Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH
DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM
AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI
KOTA SALATIGA 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
M. ARIFIN
NIM 11110001
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : M. Arifin
NIM : 11110001
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS
SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN
TARBIYATUL ISLAM AL FALAH
DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA
SALATIGA 2014
telah kami setujui untuk dimunaqasyahkan.
Salatiga, 25 Agustus 2014
Pembimbing
Drs. Bahroni, M. Pd.
NIP: 196408181994031004
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Arifin
NIM : 11110001
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 22 Agustus 2014
Yang menyatakan,
M. Arifin
NIM: 11110001
iv
v
vi
MOTTO
Jalani Hidup dengan Rasa Cinta
karena
Dengan Cinta Akan Mampu Mengubah Segalanya
dan
Dengan Cinta Hidup Akan Lebih Bermakna
vii
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan
baik moril maupun materiil.
2. Bapak K. H. Zoemri RWS dan Ibu Nyai H. Latifah, yang selalu
mendo’akanku dan telah banyak mengajarkan ilmu selama penulis
dipesantren.
3. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah ikhlas dan sabar dalam
mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam
menyusun skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, yang dengan
ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di
kampus STAIN Salatiga tercinta.
5. Semua civitas akademika, para pegawai kampus STAIN Salatiga
dengan kesediaan dan keikhlasannya telah berpartisipasi melayani,
membantu mensukseskan tugas dan kewajiban penulis selama
belajar di STAIN Salatiga.
viii
6. Kakak dan adik-adik tersayang, yang selalu menghibur dan
memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang.
7. Seluruh saudara penulis dari keluarga besar bapak dan ibu, yang
selalu memberi nasehat dan do’anya.
8. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-
Falah, yang telah memberi penulis perhatian dan dukungan dalam
belajar.
9. Teman-teman PAI angkatan 2010 senasip seperjuangan yang telah
menemani, membantu dan memberi motivasi penulis selama empat
tahun dalam menempuh perkuliahan.
10. Pembaca yang budiman.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah, segala puji
bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, serta
kita harapkan pertolongan dan kita minta ampunan-nya. Sholawat salam
selalu tercurahkan pada junjungan serta panutan kita, beliau nabi
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing umat
pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam menebarkan
ilmuNya dan nur kemulyaanNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH
DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL- FALAH DUKUH KEC.
SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014”
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya:
1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan
baik moril maupun materiil.
2. Bapak K. H. Zoemri RWS dan Ibu Nyai H. Latifah, yang selalu
mendo’akanku dan telah banyak mengajarkan ilmu selama penulis
dipesantren.
x
3. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah ikhlas dan sabar dalam
mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam
menyusun skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, yang dengan
ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di
kampus STAIN Salatiga tercinta.
5. Semua civitas akademika, para pegawai kampus STAIN Salatiga
dengan kesediaan dan keikhlasannya telah berpartisipasi melayani,
membantu mensukseskan tugas dan kewajiban penulis selama
belajar di STAIN Salatiga.
6. Kakak dan adik-adik tersayang, yang selalu menghibur dan
memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang.
7. Seluruh saudara penulis dari keluarga besar bapak dan ibu, yang
selalu memberi nasehat dan do’anya.
8. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-
Falah, yang telah memberi penulis perhatian dan dukungan dalam
belajar.
xi
9. Teman-teman PAI angkatan 2010 senasip seperjuangan yang telah
menemani, membantu dan memberi motivasi penulis selama empat
tahun dalam menempuh perkuliahan.
10. Pembaca yang budiman.
Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis
menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah Swt. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi masyarakat pecinta ilmu dan pesantren.
Salatiga, 25 Agustus 2014
Penulis
M. Arifin
NIM: 111 10 001
xii
ABSTRAK
Arifin, M. 2014. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren Al-
Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing : Drs. Bahroni M.Pd.
Kata kunci : Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah.
Dalam rangka pesantren menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan
dan maksud yang disandarkan pada Al- Qur’an dan Assunnah, pesantren selalu
mengikuti perkembangan pendidikan, dengan tidak secara langsung menghilangkan
tradisi-tradisi pesantren yang diwariskan dari pesantren jaman dulu, baik dalam tata
tertib santri, metode pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana yang diberikan untuk
santri. Dengan berkembangnnya pendidikan dan kebutuhan manusia dalam bidang
keilmuan yang harus memiliki keseimbangan baik ilmu alam (umum) serta ilmu
syariat (agama), sehingga pesantren harus mengikuti dengan memberikan pelayanan
yang diharapkan santri-santri yang mengikuti dengan pendidikan pesantren, salah
satu jalan untuk mengimbangi kebutuhan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam
Al- Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga memberikan kelonggaran bagi setiap
santri mengikuti pendidikan diluar pesantren yakni pendidikan di lembaga-lembaga
pendidikan umum (formal). Namun setelah kebijakan ini diambil, pesantren harus
mengelola dan mengatur (memanajemen) baik tata tertib santri, pendidikan, serta
sarana prasaran yang dimiliki pesantren dengan memperhatikan tujuan yang hendak
dicapai, sehingga benar-benar seimbang antara pengetahuan santri, baik dalam
keimuan pesantren dan keilmuan yang diajarkan di sekolah.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan diskriptif. Dalam pelaksanaan penelitian penulis membutuhkan waktu
tiga minggu untuk pengumpulan data yang terkai dengan tujuan penelitian, baik
metode observasi, interview, wawancara, dan dokumentasi, yang semua digunakan
peneliti guna mendapatkan data yang valid.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang melalui proses pengumpulan data dan
melakukan penarikan kesimpulan tentang bagaimana manajemen pesantren berbasis
sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota
Salatiga, menunjukkan bahwa manajemen pesantren berbasis sekolah baik
manajemen kmurikulu dan program pengajaran, manajemen tenaga kependidikan,
manajemen kesiswaan, manajemen, keuangan dan pembiayaan, manajemen sarana
dan prasarana pendidikan, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
manajemen layanan khusus yang bertujuan mengoptimalkan pendidikan yang
seimbang bagi para santri yang menempuh pendidikan dalam dua lembaga yang
xiii
berbeda yakni pesantren dan sekolah umum, telah berperan baik yakni pengasuh,
dewan asatidz, dewan pengurus dan lingkungan pesantren yang memiliki hubungan
sangat erat berakibat pada keefektifan pendidikan pesantren berbasis sekolah.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………..................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………..................... iv
PENGESAHAN …………………………………………………….................... v
MOTTO …………………………………………………………….................... vi
PERSEMBAHAN ………………………………………………….................... vii
KATA PENGANTAR …………………………………………….................... ix
ABSTRAK ………………………………………………………….................... xii
DAFTAR ISI ………………………………………………………..................... xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………….................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………............................ 1
B. Fokus Penelitian ……………………………………………............. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitia ....…………………………………..... 4
D. Penegasan Istilah ……………………………………………............ 6
E. Metode Penelitian ………………………………………….............. 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………............. 10
2. Kehadiran Peneliti ………………………………………........... 10
3. Lokasi Penelitian …………………………………………......... 11
4. Sumber Data …………………………………………................ 11
xv
5. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………............ 12
6. Analisis Data …………………………………………................ 15
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pesantren
1. Pengertian Pesantren …………………………………..... 20
2. Sistem Pengajaran Pesantren……………………………... 21
3. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren………………………... 26
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) …………… 35
2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………………. 35
3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………... 36
4. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran………... 38
b. Manajemen Tenaga Kependidikan…………………..... 39
c. Manajemen Kesiswaan……………………………..... 39
d. Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan……………...... 40
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan………...... 41
f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat .......... 43
xvi
g. Manajemen Layanan Khusus…………………………........ 44
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah
1. Sejarah Singkat Berdirinya PPTI Al-Falah……………............ 47
2. Letak Geografis PPTI Al-Falah.................................................. 48
3. Dasar dan Tujuan......................................................................... 48
4. Keadaan Santri............................................................................. 51
5. Struktur Organisasi Kepengurusan.............................................. 51
B. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah
1. Manajemen Komponen-Komponen Pesantren
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran................ 55
b. Manajemen Tenaga Kependidikan……………….............. 62
c. Manajemen Kesiswaan…………………………................. 65
d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan………….............. 66
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan…................. 68
f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat............ 71
g. Manajemen Layanan Khusus……………………................ 72
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Pesantren
Berbasis Sekolah di PPTI Al-Falah
1. Faktor Pendukung Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PPTI
Al-Falah…………………………………………………............ 81
xvii
2. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di
PPTI Al-Falah…………………………………………............... 82
BAB IV PEMBAHASAN
A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran……............... 84
2. Metode Pendidikan Pesantren…………………………............. 85
a. Metode Sorogan................................................................... 86
b. Metode Weton...................................................................... 86
c. Metode Hafalan……………………………………............... 87
3. Kehasan dan Keunikan Pesantren Al-Falah dalam Penerapan
Model Pembelajaran ……………………………….................. 87
4. Evaluasi Pendidikan Pesantren Al-Falah…………................... 88
B. Tenaga Kependidikan ................................................................... 89
C. Manajemen Kesiswaan……………………………….................. 91
D. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan ....................................... 92
E. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan………................... 93
F. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat...................... 94
G. Manajemen Layanan Khusus…………………………................... 95
H. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Pesantren
Berbasis Sekolah di PPTI Al-Falah................................................. 96
xviii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………… 99
B. Saran …………………………………………………. 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Santri Putra Pesantren AL-Falah
Tabel 2 Data Santri Putri Pesantren AL-Falah
Tabel 3 Struktur Kepengurusan PPTI Al-Falah Masa Bakti 2013/2014
Tabel 4 Jadwal Kegiatan Santri
Tabel 5 Nama-nama Pengajar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah
Tabel 6 Pemasukan dan Pengeluaran Syahriyah
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Obsevasi Pelaksanaan MBS di PPTI Al-Falah
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Transkip Hasil Wawancara
Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 5 Surat Bukti Penelitian dari PPTI Al-Falah
Lampiran 6 Nota Pembimbing
Lampiran 7 Keterangan SKK
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
xxi
xxii
BIOGRAFI PENULIS
Nama : M. Arifin
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 17 Juni 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mulawarman, Blok. J, Rt. 13 / Rw Ds. Kerta Bumi,
Kec. Kuaro, Kab. Paser, Prov. Kal-Tim
Pendidikan :
1. SDN 04 Timpik Kec. Susukan, kab. Semarang.
2. MTsN Susukan, Kab. Semarang.
3. MA Subulussallam Kuaro Kab. Paser, Prov. Kal-Tim
xxiii
4. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH
Salatiga.
5. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an “ Ar- Rahman”
Ambarawa
5. STAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 25 Agustus 2014
M. Arifin
11110001
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin disadari, tantangan dunia pesantren semakin besar dan
berat di masa kini dan mendatang. Paradigma ”mempertahankan warisan
lama yang masih relevan dan mengambil hal terbaru yang lebih baik”
benar-benar penting untuk direnung ulang (A‟la, 2006: V). Mengapa
penting? Pertama, dunia pesantren tidak bisa hanya mempertahankan
tradisi lama belaka. Sebab, tradisi lama itu tidak mesti relevan untuk
kekinian kita. Kedua, hal tidak kalah penting untuk direnungkan dalam
rangka mengambil hal terbaru yang lebih baik adalah mengungkai secara
cerdas problem kekinian kita dengan pendekatan-pendekatan kontemporer.
Tidak bisa disangkal bahwa modernitas telah menawarkanbanyak
hal untuk dipikirkan dan direnungkan, terutama bagi insan-insan
pesantren. Pada lapisan luarnya, teknologi modern muncul sebagai buah
manisyang bisa dicecap siapa saja dari berbagai belahan dunia. Pada
lapisan dalamnya, berupa paradigma dan pandangan dunia, modernitas
juga telah merubah cara pandang lama terhadap dunia dan manusia. Dalam
konteks ini, pilihan terbaik bagi insan-insan pesantren adalah
mendialogkannya dengan paradigma dan pandangan dunia yang telah
diwariskan oleh generasi pencerahan Islam. Dari dialog sehat ini
diharapkan akan muncul sintesi-sintesis baru yang lebih segar dan
menggairahkan.
2
Kerangka pemikiran diatas membawa kita pada perlunya
memposisikan warisan masa lalu hanya sebagai “teman dialog” bagi
modernitas dengan segala produk yang ditawarkannya. Menutup diri untuk
berdialog dengan konteks kekinian adalah kebodohan yang tidak pantas
dibanggakan. Insan-insan pesantren ditantang untuk secara cerdas dan
lincah, membaca khazanah lama dan baru dalam frame yang tidak
terpisah. Masa laludihadirkan dengan terang dan jujur, lalu dihadapkan
dengan kekinian kita. Boleh jadi, masa lalu tersebut akan tampak basi dan
tidak relevan, namun tidak menutup kemungkinan masih ada potensi yang
dapat dikembangkan untuk zaman sekarang.
Melihat proses dan sistem manajemen, terlihat nilai pentingnya
sebuah ketrampilan manajerial dalam lembaga pesantren. Mungkin saja
sebuah pesantren akan berjalan meski tanpamanajemen, namun jalannya
pesantren tersebut akan mengalami Faktor Penghambat begitu besar.
pesantren akanberjalan apa adanya, tanpa ada ruh yang jelas kemana
pesantren itu diarahkan dan dikendalikan.Dalam kondisi ini apakah
mungkin pesantren akan bertahan/berkembang besar? Yang mungkin
adalah pesantren itu akan semakin lemah. Dalam hal ini lembaga pesantren
Al-Falah mencoba menyikapi sebuah tantangan zaman dengan berbagai
trobosan terhusus dalam pengelolaan manajemen pesantren. Meskipun
dalam sebuah teori pengelolah pesantren tidak atau kurang tahu dengan
nama manajemen pesantren yang diterapkan tersebut, tetapi kurang lebih
manajemen pesantren yang diterapkan di pesantren Al-Falah menyerupai
3
dengan teori manajemen yaitu yang sering disebut dengan manajemen
berbasis sekolah (MBS), dari manajemen yang diterapkan apakah dalam
pengelolaan pesantren Al-Falah mengalami peningkatan perkembangan
kualitas output santri atau semakin lemah dan apa yang menjadi Faktor
Penghambat dan bagaimana solusi pengelola pesantren dalam menyikapi
Faktor Penghambat-Faktor Penghambat tersebut?
Dari beberapa hal yang telah terurai diatas merupakan alasan
penulis dalam manyusun naskah skripsi, sehingga penulis memiliki niat
dan keinginan meneliti dengan judul “MANAJEMEN PESANTREN
BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL
ISLAMAL-FALAH”.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang diatas dapat dikemukakan
beberapa fokus masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pesantren berbasis sekolah dalam pencapaian
tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec.
Sidomukti Kota Salatigayang meliputi:
a. Manajemen kurikulum dan program pengajaran?
b. Manajemen tenaga kependidikan?
c. Manajemen kesiswaan?
d. Manajemen keuangan dan pembiayaan?
e. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan?
f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat?
4
g. Manajemen layanan khusus?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambatmanajemen pesantren berbasis
sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec.
Sidomukti Kota Salatiga?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari mempunyai tujuan
yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui manajemen pesantren berbasis sekolah dalam
pencapaian tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga yang meliputi:
1) Manajemen kurikulum dan program pengajaran
2) Manajemen tenaga kependidikan
3) Manajemen kesiswaan
4) Manajemen keuangan dan pembiayaan
5) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
6) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
7) Manajemen layanan khusus
b. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambatmanajemen
pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
5
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan dalam
khasanah keilmuan pesantren.
2) Berguna untuk mengangkat citra bimbingan pendidikan
keagamaan khususnya dalam dunia pendidikan pesantren.
3) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada
pengelola pesantren dalam menumbuhkan semangat dalam
pengelolaan pesantren dalam menghadapi perkembangan
pendidikan Indonesia.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi pembaca.
a) Memberi pengetahuan tentang manajemen pesantren
berbasis sekolah dalam pencapaian tujuan pesantren dan
sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga..
b) Memberi pengetahuan kelemahan dan Faktor Pendukung
pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
2) Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai focus penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan
pengetahuan pesantren dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan bagi para santri dan memberikan sumbangsih
pemikiran ide terhadap penyelenggaraan pendidikan pesantren.
6
3) Bagi peneliti
a) Mendapatkan pengalaman dan ilmu baru yang bermanfaat
b) Sebagai pengetahuan dalam bidang keilmuan dunia
pesantren yang terus akan menghadapi tantangan teknologi
yang sangat memberi pengaruh perubahan pada karakter
santri dan pesantren
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul
diatas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis
teliti, sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini
ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul
diatas yaitu:
1. Managemen
Istilah Managemen dapat diartikan sebagai sebuah proses
menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
(Tim Penyusun, 2002:708).
2. Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe
didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan
asal usul kata “santri”, dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat
dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa
7
“santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata yang berasal dari
sanskerta yang artinya melek huruf, pendapat ini didasarkan atas kaum
santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami
agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya
berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseoarang yang
selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Yasmadi,
2005:61). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan
pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari
bahasa Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat
tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138)
Pengertian pesantren diatasmengindikasikan bahwa pesantren
merupakan sebuah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.
3. Basis
Istilah Basis bisa diartikan dengan dasar atau pokok dasar
(Poerwadarminta, 1966:95). Berdasarkan pengertian basis tersebut,
maka makna basis yang dimaksud penulis adalah pengelolahan
manajemen pesantren yang lebih identik dengan manajemen pesantren
kuno atau berpusat pada kebijakan pengasuh, tatapi dalam hal ini
pesantren Al-Falah sudah mulai memperbarui dan menerapkan sebuah
manajemen pesantren yang dalam pengelolahannya dilakukan secara
bersama dalam pengambilan keputusan secara partisipatif dari semua
8
warga pesantren baik ketua yayasan, pengasuh dewan asatidz,
pengurus harian, maupun wali santri, dalam teori sebuah manajemen
lembaga pendidikan sering disebut dengan manajemen berbasis
sekolah.
4. Sekolah
Sekolahadalah tempat anak belajar (Daradjat, 2011:72). Dalam
hal
ini sekolahjuga bisa diartikan sebagai lingkungan pendidikan formal
dimana adanya interaksi antara seorang guru dan siswa untuk
menyalurkan sebuah pengetahuan, dan berjalannya lembaga tersebut
sesuai dengan sistem atau menejemen kelembagaan pendidikan yang
telah ditetapkan.
5. Manajemen Berbasis Sekolah
Adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk
mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo, 2003:5).
6. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah
adalah manajemen berbasis sekolah yang diterapkan pada
lembaga pesantren. Sebuah penerapan pengolahan lembaga pesantren
berdasarkan teori MBS, yang mana tidak bisa dipungkiri bahwa
9
pentingnya dalam mengelola lembaga pesantren dibutuhkan
manajemen yang tepat, sehingga dalam pengelolahan lembaga ini akan
lebih terarah dan tepat sasaran dalam sebuah tujuan yang diharapkan.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode juga
bisa juga dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan
yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih
(Maslikhah, 2013:66).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis metode kualitatif
maka mencakup beberapa hal diantaranya:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti
dalam memahami subjek dan substansi (STAIN Salatiga, 2008:18).
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan, dalam penelitian kualitati peneliti adalah instrumen kunci,
oleh karena itu peneliti membekali diri dengan teori dan wawasan yang
digunakan untuk bertanya, menganalisis, dan mengontruksi obyek
yang akan diteliti menjadi lebih jelas.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan study
kasus (case study), yakni study yang meng-explorasikan suatu masalah
10
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam,
dan menyertakan berbagai informasi.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian hadir secara langsung pada obyek yakni
PondokPesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah, dalam rangka
pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti, yakni dimulai pada hari
rabu, 11 april 2014, dalam penelitian lapangan, peneliti membutuhkan
waktu 3 (tiga) minggu dalam mengumpulkan data yang berhubungan
dengan focus penelitian manajemen pesantren berbasis sekolah, serta
mencari info-info untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
3. Pusat dan Subyek Penelitian
Tempat/ lokasi pusat penelitian adalah di Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga,
sedangkan yang menjadi focus subyek penelitian adalah komponen
yang terkait dengan manajemen pesantren yang meliputi tata tertip
santri, penyelenggaraan pendidikan, sarana prasarana, dewan asatidz,
dewan pengurus, santri, dan prestasi santri.
4. Sumber Data
Pada tahap ini peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan
berbagai sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Penelitian itu sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk
11
memperoleh pengetahuan yang benartentang sesuatu hal dengan
menggunakan prosedur penelitian yang baik
Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data
pendukung (skunder).
a. Data Primer
Data primermenurut Suryabrata (1995:84) merupakan data
yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya
atau sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi
utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang
terjadi di lapangan.
Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan penggalian data dari pesantren Al-Falah dengan
mencari keterangan dari orang yang terlibat secara langsung
terutama para santri, pengasuh, pengurus, dan dewan asatidz.
Sebagai sumber untuk menggali informasi terkai focus penelitian,
untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode
wawancara.
b. DataSekunder
Data sekunder adalah sumber data yang didapat atau
diperoleh secara tidak langsung, data sekunder mencakup data
yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan
pondok pesantren.
12
Hal ini dilakukan karena data yang digali haruslah valid
sehingga peneliti harus melakukan pengamatan secara langsung
dan mengobservasi dilapangan yang menghasilkan data
yanglengkap dan dapat dipertanggung jawabkan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan naskah skripsi ini penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode
yang menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial
secara objektif dan melalui paradigma fenomenologis, artinya metode
ini digunakan atas tiga pertimbangan: pertama, untuk mempermudah
pemahaman realitas ganda. Kedua, menyajikan secara hakiki antara
peneliti dan realitas. Ketiga, metode ini lebih peka dan menyesuaikan
diri pada bentuk nilai yang dihadapi. (Moelong, 2003:5)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa metode
penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam
mengenai kegiatan suatu program, perilaku peserta dan interaksi antar
manusia secara luas. Dalam hal ini untuk pengumpulan data yang akan
digunakan sebagai penunjang dalam penelitian, maka penulis
menggunakan beberapa langkah yang berkaitan dengan metode
penelitian tersebut antara lain:
a. Observasi
Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dari sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki
13
(Hadi, 1995:136). Metode observasi adalahcara menghimpun
bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa
observasi adalah teknik pengamatan dan pencatatan terhadap letak
pesantren kegiatan pendidikan santri, model manajemen
pesantrenberbasis sekolahatau pengelolahan kelembagaan dalam
menunjang terlaksanakan kegiatan pendidikan pesantren, Faktor
Pendukung dan kelemahan pesantren berbasis sekolah.
b. Interview
Yaitu metode yang berusaha mendapatkan keterangan/
pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap
muka (Koenjaraningrat, 1997:129). Dalam arti lain bahwa
interview adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara
umum yang dimaksud interview adalah cara penghimpunan bahan-
bahan keteranga yang dilaksanakan dengan melakukan dan dengan
arahan serta dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam penelitian
ini metode interview digunakan sebagai metode pengumpulan data
dalam pengelolahan pesantren dan bagaimana peran masing-
masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam
menerapkan dan mengorganisir sistem pendidikan pesantren.
c. Dokumentasi
Adalah metode pengambilan data yang diperoleh dengan
14
bahan-bahan yang tersimpan dalam arsip-arsip berupa catatan
pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat,
catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain
sebagainya (Sukandarrumidi, 2004: 101).
Metode ini penulis gunakan untuk membantu dalam
menggali data tentang pesantren, data pengelolahan sistem
pendidikan pesantren baik data fisik maupun nonfisik.
Dengan metode dokumentasi maka peneliti akan
mendapatkan referensi dalam bentuk arsip-arsip baik fisual
maupun data-data tertulis yang berkenaan dengan data pesantren
yang mencakup sejarah pendirian pesantren, lokasi pesantren,
lingkungan serta data-data tentang santri,dan data pengelolahan
pesantren yang meliputi data kepengurusan atau keorganisasiaan
pesantren, kurikulum pendidikan pesantren serta data asatidz dan
tata tertib pesantren.
6. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir
pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak
menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan
ferifikasi atas data yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mempermudah pemahaman dan kejelasan.
Teknik analisis data mencakup proses kategori urutan data,
mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian
15
dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti
yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mncari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Dalam pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini,
penulis menggunakan metode analisis data secara bertahab. Tahapan
analisis data adalah proses upaya mencari data secara sistematis atas
catatan-catatan wawancara, pengamatan dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman peneliti atas subyek dan obyek
penelitian,upaya ini disebut dengan upaya mencari makna. Ada empat
hal yang merupakan bagian dalam analisis ini yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Pengumpulan Data
Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari
pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara,
pengamatan, maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa
data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih data
yang penting dan tidak.
b. Reduksi Data
Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang
lebih focus dan tajam, karena data yang menumpuk belum dapat
memberikan gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan
penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai
16
upaya untuk mengorganisasikan data dan memudahkan penarikan
kesimpulan.
1) Penyajian Data
Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data, akan
langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang
membaerikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif
guna memperjelas hasil penelitian ini.
2) Kesimpulan
Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan
diverifikasi, pengertian verifikasi adalah pembuktian yaitu
proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-
pola, dan penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan.
Kesimpulan yang diverifikasikasi selama penelitian
berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir.
F. Sistematika Penelitian
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,
definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian,
metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
17
Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan
teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Khususnya
berkaitan dengan fariabel penelitian yaitu teori-teori
tentang manajemen penunjang penyelenggaraan
pendidikan pesantren yang disesuaikan dengan tujuan dan
focus penelitian.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dilaporkan beberapa hal mengenai
lembaga pendidikan yang dijadikan subyek penelitian
yakni temuan data yang didapat peneliti dilapangan
sebagai hasil dari proses penelitian terkait dengan tujuan
dan focus penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada bab analisis data, akan dilakukan analisis terhadap
data yang terkumpul, dengan pentahapan, menyimpulkan
landasan teori, mendiskripsikan hasil wawancara tentang
bagaimana komponen lembaga pendidikan pesantren
dalam memanajemen para santri dan kegiatan pendidikan
dalam menyeimbangkan kebutuhan keilmuan dan
kemampuan skill para santri dalam mengikuti segala
kegiatan pendidikan yang diikuti, baik pendidikan
pesantren maupun pendidikan umum diluar pesantren.
18
BAB V : PENUTUP
Mengahiri penulisan skripsi, pada bab kelima akan
diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian,
saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait
dari subyek penelitian.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pesantren
1. Pengertian Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe
didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan
asal usul kata “santri”, dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat
dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa
“santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata yang berasal dari
sanskerta yang artinya melek huruf, pendapat ini didasarkan atas kaum
santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami
agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya
berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseorang yang
selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Yasmadi,
2005:61). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan
pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari
bahasa Arabfunduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat
tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138).
Pengertian pesantren diatas, mengindikasikan bahwa pesantren
merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
20
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaqquh fi
al –din).
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan
nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan
makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keasliyan Indonesia
(indigenous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya
sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam
tinggal meneruskan dan mengIslamkan lembaga pendidikan yang
sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam
dalam memelopori pendidikan di Indonesia(Madjid, 1997:5).
2. Sistem Pengajaran Pesantren
Pengajian dasar di rumah-rumah, di langgar dan di masjid
diberikan secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru
yang akan membacakan beberapa baris Al-Qur‟an atau kitab-kitab
bahasa Arab dan menerjemahkannya kedalam bahasa Jawa. Pada
gilirannya, murid mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata
sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya. Sistem
penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para murid diharapkan
mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa
Arab. Dengan demikian para murid dapat belajar tatabahasa Arab
langsung dari kitab-kitab tersebut. Murid diharuskan menguasai
pembacaan dan terjemahan tersebut secara tepat dan hanya bisa
21
menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami
pelajaran sebelumnya. Para guru pengajian dalam taraf ini selalu
menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih
dari tiga atau empat orang. Jika dalam seluruh hidup guru tersebut ia
berhasil menelorkan sekitar sepuluh murid yang dapat
menyelesaikannya pengajian dasar ini, dan kemudian melanjutkan
pelajaran dipesantren, ia akan dianggap sebagai guru yang berhasil.
Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam tradisional
disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-
murid yang telah menguasai pembacaan Al-Qur‟an.
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah
sistem bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam
sistem ini sekelompok murid antara 5 sampai 500 mendengarkan
seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan
seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap
murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan
baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang
sulit. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang
arti bahasanya lingkaran murid, atau sekolompok siswa yang belajar
dibawah bimbingan seorang guru. Dalam pesantren kadang-kadang
diberikan juga sistem sorogan tetapi hanya diberikan kepada santri-
santri baru yang masih memerlukan bimbingan individual (Dhofier,
1988:28).
22
Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang
paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional,
sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin
pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian dipedesaan
gagal dalam pendidikan dasar ini. Disamping itu banyak diantara
mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan
diri pada tingkatan soroganini sebelum dapat mengikuti pendidikan
selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang
telah menguasai sistem sorogansajalah yang dapat memetik
keuntungan dari sistem bandongan di pesantren.Sistem sorogan
terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang
bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang
guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal
kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.
Dalam sistem bandongan, seorang murid tidak harus
menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para
kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara
cepat dan tidak menerjemahkan kata-kata yang mudah. Dengan cara
ini, kyai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa
minggu saja. Sistem bandongan, karena dimaksudkan untuk murid-
murid tingkat tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah
mengikuti sistem sorogansecara intensif.
23
Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar,
biasanya menyelengarakan bermacam-macam halaqah (kelas
bandongan), yang mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer
sampai ketingkatan tinggi, yang diselengarakan setiap hari kecuali hari
jum‟at, dari pagi-pagi buta setelah sembahyang subuh, sampai larut
malam. Penyelengaraan bermacam-macam kelas bandongan ini
dimungkinkan olehsuatu sistem yang berkembang di pesantren di
mana kyai seringkali memerintahkan santri-santri senior yang
melakukan praktek mengajar dalam halaqah. Santri senior yang
melakukan praktek mengajar ini mendapat titel ustadz(guru). Para
asatidz (guru-guru) ini dapat dikelompokkan kedalam kelompok, yaitu
yang masih yunior (ustad muda), dan yang sudah senior, yang
biasanya sudah menjadi anggota kelas musyawarah. Satu dua ustadz
senior yang sudah matang dengan pengalaman mengajarkan kitab-
kitab besar akan memperoleh gelar “kyai muda”.
Dalam sistem musyawarah, sistem pengajarannya sangat
berbeda dari sistem sorogandan bandongan. Para siswa harus
mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas
musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam
bentuk tanyajawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan
dalam bahasa Arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk
menguji keterampilannya dalam menyadab sumber-sumber
argumentasi dalam kitab-kitab klasik. Sebelum menghadap kyai, para
24
siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara
mereka sendiri dan menunjuk salah seorang jurubicara untuk
menyampaikan kesimpulan dari permasalah yang disodorkan oleh
kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang
akan mengajukan pendapat diminta untuk menyebutkan sumber
sebagai dasar argumentasi. Mereka yang dinilai oleh kyai cukup
matang untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki keluasan
bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau menyelesaikan
problem-problem terutama menurut sistem mazhab Syafi‟i akan
diwajibkan menjadi pengajar untuk kitab-kitab tingkat tinggi. Para
kyai muda ini biasanya akan menulis komentar-komentar atau
pendapat-pendapat dalam sistem seperti yang telah saya uraikan tadi
mudahlah untuk mengerti bahwa dalam kompleks pesantren, dari kyai
(sebagai pimpinan tertinggi peantren), kyai muda, asatidz, santri
senior, sampai kepada yunior, tercipta suatu kelompok masyarakat
yang berjenjang-jenjang yang didasarkan pada kematangan dalam
bidang pengetahuan agama Islam.
Hubungan antara pengajian dan lembaga-lembaga pesantren
sangat penting dalam arti bahwa keduanya merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduannya senantiasa
mengalami proses alamiyah dan perjuangan intensif untuk dapat hidup
lebih langgeng; itulah sebabnya, dalam kenyataannya, kita senantiasa
dapat menyaksikan bahwa antara pengajian dan lembaga-lembaga
25
pesantren seringkali terjadi suatu bandulan atau pergeseran yang tajam.
Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa kebanyaka pesantren
tumbuh, berkembang, dan berasal dari lembaga-lembaga pengajian,
dan banyak sekali pesantren-pesantren yang mati dan meninggalkan
sisa-sisanya dalam bentuk lembaga-lembaga pengajian disebabkan
kurangnya kepemimpinan organisasi. Banyak contoh tentang pesantren
yang mengalami nasib serupa itu, seperti Pesantren Cepaka di
Surabaya, Pesantren kademangandi Bangkalan Madura, Pesantren
Maskumambang di Gresik, dan Pesantren Jamsaren di Surakarta.
3. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren
Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik
danKyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini
berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga
memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi
pesantren. Di seluruh Jawa, orang biasanya membedakan kelas-kelas
pesantren dalam tiga kelompok, yaitu pesantren kecil, menengah dan
pesantren besar. Pesantren yang tergolong kecil biasanya mempunyai
jumlah santri dibawah seribu dan pengaruhnya terbatas pada tingkatan
kabupaten. Pesantren menengah biasanya mempunyai santri antara
1.000 sampai dengan 2.000 orang, memiliki pengaruh dan menarik
santri-santri dari beberapa kabupaten dan provinsi. Beberapa pesantren
besar memiliki popularitas yang dapat menarik santri-santri dari
seluruh Indonesia. Pesantren Gontor di Ponorogo, Jawa
26
Timurmisalnya, bahkan menarik sejumlah santri dari luar negeri,
antara lain Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand dan Filipina.
a. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih
dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama untuk para siswa tersebut
berada dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai
bertempat tinggal, yang juga menyediakan sebuah masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan
yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan
tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pada kebanyakan pesantren, dahulu seluruh komplek
merupakan milik kyai. Tetapi sekarang, kebanyakan pesantren
tidak semata-mata dianggap milik kyai saja, melainkan milik
masyarakat. Hal ini di sebabkan karena para kyai sekarang
memperoleh sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi
pembiayaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat. Banyak
pula komplek pesantren yang kini sudah berstatus wakaf, baik
wakaf yang diberikan kyai yang terdahulu, maupun wakaf yang
berasal dari orang-orang kaya. Walaupu demikian, para kyai masih
tetap memiliki kekuasaan mutlak atas pengurusan komplek
27
pesantren tersebut. Para penyumbang sendiri beranggapan bahwa
para kyai berhak memperoleh dana dari masyarakat; dan dana
tersebut dianggap sebagai milik Tuhan, dan para kyai diakui
sebagai institusi ataupun pribadi yang dengan nama Tuhan
mengurus dana masyarakat tersebut. Dalam praktek memang
jarang sekali diperlukan campurtangan masyarakat dalam
pengurusan dana-dana tersebut.
Ada alasan utama dalam hal perubahan sistem pemilikan
pesantren. Pertama, dulu pesantren tidak memerlukan pembiayaan
yang besar, baik karena jumlah santrinya tidak banyak, maupun
karena kebutuhan akan jenis dan jumlah alat-alat bangunan dan
lain-lainnya relatif sangat kecil. Kedua, baik kyainya, maupun
tenaga-tenaga pendidik yang membantunya, merupakan bagian dari
kelompok-kelompok mampu di pedesaan, dengan demikian
mereka dapat membiayai sendiri bak kebutuhan kehidupannya
maupun kebutuhan penyelenggara kehidupan pesantren. Hal ini
tidak berarti bahwa semua kyai dilahirkan kaya. Banyak bukti yang
menunjukkan bahwa banyak kyai harus berjuang keras dari bawah
untuk mengembangkan pesantrennya, dan hanya kemudian mereka
menjadi kaya. Dengan kata lain, proses atau jalan bagi pesantren
untuk dapat memiliki sumber-sumber kekayaan yang cukup tidak
hanya satu. Sebagaimana dapat diterangkan oleh etik ekonomi para
kyai yang menganggap kekayaan semata-mata milik Allah;
28
seabagai “amanah” (titipan) dari Allah, kekayaan hanya boleh
dibelanjakan untuk kepentingan keagamaan, dengan etik ini, para
kyai beranggapan bahwa kekayaan tidak boleh dibelanjakan
semata-mata untuk kepuasan fisik. Faktor lainnya ialah pretise
sosial yang amat tinggi yang dimiliki oleh para kyai; dan prestise
ini mengakibatkan atau menghasilkan jalan yang mudah untuk
memperoleh kekayaan. Karen kedua factor tersebut, maka para
kyai dengan mudah dapat membiayai kebutuhan pesantren.
Pondok, asrama bagi para santri, merupakan ciri khas
tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan
tradisional di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan
wilayah Islam di negera-negara lain. Bahkan sistem asram ini pula
yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan suraudi
daerah Minangkabau.
b. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan
dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat
untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang
lima waktu khutbah dan sembahyang Jum‟at, dan pengajaran kitab-
kitab Islam klasik.
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islamtradisioanal. Dengan kata lain kesinambungan
29
sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al
Qubba didirikan dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad saw
tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid
telah menjadi pusat pendidikan Islam. Di manapun kaum muslimin
berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat
pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan cultural.
Hal ini telah berlangsung selama 13 abad. Bahkan dalam zaman
sekarangpun di daerah di mana umat Islam belum begitu
berpengaruh oleh kehidupan Barat, kita temukan para ulama yang
dengan penuh pengabdian mangajar murid-murid di masjid serta
memberi wejangan dan anjuran kepada murid-murid tersebut untuk
meneruskan tradisi yang terbentuk sejak zaman permulaan Islam
itu.
c. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik
Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik
terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham
Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang
diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran
ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama. Para santri yang
tinggal di pesantren untuk jangka waktu pendek (misalnya kurang
dari satu tahun) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai
tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan
keagamaan. Kebiasaan semacam ini terlebih-lebih dijalani pada
30
waktu bulan Ramadhan, sewaktu umat Islam diwajibkan berpuasa
dan menambah amalan-amalan ibadah antara lain sembahyang
sunnah, membaca Al Qur‟an dan mengikuti pengajian. Para santri
yang tinggal sementara seperti ini janganlah kita samakan dengan
para santri yang tinggal bertahun-tahun di pesantren yang tujuan
utamanya ialah untuk menguasai berbagai cabang pengetahuan
Islam.
Sekarang, meskipun kebanyakan pesantren telah
memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian
penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab
Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan
tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia
kepada faham Islam tradisional.
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren
dapat digolongkan kedalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan saraf; 2.
Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf;
8.Etika; dan9. Cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghah.
d. Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-
orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana
memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren
tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena
itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga
31
pesantren. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat
2 kelompok santri:
1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetab dalam kelompok pesantren. Santri mukim
yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya
merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung
jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka
juga memikul tanggungjawab mengajar santri-santri muda
tentang kitab-kitab dasar dan menengah, dalam sebuah
pesantren yang besar dan masyhur akan terdapat putera-putera
kyai dari pesantren-pesantren lain yang belajar di sana, mereka
ini biasanya akan menerima perhatian istimewa dari kyai;
karena para putra kyai ini akan memainkan peranan yang
sangat penting dalam kelanjutan kepemimpinan lembaga-
lembaga pesantren.
2) Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di
sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam
pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka
bolak-balik (nglajo)dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan
antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari
komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren, akan
semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain,
32
pesantren kecil akan memiliki lebih banyak santri kalong
daripada santri mukim.
Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren
karena berbagai-berbagai alasan:
1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam
secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai yang
memimpin pesantren tersebut;
2) ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik
dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun
hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal,
3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa
disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah
keluarganya. Di samping itu, dengan tinggal di sebuah
pesantren yang sangat jauh letaknya dari rumah sendiri ia
tidak mudah pulang-balik meskipun kadang-kadang
menginginkannya.
e. Kyai
Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu
pesantren, ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah
sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata
bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya.
Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa
dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda:
33
1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat; umpamanya,‟‟Kyai Garuda Kencana”
dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton
Yogyakarta.
2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli
agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan
pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada
para santrinya. Selain gelar kyai, ia juga sering disebut
orang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamannya).
Perlu ditekankan di sini bahwa ahli-ahli pengetahuan
Islam di kalangan umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat
mereka disebut ajengan.Di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
ulama yang memimpin pesantren disebut kyai. Namun di
zaman sekarang, banyak juga ulama yang cukup berpengaruh
di masyarakat juga mendapat gelar “kyai” walaupun mereka
tidak memimpin pesantren. Dengan kaitan yang sangat kuat
dengan tradisi pesantren, gelar kyai biasanya dipakai untuk
menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional (Dhofier
1988: 55).
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
34
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk
mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo, 2003:5).
Otonomi yang demikian, akan membuat sekolah memiliki kewenangan
yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih
mandiri. Sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-
program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.
Pengambilan keputusan bersama/partisipatif, akan meningkatkan rasa
memiliki tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah terhadap
sekolahnya. Namun demikian MBS diharapkan tidak memberi peluang
terhadap kenginan individu/kelompok untuk menguasai/mengelola
sekolah tanpa partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Jadi pada
intinya manajemen berbasis sekolah ialah memberikan kewenangan
terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitas
secara terus menerus (Umiarso & Gojali, 2010:70).
2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.
35
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama/partisipatif.
c. Meingkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat , dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai (Raharjo, 2003:5).
3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara bersama/partisipatif untuk memenuhi
kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam
kerangka pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga merupakan
paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa
mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggab terhadap
kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka
lebih memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan
(Raharjo, 2003:8).
36
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian
yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan
tidak tergantung. Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”,
misalnya swakelola, swadana, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah
adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan
warga sekolah yang didukung kemampuan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.
Pengambilan keputusan bersama/partisipatif adalah suatu cara
untuk mengambil suatu keputusan melalui penciptaan lingkungan
yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah dan masyarakat
akan terlibat secara langsung untuk proses pengambilan keputusan
dalam pencapaian tujuan sekolah. Sehingga semua warga sekolah dan
masyarakat akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya
untuk mencapai tujuan sekolah. Makin besar tingkat partisipasi, makin
besar pula tanggung jawab dan dedikasinya. Tentu saja harus
mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya
dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah.
Sekolah mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tingkat
kemandirian tinggi sebaliknya ketergantungan rendah; bersifat adaptif
dan antisipatif serta proaktif; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi;
bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah; memiliki control yang
ketat terhadap manajemen dan sumberdayanya; memiliki control yang
37
kuat terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada pada dirinya;
dan prestasi merupakan acuan bagi penilitiannya.
Adapun yang dapat memandirikan/memberdayakan warga
sekolah adalah: pemberian kewenangan; pemberian tanggung jawab;
pekerjaan yang bermakna; kebersamaa dalam pemecahan masalah
sekolah; variasi tugas; pemberian kepercayaan dan penghargaan
terhadap semua warga sekolah.
4. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah
Istilah manajemen sekolah terjemahan dari “school
management”, dan akan melihat bagaimana manajemen substansi-
substansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis
sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar
terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan secar
efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-
komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen
sekolah yang harus di kelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu
kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan,
keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan
sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus lembaga
pendidikan (Mulyasa, 2004:39).
38
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan
bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional
pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling
penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu,
sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan setempat.
b. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan
pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia
di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi
kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di
tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen
personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen
personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
39
optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan. Sehubungan
dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan,
adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi
personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota
mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan
perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan
tujuan individu dan organisasi
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang
operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik,
mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari
suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk
pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih
luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di
sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas
40
utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,
kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan
disiplin.
d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber
daya yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam
implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencankan, melaksanakann dan mengevaluasi serta
mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan
kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan
pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu
sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah
bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap
kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu yang
disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan
pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang
41
tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam
rangka MBS, yang memberikan kewenagan kepada sekolah untuk
mencapai dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan
keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia
pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apa
lagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,
meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang
dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju
sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi,
halaman sekolah sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan.
Manajemen sarana dan prasaran pendidikan bertugas
mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya
proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
42
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi,
penghapusan serta penataan.
Manajemen saran dan prasarana yang baik diharapkan
dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan
tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara
kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan proses
pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar
maupun murid-murid sebagai pelajar.
f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian
integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat.
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat
dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan
efisian. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapai tujuan
atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi
penerangan masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus
43
mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan
masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain,
antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang
harmonis
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan
baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk
memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta
hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah dan
masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran
yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Melalui hubungan
yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan
sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksanakannya proses
pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien
sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan
berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari pengusaan
peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap,
yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan asas
pendidikan seumur hidup.
g. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen
perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. Manajemen
44
komponen-komponen tersebut merupakan merupakan bagian
penting dari MBS yang efektif dan efisien.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlangsung begitu pesat pada masa sekarang menyebabkan guru
tidak bisa lagi melayani kebutuhan anak-anak akan informasi, dan
guru-guru juga tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya di
bangku sekolah.
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik
memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan
mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar
mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di
rumah. Di samping itu, juga memungkinkan guru untuk
mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat
mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan
dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas
dan bertanggungjawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak
hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu”manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan
45
rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk kepentingan tersebut, di
sekolah-sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan
kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui
usaha kesehatan sekolah (UKS), dan berusaha meningkatkan
program pelayanan melalui kerja sama dengan unit-unit dinas
kesehatan setempat.
Di samping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan
keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada sekolah
agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang
dan nyaman(Mulyasa, 2004:24).
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-
FalahDukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
46
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam “Al-Falah” berdiri pada
tahun 1986, yang diasuh oleh KH. Zoemri RWS bersama istri beliau
Hj. Nyai Latifah. Pondok pesantren tersebut berdiri diatas tanah milik
pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar dan
pemerintahan kota setempat. K. H. Zoemri RWS pada mulanya
menerima dan menampung para santri putra dan putri dari lingkungan
sekitar, yang kemudian diikuti oleh santri putra-putri dari daerah
sekitarnya. Seiring dengan berkembangan zaman, Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi
masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk
itu pada tahun 1990, K. H. Zoemri RWS mendirikan madrasah diniyah
dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun frekuensi
pendidikan adalah 6 tahun, pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra
maupun putri. Melihat keadaan santri Al Falah yang mayoritas
berpendidikan formal, maka pengajian Madrasah Diniyah dimulai
ba‟da Ashar (15.30 WIB), ba‟da Magrib sampai ba‟da Isya‟ (+ jam
21.00), dan ba‟da Subuh sampai jam 6 pagi. Lima tahun berikutnya,
tepatnya pada tahun 1995 pendidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul
Islam Al Falah menambah kurikulum pembelajaran berupa ekstra
pesantren antara lain: Kaligrafi, Khitobah, Qiro‟atul Qur‟an, Bahasa
Arab, dan Menjahit. Pendidikan ekstra ini didirikan dengan dasar,
47
santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di
masyarakat. Dan mampu mengubah masyarakat yang terbelakang
menjadi masyarakat yang berkembang.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005 karena
melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri
dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan
SMK Al-Falah dengan dua jurusan Otomotif dan Tata Busana.
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Terletak di Jl.
Bima No. 02, Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga dan terletak di ujung
selatan kota Salatiga, yang berdekatan dengan Kab. Semarang.
3. Dasar dan TujuanPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
a. Dasar
Al-Qur‟an dan As-Sunnah merupakan landasan dasar yang
dipakai oleh Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, sehingga hasilnya
akan lebih terarah dan fitrah yang dimilikinya akan lebih terjaga
dari berbagai kemungkinan dalam perjalanan peradababan umat
manusia dewasa ini. Pemahaman terhadap Al-Qur‟an dan As-
Sunnah tersebut dijabarkan dalam sikap dan perilaku santri, maka
dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dasar atau asas yang akan memberi ruh di Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
48
2) Al-Qur‟an dan As-Sunnah digunakan sebagai neraca dan
ukuran dalam segala pelaksana pendidikan dan pengajaran.
3) Dengan dasar dan pengertian tersebut diatas, maka sikap dan
perilaku sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah harus mencerminkan suatu
pelaksanaan disiplin, yaitu disiplin terhadap diri sendiri dan
disiplin terhadap Allah SWT.
b. Tujuan
Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah mempunyai tujuan yang sangat segnifikan, yaitu:
1) Tujuan Umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu
dan amalnya.
2) Tujuan Khusus
a) Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik
mungkin sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya
(santri).
b) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran
ilmu agama Islam.
49
c) Mengembangkan sikap beragama dan praktek-praktek
beribadah.
d) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam pondok pesantren
dan sekitarnya.
e) Memberikan pendidikan dan keterampilan civic dan
kesehatan kepada santri.
f) Mengusahakan perwujudan segala aktivitas dalam
pesantren yang mungkin mencapai tujuan umum tersebut.
g) Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan
sikap agamawan, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan,
kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi
lingkungan.
h) Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur
keilmuan yang begitu tangguh dan mampu memainkan
propertinya pada masyarakat secara umum.
i) Menciptakan santri yang berbasis IMTAQ dan IPTEK.
4. Keadaan SantriPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Adapun santri yang belajar di PPTI Al-Falah pada tahun ajaran
ini 2013-2014 mengalami peningkatan, sampai saat ini santri yang
belajar di PPTI Al-Falah ada sebanyak 257, santri yang terdiri dari 114
santri putra dan 143 santri putri. Dan sudah menjadi anjuran dari
pengasuh pesantren Al-Falah, bagi santri yang berkenginan mengikuti
50
pendidikan dipesantren Al-Falah wajib baginya tinggal menetap di
asrama pesantren yakni biasa dipanggil santri mukim. Hal itu
dimaksudkan untuk mempermudah dewan pengurus maupun pengasuh
dalam mengkoordinir para santri dalam menjalankan peraturan yang
telah ditetapkan.
TABEL 3.1
DATA SANTRI PUTRA
“PPTI AL FALAH” TAHUN 2014”
No Nama Alamat
1. Adib Wahyu.M Lemahbang,Rt 02/05,Karangjati,Bergas,SMG.
2. Adi Prastowo Kintelan, Rt. 31/05 Pasekan, Ambarawa, Semarang
3. Ahmad Fajar Fauzi Setro, Rt. 02/03 Mendongan, Sumowono, Semarang
(50062)
4. Ahmad Dayu.M Wanar Rt 02/02,Tersono,Batang.
5. Ahmad Faozi Pagertengah,Jogoyasan,Rt 01/01 Ngablak,MGL.
6. Ahmad Fauzi Digulan,Pandean,Kec.Ngablak,MGL.
7. Ahmad Ihya Ulumudin Kencana Mulia, Rembang, Muara Enim
8. Ahmad Lazim Nglorog Rt 01/ Rw 05 Pringsurat, (56272),TMG.
9. Ahmad Lukman Hakim Jl. Brigjen Katamso,Rt 01/07 Susukan, Ungaran
10. Ahmad Muhlasin Karangrandu Rt.03 Rw.01,Jumo,Kedungjati,Grobogan
11. Achmad Mutohar Dompon,rt:11,rw:04,Giling,Pabelan,SMG
12. Ahmad Nur Khakim Candi wetan, rt:3, rw:1 Ngasinan, Grabag, Magelang
13. Ahmad Nurul Mujib Gondangsari, Rt. 02/02 Mendongan, Sumowono,
Semarang
14. Ahmad Hadziqun Nuha Krajan Wujil, rt:05, rw:02, Wujil, Bergas, Kab.SMG
15. Ahmad Khasani Pakis Tengah, rt:01,rw:01 Pakis, MGL 56193
16. Akif Khumaidullah A. Wanar, rt:02, rw:02 Wanar, Tersono, Batang
17. Alfian Wahyu Praditya Buluk, Rt. 01/01 Gilirejo, Wonosegoro, Boyolali
18. Alinta Zeki Syihab Pucung,Rt:03,Rw:04,Bancak,Semarang 50772
19. Ali Mustain Brakas,Terkesi,Klambu,Grobogan,Jateng
20. Annas Mas‟ud Karang, Rt. 03/04, Tegaron, Bnyubiru, Semarang
51
21. Arif Hidayatullah Dompon Rt11/4, giling, Pabelan SMG
22. Basit Chusnil Mubarak Tiban ,rt:02,rw:05,Bumirejo,Mumgkid,Magelang
23. Danang Adi Setiawan Keseneng, rt:01,rw:02 Keseneng, Sumowono, SMG
24. Dedi Setiawan Ponco reso,jembaran.Kab.SMG.
25. Eka Sepnanda Wonorejo, Rt. 04/01Wonorejo, Pringapus, Semarang
26. Eka Yahya Jengkol, rt:03,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193
27. Ervin Askar Shodiq Jengkol, rt:01,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193
28. Faisal Arif Riza Majid Citromanggisan, rt:2,rw:2, Kalijoso, Secang, Magelang
29. Faishal Karim Breyon, Rt. 09/03 Polobogo, Getasan, Semarang
30. Ganang Fathurohman Bawang,rt:08,rw:01, Ketawang,Grabag, Magelang
31. Galih Januar Irawan Kroyo, Rt. 06/06 Bringin, Semarang
32. Gunawan.L.A Karang asemRt02/06,Ketapang,Susukan,SMG.
33. Ilham Ery Kusuma Talun, rt:06, rw:07 Bergas Lor, Bergas, kab.Semarang
34. Ilham Maulana Banding,rt:04,rw:02, Banding,Beringin, Kab. Semarang
35. Ikhsan Maulana Ngaser Lor, Rt. 06/02 Jetis, Bandungan, SMG
36. Ikhsanuddin Lemah Ireng,Rt 01/03 Baween,SMG.
37. Imam Adi Caban Gunung, Rt. 02/05 Kartoharjo, Grabag, MGL
38. Imam Tabroni Krajan Rt 08/Rw 02,Kedung Ringin,Kab.SMG.
39. Irham M. Prigi Jero Rt 1/2 Sumberrejo,Bonang, Demak.
40. Irvan Ireng Saputro Gintungan,Rt:01,Rw:05,Bandungan,Bandungan,SMG
41. Is‟adurrofiq Almuhibbi Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, Semarang
42. Jalaludin Krajan Kidul, rt:03,rw:04 Wirogomo, Banyubiru, SMG
43. Jihan Abdillah Dukuh Rt 03/01 Krajan,Sidomukti,SLTG.
44. Kholid Anwar Tumbu, Rt. 04/01 Purwodadi, Tegalrejo, Magelang
45. Lailul Muna Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, SMG
46. Lucky Rifqi Setiawan Kemadu, Rt 28/08. Pasekan, Ambarawa, Semarang
47. Ma‟ruf Irsyad Curug, Rt. 03/04 Margohayu, Karangawen, Demak
48. Mega Aji P Nogosaren,Rt 02/Rw 1,Getasan,SMG.
49. Mohtar Syarif Karang Rejo,Rt 02/02,Pabelan,SMG.
50. Muhaimin Gintungan Rt. 05/05, Bandungan, Semarang
51. M. Agil Syahputra Sinom, Rt 07/02 Weleri, Kendal
52. M. Ainul Yaqin Curug, Rt. 02/04 Margohayu, Karangawen, Demak
(59566)
52
53. M. Alfaian Jauhari Bendan Rt.11 RW. 03,Kebonsari,Wonoboyo,TMNGG
54. M. Al Jauharil M. Jengkol, rt:01,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193
55. M. Alwi Syarif Bonorejo,rt 01/05Blotongan, Sidorejo, Salatiga
56. M. Anwar Salim Indrosari Rt 03/03, Indrosari, Bulus Pesantren Kebumen
57. M. Arifin Sumber,Rt 13/02,Timpik,susukan,SMG.
58. M. Arsyad Tumbu 02/02 Purwodadi, Tegalrejo, Magelang.
59. M. Eka Prastiyo Jengkol, Rt.03/03, Losari, Pakis, Magelang
60. M. Fahrurrozi Gendor, Rt. 03/04 Banding, Bringin, Semarang
61. M. Fatkhurrahman Sarirejo Rt 04/01 Guntur,Demak.
62. M. Fatkhur Rozak Rembes, Rt 16/05 Gunungtumpeng, Suruh, SMG
63. M. Fitroni Ds. Sumber sari, Tungkal jaya, Musi Banyuasin
64. M. Habib Alwi Ngipik, Rt. 05/02 ngipik, Pringsurat, Temanggung
65. M. Hanif Senden,Rt.04 Rw.09,Batur,Getasan,Semarang
66. M. Ichsan Hidayat Ds. Ledok, rt:03,rw:06, Kauman Kidul, Sidorejo, SLTG
67. M. Ihsan Nurtaufik Gedangan, Rt 03/05 Tuntang, Semarang
68. M.Khoerul Anam Pabelan rt 06/02 Ngasinan,Grabag,MGL.
69. M. Khoirul Munzilin Rembes Rt. 17/05 Gunungtumpeng, Suruh, SMG
70. M.Mufid Nglorog,Pringsurat,TMG.Rt 02/05
71. M. Munawir Pulutan,Rt 07/02,Kebonan, Boyolali.
72. M. Mustofa
Gunungtumpeng Rt.15
Rw.05,Gunungtumpeng,Suruh,Semarang
73. M. Nur Hamim Jayuli Krajan Tengah, Rt 02/02 Meteseh, Boja, Kendal
74. M. Rabani Gintungan, rt:1,rw:5, Bandungan, Bandungan, kab.
Semarang
75. M. Rifan Abdul Latif Ploso, Rt. 01/03 Pabelan, SMG
76. M.Rohman.A Candi sidomulyo,Secang,MGL.
77. M. Salim.Khoeruddin Gedangan,Bendo Rt 01/03 Tuntang,SMG.
78. M. Sidkon Wafa Krajan,Rt:08,Rw;02,Kedungringin,Suruh,Semarang
79. M. Syamsul Anwar Candi Rt. 02/06 Ampel, Boyolali
80. M. Syarif Hidayatullah Karangtalun, rt: 07,rw:14, Karangtalon, Tanon, Sragen
81. M.Ilham Ganda Jl.Kyai Mojo,No.02 Rt 03/03,Ungaran Barat.
82. Mulyadi M. Misbah Santan, Rt. 01/02 Kuwarsani, Jambu, Semarang (50663)
53
83. Mustofa Toksongo Rt03/01,Nglorog,Pringsurat,TMG.
84. Nasrul Mahqin
Krajan Kidul, Rt. 03/04 Wirogomo, Banyubiru, SMG
(50664)
85. Nur Ahdian
Jl.HOS Cokroaminoto,Rt 01/08,No.
605,Ngablak,Ungaran.
86. Nur Fuad Gandi Jl.Kyai Mojo,No.02,Rt 03/03,Ungaran Barat.
87. Nur Khakim Gintungan,Rt 06/05,Bandungan.
88. Nurrohman Wahid Wurut, rt:06, rw:01, Wonotirto, Bulu, Temanggung
89. Nur Kholis Bulusari, Rt07/01, Bulusari, Gandrung, Cilacap
90. Nurul Huda Baran, Ketapang, Susukan, Semarang
91. Puja Kresno P. Gowongan,Rt.07/01,Kalijambe,Kec.Bringin Kab,SMG.
92. Puji Pangestoni
Mangli, Rt. 02/04 Suborejo, Pringsurat, Temanggung
56272
93. Raditya Krisna Al
Farooq
Kalibendo, Rt. 01/01 Candi, Bandungan, Semarang
94. Rahmat Saputra Negri Mulya, Rt. 04/04 Gunung labuhan, Waykanan,
Sum-Sel
95. Rahmat Yuli.S Butuh,Dlimas,Tegalrejo,Rt 01/09,MGL.
96. Riko Tekto Krajan Kidul, rt:03, rw:04 Wirogomo
Banyubiru,kab.SMG
97. Rio Ma‟arif Saputra Pabelan Rt. 01/01 Panbelan, Semarang
98. Rohmat Khabib Batur, Rt. 04/ 09 Batur, Getasan, SMG
99. SubkhanM. Mekarsari,Rt 14/06,Kampar,Riau,SUM-SEL.
100. TB. Nurbi‟in Banyusari Lor, Rt. 01/08 Banyusari, Grabag, Magelang
101. Tri Wahono Nogosaren,Gejayan,Rt 08/02,Getasan,SMG.
102. Turmudzi Madu, Batur Rt 01/02, Getasan Semarang
103. Wigi Pujiyadi Wirogomo, Rt. 03/04 Wirogomo, Banyubiru, Semarang
104. Yoan Prima Hening W. Pundingan,Rt:03,Rw:01,Sumongawi,Getasan,Semarang
105. Yulfan Ibnu Makruf Pondansari, Rt. 02/02 Bergas Lor, Semarang
106. Yusuf Adi Wijaya Soti Kulon, rt:16,rw:8, Sidomulyo, Candimulyo, MGL
107. M.Aqil Albieruni Getasan, Rt.02/Rw.01, Kel.Getasan, Kec.Getasan, SMG
108. Tsani Muh. Rofi‟udin Kesono, Tuntang, Semarang
109. Zeni Rahmanto Sidomulyo, rt:3, rw: 1, Rejosari, Bandongan, Magelang
54
TABEL 3.2
DATA SANTRI PUTRI
“PPTI AL FALAH” TAHUN 2014”
No Nama santri Alamat
1 Afina Ainul Iza Tlogorejo, Rt. 01/01 Grabag, Magelang
2 Aina Nur Lailyta Karanganom,Rt 06 /Rw 02,Weleri,Kendal.
3 Ainatun Nafi‟ah Kintelan, Rt. 16 / 05 Pasekan, Ambarawa,
Semarang
4 Alfiah Amri Mirfaqoh Pabelan, Rt. 02/03 Pabelan, Semarang
5 Amalia.Y Jelok, RT 05/01, Tuntang Semarang.
6 Amalya Puji.L Perbalan,Rt 01/Rw 08,Gunung pati,SMG.
7 Amilatul Asna Gentan, rt:2, rw:1, Kebumen, Banyubiru, SMG.
8 Amiratun Nauval Prampelan Rt.02
Rw.06,Blotongan,Sidorejo,Salatiga
9 Amrih Sulistyani Tegalmelik, Rt. 02/04 Gebugan, Bergas, SMG.
10 Ani Maftuchah Tambakan, Rt02/11, Gubug, Grobogan
11 Ani Muslikhah Ngawen, Rt 01/03 Boto putih, Tembarak, TMG.
12 Ani Nurfiana Larangan,Rt 02/05,Lanjan,Sumowono,SMG.
13 Anida Kumalasari Krajan, Dungringin, Rt;09/02 Suruh,Kab.SMG
14 Anif Melani Ngasem Lor, Rt. 06/02 Jetis, Bandungan, SMG
15 Anis Nurur.R Getasan,Rt 04/01,Kec.Getasan,Kab.SMG.
16 Anisa Nandya Sukoharjo,RT01/03,Kalimanggis,Subah,Batang.
17 Anni Mursyidatu
Zahro‟ Wijin Rt.05 Rw.02,Bergas,Semarang
18 Anny Maftukhah Sangiran, Rt. 01/04 Keputan, Blado, Batang
19 Ariyana Dukuh,Rt 02/ 06,Ngarngosari,Ampel,Boyolali.
20 Ashiyatul Lailiyah Fz. Asemdoyong Rt.12 Rw.02,Taman,Pemalang
21 Asna Nafisah Gelaran,Rt 03/ Rw 04,Bandungan,SMG.
22 Atik Rakhmawati Welahan, Rt. 01/01 Kel. Kedung Sari Mulyo,
Welahan, Jepara
23 Ayu Widy Astuti Regunung, Rt. 28/07 Karanggondang, Tengaran,
Semarang
24 Candra Arum Sari Wonorejo, Rt. 01/02 Wonorejo, Pringapus,
Semarang
25 Dewi Maslahah Krajan tengah, rt:2, rw:2, Meteseh,Boja,Kendal
26 Dewi Mustika Bakalan, Rt. 10/06 Banjarsari, Grabag, Magelang
27 Dina Fatmawati Dsn.Pucung Rt 04/04 kec.Bancak,Kab.SMG.
55
28 Dwi Astuti Tungkal jaya, Rt. 01/05 Musi, Banyuasin
29 Dwi Mayawati Gagatan, Rt. 03/02 Kemiri Timur, Subah, Batang
(51262)
30 Edenia Aisha Pramesti Rowosari, Rt. 03/05 Meteseh, Boja, Kendal
31 Eka Rini Lengkong, Rt 30/09 Pasekan Ambarawa,SMG.
32 Eka Sri Rejeki Karanganom, Rt. 11/03 Karanganom, Weleri,
Kendal (51355)
33 Eko Putri Larasati Tanggulangin,rt:4,rw:1, Pandean, Ngablak, Kab.
Magelang
34 Endang Pratiwi Gendor, Rt. 03/04 Banding, Bringin, Semarang
35 Erma Nahdliyatul F. Bentisan,Rt 01/02,Sukomarto,Jumo,TMG.
36 Eva Nor Fithrotul
Hidayah Jatisono, Rt06/03 Jatisono, Gajah, Demak
37 Evi Arfiyanti Tempel Rt.01
Rw.01,Klumpit,Karanggede,Boyolali
38 Evie Yunianti Ds,Kedawung,Rt.04/02,Susukan,Banjarnegara.
39 Fida ZulfatunM. Kembang,Rt 10/03, Sumogawe Getasan SMG
40 Fina I. Kedayon,Rt 06/01 Wates,Kec.Getasan,Kab.SMG.
41 Fitri Yaningsih Dsn. Bamban, Rt. 03/04 Lembu, Bancak, Kab.
Semarang
42 Fitriyanti Wahyuni Kencana Mulia, Rambang,Muara Enim, SUMSEL
43 Fitrotul Ummah Sabetan, Rt. 04/07 Wedung, Demak
44 Futhicha Elma D N Candran Rt 03/01 Sidomukti Salatiga
45 Gledis Angelika Putri Ringin Anom, Rt. 01/01 Ledok, Argomulyo,
Salatiga
46 Indah Dewanti Sinom,Rt;10,Rw:02,Karangganom,Weleri,Kendal
47 Indah Sutanti Gondangan, Rt. 02/05 Ngadikerso, Sumowono,
Semarang
48 Indah Ziyadatul.A Bentisan,Rt 01/02,Sukomarto,jumo,TMG.
49 Intan Erni S.S. Watugajah, rt:1,rw:8, Candirejo, Pringapus,
Semarang
50 Iriana Sofianti Klecung, Rt.05 Rw.01 Dolojan, Karanggede,
Boyolali
51 Istikomah Kediwongso, Rt. 02/02 Sukodadi, Bandongan,
MGL
52 Istriyani Bleder Rt. 04/05 Ngasinan, Grabag, Magelang
53 Khanifah Tempel,Rt 01/01,Klumpit,Karanggede,BYL.
54 Khayaulin Najah Peterongan,Rt 09/04,Tegalrejo,MGL.
56
55 Khoirotun Nisak Krajan, Rt. 03/01 Putatsari, Grobogan (58152)
56 Khusnul Khotimah Kerisik, Rt. Suruh, Semarang
57 Kunti Masykuroh Krajan,Banding,Rt 03/III,Bringin,SMG.p
58 Laela Rahmadani Jonggrangan Rt.03 Rw.07
Rapah,Banyubiru,Semarang
59 Lailatul Janah Cabanjurang Rt.02 Rw.04 Kartoharjo,Grabag
,Magelang
60 Laily Nur Rofiqoh Rowokasam, Rt. 01/03 Rowoboni, Banyubiru,
Semarang
61 Lala Khuzilah Ds. Kalirandu, Rt. 04/04 Kalirandu, Patarukan,
Pemalang
62 Lala Kurnia Sari Soklatan,Rt:02,Rw:03,bajangan,Bringin,Semarang
63 Latifah Ari Nurjanah Perbalan, Rt. 03/08 Gunung pati, Semarang
64 Latifatul Muta‟arofah Dusun Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu,
Semarang
65 Lu‟luk Suroya Jl. Melati, Rt. 001/001 Trahean, Teweh Selatan,
Barito Utara
66 Lutfiyah.D Jelok, RT 05/01, Tuntang Semarang
67 Luthfiah Umi Khasanah Girirejo, Rt. 01/06 Klumpit, Karanggede, Boyolali
68 Mafaza C.P Lemah IrengRt 02/ Rw 01.Bawen,SMG.
69 Maslikhatul.W Gemawang,Rt 04/03,Munding,Bergas,SMG.
70 Masruroh Ngawensari,Rt.04 Rw.01
Ngawensari,Ringinarum, Kendal
71 Meila Sari Karanganom, Rt. 13/03 Karanganom, Weleri,
Kendal
72 Mia Setyorini Ngablak,Rt 21/07,Kadirejo,Pabelan,SMG.
73 Miftakhur Rohmah Duren, Rt 15 rw 3 Duren,Tengaran, Semarang
74 Miftakhussa‟adah Gentan, Rt 05/08, Truko,Kec.Bringin,Kab.SMG.
75 Mufidatul Latifah Gentan,Kebumen,RT 02/01,Banyubiru,SMG.
76 Mufti Wahyu Khabibah Kedawung, Rt. 03/02, Susukan, Banjarnegara
77 Musyayidah Rejosari Kidul,Rt 02/ 04 Tuntang, SMG
78 Mutamimah Selo duwur,Batur,Rt Getasan,Semarang
79 Nadziroh Nur.C Jl.Yamin,No.30,Ungaran Barat,SMG.
80 Nafi‟atul Ummayah Dsn, Srandil, Rt 02/17 Sedakung, Banyubiru,
Semarang
81 Naryanti Giritirto Rt. 07/02 Kebonagung, Bandongan,
Magelang
82 Nedi Fatul Umamah Dsn. Legowo, rt:2,rw:1, Duren, Bandungan, Kab.
Smg
57
83 Ngamilatul Marzuqoh Jambe, Rt. 03/05 Dadapayam, Suruh, Semarang
(5077)
84 Ni‟matul Karimah Suruhan, Rt. 02/04 Jubelan, Sumowono,
Semarang
85 Nihayatul Khasanah Segiri, rt 15/02, Segiri, pabelan, Semarang
86 Nila Umniyati Selo nduwur, Rt. 02/16 Batur, Getasan, Semarang
87 Nindi Nada Sakina Tlogan, Rt. 02/10 Waypetay, Semberjaya,
Lampung Barat
88 Novi Dian Amaliya Kaligintung, Rt. 01/ 14 Kalinegoro, Mertoyudan,
Magelang
89 Novi Dika Fatmala Lembu, Rt 02/02, Bancak, Semarang
90 Novia Alfatikha Krajan, Rt. 02/02 Mboro, Suruh, Semarang
91 Nur Afifah Aswfiati Wujil,Rt.07 Rw.02,Bergas,Kab.SMG
92 Nur Ani Syadiah Madu,Batur,Getasan,Semarang Rt 02/04
93 Nur Chaisatul Chusna Dawung Rt01/02, Pringapus, Pringapus,
Semarang
94 Nur Fandilah Batur Kidul, rt:1,rw:14, Batur, Getasan, Kab. Smg
95 Nur Fitriana Jln.Mawar Kenangka,Bergas kidul,Bergas,SMG
96 Nur Fitriani Jln.Mawar Kenangka,Bergas kidul,Bergas,SMG.
97 Nur Hasanah Banding,Rt 04/II,Bringin,SMG.
98 Nur Hidayah Carikan,Rt 02/ Rw 07,truko,Bringin,SMG.
99 Nur Hidayah Pengkol, Rt. 02/11 Sendangharjo, Karangrayung,
Grobogan
100 Nur Malita Dompon,Rt.11 Rw.04,Giling,Pabelan,Semarang
101 Nur Wakhidatun
Nasekhah Ds. Blerong, Rt. 04/03 Blerong, Guntur, Demak
102 Nur Zulfa.F Kemiri,Ngablak, Rt 01/02, Wonosegoro,Boyolali.
103 Nurul Wachidah Truko Rt. 01/02 Branjang, Ungaran Barat,
Semarang
104 Nuryatul Afifah Rejosari kidul, Rt. 02/04 Rowosari, Tuntang,
Semarang
105 Rani Setiawati Tlepakan, Rt. 02/05 Tuntang, Semarang
106 Renita Ayu Mustika
Sari
Pringapus Rt.18
Rw.06,Krandonlor,Suruh,Semarang
107 Resta Indrianty Tlogorejo, rt:1, rw:1, Tlogorejo, Grabag,
Magelang
108 Rima Ayu Marlita Jl. Sinoman rt:04, rw:04, Sidorejo Lor, Sidorejo,
Salatiga
109 Risa Rosiana Sugiyanto Tawangrejo Rt. 07/01 Kunduran, Blora
58
110 Riska Nely.F Gendol, Rt 01/02, Klopo,Tegalrejo,MGL.
111 Riyana Rembes,Rt 15/5 Gunung Tumpeng,Suruh,SMG.
112 Rodliyatus.S Jambe, Rt 07/05, Dadapayam,Suruh,SMG.
113 Rustianah Babadan RT 01/03 Gedung Banyubiru Semarang
114 Savika Ayu Lukmawati Ngradinan, Rt. 02/06 Tingkir Lor, Salatiga
115 Sayyidatul Hajar Jl. Bantas Kalirandu-Iser Km 01 Rt. 03/04
Patarukan, Pmlng
116 Septi Kurnia Safitri Kauman Lor, Rt. 14/01 Pabelan, Semarang
117 Septia Ayu Wulandari Sukamulya III Rt.19
Rw.06,Payolebar,Singkuk,Saralangan
118 Siti Ariyani Jeruk Wangi Rt 05/06 Bedono Jambu Semarang
119 Siti Izzatul Ummah Sinom, Rt. 07/02 Karanganom, Weleri, Kendal
120 Siti Lutfia
Septianingrum
Prampelan Rt.02
Rw.06,Blotongan,Sidorejo,Salatiga
121 Siti MalikahNS Glinggang,Rt 03/03,Kendel,Kemusu,Boyolali.
122 Siti Marfu‟ah Sungai binjai,Martapura,Oku timur,SUM-SEL.
123 Siti Munawaroh Ngadikerso,Rt 01/01,Smowono,Bndungan,SMG.
124 Siti Musyarofah Lembu Rt.02 Rw.02,Bancak,Semarang
125 Siti Nur Fadhilah Tlatar, Rt. 05/01Krogowanan, Sumogawe,
Magelang (56481)
126 Siti Nurul Taufiqi R. Karangsari, Rt 04/04, Sugihmanik,
Tanggungharjo, Grobogan
127 Siti Ulfa Marfuah Krajan Rt. 02/11 Mboro, Suruh, Semarang
128 Slamet Musyarofah Kintelan, Rt. 03/01 Kaponan, Pakis, Magelang
(56193)
129 Sopiya Nurohmah Jatisuno, Rt. 06/03 Jatisuno, Gajah, Demak
(59581)
130 Sri Hartati Salam, Rt 01/01 Randuacir, Argomulyo, Salatiga
131 Suniar Siwi Mahanani Jurang, Rt 04/03, Bandongan, MGL (56151)
132 Syarifatul Ulfah Ngablak, Rt. 15/04 Tanjung, Klego, Boyolali
133 Tri Mulyani Kintelan Rt.31
Rw.05,Pasekan,Ambarawa,Kab.Semarang
134 Trisma Zulita Sari Kencana Mulia, Rt. 03/01 Rambang, Muara Enim,
Sum-Sel
135 Ulfa Arfiani Dsn. Jlegong, rt:2,rw:3, Ngadikerjo, Sumowono,
Kab, Smg
136 Ulum Mufaidah Kencana Mulya, Rambang, Muara Enim, PLG,
SUMSEL
137 Umi Mu‟alimah Penggung,Rt 01/04,Karang
59
5. Struktur Organisasi KepengurusanPondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah
Lembaga pondok pesantren yang ada di Dukuh Salatiga,
dibawah naungan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah yang
dipimpin Bapak K. H. Zoemri RWS. Adapun struktur organisasi
pondok pesantren Al-Falah terdiri dari pengasuh atau pelindung yang
membawahi secara langsung pengurus harian.
Pengurus harian bertugas melaksanakan kebijaksanaan yang
digariskan oleh pengasuh, masing-masing tentang pengelolaan pondok
baik maslah pendidikan maupun masalah non pendidikan.Para
pengurus dipilih melalui pemilihan secara langsung oleh seluruh santri,
kemudian disetujui dan disahkan dari pengasuh/pelindung. Para
pengurus tersebut terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris, Bendahara,
Wakil-wakil Ketua, Pembantu Umum serta dilengkapi dengan seksi-
seksi.
jati,Wonosegoro,Boyolali
138 Umi Rodliyah Bandung, Rt. 01/03 Bandung, Wonosegoro, BYL.
139 Umi Safrotun
Masy‟adah Pada‟an, Rt. 02/01 Pada‟an, Pabelan, SMG
140 Uswatun Chasanah Poncoruso, Rt. 06/02, Bawen, Semarang
141 Uswatun Hasanah Gintungan Rt.01 Rw.05,Bandungan,Semarang
142 Uswatun.K Krajan,Kedungringin,Rt 10/03,Suruh,SMG.
143 Vani Listianti Kelirandu, Rt. 04/04 Petarukan, Pemalang
144 Widha Indrati Tambak Selo,Pasekan,Rt 05/ 02 AMB,SMG.
145 Zulfa Nur Azizah Watulempes, Rt. 01/02 Jlumpang, Bancak,
Semarang (50772)
146 Zumrotus Sa‟adah Poncoruso, Rt. 08/02 Bawen, Semarang
147 Zuni Ma‟rifah Banjaran Rt. 03/04 Magersari, Ngablak, Magelang
60
Bangunan pesantren terdiri dari berbagai komplek yang
masing-masing komplek terdapat ketua komplek. Ketua komplek di
bantu ketua kamar yang mana bertanggung jawab penuh terhadap
komplek masing-masing.
Tabel 3.3
Struktur kepengurusan PPTI Al-Falah masa bakti 2013/2014
Pengasuh PPTI AL-FALAH
Dewan Penasehat
Dewan Keamanan Pusat
Dewan Asatidz
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Diklat
Keamanan
Perlengkapan
: K. H. MuhammadZoemri RWS
: Ust. Nur Shoim
: Ust. Ahmad Dayu Mustaufit
: Ust. Ali Musta‟in
: 1. Ust. Gunawan Laksono Aji
2. Evie Yunianti
:1. Akif Khumaidullah A.
2. Asyhiyatul Lailiyah
: 1. Rohman Amrulloh
2. Riyana
: 1.M. Nurul Huda
2.Ihya Ulumuddin
3. Siti Nurul T. R.
4. Ulum Mufaidah
5. Istriyani
: 1. Subkhan Masykuri
2. Mohtar Syarif
3. Nadziroh N. Ch.
4. Sayyidatul Hajar
5. Dewi Mustika
: 1.Fatkhurrahman
61
Kebersihan
Ketua Komplek A
Ketua Komplek C Putra
Ketua Komplek B dan D
Ketua Komplek C Putri
Ketua Komplek E
2. Rahmat Saputra
3. Erlita Nur Aini
: 1. Nur Kholis
2. M.Anwar Salim
3. Fitrotul Ummah
4. Nur Wakhidatunnasekhah
5. Ani Muslikhah
: Rahmat Yuli Setiawan
: Ust. Muhammad Munawir
: Sopiya Nururahma
: Uswatun Khasanah
: Ani Maftukhah
B. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru
pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah
(pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan
sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggab terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan
masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu, dan
mengontrol pengelolaan pendidikan (E. Mulyasa, 2011:24).
Dalam hal ini lembaga pesantren yang telah ikut berkiprah dalam
dunia pendidikan di Indonesia tetap kokoh mengepakkan sayapnya ikut
62
serta dalam memberikan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat
secara luas, dengan menejemen pesantren yang diterapkan pesantren Al-
Falah selalu berusaha mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas yang
mampu meneruskan perjuangan para gurunya sampai mampu mengemban
amanah dalam bangku pemerintahan.Salah satu pengendikan Bapak Kiai
Zoemri RWS (pengasuh pesantren Al-Falah) dalam mengelola pesantren
Al-Falah yaitu:
“Berbekal pengalam yang didapatkan dari pesantren-pesantren
kurang lebih 7 (tujuh) pesantrendimana saya menjadi santri di pesantren-
pesantren tersebut, dibangunlah pesantren Al-Falah dengan manajemen
pesantren yang ada sesuai dengan manajemen pesantren dimana
pengasuh sebelumnya nyantri tanpa mengetahui secara jelas sebuah teori
yakni manajemen berbasis apa dalam mengelolah pesantren Al-Falah
tersebut? Dan manajemen pesantren yang diterapkan di pesantren Al-
Falah ini lebih menyerupai atau berkiblat dengan manajemen pesantren
yang diterapkan di pesantren API Tegal Rejo Magelang yang diasuh oleh
mbah kiai Chudhori almaghfurlah.Dengan berjalannya waktu
alhamdulillah pesantren Al-Falah semakin berkembang sampai sekarang
ini”.
Setelah melakukan pengkajian sebuah teori tentang manajemen
lembaga pendidikan dan melakukan penelitian, peneliti menemukan
sebuah kesamaan antara manajemen berbasis sekolah dengan manajemen
yang diterapkan di pesantren terhusus pesantren Al-Falah. Dibawah ini
komponen-komponen manajemen pesantren berbasis sekolah yangtelah
diterapkan di pesantren Al-Falah:
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Kurikulum ala “Pesantren Salafi” merupakan kurikulum yang
masih diterapkan di pesantren Al-Falah, dengan pengkajian kitab-kitab
63
ulama‟-ulama‟ salafi, seperti kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam
ghazali, kitab Alfiyah karya Imam Abi „Abdillah Muhammad
Jamaluddin Bin Maliki dan masih banyak kitab yang lain yang sering
disebut dengan kitab kuning/kitab gundulan, karena ciri kitab yang
dikaji tulisan Arab tanpa harakat, dengan berbagai metode
pembelajaran yang telah diterapkan.
pesantren Al-Falah selalu berusah keras dalam memenej
pendidikan santri mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
maupun pengevaluasian pendidikan, sehingga diharapkan pesantren
Al-Falah mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada para santri
secara baik dan proposional, mampu mencetak santri-santri yang
berkualitas, santri-santri yang ahli pikir dan ahli dzikir yang akan
menyebarkan keilmuanya kepada masyarakat secara luas.
Dalam merencanakan pelaksanaan KBM (kegiatan belajar
mengajar) yang akan dijalankan dalam masa satu tahun pelajaran, di
pesantren Al-Falah diadakan rapat kerja atau sering disebut raker,
sebagaimana pengamatan peneliti selama nyantri di pesantren Al-
Falah:
“Dalam merencanakan pelaksanaan KBM (kegiatan belajar
mengajar) yang akan dijalankan dalam masa satu tahun pelajaran, di
pesantren Al-Falah diadakan rapat kerja atau sering disebut
rakeryang dilaksanakan oleh ketua baru terpilih, pengurus terpilih
terhusus seksi pendidikan dan pelatihan (Diklat), para asatidz, dan
didampingi pengasuh guna menentukan mata pelajaran yang akan
dikaji dan ustadz pengampu pelajaran trsebut selama satu tahun
pelajaran, raker biasa dilaksankan setelah terpilihnya ketua pesantren
baru”.
64
Dalam rapat kerja PPTI Al-Falah tahun ajaran 2013/2014 telah
menetapkan pelajaran-pelajaran yang dikaji dan asatidz/dzah yang
mengampu pelajaran tersebut selama setahun masa pembelajaran yaitu
dapat dilihat pada tabel:
a. Data Kegiatan Para Santri Pesantren Al-Falah:
1) Jadwal harian santri
Tabel 3.4
NO KEGIATAN WAKTU
1. Qiyamul Lail .......... - 04.30 WIB
2. Jama‟ah Shalat Subuh 04.30 – 05.00 WIB
3. Madrasah Diniah 05.00 – 06.00 WIB
4. Sekolah Formal 06.00 – 14.00 WIB
5. Istirahat 14.00 – 15.30 WIB
6. Jama‟ah Shalat ‟Asyar 15.30 - 16.00 WIB
7. Madrasah Diniyah 16.00 – 17.00 WIB
8. Makan Sore 17.00 – 18.00 WIB
9. Jama‟ah Shalat Maghrib 18.00 – 18.30 WIB
10. Sorogan Al- Qur‟an 18.30 – 19.00 WIB
11. Jama‟ah Shalat Isya‟ 19.00 – 19.30 WIB
12. Madrasah Diniah 19.30- 21.00 WIB
13. Musyawarah dan Muthola‟ah 21.00 – 22.00 WIB
14. Sleeping Beauty 22.0 - ....................
65
2) Progam mingguan
a) Pembelajaran qiro‟ah.
b) Pembelajaran khitobah.
c) Shalawat al- barjanji.
d) Pembelajaran khotbah Jum‟at.
e) Pembelajaran perawatan jenazah.
f) Pembelajaran kaligrafi.
g) Pembelajaran rebana.
h) Pembelajaran do‟a&tahlil.
3) Progam tahunan
a) Haflah akhirossanah (pengajian Akbar)
b) Ziarahkuburkewaliyullah.
c) Pelatihanpemotonganhewanqurban.
d) Peringatanharibesar Islam.
e) Halal bi halal santri.
f) Halal bi halal walisantri.
g) Bukabersama.
h) Pengajian kilatan ramadhan.
i) Imam &bilalshalattarawih
j) Piket lebaran
k) Haul simbah Sulaiman
b. Model Pendidikan Pondok Pesantren
66
Adapun metode-metode pembelajaran yang digunakan
dalam pesantrenAl-Falah guna mengkaji dan mendalami kitab-
kitab yang dikajinya adalah:
1) MetodeSorogan
2) Metode Weton
3) Metode Hafalan
4) Metode Pelatihan-pelatihan Pengembangan Keahlian
Berikut ini akan diuraikan satu persatu yaitu:
1) MetodeSorogan
Telah dijelaskan di depanistilah sorogan adalah berasal dari
kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap
santri bergilir menyodorkan kitabnya di hadapan Kyai atau
badal (pembantu).Sesuai dengan pengamatan peneliti di
pesantren Al-Falah dalam penerapan metode sorogan sebagai
berikut:
“Progam pembelajaran di pesantren Al-Falah yang
menggunakan sistem sorogan yaitu pembelajaran Al-Qur’an
dan kitab-kitab klasik yang belum bersakal yang kemudian di
terjemahkan ketika pembelajaran oleh bapak kiai atau ustadz
yang lain. Dalam penerapan metode ini para santri duduk
bersama di aula atau kelas-kelas santri untuk
tadarus/muroja’ah maqrak atau bab yang akan disorogkan,
setelah ustadz hadzir kemudian diikuti do’a bersama para
santri maju satu persatu membaca maqra atau bab dalam
kitabdi hadapan ustadz (istilah adu lambe).
Metode soroganterbukti sangat efektif sebagai taraf
pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang
67
alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi,
menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan
seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.
2) MetodeWeton
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan
pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut
metodeweton. Dalam metode ini sebagaimana yang
disampaikan kang Gunawan (salah satu ustadz):
“sekelompok santrimendengarkan seorang guru yang
membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali
mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid
memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan
(baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah
pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari metode bandongan ini
disebut halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau
sekolompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang
guru”.
Dalam metodebandongan, seorang murid tidak harus
menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang
dihadapi. Para kyai biasanya membaca dan menerjemahkan
kalimat-kalimat secara cepat dan tidak menerjemahkan kata-
kata yang mudah. Dengan cara ini, kyai dapat menyelesaikan
kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja. Metode
bandongan, karena dimaksudkan untuk murid-murid tingkat
tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti
sistem sorogansecara intensif.
3) Metode Hafalan
68
Metode hafalan diterapkan di pesantren Al-Falah dalam
rangka untuk mempermudah santri dalam mengingat materi
pelajaran, terutama materi kitab-kitab alatyakni nahwu dan
shorof yang memiliki nadhom-nadhom(bait-bait) ringkasan
dari isi kitab yang dipelajari sehingga akan lebih mudah dalam
memahaminya, dan metode hafalan juga dimaksudkan agar
santri melatih ingatan menjadi kuat dalam mengingat materi-
materi pelajaran, dan sebagai upaya mendidik santri
memanfaatkan waktu luang untuk menghafal.
4) Metode Pelatihan-pelatihan Pengembangan Keahlian
Sebagaimana disampaikan mbak Indah (salah satu
pengurus diklat)
Metode pelatihan-pelatihan pengembangan keahlian
merupakan salah satu metode pembelajaran pada santri Al-
Falah dengan bentuk seminar atau pelatihan praktek secara
langsung. Biasanya metode ini telah diselenggarakan dalam
sebuah program pelatihan dari beberapa lembaga yang
memiliki hubungan yang baik dengan pesantren Al-Falah.
Program ini merupakan salah satu kehasan dalam sebuah
metode pendidikan santri yang mana belum tentu diterapkan di
pesantren-pesantren yang lain.
Sebagaimana pengamatan peneliti lembaga-lembaga
yang memberikan pelatihan-pelatihan pada santri Al-Falah
diantaranya:
a) Kapolres menyelenggarakan pendidikan “Anti NAPSA dan
Kenakalan Remaja”.
b) Puskesma Kali Cacing menyelengarakan pendidikan
“Kesehatan Santri”.
69
c) Suara Merdeka menyelengarakan pendidikan “Gerakan
Santri Menulis”.
d) CSS Morra IAIN Wali Songo Semarang menyelengarkan
pendidikan “Ilmu Falak”.
e) Kemenag Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan
pendidikan “Pengembangan Kelembagaan Pesantren”.
f) Dan masih banyak lagi pelatihan-pelatihan pengembangan
keahlian santri.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan MBS dalam pesantren sangat ditentukan oleh
keberhasilan pengasuh dan staff–staff yang terkait dalam mengelola
tenaga kependidikan yang tersedia di pesantren. Dalam hal ini,
peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan
meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi
konsep dan teknik manajemen personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia
pendidikan pesantren Al-Falah bertujuan untuk mendayagunakan
tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil
yang optimal, sesuai dengan pengamatan peneliti selama di pesantren
Al-Falah
dalam penetapan para asatidz/dzah di pesantren Al-Falah sesuai
dengan hasil musyawarah pengasuh, para asatidz/dzah senior dan ketua
pesantren, ditetapkannya tenaga pengajar yang mahir, berkarakter
baik, berwibawa, mumpuni dan bersedia mengabdikan dirinya pada
pesantren setiap menginjak tahun ajaran baru. tenaga pendidik
70
(ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah terdiri dari
lulusan pesantrenyang berusaha mengabdikan diri untuk pesantren
(lillahita’ala) tanpa menerima uang gaji dari santri sedikitpun. Adapun
dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga, adakalanya ustadz yang
sambil usaha buka warung atau usaha yang lain. Seperti contoh sesuai
pengamatan peneliti tentang beberapa usaha-usaha para asatidz di
pesantren Al-Falah
“Ustadz Shoim yang sudah memiliki keluarga dan dikaruniai
satu putra, beliau memiliki usaha warung seperti kantin santri yaitu
“rizquna” dan warnet “sallimna” yang cukup besar, ustadz Gunawan
kalau pagi sampai siang ikut mengajar di SMP IT Tengaran, ustadz
Edi dari pagi sampai siang ikut berkecimpung di bagian tata usaha
SMK Al-Falah.
Sebuah prinsip para asatidz/dzah pesantren Al-Falahyang
sangat luar biasa sesuai pengendikane pengasuh pesantren Al-Falah
yaitu
”barang siapa yang menolong agama Allah, Allahpun akan
menolongnya dan akan menetapkanya didalam kedudukan yang mulia,
dan saya bekerja dengan Allah, Juragan yang paling kaya”
. Dari beberapa prinsip itulah para asatidz/dzah di pesantren Al-
Falah bersedia dengan ikhlah dan istiqomah mengapdikan dirinya
untuk membimbing santri di pesantren.
Adapun nama-nama pengajar Al-Falah dapat terlihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.5
Nama Pengajar Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
71
No. Nama Alamat Asal Pesantren
1. K. H. Zoemri RWS Pon-Pes Al-Falah Salatiga PP. API Tegalrejo
2. Nyai Hj. Latifah Pon-Pes l- Falah Salatiga PP. Masithoh Salatiga
3. Ustdz. Nur Sho‟im Dukuh, Salatiga PP. API Tegalrejo
4. Ustdzh. Rofiqotul A Dukuh, Salatiga PPHM Jawa Timur
5. Ustdz. Ali Musta‟in Klambu, Grobogan PP. Al-Falah Salatiga
6. Ustdz. Edi Roemli Ambarawa PP. Al-Falah Salatiga
7. Ustdz. M. Arifin Paser, Kal-Tim PP. Al- Huda Susukan
8. Ustdz. Gunawan LA Susukan, Kab. Semarang PP. Bina Insani Sskn.
9. Ustdz. A. Dayu M. Tersono, Batang PP. Darul Ma‟arif Btg.
10. Ustdz. Syukur Q. Salatiga PP. Al-Falah Salatiga
11. Ustdzh. Indah Z.A. Temanggung Asrama SW. Magelng
12. Ustadzh. Erma N. Temanggung Asrama SW. Magelng
13. Ustdzh. Umi M. Wonosegoro, Boyolali PP. Al-Falah Salatiga
14. Ustdzh. Nur H. Sumatra PP. Al-Falah Salatiga
15. Ustdzh. S. Malikah Karang Gede, Boyolali PP. Al-Falah Salatiga
16. Ustdz. Rahmad Y. S Tegalrejo, Magelang PP. Al-Falah Salatiga
3. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan dalam Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah mencakup penerimaan baru, pengelompokan kamar
tidur santri, pengelompokan santri dalam proses belajar dan proses
evaluasi kegiatan belajar santri.
72
Sebagaimana di sampaikan ustadz Gunawan (lurah pesantren
Al-Falah) manajemen kesiswaan di pesantren Al-Falah sebagai
berikut:
”Dalam penerimaan santri baru pesantren Al-Falah
membentuk sebuah kepanitiaan kecil yang mencakup ketua, sekretaris,
bendahara dan anggota. Dari terbentuknya kepanitian tersebut akan
bertanggung jawab penuh atas penerimaan santri baru dan diahir
tahun ajaran tersebut akan melaporkan pertanggung jawaban atas
program kerja yang dijalankannya selama setahun, mencakup jumlah
santi baru, keuangan yang masuk dan keluar dan lain-lain.
Dalam mengatur kamar santri baru panitia penerimaan baru
menggunakan sistem penyesuai umur dan jenjang sekolah santri baru,
dari itu supaya santri baru lebih mudah melakukan penyesuain dengan
teman barunya karena kesamaan jenjang sekolah atau kesetaraan
umurnya
Berbeda dengan pengelompokan santri dalam proses belajar,
dalam hal ini pesantren Al-Falah memberikan keluasaan santri baru
untuk memilih jenjang pendidikan yang akan diikuti disesuaikan
dengan kemampuaan santri masing-masing dalam penguasaan
pendidikan pesantren.
Data susunan kepengurusan PSB (penerimaan santri baru)Al-
Falah tahun ajaran 1434/1435H:
Ketua : Akif Khumaidullah
Sekretaris : Asyiatul L. F.
Bendahara : Ani
73
Anggota : Semua Pengurus
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Tidak bisa dipungkiri berjalannya sebuah lembaga
sangatdipengaruhi oleh adanya pendanaan dan manajemen keuangan
yang baik. Dalam hal ini pesantren Al-Falahberusaha memenej
keuangan dari pemasukan sampai pengolahan pengeluaran keuangan
dengan baik, sehingga dengan manajemen keuangan yang baik tersebut
mampu mencukupi kebutuhan santri baik dari fasilitas sarana
prasarana maupun kebutuhan yang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana disampaikan mbak Riyana (selaku bendahara pesantren
Al-Falah) sebagai berikut:
“Berbekal pengalaman pengasuh dalam mengembangkan
pesantren dari mulai berdiri sampai sekarang ini dan semua itu
dijalankan dalam waktu yang tidak sebentar tetapi sudah bertahun-
tahun bahkan berpuluh tahun dan dibantu dewan pengurus khususnya
bendahara pesantren keuangan pesantren dapat dimenej dengan baik
dan mampu mencukupi kebutuhan santri”.
Beberapa sumber pemasukan pendanaan pesantren Al-Falah
yaitu:
a. Pembayaran syahriah santri setiap 3 bulan sekali.
b. Pembayaran uang pembangunan bagi santri baru.
c. Infaq dari masyarakat.
d. Bantuan pendanaan pembangunan pesantren dari pemerintah.
Adapun pengeluaran pesantren dapat dibagi kedalam dua
bagian yakni pengeluaran guna pengembangan pembangunan gedung
74
pesantren. Dalam hal ini tanggung jawab memenej pemasukan dan
pengeluaran dilimpahkan kepada Ustadz Edi Romli yang dibantu oleh
ketua pesantren, pengasuh dan ketua yayasan dan pengeluaran guna
memenuhi kebutuhan santri dalam sehari-hari, dalam hal ini pengurus
harian bagian bendaharalah yang dilimpahi tanggung jawab dalam
memenej pemasukan dan pengeluaran keuangan pesantren dibantu
ketua pesantren dan pengasuh. Sehingga dengan adanya pihak-pihak
yang memegang dan memenej keuangan tersebut dapat dikatakan
keuangan pesantren dapat termenej dengan baik.
Adapun pengeluaran yang paling pokok di pesantren Al-Falah
yaitu:
a. Listrik
b. PDAM
c. Kebutuhan sekretaris
d. Rapat pengurus bulanan
e. Perlengkapan penunjang kebutuhan kesaharian santri
f. Adapun para asatidz/dzah pesantren Al-Falah sifatnya lillahita’ala
tanpa uang gaji.
Pada halaman berikutnya peniliti cantumkan daftar tabel pemasukan dan
pengeluaran keuangan pesantren Al-Falah tepatnya keuangan syahriyah
sebagai berikut:
75
76
77
78
79
80
81
82
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Unit-unit bangunan komplek pesantren yang terletak di Jl.
Bima, No. 02, Ngemplak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti,
Kota Salatiga berada diatas tanah seluas ± 4.000 m2, yang statusnya
adalah hak milik yayasan Al-Falah. Peningkatan fasilitas sarana
prasarana pesantren Al-Falah yang begitu cepat dipengaruhi dari
beberapa hal dan yang paling utama yakni penerapan manajemen
sarana dan prasarana yang baik, dari perencanaan, pengadaan dan
pemeliharaan, dengan didorong adanya sumber pemasukan dana untuk
pembangunan sarana pesantren dan manajemen keuangan yang baik.
Disampaikan kang Gunawan (lurah pesantren Al-Falah)
tentang manajemen sarana dan prasarana pesantren Al-Falah yaitu:
83
“Semua dana yang telah masuk guna meningkatkan fasilitas
sarana prasarana pesantren tidak sebanding dengan fasilitas yang
telah ada atau tidak akan cukup untuk mendanai fasilitas sarana
prasaran pesantren Al-Falah yang ada dalam jangka waktu yang
relatif pendek, tetapi dari itulah salah satu keistemewaan pesantren
yang mana dengan kemampuan pengasuh sebagai manajerial dan
didukung oleh kemandirian santri mampu memenej dana yang masuk
yang bisa dikatakan minim untuk mencukupi semua kebutuhan
didalam pesantren.
Adapun mengenai sarana dan prasarana yang ada di Pondok
Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah adalah sebagai berikut:
a. Masjid
b. Asrama Komplek A dengan luas bangunan 4×9 m, 2 lantai; 6
Ruang. Lantai 1untuk ruang aula tempat sholat berjama‟ah santri
putra dan ruang madrasah diniyah kelas 1 wustho dan lantai 2; 5
ruang asrama santri putra dari kamar A1-A5.
c. Asrama Komplek B dengan luas bangunan 8×24 m, 2 lantai: 10
ruang asrama santri putri dari kamar B7-B16.
d. Asrama Komplek C 3 lantai; 16 ruang.
1) Lantai 1; 9 ruang: 3 ruang asrama santri putri yakni kamar
C17-C19, 2 ruang asrama ketua pesantren yakni kamar C20, 4
ruang asrama santri putra yakni kamar C21-C24.
2) Lantai 2; 4 ruang : 1 ruang gudang, 1 ruang asrama santri putri
yakni kamar C30, 1 ruang bahasa, 1 ruang asrama santri putra
yakni kamar C31
3) Lantai 3; 3 ruang yakni ruang madrasah diniyah kelas 1 ula
putri, 2 ula putri dan 3 ula/ 2 wustho.
84
e. Asrama Komplek D; 2 ruang asrama santri putri yakni kamar D25
dan D26
f. Asrama Komplek E; 3 ruang asrama santri putri yakni kamar E26-
E29
g. Gedung Baru 2 lantai:
1) Lantai 1; dapur, ruang makan putra dan putri, kantor utama
pesantren, dan ruang tamu.
2) Lantai 2; 2 ruang madrasah diniyah yakni kelas 1 ula putra dan
2 ula putra.
h. Sarana-sarana yang lain:
1) 10 ruang kamar mandi + wc
2) Aula utama
3) Sumur
4) Tempat cuci dan area jemuran
5) Kolah wudhu
6) Aliran listik 11.550 watt
7) Ruang perpustakaan
8) Ruang poskestren
9) Ruang koperasi
10) Ruang pos jaga
11) Area parkir
85
Dalam perawatan sarana dan prasarana pesantren yang telah
ada mengikut peran aktifkan pengasuh, para asatidz/asatidzah, para
santri, pengurus harian terhusus pengurus seksi perlengkapan, yang
menjadi koordinator, pendataan dan penyimpanan sarana parasarana
yang ada.
6. Manajemen Hubungan Pesantren dengan Masyarakat
Manajemen humas yang diterapkan di dalam Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falahsebagaimana disampaikan kang Gunawan
(lurah pesantren Al-Fala) sebagai berikut:
“bisa dirasakan secara langsung telah ditanamkannya pada
diri santri sejak dini sebuah interaksi aktif dengan warga sekitar
pesantren, rasa kepedulian dan rasa tanggap terhadap masyarakat
sekitar pesantren. Salah satu contoh kecil ketika ada kegiatan
masyarakat seperti hajatan, pengajian akbar kampung, atau ketika
mengetahui ada masyarakat yang terkena musibah, santri Al-Falah
langsung terjun mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Ketika di pesantren Al-Falah mengadakan acara besarpun
pesantren Al-Falah tidak terlepas dari mengikut peran aktifkan
masyarakat untuk membantu mengsukseskan acara yang diadakan
pesantren Al-Falah tersebut, sehingga dari hal-hal kecil dari beberapa
kegiatan interaksi dengan masyarakat terbentuk hubungan yang
harmonis.
Selain berinteraksi dengan masyarakat sekitar pesantren,
lembaga atau santri-santri pesantren Al-Falah membangun hubungan
yang baik dengan wali santri, pesantren-pesantren lain baik pesantren-
pesantren di sekitar pesantren Al-Falah atau pesantren-pesantren di
86
luar kota, pemerintahan kota Salatiga, Kemenag, maupun lembaga-
lembaga yang lain, seperti koran Suara Merdeka dan lain sebagainya.
Sehingga dengan terbentuknya hubungan yang baik dengan berbagai
lini akan sangat mendukung perkembangan dan peningkatan kualitas
pesantren terhusus membantu mengsukseskan kegiatan belajar
mengajar santri di pondok Al-Falah.
7. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus pesantren sesuai dengan teori
MBS meliputi manajemen keamanan pesantren, perpustakaan dan
kesehatan santri.
a. Manajemen Keamanan
Pesantren perlu memberikan pelayanan keamanan kepada
santri agar mereka dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar
secara nyaman. Dalam hal ini perlu dibentuk sebuah tata tertib
yang mampu mengikat semua kegiataan santri sehingga dapat
berjalan dengan baik.
Sebagaimana pengendikan bapak kiai pada para santri
pentingnya adanya tata tertib yaitu:
“Bisa dikatakan tata tertib atau peraturan dalam lembaga
pesantren ini diibaratkan tali pengikat atau sebuah benteng yang
akan mengontrol, memberi pembatas-pembatas dan
menstabilitaskan ketertiban pesantren. Tanpa tata tertib pesantren
akan berjalan tanpa pengendali sehingga pesantren tidak akan
terkontrol.
Dalam hal ini tata tertib PPTI Al-Falahdibagi kedalam dua
bagian yaitu tata tertib yang sifatnya umum yakni berlaku untuk
87
semua santri baik putra maupun putri dan tata tertib yang sifatnya
khusus yakni adanya pengelompokan-pengelompokan. Tata tertib
ini secara umum dibuat oleh pengasuh pesantren, adapun
pegembangan tata tertib yang sifatnya khusus ditentukan oleh
pengurus pesantren dalam rapat pengurus, dari hasil rapat pengurus
tersebut diajukan kepada pengasuh untuk meminta pertimbangan
dan pengesahan, setelah pengasuh memberi pengesahan atas tata
tertib yang telah ditetapkan, pengurus seksi keamanan atau ketua
pesanten (lurah pesantren) akan mengumumkan tata tertib tersebut
kepada para santri baik melewati pengumuman secara lisan atau
diketik dan ditempel di dinding yang sekiranya para santri bisa
membacanya, sehingga diharapkan para santri akan mengingat-
ingat dan menjalankan tata tertip yang telah ditetapkan.
Adapun tata tertib pesantren yaitu:
1) Sifatnya Umum
a) Kewajiban Santri
(1) Berakhlaqul karimah.
(2) Mengikuti pelajaran sesuai kelas masing-masing.
(3) Mengikuti shalat berjama‟ah.
(4) Mengikuti semua kegiatan yang diadakan.
(5) Mentaati semua peraturan yang sudah ditentukan.
(6) Izin bila meninggalkan pondok.
88
(7) Menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan,
dankeindahan.
(8) Menjaga almamater.
b) Larangan Santri
(1) Santri putra memasuki komplek putri dan sebaliknya.
(2) Menggunakan hak milik orang lain tanpa ijin.
(3) Menggunakan barang elektronik.
(4) Keluar dimalam hari.
(5) Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum menjadi
hak dan wewenang pengurus harian dan dewan
keamanan.
2) Sifatnya Khusus
a) Peraturan (Putri) PPTI Al-Falah
Jenis pelanggaran dan sanksinya:
(1) Tidak jama‟ah
(a) Pembinaan
(b) Membaca al- Qur‟an 30 menit/bersih-bersih
(berlaku kelipatannya).
(2) Tidak mengikuti KBM PPTI Al-falah
(a) Pembinaan
(b) Menulis istighfar 250 kali (berlaku kelipatannya).
(3) Pulang tanpa ijin (menginap) dan molor
89
(a) Pembinaan
(b) Membaca Al-Qur‟an 3 jam dan bersih-bersih
selama 3 hari (berlaku kelipatannya).
(4) Keluar tanpa ijin tidak menginap (hari libur)
(a) Pembinaan
(b) Membaca al berjanji/Bersih-bersih.
(5) Pacaran dan sejenisnya
(a) Pembinaan
(b) Tidak boleh ijin keluar pondok selama 3 bulan.
(c) Bersih-bersih selama 1 minggu.
(d) Di gebyur.
Larangan-larangan lainnya yaitu;
(1) Mencuri
(2) Ngiras (makan diwarung).
(3) Ghosob (memakai barang orang lain tanpa seizin
pemiliknya) dan ngendong (bermain atau tidur di kamar
teman lain).
Keterangan:
(1) Apabila peraturan masih sering dilanggar maka
hukuman ditambah dan wali dipanggil.
(2) Ta‟ziran dilaksanakan jam 21.00 WIB.
(3) Peraturan berlaku bagi semua santri.
90
Ketentuan-ketentuan yang belum tercantum diatas menjadi
wewenang pengurus.
b) Peraturan PPTI Al-Falah (Putra)
Jenis pelanggaran dansangsinya:
(1)Keluar pondok tanpa izin (hari libur) dan meninggalkan
jama‟ah.
(a) Pembinaan
(b) Membaca Al-Qur‟an 30 menit (menulis/menghafal).
(c) Adzan
(d) Bersih-bersih
(2) Internet, playstation, pulang tanpa izin, menginap diluar
pondok.
(a) Pembinaan
(b) Membaca Al-Qur‟an 1 jam (menulis/menghafal).
(c) Bersih-bersih pondok selama 3 hari/lebih.
(3) Pacaran
(a) Membaca Al-Qur‟an selama 30 menit/lebih sebelum
adzan subuh/maghrib selama 1 minggu + adzan.
(b) Di gebyur + berdiri 1 jam.
(4) Mencuri
(a) Pembinaan
91
Ta‟ziran (hukuman) mengambil dari ta‟ziran poin awal
sampaiakhir yang dikira pantas bagi sipelanggar.
Keterangan :
(a) Apabila peraturan masih sering dilanggar maka orang
tua
akan dipanggil (dikembalikan kepada orang tua).
(b) Ta‟ziran dilaksanakan jam 22.00 WIB.
(c) Ketentuan-ketentuan yang belum tercantum diatas
menjadi wewenang pengurus.
Dibawah ini akan dihaturkan tatacara perijinan santri PPTI Al-
Falah:
a) Meninggalkan Pondok (Menginap)
a) Mengambil buku izin dikantor kepada sekretaris dengan
membayar Rp.1000
b) Meminta izin kepada bapak pengasuh
c) Meminta izin kepada ketua
d) Meminta izin kepada keamanan
e) Meminta surat izin meninggalkan pengajian kelas kepada
keamanan
f) Mengembalikan buku izin kekantor
b) Meninggalkan Pondok (tidak menginap)
a) Mengambil kartu izin dikantor kepada sekretaris dengan
membayar Rp.500,
92
b) Meminta izin kepada ketua pesantren
c) Meminta izin kepada keamanan
d) Apabila meninggalkan pengajian kelas, maka minta surat
izin kepada keamanan
e) Mengembalikan kartu izin kekantor
Keterangan
a) Apabila perijinan tidak sesuai dengan ketentuan diatas
maka santri dianggap meninggalkan pondok tanpa izin.
b) Apabila buku dan kartu izin santri tidak lengkap
administrasinya, maka tidak boleh izin.
c) Santri pulang dijemput orang tua.
b. Manajemen Perpustakaan
Dalam sebuah lembaga pendidikan perpustakaan
merupakan hal yang sangat penting yang perlu diadakan karena
dari ketersediaan perpustakaan tersebut sangatlah membantu
santri atau para asatid/dzah dalam mengembangkan
keilmuaannya.
Dalam hal ini pesantren Al-Falahpun sesuai pengamatan
peneliti juga menyediakan fasilitas perpustakaan, dengan
sekretaris pesantren menjadi penanggung jawab pengelolaan
perpustakaan pesantren dari pengadaan buku, pendataan dan
peminjaman dengan dibantu pengurus-pengurus lainnya.
berbagai buku bacaan atau kitab-kitab disediakan dan kapanpun
93
yang berkenan meminjam dipersilahkan,dengan catatan melalui
prosedur peminjaman buku yang telah ditetapkan pesantren.
Sehingga dari keterbukaan tersebut sangatlah membantu santri
dalam mengembangkan pengetahuaannya.
c. Manajemen Kesehatan
Layanan kesehatan dimanapun sangat diperlukan terhusus
dalam sebuah lembaga pendidikan pesantren yang notabene
semua santri mukim bertahun-bertahun di pesantren tersebut,
berbagai penyakit sering diderita para santri, penyakit kulit atau
yang sering dikenal dengan nama “gudik”, merupakan salah satu
penyakit yang sering diderita para santri, bahkan ada sebuah
ungkapan “kalau santri belum gudikan belum sah dianggap
menjadi santri”, karena saking populernya penyakit tersebut di
pesantren manapun.
Dalam hal inipun sesuai pengendikan kang Gunawan
(sebagai lurah pesantren Al-Falah) yaitu:
“pesantren Al-Falah memberikan pelayanan kesehatan
kepada semua santri, dengan dibentuknya sebuah kepengurusan
yang disebut pengurus POSKESTREN (pos kesehatan
pesantren), pengurus ini yang akan selalu siap melayani santri
yang sekiranya mengalami permasalahan kesehatan. Selain itu
ada dokter husus dari puskesmas yang siap melayani santri
setiap minggunya yakni tiap hari rabu, sehingga sekiranya
pengurus poskestren belum mampu merawat santri, santripun
bisa langsung konsultasi dan berobat dengan dokter yang lebih
ahli”.
Pesantren Al-Falah merupakan salah satu pesantren yang
mendapatkan pelayanan kesehatan dari pemerintah yakni
94
POSKESTREN yang mana tidak banyak pesantren di sekitarnya
mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut, dengan
pendampingan dokter khusus dan alat-alat kesehatan yang
lengkap, sehingga dari fasilitas tersebut sangat memberikan
pelayanan yang lebih pada santri Al-Falah dibanding santri-santri
di pesantren lain.
Data susunan kepengurusan POSKESTREN Al-Falah tahun
ajaran 1434/1435H:
Ketua : Ali Musta‟in
Sekretaris : Dwi Mayawati
Bendahara : Hajar
Anggota : 1. Taufiqiyah
2. Anwar Salim
Tugas-tugas pengurus POSKESTREN meliputi:
1) Memberikan pertolongan pertama pada santri yang sakit
2) Menjalin komunikasi dengan dokter dan pihak puskesmas
3) Pengadaan obat sesuai resep dokter
4) Merawat fasilitas POSKESTREN yang telah tersedia
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis
Sekolah di PPTIAl-FalahDukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
1. Faktor Pendukung Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok
Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
95
Dalam pelaksana pendidikan sangat mungkin baik lembaga
sebagai penyelenggara, pengasuh sebagai supervisi, ustadz sebagai
koordinator dan santri sebagai subyek, menemukan dan mengalami
sesuatu yang dapat menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
pengelolaan manajemen pesantren.
Menurut mbak Evi (lurah pesantren Al-Falah putri) faktor
pendukung dalam pelaksanaan Manajemen pesantren berbasis sekolah
yaitu:
a. Tersusunnya program kerja pengurus secara rapi dari awal tahun
ajaran setelah diadakannya pelantikan kepengurusan baru.
b. Selalu diadakan evaluasi program kerja dengan diadakan rapat
secara rutin satu minggu sekali setiap malam jum‟at dan setiap
awal bulan yang melibatkan semua pengelola pesantren dari
pengasuh, dewan asatidz, dan pengurus harian, sehingga pengelola
pesantren lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman bagi dirinya sehimgga dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
pesantren dan pengelola pesantren lebih mengetahui komponen
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
c. Adanya keterbukaan dan kerja sama yang baik antara pengelola
pesantren dengan orang tua santri dan lembaga-lembaga di luar
96
pesantren, sehinnga dari itu pesantren dapat secara cepat merespon
anspirasi dari berbagai pihak, sehingga akan berupaya semaksimal
mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
2. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah diPondok
Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Berbagai usaha pesantren Al-Falah dalam menerapkan dan
mengelolah manajemen pesantren berbasis sekolah tidak terlepas juga
dari berbagai Faktor Penghambat menghadang yang menjadikan
kurang maksimalnya pihak pengelola pesantren Al-Falah dalam
meningkatkan kualitas pesantren, baik secara fisik maupun non fisik.
Diantara faktor penghambat yang dihadapi pihak pengelolah
manajemen pesantren berbasis sekolah di Pesantren Al-
Falahsebagaiman di sampaikan kang Gunawan (lurah pesantren) dan
pengurus-pengurus yang lain yaitu:
a. Regenerasi pengelolah pesantren yang kurang stabil.
b. Kurangnya pengalaman pihak pengelolah pesantren terhusus pihak
pengurus harian dalam mengelolah manajemen pesantren berbasis
sekolah yang telah di terapkan.
c. Kurangnya sikap konsisten dan keloyalitasan pengurus harian
dalam menjalankan tugas kepengurusannya.
d. Kurangnya komunikasi dengan baik antara pengasuh, pengurus,
orang tua santri dan santri.
97
e. Sumber dana yang tidak menentu mengakibatkan tidak
kontinyunya pesantren dalam pembangunan.
f. Pengaruh budaya global masuk kedalam dunia pesantren yang
mengakibatkan degradasi moral santri.
98
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Tahun Ajaran 1434/1435H
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran MBS yang
telah diterapkan di pesantren Al-Falah mencakup kurikulum yang
diterapkan di pesantren Al Falah, dalam hal ini kurikulum ala
pendidikan Pesantren Salaf merupakan kurikulum yang diterapkan di
Pesantren Al-Falah, dengan pengkajian kitab-kitab ulama‟-ulama‟
salafi, seperti kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam ghazali, kitab
Alfiyah karya Imam Abi „Abdillah Muhammad Jamaluddin Bin Maliki
dan masih banyak kitab yang lain yang sering disebut dengan kitab
kuning/kitab gundulan, karena ciri kitab yang dikaji tulisan Arab tanpa
harakat, dengan berbagai metode pembelajaran yang telah diterapkan
Sebuah perencenaan, pelaksanaan, penilaian pendidikan
maupun pengevaluasian kurikulum yang telah diterapkan, diharapkan
pesantren Al-Falah mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada
para santri secara baik dan proposional, mampu mencetak santri-santri
yang berkualitas, santri-santri yang ahli pikir dan ahli dzikir yang akan
menyebarkan keilmuanya kepada masyarakat secara luas.
99
Dalam merencanakan pelaksanaan KBM (kegiatan belajar
mengajar) yang akan dijalankan dalam masa satu tahun pelajaran, di
Pesantren Al-Falah diadakan rapat kerja atau sering disebut raker yang
dilaksanakan oleh ketua baru terpilih, pengurus terpilih terhusus seksi
pendidikan dan pelatihan (Diklat), para asatidz, dan didampingi
pengasu, guna menentukan mata pelajaran yang akan dikaji dan ustadz
pengampu pelajaran tersebut selama satu tahun pelajaran.Raker biasa
dilaksanakan setelah terpilihnya ketua pesantren baru.
Dalam rapat kerja PPTI Al-Falah tahun ajaran 2013/2014 telah
menetapkan pelajaran-pelajaran yang dikaji dan asatidz/dzah yang
mengampu pelajaran tersebut selama setahun masa pembelajaran yaitu
dapat dilihat pada tabel bab III.
2. Metode Pendidikan Pesantren
Sebagai pesantren yang tergolong pesantren salaf, pesantren
Al-Falah dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran menggunakan
metode-metode pembelajaran akan diuraikan di bawah ini yaitu:
a. MetodeSorogan
Model pembelajaran sorogan yang diterapkan sebagai saran
belajar Al-Qur‟an dan memahami tata bahasa dalam sebuah
kalimat kitab-kitab klasik dinilai sangat efektif karena dapat
100
memberikan hasil yang sempurna bagi santri untuk dapat
membaca Al-Qur‟an dengan tartil(sesuai tajwid baik
makhorijul huruf, panjang pendek dan waqofnya) dan lancar,
mengetahui tata bahasa dan qaidah(maqsud) dalam membaca
kitab bahasa Arab.
b. MetodeWeton
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren
terhusus pesantren Al-Falah ialah sistem bandongan atau
seringkali juga disebut metode weton. Dalam metode ini
sekelompok santri (antara 5 sampai 90) mendengarkan seorang
ustadz yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan
seringkali mengulas kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Setiap
murid memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan-
catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah
pikiran yang sulit.
c. Metode Hafalan
Metode hafalan diterapkan pesantren Al-Falah dalam
rangka untuk mempermudah santri dalam mengingat materi
pelajaran, terutama materi kitab-kitab alat yakni nahwu dan shorof
yang memiliki nadhom-nadhom (bait-bait) ringkasan dari isi kitab
yang dipelajari sehingga akan lebih mudah dalam memahaminya,
dan metode hafalan juga dimaksudkan agar santri melatih ingatan
menjadi kuat dalam mengingat materi-materi pelajaran, dan
101
sebagai upaya mendidik santri memanfaatkan waktu luang untuk
menghafal.
3. Kehasan dan keunikan pesantren Al-Falah dalam penerapan model
pembelajaran yang belum tentu diterapkan di pesantren-pesantren lain
Metode pelatihan-pelatihan pengembangan keahlian santri dari
luar pesantren.
Metode pelatihan-pelatihan pengembangan keahlian
merupakan salah satu metode pembelajaran pada santri Al-Falah
dengan bentuk seminar atau pelatihan praktek secara langsung,
biasanya metode ini telah diselenggarakan dalam sebuah program
pelatihan dari beberapa lembaga yang memiliki hubungan yang baik
dengan pesantren Al-Falah. Program ini merupakan salah satu kehasan
dalam sebuah metode pendidikan santri yang mana belum tentu
diterapkan di pesantren-pesantren yang lain dan metode ini sangat
menambah keluasan pengalaman para santri.
4. Evaluasi Pendidikan Pesantren Al-Falah
Evaluasi pendidikan yang diterapkan Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga tahun
ajaran 1434/1435H yaitu dengan mengadakan rapat interen pengasuh,
dewan asatidz/dzah dan pengurus harian untuk mengevaluasi seberapa
jauh pencapaian peningkatan kualitas pendidikan santri dengan
manajemen pesantren yang telah dijalankan dan melaporkan
102
pertanggung jawaban setiap staff kepengurusan atas tugas yang
dijalankan selama satu tahun ajaran, dari hasil musyawarah tersebut
bisa dijadikan batu pijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
pesantren pada tahun ajaran yang akan datang.
Selain itu juga pesantren Al-Falah mengadakan berbagai
cabang perlombaan akhir tahun pelajaran yang diikuti para santri,
misalnya lomba qiroatul Qur‟an, qiroatul kutub, cerdas cermat dan
lain-lain, dengan tujuan dengan diadakannya berbagai cabang
perlombaan tersebut menjadi buah evaluasi terhusus dewan
asatidz/asatidzah seberapa jauh penguasaan santri terhadap materi yang
telah diajarkan dan memberikan semangat santri dalam berlomba-
lomba dalam kebaikan.
B. Manajemen Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran
1434/1435H
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia
pendidikan pesantren Al-Falahbertujuan untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimalsesuai dengan hasil musyawarah pengasuh, para asatidz/dzah
senior dan ketua pesantren ditetapkannya tenaga pengajar yang mahir,
berkarakter baik, berwibawa, mumpuni dan bersedia mengabdikan dirinya
pada pesantren setiap menginjak tahun ajaran baru, tenaga pendidik
(ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah terdiri dari lulusan
103
pesantren yang berusaha mengabdikan diri untuk pesantren (lillahita’ala)
tanpa menerima uang gaji dari santri sedikitpun. Adapun dalam
mencukupi kebutuhan diri dan keluarga adakalanya ustadz yang sambil
usaha buka warung atau usaha yang lain.
Sebuah prinsip para asatidz/dzah pesantren Al-Falahyang sangat
luar biasa yaitu ”barang siapa yang menolong agama Allah, Allahpun
akan menolongnya dan akan menetapkanya didalam kedudukan yang
mulia”, salah satu perkataan dari pengasuh pesantren Al-Falah yang bisa
dikuti para santrinya yaitu ”Saya kerja dengan Allah, Juragan yang paling
kaya”. Dari beberapa prinsip itulah para asatidz/dzah di pesantren Al-
Falah bersedia dengan ikhlah dan istiqomah mengabdikan dirinya untuk
membimbing santri di pesantren.
C. Manajemen Kesiswaan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H
Dengan pembentukan sebuah kepanitian kecil yang akan fokus
dalam pengurusan santri baru meliputi ketua, sekretaris, bendahara, dan
anggota, pesantren Al-Falah akan lebih mudah dalam mengkafer santri-
santri baru tersebut, dan berusaha memberikan pelayanan kepada santri
baru dengan baik secara maksimal. Di akhiri dengan akan diadakan LPJ
(laporan pertanggung jawaban) kepanitian tersebut atas tugas yang
dijalankan dalam masa satu tahun ajaran.
Manajamen kesiswaan lembaga pesantren salafi terdapat perbedaan
dengan manajemen kesiswaan yang diterapkan di dalam lembaga sekolah
104
umum terhusus penerimaan peserta didik, kalau di dalam lembaga
pesantren dalam hal ini pesantren Al-Falah tidak mengharuskan santri bisa
mendaftarkan diri tepat di awal tahun ajaran tetapi setiap saat ketika ada
santri yang akan mendaftarkan diri pasti diterima secara tulus, tanpa
membedakan-bedakan antaran calon santi satu dengan yang lain.
D. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran
1434/1435H
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya
yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan
pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS yang
telah diterapkan di pesantren Al-Falah, yang menuntut kemampuan
pesantren untuk merencankan, melaksanakann dan mengevaluasi serta
mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
pengelolahlembaga pesantren secara umum dan masyarakat.
Dalam hal ini pesantren Al-Falah telah cukup mampu mengelola
keuangan dengan baik, hal itu dapat dibuktikan dengan termenejnya
keuangan keuangan dari pemasukan sampai pengolahan pengeluaran
keuangan dengan baik dan pada akhir jabatan selalu diadakan laporan
pertanggung jawaban pengelola keuangan pesantren, sehingga dengan
manajemen keuangan yang baik tersebut mampu mencukupi kebutuhan
santri baik dari fasilitas sarana prasarana maupun kebutuhan yang lain
105
dalam kehidupan sehari-hari dan pada laporan dari bendahara setiap rapat
pengurus satu bulan sekali, pengelola pesantren dalam megelola keuangan
jarang mengalami kurang dari pemasukan yang menimbulkan hutang.
Berbekal pengalaman pengasuh dalam mengembangkan pesantren
dari mulai berdiri sampai sekarang ini dan semua itu dijalankan dalam
waktu yang tidak sebentar tetapi sudah bertahun-tahun bahkan berpuluh
tahun dan dibantu dewan pengurus khususnya bendahara pesantren
keuangan pesantren dapat dimenej dengan baik dan mampu mencukupi
kebutuhan santri.
E. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Tahun Ajaran 1434/1435H
Dalam MBS telah dipaparkan tugas dalam manajemen sarana dan
prasarana yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengawasan dan
penyimpanaan inventaris. Hal itu di dalam pesantren Al-Falahpun telah
berusaha menerapkan, yang sekarang ini bisa peneliti rasakan fasilitas
sarana dan prasarana yang diberikan pesantren sangat baik, sehingga
dengan sebuah harapan bersama fasilitas yang tersedia akan memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan
santri.
106
Peningkatan fasilitas sarana prasarana pesantren Al-Falah yang
begitu cepat dipengaruhi dari beberapa hal dan yang paling utama yakni
penerapan manajemen sarana dan prasarana yang baik, dari perencanaan,
pengadaan dan pemeliharaan, dengan didorong adanya sumber pemasukan
dana untuk pembangunan sarana pesantren dan manajemen keuangan yang
baik.
Semua dana yang telah masuk guna meningkatkan fasilitas sarana
prasarana pesantren tidak sebanding dengan fasilitas yang telah ada atau
tidak akan cukup untuk mendanai fasilitas sarana prasaran pesantren Al-
Falah yang ada dalam jangka waktu yang relatif pendek, tetapi dari itulah
salah satu keistemawaan pesantren yang mana dengan kemampuan
pengasuh sebagai manajerial dan didukung oleh kemandirian santri
mampu memenej dana yang masuk yang bisa dikatakan minim untuk
mencukupi semua kebutuhan didalam pesantren.
F. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Tahun Ajaran 1434/1435H
Dalam teori MBS hubungan sekolah dengan masyarakat pada
hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina
dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam
hal ini, sekolah (pesantren) sebagai sistem sosial merupakan bagian
integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah
107
(pesantren) dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisian
Manajemen humas yang diterapkan di dalam Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah bisa dirasakan secara langsung telah
ditanamkannya pada diri santri sejak dini sebuah inetraksi aktif dengan
warga sekitar pesantren, rasa kepedulian dan rasa tanggap terhadap
masyarakat sekitar pesantren. Salah satu contoh kecil, ketika ada kegiatan
masyarakat seperti hajatan, pengajian akbar kampung, atau ketika
mengetahui ada masyarakat yang terkena musibah, santri Al-Falah
langsung terjun mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Ketika di pesantren Al-Falah mengadakan acara besarpun
pesantren Al-Falah tidak terlepas dari mengikut peran aktifkan masyarakat
untuk membantu mengsuseskan acara yang diadakan pesantren Al-Falah
tersebut, sehingga dari hal-hal kecil dari beberapa kegiatan interaksi
dengan masyarakat terbentuk hubungan yang harmonis.
Selain berinteraksi dengan masyarakat sekitar pesantren, lembaga
atau santri-santri pesantren Al-Falah membangun hubungan yang baik
dengan wali santri, pesantren-pesantren lain, baik pesantren-pesantren di
sekitar pesantren Al-Falah atau pesantren-pesantren di luar kota,
pemerintahan kota Salatiga, Kemenag, maupun lembaga-lembaga yang
lain, seperti koran Suara Merdeka dan lain sebagainya. Sehingga dengan
terbentuknya hubungan yang baik dengan berbagai lini, akan sangat
mendukung perkembangan dan peningkatan kualitas pesantren terhusus
108
membantu mengsukseskan kegiatan belajar mengajar santri di
pesantrenAl-Falah.
G. Manajemen Layanan Khusus Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-
Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran
1434/1435H
Manajemen layanan khusus pesantren Al-Falah meliputi
manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan pesantren dalam hal
itu sesuai dengan teori MBS. Komponen-komponen tersebut merupakan
bagian penting dari manajemen pesantren Al-Falah yang efektif dan
efisien. Belum tentu pesantren-pesantren di sekitar pesantren Al-Falah
memberikan fasilitas tersebut terhusus pada manajemen perpustakaan dan
kesehatan.
Termasuk Faktor Pendukung dan kehasan pesantren Al-Falah
dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain yang berhubungan dengan
manajemen layanan khusus, dalam penilitian dan merasakan secara
langsung manajemen layanan khusus yang tersedia telah terkonsep secara
rapi dari kepengurusan, fasilitas pendukung dan berbagai program kerja
yang akan dijalankan.
H. Faktor Pendukung dan PenghambatManajemen Pesantren Berbasis
Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Dalam pelaksanaan manajemen kelembagaan pesantren, pesantren
Al-Falah menerapkan manajemen berbasis sekolah atau yang sering
disingkat MBS, tidak akan mungkin terlepas dari sebuah nilai plus atau
109
Faktor Pendukung dari MBS yang telah diterapkan tersebut. Di lain sisi
dalam sebuah perjalan penerapan MBS, pesantren Al-Falahpun mengalami
beberapa Faktor Penghambat yang menjadi sebuah penghambat dalam
pelaksanan dan pencapaian hasil akhir secara maksimal.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
bahwa faktor pendukung mengelolaan manajemen pesantren berbasis
sekolah akan berusaha pengelola pertahankan dan ditingkatkan, sedangkan
faktor penghambat meliputi faktor-fakto yang secara berkelanjutan dapat
dikoordinir dan diminimalisir oleh dewan pengurus sebagai koordinator.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga tahun
ajaran 1434/1435H dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. ManajemenPesantren Berbasis Sekolah dalam Pencapaian Tujuan
Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti
Kota Salatigayang meliputi:
110
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaranyang menggunakan
asas POAC (Planning, Organizing, Actuanting, dan Controling)
pada Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec.
Sidomukti Kota Salatigasebagai berikut:
1) kurikulum pendidikan yang diterapkan di pesantren Al-
Falahmenggunakan sistem ala “Pesantren Salafi”, yakni
pengkajian kitab-kitab kuning karya ulama‟-ulama‟ salaf,
seperti kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam Ghazali, kitab
Alfiyah karya Imam Abi „Abdillah Muhammad Jamaluddin
Bin Maliki dan masih banyak kitab yang lain, dalam dunia
pesantren sering juga disebut kitab Gundulan, karena kitab
yang akan dikaji kebanyakan kitab yang tidak
bersyakal/harakat.
2) Perencanaan kurikulum yang akan diselenggarakan dalam
proses pembelajaran di PPTI Al-Falah melalui musyawarah
dewan ustadz dan pengurus harian yang kemudian disampaikan
ke pengasuh yang menetapkan komposisi pelajaran dalam
masing-masing tingkat kelas setiap tahun ajaran baru.
3) Dalam pengorganisasian kurikulum PPTI Al-Falah menerapkan
keorganisasian melalui pemberia tanggung jawab secara penuh
kepada masing-masing dewan asatidz yang dipantau oleh
dewan pengurus bidang pendidikan, sedangkan dalam
mengorganisasir mata pelajaran pesantren melalui dewan
111
ustadz membuat jadwal mata pelajaran untuk tiap-tiap tingkat
kelas, pelajaran bandongan dan sorogan, dan kegiatan-kegiatan
rutinan secara sistematis dan masuk dalam undang-undang
pesantren.
4) Dalam pelaksanaan kurikulum PPTI Al-Falah yakni
menyelenggarakan pendidikan dalam beberapa metode yaitu:
a) MetodeSorogan
b) Metode Weton
c) MetodeHafalan
d) MetodePelatihan-pelatihan Pengembangan Keahlian
5) Sedangkan dalam pengawasan PPTI Al-Falah sepenuhnya oleh
penasuh pesantren secar langsung memberikan amanah kepada
tiap-tiap asatidz sebagai pembantu pengasuh dalam
penyampaian ilmu pada santri.
b. Manajemen Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Dalam pengadaan staf pengajaran Sesuai dengan hasil
musyawarah pengasuh, para asatidz/dzah senior dan ketua
pesantren ditetapkannya tenaga pengajar yang mahir, berkarakter
baik, berwibawa, mumpuni dan bersedia mengabdikan dirinya pada
pesantren setiap menginjak tahun ajaran baru, tenaga pendidik
(ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah terdiri dari
lulusan pesantren yang berusaha mengabdikan diri untuk pesantren
112
(lillahita‟ala) tanpa menerima uang gaji dari santri sedikitpun.
Adapun dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga adakalanya
ustadz yang sambil usaha buka warung atau usaha yang lain.
c. Manajemen Kesiswaan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-
Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Manajemen kesiswaan dalam Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah mencakup penerimaan santri baru,
pengelompokan kamar tidur santri, pengelompokan santri dalam
proses belajar dan proses evaluasi kegiatan belajar santri.
Dengan pembentukan sebuah kepanitian kecil yang akan
fokus dalam pengurusan santri baru meliputi ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota, pesantren Al-Falah akan lebih mudah
dalam mengkafer santri-santri baru tersebut, dan berusaha
memberikan pelayanan kepada santri baru dengan baik secara
maksimal. Diakhiri dengan akan diadakan LPJ (laporan
pertanggung jawaban) kepanitian tersebut atas tugas yang
dijalankan dalam masa satu tahun ajaran.
d. Manajemen Keuangan dan PembiayaanPondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber
daya yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam
implementasi MBS yang telah diterapkan di pesantren Al-Falah,
113
yang menuntut kemampuan pesantren untuk merencankan,
melaksanakann dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada pengelolahlembaga
pesantren secara umum dan masyarakat.
Beberapa sumber pemasukan pendanaan pesantren Al-
Falah yaitu:
1) Pembayaran syahriah santri setiap 3 bulan sekali.
2) Pembayaran uang pembangunan bagi santri baru.
3) Infaq dari masyarakat.
4) Bantuan pendanaan pembangunan pesantren dari kementerian
Agama.
Adapun pengeluaran pesantren dapat dibagi kedalam dua
bagian yakni pengeluaran guna pengembangan pembangunan
gedung pesantren , dalam hal ini tanggung jawab memenej
pemasukan dan pengeluaran dilimpahkan kepada Ustd. Edi Romli
yang dibantu oleh ketua pesantren, pengasuh dan ketua yayasan
dan pengeluaran guna memenuhi kebutuhan santri dalam sehari-
hari, dalam hal ini pengurus harian bagian bendaharalah yang
dilimpahi tanggung jawab dalam memenej pemasukan dan
pengeluaran keuangan pesantren dibantu ketua pesantren dan
pengasuh.
114
Adapun pengeluaran yang paling pokok di pesantren Al-
Falah yaitu:
1) Listrik
2) PDAM
3) Kebutuhan sekretaris
4) Rapat pengurus bulanan
5) Perlengkapan penunjang kebutuhan kesaharian santri
Dalam mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada pengelolahlembaga
pesantren secara umum dengan diadakan LPJ akhir kepengurusan
oleh pengelolah keuangan pesantren terhusus pengurus yang
menjabat sebagai bendahara.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana PendidikanPondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Manajemen sarana prasarana yang merupakan penunjang
pemenuhana kebutuhan bersama di pesantren Al-Falah mencakup
perencanaan, pengadaan dan perawatan.
Dalam perencanaan, pengadaan dan perawatan sarana dan
prasarana pesantren dengan mengadakan musyawarah yang
melibatkan pengasuh dan pengurus yang bertujuan membentuk
tim pelaksana dan penentuan kebutuhan-kebutuhan apa yang perlu
segera dipenuhi.
115
Dalam perawatan sarana dan prasarana pesantren yang telah
ada mengikut peran aktifkan pengasuh, para asatidz/asatidzah, para
santri, pengurus harian terhusus pengurus seksi perlengkapan, yang
menjadi koordinator, pendataan dan penyimpanan sarana
parasarana yang ada.
Dari tiga hal yang diselenggarakan mengenai manajemen
sarana dan prasarana tersebut telah sesuai dengan prinsip dasar
manajemen sarana dan prasarana yakni sebagai penunjang
terselenggaranya proses pendidikan pesantren yang efektif dan
efisien.
f. Manajemen Hubungan Pesantrendengan MasyarakatSekitar
Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec.
Sidomukti Kota Salatiga
Manajemen humas yang dilaksankan Pondok Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah telah ditanamkan pada diri santri sejak
dini sebuah interaksi aktif dengan warga sekitar pesantren, rasa
kepedulian dan rasa tanggap terhadap masyarakat sekitar
pesantren. Selain berinteraksi dengan masyarakat sekitar pesantren,
lembaga atau santri-santri pesantren Al-Falah juga membangun
hubungan yang baik dengan wali santri, pesantren-pesantren lain
baik pesantren-pesantren di sekitar pesantren Al-Falah atau
pesantren-pesantren di luar kota, pemerintahan kota Salatiga,
116
Kemenag, maupun lembaga-lembaga yang lain seperti koran Suara
Merdeka dan lain sebagainya.
Dari hal-hal kecil berupa beberapa kegiatan interaksi
dengan masyarakat dan lingkungan sekitar akan terbentuk
hubungan yang harmonis, sehingga dengan terbentuknya hubungan
yang baik dengan berbagai lini, akan sangat mendukung
perkembangan dan peningkatan kualitas pesantren terhusus
membantu mengsukseskan kegiatan belajar mengajar santri di
pondok Al-Falah.
g. Manajemen Layanan KhususPondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Manajemen layanan khusus pesantren Al-Falah meliputi
manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan pesantren.
komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari
manajemen pesantren Al-Falah yang efektif dan efisian, belum
tentu pesantren-pesantren di sekitar pesantren Al-Falah
memberikan fasilitas tersebut terhusus pada manajemen
perpustakaan dan kesehatan.
2. Faktor Pendukung dan PenghambatManajemen Pesantren Berbasis
Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec.
Sidomukti Kota Salatiga
117
Dalam pelaksana pendidikan sangat mungkin baik lembaga
sebagai penyelenggara, pengasuh sebagai supervisi, ustadz sebagai
koordinator dan santri sebagai subyek, menemukan dan mengalami
sesuatu yang dapat menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
pengelolaan manajemen pesantren.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada beberapa hal yang
menjadi sebuahFaktor Pendukung dan Penghambatdalam penerapan
manajemen berbasis sekolah di dalam lembaga pesantren Al-Falah.
a.Faktor Pendukung Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di
PondokPesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec. Sidomukti
Kota Salatigafaktor pendukung dalam pelaksanaan Manajemen
pesantren berbasis sekolah yaitu:
1) Tersusunnya program kerja pengurus secara rapi dari awal tahun
ajaran setelah diadakannya pelantikan kepengurusan baru.
2) Selain sikap loyalitas pengurus terhadap tanggung jawabnya
untuk mengurus pesantren, juga selalu diadakan evaluasi program
kerja dengan diadakan rapat secara rutin satu minggu sekali setiap
malam jum‟at dan setiap awal bulan yang melibatkan semua
pengelola pesantren dari pengasuh, dewan asatidz, dan pengurus
harian, sehingga pengelola pesantren lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehimgga dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
118
memajukan pesantren dan pengelola pesantren lebih mengetahui
komponen pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3) Adanya keterbukaan dan kerja sama yang baik antara pengelola
pesantren dengan orang tua santri dan lembaga-lembaga di luar
pesantren, sehinnga dari itu pesantren dapat secara cepat
merespon anspirasi dari berbagai pihak, sehingga akan berupaya
semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran
mutu pendidikan yang telah direncanakan.
b. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di
Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
Diantara faktor penghambat yang dihadapi pihak pengelolah
manajemen pesantren berbasis sekolah di Pesantren Al-Falah
sebagaiman di sampaikan kang Gunawan (lurah pesantren) dan
pengurus-pengurus yang lain yaitu:
1) Regenerasi pengelolah pesantren yang kurang stabil.
2) Kurangnya pengalaman pihak pengelolah pesantren terhusus
pihak pengurus harian dalam mengelolah manajemen pesantren
berbasis sekolah yang telah di terapkan.
3) Kurangnya kemampuan para santri dalam memenej waktu untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan di pesantren maupun luar pesantren.
119
4) Kurangnya sikap konsisten dan keloyalitasan pengurus harian
dalam menjalankan tugas kepengurusannya.
5) Kurangnya komunikasi dengan baik antara pengasuh, pengurus,
orang tua santri dan santri.
6) Sumber dana yang tidak menentu mengakibatkan tidak
kontinyunya pesantren dalam pembangunan.
7) Kurangnya kepedulian para santri dalam merawat sarana
prasarana yang telah tersedia.
8) Pengaruh budaya global masuk kedalam dunia pesantren yang
mengakibatkan degradasi moral santri.
B. Saran
1. Kepada Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh
Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
peran dalam banyak hal terutama mencetak generasi yang mumpuni
baik IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAK (iman dan
takwa) hendaknya harus memiliki manajemen dan keorganisasian yang
benar-benar mampu mengelola lembaga pesantren tersebut dengan
baik. Pengadaan berbagai pelatihan dan pengembangan para kader
tenaga pengajar, pengurus harian maupun para santripun salah satu
bentuk upaya menciptakan kualitas sumber daya yang telah baik akan
menjadi lebih baik untuk menyongsong masa depan yang gemilang.
120
2. Kepada Pengurus Harian Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah
Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Dalam pengelolahan manajemen kelembaga pesantren tidak
cukup dalam bentuk perencanaan-perancanaan saja tetapi yang harus
jauh lebih diperhatikan dan dilaksanakan yaitu adanya sikap konsisten,
loyalitas, pengorbanan dan tindakan nyata dengan penuh keihlasan dan
semangat perjuangan dalam mengelolah pesantren menuju yang lebih
baik.
3. Kepada Santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh
Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
Dengan adanya kita sebagai santri diatur oleh sebuah peraturan
supaya kita menjadi teratur, maka taatilah peraturan pesantren yang
telah ditetapkan. Selain itu dengan tekad yang kuat dan ikhtiar yang
maksimal baik ikhtiar lahiriah maupun bathiniah kita, mari kita
banggakan orang-orang yang sangat mencintai kita dengan penuh
perjuangan dan pengorbanan, mereka mengharapkan prestasi dan
kesuksesan akan kita raih.
121
122
123
RIWAYAT HIDUP PENULIS
124
Nama : M. Arifin
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 17 Juni 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mulawarman, Blok. J, Rt. 13 / Rw Ds. Kerta
Bumi, Kec. Kuaro, Kab. Paser, Prov. Kal-Tim
Pendidikan :
1. SDN 04 Timpik Kec. Susukan, kab. Semarang.
2. MTsN Susukan, Kab. Semarang.
3. MA Subulussallam Kuaro Kab. Paser, Prov. Kal-
Tim
4. Pondok Pesantren Al-Huda Petak Kec. Susukan,
Kab. Semarang
5. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH
Salatiga.
6. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an “ Ar-
Rahman”Ambarawa
7. STAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
125
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 25 Agustus 2014
M. Arifin
11110001
126
127
128
129
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama :M. Arifin Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Nim : 111 10 001 Dosen Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.
Jurusan : Tarbiyah
NO KEGIATAN TANGGAL
PELAKSANAAN
JABATAN POINT
1.
Orientasi
Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan
(OPAK) STAIN
Salatiga Tahun 2010
23-27 Agustus 2010 Peserta 3
2.
UPT Perpustakaan “
User Uducation “
STAIN Salatiga
20-25 September 2010 Peserta 3
3.
PABITTAQO
STAIN Salatiga “
IhyaulLughotul
„Arobiyyahwa
Tanamaytiha Fi
Jaami‟ah”
30 Oktober 2010 Peserta 3
4.
PAB JQH STAIN
Salatiga
“CerdasdanMuliaDe
ngan Al Qur‟an”
13 November 2010 Peserta 3
5.
Seminar Nasional “
National Workshop
Of Entrepreneurship
and Basic
Cooperation 2010
19 Desember 2010 Peserta 6
6.
Bedah Novel
“BumiCinta”
BersamaUstdz.
Habiburrahman El
Shirazy, Lc
30 Januari 2011 Peserta 3
130
7.
Islamic Public
Speaking Training
(IPST) LDK STAIN
Salatiga
“MembentukSosok
Muslim Yang
MahirPidato”
09 April 2011 Peserta 2
8.
Praktikun
KepramukaanJurusa
nTarbiyahSTAIN
Salatiga
22-27 Juli 2011 Peserta 5
9.
MTQ III JQH
STAIN Salatiga
”MelaluiMTQ Kita
RaihPrestasiMenjadi
InsanQur‟ani”
28 September 2011 Panitia 3
10.
Ibtida‟ LDK STAIN
Salatiga
“CatatanHarianMah
asiswaRabbani”
08-09 Oktober 2011 Peserta 3
11.
PAB JQH STAIN
Salatiga
“MembangunPribadi
IslamidenganNilaiQ
ur‟ani”
03-04 Desember 2011 Panitia 3
12.
SK (Surat
Keputusan) Kepala
UPK STAIN
Salatiga
Pengangkatan
Pengurus JQH Masa
Bakti 2010/2011
03 Januari 2012 Pengurus 3
13.
Praktikum Etika
Profesi Keguruan
STAIN Salatiga
10 Februari 2012 Peserta 3
14.
Praktikum
Komputer
Multimedia STAIN
Salatiga
14-15 Februari 2012 Peserta 3
15.
PelatihanPenggunaa
nMaktabahSyamilah
danMengetik Arab
Cepat PAB STAIN
Salatiga
17 Maret 2012 Peserta 3
16. Public Hearing 27 Maret 2012 Peserta 2
131
SEMA STAIN
Salatiga “
MeningkatkanKepek
aandanTransparansi
KinerjaLembagaMe
nujuKampusyangA
manah”
17.
Workshop
Leadership DEMA
STAIN Saltiga
“MenumbuhkanJiwa
KepemimpinanYang
Ideal
danDemokratis”
06-08 April 2012 Panitia 3
18.
Seminar Regional “
PeranMahasiswaDal
amMengawali
BLSM (BLT)
TepatSasaran“
03 Mei 2012 Peserta 5
19. GorahMassal JQH
STAIN Saltiga 12 Mei 2012 Panitia 2
20. GorahMassal JQH
STAIN Salatiga 12 Mei 2012 Peserta 2
21.
Seminar
NasionalKristologiD
anTabligh Akbar”
MembangunPemaha
man Agama
MenujuKhoirulUm
mah”
20 Mei 2012 Peserta
6
22.
PelatihanMengatasi
KecemasanTampildi
DepanUmumbiroKo
nsultasiPsikologiTaz
kia
09 Juni 2012 Peserta 3
23. Ziarah Waliyullah
PPTIAl-Falah 06 Juli 2012 Panitia 2
24.
“Study Banding di
PTIQ, PSQ,UIN
SyarifHidayatullah
Jakarta” JQH
STAIN Salatiga
10-11 Juli 2012 Peserta 3
25.
Khotmil Kutub “
Anggun dalam
Bermoral, Unggul
dalam Intelektual”
20 Juli 2012 Panitia 3
132
PPTIAl-Falah
26.
“GerakanSantriMen
ulis”
SarasehanJurnalistik
SuaraMerdeka
03 Agustus 2012 Peserta 3
27. PesantrenKilatdi
SMPN 09 Salatiga 06-11 Agustus 2012 Pemateri 4
28.
PAB JQH STAIN
Salatiga”
MembentukParadig
maQur‟anidenganPa
ncaIndra Akal
DanHati”
17-18 November 2012 Panitia 3
29.
1 Muharram “
Perbaharui Hati
dengan Kebaikan”
PPTIAl-Falah
25 November 2012 Panitia 3
30.
“TafsirTematikdala
mUpayaMenjawabP
ersoalan Israel
danPalestina”JQH
STAIN Salatiga
01 Desember 2012 Panitia 3
31.
TafsirTematik
“SihirdalamPerspekt
if Al Qur‟an
danHukum Negara”
JQH STAIN
Salatiga
04 Mei 2013 Panitia 3
32.
“PelatihanStrategiSu
ksesKuliah” Biro
KonsultasiPsikologi
Tazkia
08 Juni 2013 Peserta 3
33.
Halaqoh Alim
Ulama Se-Jawa
Tengah
&DIYPPTIAl-Falah 23-24 Juni 2013 Panitia 3
34.
Khotmil Kutub
“Meningkatkan
Kualitas Moral,
Intelektual,Dan
Spiritual Santri”
PPTIAl-Falah
31 Juni 2013 Panitia 3
35. Pelatihan Hisab Wa
Rukyat “Perbedaan 20-21 Juli 2013 Panitia 3
133
Penentu Awal Bulan
Qomariyah dan
Hisab Praktis Arah
Kiblat” PPTIAl-
Falah
36 Akhirussanah Ke-
XXPPTIAl-Falah 25 Juli 2013 Panitia 2
37.
Taspona
“Mewujudkan Santri
Sejati yang
Konsisten Sebagai
Generasi Penuntun
Bangsa” PPTIAl-
Falah
28 Juli 2013 Panitia 3
38.
Halal bi Halal
“Peran Orang Tua
Terhadap Semangat
Belajar Santri Demi
Terwujudnya
Generasi yang
Berakhlaqul
Karimah” PPTIAl-
Falah
20 Agustus 2013 Panitia 3
39.
MTQ V JQH
STAIN Salatiga “
MTQ
WahanaApresiasiUn
tukMencetakInsanQ
u‟ani”
23 Oktober 2013 Panitia 3
40.
Pawai Ta‟aruf
“Membentuk
Karakter Santri
Sebagai Insan Kamil
3yang Kreatif”
PPTIAl-Falah
13 November 2013 Panitia 3
41.
Pawai Ta‟aruf “Hati
Suci Modal Hidup
Abadi” PPTIAl-
Falah
12 Januari 2014 Panitia 3
42.
SR-NU Salatiga
“PelajarBerkualitasT
anpa HIV/AIDS,
PelajarBerakhlakTa
npa
DiskriminasiPelaku
HIV/AIDS”.
06 April 2014 Panitia 3
134
43.
Isra‟ Mi‟raj “
Semangat
Membangun
Generasi Muslim
Yang Berkualitas”
PPTIAl-Falah
27 Mei 2014 Panitia 3
44.
Festifal Ramadhan
KKN STAIN
Salatiga
Bekerjasama dengan
Pemuda Desa
Ngablak
02-03 Juli 2014 Panitia 3
45.
Halal bi Halal
“Memaafkan Dan
Dimaafkan Sebagai
Modal Awal
Perbaikan Akhlaq”
PPTIAl-Falah
Salatiga
10 Agustus 2014 Panitia 3
46.
SK “Penerimaan
Santri
Baru2010/2011”
12 Agustus 2014 Ketua 3
47. SK “Ustadz PPTIAl-
Falah 2011/2012” 12 Agustus 2014 Ustadz 3
48. SK “Ustadz PPTIAl-
Falah2012/2013 ” 12 Agustus 2014 Ustadz 3
49.
SK “Ustadz PPTIAl-
Falah 2013/2014” 12 Agustus 2014 Ustadz 3
Jumlah Point 129
Salatiga, 1 September 2014
Wakil Ketua III
Bidang Kemahasiswaandan Kerjasama
Moh.Khusen, M. Ag, MA.
NIP. 197412121999031003
135
136
137
138
139
140
141