sperma (%)
Produksi Pemeriksaan Awal (X1)
Test Before Freezing
(X2)
Test After Thawing
(X3)
Rata-rata/X
(%)
Range/R
(%)
1 75 70 45 63.3 30
2 70 70 50 63.3 20
3 75 80 60 71.7 15
4 75 75 50 66.7 25
5 80 80 50 70.0 30
6 75 75 60 70.0 15
7 75 75 50 66.7 25
8 75 70 50 65.0 25
9 75 70 50 65.0 25
10 70 75 45 63.3 25
11 80 80 55 71.7 25
12 80 80 40 66.7 40
13 75 70 45 63.3 30
14 70 70 50 63.3 20
15 75 75 45 65.0 30
16 75 70 55 66.7 20
17 80 70 45 65.0 35
18 80 70 45 65.0 35
19 75 70 55 66.7 20
20 90 85 45 73.3 45
21 80 75 50 68.3 30
22 75 70 50 65.0 25
23 80 75 45 66.7 35
24 70 65 50 61.7 20
25 85 80 50 71.7 35
Sumber: Check Sheet BIB Lembang, 2007 Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh motilitas rata-rata (X) sperma
sapi potong (Ongole) sebesar 66.60 persen. Control chart X memiliki BPA dan BPB
yang bernilai 94.43 persen dan 38.77 persen. Control chart X untuk motilitas sperma
sapi potong (Ongole) ditunjukkan pada Gambar 9. Kisaran (range) motilitas sperma
sapi potong (Ongole) yang diperoleh sebesar 27.2 persen. Control chart R memiliki
BPA dan BPB yang bernilai 70.0 persen dan 0 persen. Control chart R untuk
motilitas sperma sapi potong (Ongole) ditunjukkan pada Gambar 10.
62
Tabel 3. Hasil Perhitungan Batas Pengendali Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole)
Indikator Motilitas Sperma (%)
GT (X) 66.60
BPA (X) 94.43
BPB (X) 38.77
GT (R) 27.2
BPA (R) 70.0
BPB (R) 0.0
Keterangan: Jumlah produksi 25 kali
Gambar 9. Grafik Kendali X Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole)
Control chart X motilitas sperma sapi potong (Ongole) tidak menunjukkan
adanya titik yang keluar dari BPA maupun BPB dan posisi titik-titik tidak berjauhan
dengan posisi GT. Berdasarkan Control chart X maka tingkat kualitas semen beku
sapi potong (Ongole) yang dihasilkan selama proses berlangsung dalam keadaan
terkendali.
Control chart R menunjukkan bahwa perbedaan motilitas rata-rata sperma sapi
potong (Ongole) sebesar 27.2 persen. Hal ini berarti range rata-rata motilitas sperma
sapi potong (Ongole) berkisar 66.60 ± 27.2. Tidak terdapat penyimpangan di atas
maupun di bawah batas pengendali pada control chart R sehingga motilitas semen
beku sapi potong (Ongole) yang dihasilkan dalam keadaan terkendali. Titik-titik
menyebar di sekitar GT dan tidak membentuk kecenderungan naik ataupun turun.
GT = 66.60
BPB = 38.77
BPA = 94.43
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Produksi
Ra
ta-r
ata
Mo
tilit
as
Sp
erm
a (
%)
63
Gambar 10. Grafik Kendali R Motilitas Semen Beku Sapi Potong (Ongole)
Nilai rata-rata (X) dan range (R) yang didapat dari hasil perhitungan terhadap
motilitas sperma sapi perah (Frisian Holstein) dari masing-masing subgrup dengan
total 19 subgrup ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan bahwa data-
data motilitas sperma sapi perah (Frisian Holstein) tetap sama dengan motilitas
sperma sapi potong (Ongole) yaitu selama pemeriksaan dari awal sampai akhir
cenderung mengalami penurunan karena adanya perlakuan sehingga sperma
mengalami cold shock.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa motilitas rata-rata (X) sperma sapi
perah (Frisian Holstein) sebesar 62.98 persen. Control chart X memiliki BPA dan
BPB yang bernilai 91.52 persen dan 34.45 persen. Control chart X untuk motilitas
sperma sapi perah (Frisian Holstein) ditunjukkan pada Gambar 11. Kisaran (range)
motilitas sperma sapi perah (Frisian Holstein) yang diperoleh sebesar 27.9 persen.
Control chart R memiliki BPA dan BPB yang bernilai 71.8 persen dan 0 persen.
Control chart R untuk motilitas sperma sapi perah (Frisian Holstein) ditunjukkan
pada Gambar 12.
Control chart X untuk motilitas semen beku sapi perah (Frisian Holstein),
tidak menunjukkan adanya titik yang menyimpang dari BPA maupun BPB dan posisi
titik-titik menyebar secara merata dan sangat mendekati dengan posisi dari GT.
Titik-titik pada control chart X tidak membentuk suatu pola sehingga berdasarkan
BPA = 70.0
BPB = 0.0
GT = 27.2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Produksi
Ra
ta-r
ata
Mo
tilit
as
Sp
erm
a (
%)
64
control chart X tersebut maka tingkat kualitas semen beku sapi perah (Frisian
Holstein) yang dihasilkan selama proses berlangsung dapat dinilai terkendali.
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH) Motilitas Sperma (%)
Produksi Pemeriksaan Awal (X1)
Test Before Freezing
(X2)
Test After Thawing
(X3)
Rata-rata/X (%)
Range/R (%)
1 70 65 45 60.0 25
2 75 70 45 63.3 30
3 80 75 45 66.7 35
4 75 70 45 63.3 30
5 70 65 50 61.7 20
6 70 70 45 61.7 25
7 85 70 45 66.7 40
8 70 65 50 61.7 20
9 70 70 50 63.3 20
10 75 70 40 61.7 35
11 70 65 50 61.7 20
12 70 65 45 60.0 25
13 75 70 45 63.3 30
14 70 65 45 60.0 25
15 75 70 45 63.3 30
16 80 75 45 66.7 35
17 80 75 45 66.7 35
18 75 70 50 65.0 25
19 70 65 45 60.0 25
Sumber: Check Sheet BIB Lembang, 2007
Tabel 5. Hasil Perhitungan Batas Pengendali Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH)
Indikator Motilitas Sperma (%)
GT (X) 62.98
BPA (X) 91.52
BPB (X) 34.45
GT (R) 27.9
BPA (R) 71.8
BPB (R) 0.0
Keterangan: Jumlah produksi 19 kali
65
Gambar 11. Grafik Kendali X Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH)
Control chart R menunjukkan bahwa perbedaan motilitas rata-rata sperma sapi
perah (Frisian Holstein) sebesar 27.9 persen. Berarti range rata-rata motilitas sperma
sapi perah (Frisian Holstein) berkisar 62.98 ± 27.9. Tidak terdapat penyimpangan di
luar batas pengendali sehingga keragaman dari motilitas semen beku sapi perah
(Frisian Holstein) yang dihasilkan dalam keadaan terkendali. Titik-titik menyebar di
sekitar GT dan tidak membentuk kecenderungan naik ataupun turun.
Gambar 12. Grafik Kendali R Motilitas Semen Beku Sapi Perah (FH)
BPA = 71.8
GT = 27.9
BPB = 0.0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Produksi
Ra
ta-r
ata
Mo
tilit
as
Sp
erm
a (
%)
BPA = 91.52
GT = 62.98
BPB = 34.45
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Produksi
Ra
ta-r
ata
Mo
tilit
as
Sp
erm
a (
%)
66
Berdasarkan control chart X-R dapat dinyatakan bahwa motilitas semen beku
sapi potong (Ongole) dengan rata-rata motilitas selama pemeriksaan sebesar 66.60
persen dan range bernilai 27.2 persen serta motilitas semen beku sapi perah (Frisian
Holstein) dengan rata-rata motilitas selama pemeriksaan sebesar 62.98 persen dan
range bernilai 27.9 persen terkendali dengan baik. Terkendalinya motilitas semen
beku sapi potong (Ongole) dan sapi perah (Frisian Holstein) tersebut disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu semen beku sapi selama proses produksi
yang telah dipaparkan dalam diagram sebab akibat, mulai penampungan semen,
proses pembuatan semen beku, sampai penyimpanan dan pemindahan semen beku.
Dapat diperkirakan bahwa faktor-faktor penyebab tersebut antara lain: 1) sapi-
sapi pejantan yang dimiliki BIB Lembang benar-benar memiliki motilitas semen
yang tinggi, 2) tenaga kerja yang teliti dan profesional, 3) metode yang digunakan,
serta 4) peralatan atau fasilitas/lingkungan yang mendukung dan memadai.
67
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengendalian mutu semen beku sapi yang dilaksanakan di BIB Lembang terdiri
atas pengendalian mutu semen segar, pengendalian mutu selama proses produksi,
dan pengendalian mutu semen beku. Pengendalian mutu sudah dijalankan secara
terstruktur dengan adanya uji/pemeriksaan motilitas semen secara berkala.
Berdasarkan diagram sebab akibat (cause and effect diagram) maka faktor
utama yang mempengaruhi mutu semen beku sapi di BIB Lembang adalah sapi
pejantan yang digunakan untuk produksi semen beku.
Salah satu kriteria penentuan mutu semen beku sapi dinilai berdasarkan tingkat
motilitasnya. Semakin baik tingkat motilitasnya maka kepercayaan konsumen
semakin tinggi. Grafik kendali (control chart) yang dibuat berdasarkan kriteria
kualitas semen (motilitas semen) menunjukkan bahwa proses produksi semen beku
sapi potong (Ongole) maupun sapi perah (Frisian Holstein) dalam keadaan
terkendali.
Saran
Saat proses penampungan semen sebaiknya diperhatikan kebersihan alas
penampungan, kesehatan sapi pejantan, dan ketenangan lingkungan. Pencatatan
produksi semen beku sapi pada lembar pemeriksaan (check sheet) harus dilakukan
dengan benar dan lengkap.
Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan terhadap bangsa sapi yang
lainnya mengenai terkendali atau tidaknya proses dan motilitas yang dihasilkan.
68
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, dan
kelancaran kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. Dari hati
yang terdalam, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua (Bapak
Samlawi dan Ibu Jemah) dan kakak-adik (Erna, Jamal, Leha, Akim, dan Amri) serta
seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi, dukungan moril
maupun materil, nasehat, dan kasih sayang yang selalu tercurahkan kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD., MSi.
dan Dr. drh. Iman Supriatna selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak motivasi, pelajaran, dan membantu penulis dari awal hingga akhir penulisan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Rohmat Siddiq, MP.
(Kepala BIB Lembang) yang telah memberikan izin penelitian dan Bapak Ir.
Supraptono atas bantuannya. Penulis juga berterima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, MAgr.Sc. selaku pembimbing akademik dan
dosen penguji seminar yang telah memberikan kritik dan saran serta arahan dan
bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Burhanuddin, MM..
selaku ketua phasing out SEIP dan dosen penguji sidang yang telah memberikan
kritik dan saran serta bersedia setia untuk membawa dan membimbing SET 41
sampai jenjang terakhir masa perkuliahan. Penulis mengucapkan terima kasih juga
kepada Bapak M. Baihaqi SPt. selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan
kritik dan saran serta Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr. selaku dosen pengelola
seminar yang bersedia melancarkan proses seminar.
Terima kasih kepada seluruh dosen pengajar dan para pegawai SEIP yang telah
memberikan ilmu dan pendidikan serta membantu dalam proses akademik. Terima
kasih juga kepada sobat-sobat SET 41 (Anas, Fahmi, Sandi, Heri, Zico, Doni,
Anasya, Mitha, Maria, WL community, dkk) yang telah memberikan arti dalam
hidupku, Advely yang pernah menghiasi hidupku, dan adik kelasku yang aku
banggakan (Maulani). Terakhir pada abang-abang pondok ’BENZIN’ (Faiz, Haikal,
Dinand, dan Emil) terima kasih atas semua bantuan, pelajaran, serta canda tawanya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. W. 2002. Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitatif (Proyek Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi). Direktur Jenderal Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2005. Semen beku sapi. http://bitnak.ditjennak. deptan.go.id. [12 Agustus 2007].
Ditjennak. 2000. Prosedur Tetap (Protap) Produksi dan Distribusi Semen Beku. Direktorat Perbibitan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Evans G dan Maxwell WMC. 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goat. Butterworths, London.
Feigenbaum, A.V. 1996. Kendali Mutu Terpadu (Terjemahan). Edisi Ketiga Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Gaspersz, V. 1997. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa (Terjemahan). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gaspersz, V. 2003. Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha, N. 2005. Recovery rate dan longivitas pasca thawing semen beku sapi FH (Frisian Holstein) menggunakan berbagai bahan pengencer. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ishikawa, K. 1988. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu (Terjemahan). Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Muhandri, T. dan Kadarisman, D. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB Press, Bogor.
Nasution, M. N. 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Edisi Revisi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Salisbury GW, dan Vandemark NL. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Terjemahan: R. Djanuar. Gajah University Press, Yogyakarta.
Prawirosentono, S. 2004. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) Abad 21. Studi Kasus dan Analisis: Kiat Membangun Bisnis Kompetitif Bernuansa “Market Leader”. Bumi Aksara, Jakarta.
Toelihere MR. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 1. Peralatan untuk Penampungan Semen di BIB Lembang
1. Macam-macam Teaser, menggunakan Sapi Pejantan atau Dummy Cow
Teaser – Sapi Pejantan Teaser – Dummy Cow 2. Alat penampung semen, yaitu Artificial Vagina
Mempersiapkan Artificial Vagina Artificial Vagina dan komponennya
Lemari AV
72
Lampiran 2. Mesin/Peralatan untuk Pembuatan Semen Beku di BIB Lembang
Alat pemeriksaan kualitas Liquid Semen Alat pembuat Buffer/pengencer semen
Printing Straw - Pencetak identifikasi semen Mini Straw (0,25 cc)
Tempat Prosessing Alat pemeriksaan kualitas semen segar
Filter untuk membuat Aquabidest Alat untuk membuat Liquid Nitrogen
Inkubator
73
Brahman Ongole Angus
Brangus Limousin Simmental
Lampiran 3. Peralatan distribusi Semen Beku Serta Berbagai Bangsa Sapi Pejantan di BIB Lembang
Container penyimpanan dan distribusi Container yang siap didistribusikan
Frisian Holstein
74
Lampiran 4. Proses Produksi Semen Beku di BIB Lembang dan Skema Prosedur KSO antara BIB Lembang dengan Pihak Ketiga
57
Lampiran 5. Peta Distribusi dan Pemasaran Semen Beku
75
58
Lampiran 6. Check Sheet (pada Pemeriksaan Awal) yang digunakan di BIB Lembang
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN
BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG CATATAN KERJA HARIAN LABORATORIUM SEMEN BEKU
TGL KODE
PEJANTAN
PENAM-
PUNGAN
KE
WARNA VOLUME
(CC) GERAK
MOTI-
LITAS
(%)
VOL.
YANG
DIENCER
KAN
KONSEN-
TRASI
(106)
KON-
SIS-
TENSI
WAKTU
PENGEN-
CERAN
PH
JML
STRAW
(dosis)
VOL.
AKHIR
(CC)
KET.
GELOM-
BANG
76
77
Lampiran 7. Check Sheet (pada Pemeriksaan Kedua) yang digunakan di BIB Lembang
HASIL PEMERIKSAAN SEMEN
BEFORE FREEZING
NO TGL
TEST
KODE
BULL
BATCH
NUMBER HASIL PEMERIKSAAN KETERANGAN
78
Lampiran 8. Check Sheet (pada Pemeriksaan Akhir) yang digunakan di BIB Lembang
HASIL PEMERIKSAAN SEMEN BEKU
AFTER THAWING & INCUBATOR
HASIL PEMERIKSAAN NO
TGL
TEST
KODE
BULL
BATCH
NUMBER 0 JAM 4 JAM KETERANGAN