19
EFEKTIVITAS LATIHAN FISIK RESISTANCE EXERCISE TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RS.UMUM DAERAH KOTA SEMARANG The Effectiveness of Physical Resistance Exercise for Lowering blood glucose on staying care patient with Diabetes Mellitus type II in General Hospital Semarang Area. Nurul Khomariyah Eka Putri Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Latar Belakang: Kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II cenderung tinggi akibat kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya serta karena kurangnya aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GDS sebelum dan sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan juga untuk mengetahui perbedaan nilai GDS yang dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol. Metode: Desain penelitian menggunakan Quasy experimen dengan rancangan pretest-postest with control group dan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Perbedaan nilai GDS sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di uji dengan uji t independent. Hasil: Hasil uji t independent menunjukkan ada perbedaan nilai GDS setelah dilakukan latihan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p = 0,001) Simpulan: Institusi pelayanan perlu mengembangkan latihan fisik resistance exercise sebagai bagian dari

Manuskrip Echa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Manuskrip Echa

EFEKTIVITAS LATIHAN FISIK RESISTANCE EXERCISE TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI

RS.UMUM DAERAH KOTA SEMARANG

The Effectiveness of Physical Resistance Exercise for Lowering blood glucose on staying care patient with Diabetes Mellitus type II in General Hospital Semarang

Area.Nurul Khomariyah Eka Putri

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRAK

Latar Belakang: Kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II cenderung tinggi akibat kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya serta karena kurangnya aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GDS sebelum dan sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan juga untuk mengetahui perbedaan nilai GDS yang dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol.

Metode: Desain penelitian menggunakan Quasy experimen dengan rancangan pretest-postest with control group dan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Perbedaan nilai GDS sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di uji dengan uji t independent.

Hasil: Hasil uji t independent menunjukkan ada perbedaan nilai GDS setelah dilakukan latihan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p = 0,001)

Simpulan: Institusi pelayanan perlu mengembangkan latihan fisik resistance exercise sebagai bagian dari program terapi pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II serta perawat menjadikannya sebagai bagian integral dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II.

Kata kunci: diabetes melitus tipe II, latihan fisik resistance exercise, glukosa darah.

ABSTRACTBackground: The blood glucose content in melitus diabetic type II tended to high arising out of anomaly insulin secretion, anomaly of insulin activity or both of them and because less activity. This study is aimed to find the value of random blood glucose before and after having physical resistance exercise in

Page 2: Manuskrip Echa

treatment group dan also to know the difference value of random blood glucose that got physical resistance exercise on treatment group and control group.Method: This study used quasi experimen with pretest-postest design with control group and the sample method used proposive sampling. The difference value of random blood glucose after getting resistance exercise on treatment group and control group was tested with t independent testResult: The result of t independent showed there was difference value of random blood glucose after getting treatment on control group and treatment group (p=0,001)Conclusion: The service Institution need to develop physical resistance exercise as a part of theraphy program for staying care patients with diabetes melitus type II and also nurse should make it as integral part on doing nursing service on staying care patients with diabetic type II.Keywords: Diabetes melitus type II, Physical resistance exercise, Blood glucose.

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin, penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya (American Diabetes Association, 2011). Berdasarkan klasifikasinya DM dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu DM tipe I (T1DM), DM tipe II (T2DM), DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya (diabetes sekunder) dan DM gestasional (ADA 2003 ; Black & Hawks, 2009). Prevalensi DM setiap tahunnya semakin meningkat. Data dari WHO menunjukkan bahwa penderita DM dunia di tahun 2000 berjumlah 171 juta dan diperkirakan meningkat menjadi 3 kali lipatnya yaitu sekitar 366 juta penderita di tahun 2030 (WHO, 2012). Penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi mencapai 21,3 juta orang atau merupakan negara urutan keempat dengan jumlah perkiraan penderita DM didunia (Wild et.al, 2004). Menurut Dinas Kesehatan Kota Semarang (2012) penyakit DM tipe II pada tahun 2011 sebanyak 45551 kasus dan pada tahun 2012, rekapitulasi penyakit DM tipe II di kota Semarang sebanyak 2408. Diabetes Melitus dapat menimbulkan komplikasi akut ataupun komplikasi kronis (Black &Hawks, 2009). Komplikasi akut terdiri atas hiperglikemia, sindrome hiperglikemik dan hipoglikemia. Komplikasi kronis terdiri atas komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler dapat berupa Coronary Artery Disease (CAD), penyakit serebrovaskuler, hipertensi penyakit vaskuler perifer dan infeksi. Komplikasi mikrovaskuler dapat berupa retinopati, nefropati, ulkus kaki, neuropati

Page 3: Manuskrip Echa

sensorik dan neuropati otonom. Komplikasi diatas sering terjadi akibat tidak terkontrolnya kadar glukosa darah.Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang paling penting dalam makanan yang di serap dalam jumlah besar ke dalam darah serta di konversikan ke dalam hati (Meyes, 2000). Salah satu pemeriksaan glukosa darah adalah glukosa darah sewaktu yaitu glukosa darah yang pengukurannya diambil kapan saja sesuai dengan kebutuhan tanpa memperhatikan waktu makan atau puasa terlebih dahulu ( Yullizar, 2005). Kadar glukosa darah pada pasien DM cenderung tinggi, sehingga dibutuhkan penatalaksanaan khusus untuk meminimalkan terjadinya komplikasi. Penatalaksanaan dapat berupa penatalaksanaan medis dan non medis. Penatalaksanaan medis dengan mengkonsumsi obat ataupun dengan pemberian insulin. Penatalaksanaan non medis dengan melakukan olahraga atau latihan fisik yang merupakan salah satu pilar dari ke empat pilar pengelolaan pada diabetes melitus (Soebardi dalam Sudoyo, 2006). Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana dengan tujuan untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran fisik (Powers, 2007). Salah satu olah raga yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes adalah resistance exercise (latihan angkat beban). Resistance exercise (latihan angkat beban) merupakan suatu latihan sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha (Irianto, 2006). Resistance exercise akan melibatkan banyak otot yang aktif bergerak. Pada otot yang aktif bergerak terjadi peningkatan kebutuhan glukosa, tetapi kadar insulin tidak meningkat. Otot yang aktif bergerak akan meningkatkan aliran darah sehingga lebih banyak jala-jala kapiler yang terbuka. Terbukanya jala-jala kapiler menyebabkan lebih banyak tersedianya reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif (Soebardi dalam Sudoyo, 2006). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dustan et al (2002) tentang intensitas tinggi resistance exercise terhadap peningkatan pengontrolan glukosa darah pada pasien dengan DM tipe II menunjukkan bahwa terjadi penurunan AIC 1,2 % - 0,9 % . Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tercatat kasus Diabetes Melitus tipe II selama periode tahun 2012 sebanyak 323 kasus pasien rawat inap. Berdasarkan survei awal, terdapat 4 pasien dengan DM tipe II yang dirawat di dua bangsal didapatkan rata - rata glukosa darah sewaktu mencapai lebih dari 230 mg/dl. Pasien mengatakan tidak melakukan olahraga selama dirawat dan sebelum dirawat. Pasien mengatakan bahwa resistance exercise tidak diberikan selama menjalani perawatan di rumah sakit. Pasien tidak mengetahui bahwa latihan fisik atau olahraga selain dapat menjaga kebugaran, juga merupakan penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit DM. Ketidaktahuan ini dikarenakan kurangnya informasi sehingga peran perawat sangat dibutuhkan. Peran perawat pada pasien diabetes melitus adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pemberi pendidikan kesehatan yaitu mampu memberikan informasi terhadap pasien DM tipe II tentang konsep dasar penyakit DM dan bagaimana penatalaksanaanya, salah satunya dengan latihan

Page 4: Manuskrip Echa

fisik. Perawat memberitahukan dan mencontohkan bagaimana cara latihan fisik yang benar dan tepat. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis ingin melakukan penelitian terkait efektivitas latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien DM tipe II.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy experimental design dengan rancangan pretest posttest with control group karena pada penelitian ini dilakukan pengukuran glukosa darah sewaktu sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Penelitian ini melibatkan 2 kelompok yaitu kelompok pasien DM tipe II yang dilakukan resistance exercise sebagai kelompok perlakuan dan kelompok pasien DM tipe II yang dilakukan latihan ROM sebagai kelompok kontrol. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan DM tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang pada bulan Januari 2014 yaitu sebanyak 22 pasien. Keseluruhan jumlah responden dalam penelitian ini setelah proses penghitungan dan antisipasi drop out adalah 34 orang. Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan.

HASIL PENELITIANA. Karakteristis responden

1. UsiaTabel 1.1 Hasil analisis rata – rata usia (tahun) pada kelompok perlakuan dan kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2014 (n=34)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh data rata – rata umur responden pada kelompok perlakuan adalah 48 tahun dengan standar deviasi 2,49. Usia termuda pada kelompok perlakuan adalah 45 tahun sedangkan usia tertua adalah 53 tahun. Rata rata usia pada kelompok kontrol adalah 48 tahun dengan standar deviasi 2,30. Usia termuda pada kelompok kontrol adalah 45 tahun dan usia tertua adalah 53 tahun.

Standar deviasi

variabel Mean ( SD ) Min – Mak

umurKelompok perlakuan 48 2,49 45,00 – 53,00

Kelompok kontrol 48 2,30 45,00 – 53,00

Page 5: Manuskrip Echa

2. Jenis kelamin Tabel 1.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2014 (n=34)

Kelompok perlakuan

Kelompok kontrol

Jumlah

Variabel n % n % n %Jenis kelamin

Laki - laki 10 58,8% 8 47,1% 17 50 %Perempuan 7 41,2 % 9 52,9 % 17 50 %

Total 17 100 % 17 100% 34 100%Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa jenis kelamin terbanyak pada kelompok perlakuan adalah laki- laki (58,8 %) dan pada kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (52,9 %).

3. Rata rata nilai pre test glukosa darah sewaktu (mg/dl)pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrolTabel 1.3 Hasil analisis rata – rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) untuk pengukuran pretest pada kelompok perlakuan dan kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2014 (n=34)

Variabel Mean Standar deviasi (SD) Min-MakGlukosa darah sewaktu (pre test)Kelompok perlakuan 178 11,2 160 - 200Kelompok kontrol 182 8,97 165 - 200

Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan saat pretest adalah 178 dengan standar deviasi 11,2. Nilai glukosa darah sewaktu terendah adalah 160 dan tertinggi adalah 210. Sementara itu rata rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok kontrol saat pretest adalah 182 dengan standar deviasi ( 8,97). Nilai glukosa darah terendah adalah 165 dan tertinggi adalah 200.

Page 6: Manuskrip Echa

4. Rata rata nilai post test glukosa darah sewaktu (mg/dl)pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (n=34)

Variabel Mean Standar deviasi (SD) Min-MakGlukosa darah sewaktu (post test)Kelompok perlakuan 152 10,7 140 - 162Kelompok kontrol 176 10,2 155 - 190

Berdasarkan tabel diatas diperoleh data rata rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan setelah dilakukan latihan fisik resistance exercise adalah 152 dengan standar deviasi 10,7. Nilai glukosa darah terendah setelah dilakukan latihan adalah 140 dan tertinggi adalah 162. Sementara itu pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan latihan fisik resistance exercise rata rata nilai glukosa darah sewaktu adalah 176 dengan standar deviasi 10,2. Nilai glukosa darah sewaktu terendah adalah 155 dan tertinggi adalah 190.

B. Efektivitas latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe IIAnalisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t berpasangan yang digunakan pada pengukuran nilai GDS pada kelompok perlakuan dan pengukuran nilai GDS pada kelompok kontrol. Uji t tidak berpasangan digunakan pada saat membandingkan hasil GDS antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Adapun hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1.5 :Perbedaan rata rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada kelompok perlakuan Dengan DM tipe II (n=17)

variabel Mean SD SE n p valueSebelum latihan fisik resistance exercise

178 11,2 2,7 17

Setelah latihan fisik resistance exercise

152 9,0 2,1 17 0,001

Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata-rata nilai pre test glukosa darah sewaktu (sebelum dilakukan latihan fisik resistance exercise ) pada kelompok perlakuan adalah 178 dengan standar deviasi 11,2. Pada pengukuran post test (sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise ) pada kelompok perlakuan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu adalah 152 dengan standar deviasi 9,0. Hasil uji statistik sebelum dan sesudah latihan fisik resistance exercise didapatkan nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise.

Tabel 1.6

Page 7: Manuskrip Echa

Perbedaan rata rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada kelompok kontrol Dengan DM tipe II di RS.Umum Daerah Kota

Variabel Mean SD SE N P value Sebelum latihan

ROM183 9,8 2,37 17

Sesudah latihan ROM

170 8,9 2,14 17 0,344

Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata – rata nilai pre test glukosa darah sewaktu pada kelompok kontrol adalah 183 dengan standar deviasi 9,8. Pada pengukuran pos test rata – rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok kontrol adalah 170 dengan standar deviasi 8,9. Hasil uji statistik pre test dan post test didapatkan nilai p = 0,344 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang berarti.

Tabel 1.7 Perbedaan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan latihan fisik resistance exercise (n=34)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata – rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan adalah 152 dengan standar deviasi 9,0. Pada kelompok kontrol diperoleh rata – rata nilai glukosa darah sewaktu adalah 176 dengan standar deviasi 10,1. Hasil uji statistik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan fisik menunjukkan nilai p = 0,001 sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, Ha diterima.

PEMBAHASAN

1. Karakteristik respondena. Umur

Hasil penelitian menunjukkan rentang umur responden pada kelompok perlakuan berada pada rentang 45 sampai 53 tahun dengan rata – rata 48 tahun. Sedangkan umur responden pada kelompok kontrol juga berada pada rentang usia yang sama yaitu 45 sampai 53 tahun dengan rata – rata 48 tahun. DM tipe II terjadi pada usia setelah 30 tahun dan semakin meningkat setelah usia 40

variabel mean Standar deviasi (SD)

n p value

Kelompok perlakuan 152 9,0 17 0,001 Kelompok kontrol 176 10,1 17

Page 8: Manuskrip Echa

tahun dan terjadi prevalensi 6% pada individu dengan usia 45 sampai 64 tahun Ignavicius (2006) . Degenerasi akibat proses menua dapat mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, biokimia yang dimulai dari jaringan, sel maupun organ termasuk sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin.

b. Jenis kelamin Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden pada kelompok perlakuan 58,8 % adalah laki - laki dan pada kelompok kontrol 52,9 % adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Esayas H. H (2011) di South Africa bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang terkena diabetes melitus. Diabetes melitus terjadi karena gaya hidup yang salah dan tergantung bagaimana orang tersebut menjaga kesehatannya.

B. Efektivitas latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II

a. Perbedaan nilai glukosa darah sewaktu sebelum dan sesudah latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan

Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan fisik resistance exercise pada pasien dengan diabetes melitus tipe II mampu menurunkan glukosa darah sewaktu. Rata – rata terjadi penurunan glukosa darah sewaktu dari 178 mg/dl menjadi 152 mg/dl ( p = 0,000 dengan standar deviasi 9,0). Hasil ini mendukung sebuah studi bahwa latihan fisik resistance exercise mampu mengontrol glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II (Irvine & Taylor 2009). Tidak terkontrolnya glukosa darah pada pasien dengan diabetes melitus II dapat disebabkan oleh penurunan fungsi sel beta pankreas, gaya hidup yang tidak sehat dan juga dikarenakan kurangnya melakukan aktivitas atau latihan fisik. Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan fisik resistance exercise yang dilakukan pada pasien diabetes melitus tipe II mampu menurunkan glukosa darah sewaktu. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Dunstan, 2001) dengan hasil p value = < 0,01 yang mengatakan bahwa pada pasien dengan DM tipe II yang melakukan latihan fisik resistance exercise dapat mengontrol peningkatan glukosa darah. Manfaat latihan fisik pagi diabetisi adalah meningkatkan kebugaran jasmani, meningkatkan sensitivitas organ tubuh terhadap insulin dan menurunkan kadar glukosa darah ( Djokromoelyanto, 2007). Pada kelompok perlakuan dilakukan latihan fisik resistance exercise dengan menggunakan beban berupa dumble seberat 0,5 kg yang dilakukan selama 2 hari. Latihan dimulai dengan pemanasan

Page 9: Manuskrip Echa

yang berupa gerakan melemaskan leher dan ekstremitas lainnya kemudian latihan inti dengan mengangkat dumble 0,5 kg selama beberapa sesi latihan dan diakhiri dengan pendinginan. Latihan pertama dilakukan pada pagi atau siang hari dan latihan pada hari kedua dilakukan dari 24 jam sejak dimulainya latihan pada hari pertama. Pemberian jeda 24 jam ini dilakukan karena metabolisme glukosa darah dalam tubuh terjadi secara berkelanjutan selama 24 jam (J.W van djick et all, 2011). Selanjutnya pengukuran kembali nilai GDS dilakukan 24 jam dari selesai latihan pada hari kedua.

b. Perbedaan nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan fisik resistance exercise

Setelah dilakukan latihan fisik resistance exercise selama 2 hari pada kelompok perlakuan rata – rata menunjukkan penurunan glukosa darah hampir 30 mg/dl. Glukosa darah sewaktu ini berbeda 20 mg/dl dibanding dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok perlakuan ( p = 0,001) dengan kelompok kontrol (p = 0,344). Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan yang dilakukan latihan fisik resitance exercise terjadi penurunan glukosa darah sewaktu yang lebih banyak dibanding dengan kelompok kontrol yang tidak dilakukan latihan fisik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibanez et all (2005) dengan judul Twice – Weekly Progressive Resistance Training Decreases Abdominal Fat and Improves Insulin Sensitivity in Older Men With Type II Diabetes yang dimuat dalam Diabetes Care yang menyebutkan bahwa latihan fisik resitance exercise mampu meningkatkan sensitivitas insulin pada pasien DM tipe II sehingga dapat menurunkan glukosa darah dengan rata – rata penurunan glukosa darah 20 – 30 mg/dl (nilai p < 0,01 ). Hasil yang dicapai pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil bahwa terjadi penurunan nilai glukosa darah sewaktu akibat peningkatan aliran darah pada saat melakukan latihan fisik sehingga banyak jala – jala kapiler yang terbuka dan menyebabkan reseptor insulin menjadi lebih aktif. Latihan fisik resistance exercise belum banyak dilakukan pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II dikarenakan keterbatasan alat. Latihan fisik juga efektif untuk mengisi kejenuhan pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II disamping dapat menurunkan atau mengontrol nilai glukosa darah. SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 10: Manuskrip Echa

1. Rata – rata umur responden pada kelompok perlakuan adalah 48 tahun demikian juga pada kelompok kontrol. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki laki pada kelompok perlakuan (58,8 %) dan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan pada kelompok kontrol (52,9 %).

2. Terbukti adanya perbedaan yang signifikan rata - rata nilai glukosa darah sewaktu pada sebelum dan sesudah di lakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan ( p = 0,001)

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu pada sebelum dan setelah dilakukan latihan ROM pada kelompok kontrol ( p = 0,344).

4. Latihan fisik resistance exercise terbukti mampu menurunkan nilai glukosa darah sewaktu pada pasien dengan diabetes melitus tipe II.

DAFTAR PUSTAKA

Ades PA, Savage PD, Brochu M, TischlerMD, Lee NM, Poehlman ET. (2005). Resistance training increases total daily energy expenditurein disabled older women with coronary heart disease. J Appl Physiol 98:1280–1285, 2005

American Diabetes Association. (2011). Standards of Medical Care in Diabetes. Journal Diabetes Care, 34: 511 – 561

American Diabetes Association. ( 2005 ). Diagnosis and Clasification of Diabetes Melitus. Diabetes Care, 28 : 37 – 42

Barnes, D.E. (2009 ). Program Olahraga Diabetes : Panduan untuk mengendalikan Kadar Glukosa Darah. Yogyakarta : Citra Aji Parama

Black J., Hawks J., Keene A. M. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical for Management Positive Outcomes. 8 Edition. USA : Elsevier Saunders Company

Dempsey, P.A., & Dempsey A.D. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC

Diabetes Care. ( 2006 ). Resistance Training and Type 2 Diabetes. Volume 29 no 8.

Djokomelyanto RJ. (2007). Diabetes melitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Badan Penerbit UNDIP Semarang : CV Agung

Dunstan DW, Zimmet PZ, Wellborn TA, et all. (2002) The Raising Prevalence of Diabetes and Impaired Glucose Tolerance The Australia Diabetes Obesity and Lifestyle. Study Diabetes Care 25: 829 – 834

Erikson J., Tuominen J., Valle T., et all. (2001). Aerobic Endurance Exercise or Circuit Type Resistance Training for Individual With Impaired Glucose Tolerance. Harm, Metab. Res 30:37 - 41

Page 11: Manuskrip Echa

Guyton, C. A., Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

J.W. Van Dijk. R.J.F Manders et all. (2011). Both Resistance and Endurance Type Exercise Reduce the Prevalence of Hyperglicemia in Individuals With Impaired Glucose Tolerence and in Insulin Treated and Non Insulin Treated Type II Diabetic Patient. Article Diabetologia 55: 1273 - 1282

Hidayat, A.A. (2009). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

Ibanez J, izquirdo M, Arguelles I, Forga L, Larrion JL Garcia, Unciti M. Idoale F, Gorostiaga EM. (2005). Twice – Weekly Progressive Resistance Training Decreases Abdominal Fat and Improves Insulin Sensitivity in Older Men With Type II Diabetes, Diabetes Care 28: 662 – 667

Ignatavicius, D.,Workman, M.L. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking For Collaborative Care .5th ed. St Louis: Missouri.

Irianto, D. P. ( 2000 ). Panduan Latihan Kebugaran Fisik. Yogyakarta : Lukman Offet

Irvine, C. and Taylor, N.F. (2009). Progressive Resistance Exercise improves Glycaemic Control in People With Type 2 Diabetes Mellitus: a systematic review. Australian Journal of Physiotherapy, 55, 237-246.

Kell RT, Bell G, Quinney A. (2001). Musculoskeletal fitness, health outcomes and quality of life. Hunter GR, McCarthy JP, Bamman MM: Sports Med 31. 863– 873.

Mayes, PA., Murray, RK., Granner, DK. ( 2000 ). Harper;s Biochemistry. 25th ed. New York : Mc. Graw – Hill

Notoatmojo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo Soedjo., Dr. Prof. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. ( 2006 ). Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe II di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI

Pocock, G., Richard, CD. ( 2004 ). Human Physiology The Basic of Medicine. II Edition. New York : Oxford University

Poehlman ET, Dvorak RV, DeNino WF,Brochu M, Ades PA. (2000). Effects of resistance training and endurance training on insulin sensitivity in nonobese, young women controlled randomized trial. J Clin Endocrinol Metab 85:2463–2468

Page 12: Manuskrip Echa

Powers, SK., Howley, ET. ( 2007 ). Exercise Physiology : Theory and Aplication to Fitness and Performance. 6 Edition. USA : Mc. Graw – Hill

Quratuaeni. ( 2009 ). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat ( RSUP ) Jakarta : UIN

Rebecca A.S., Jacqueline N.E., Davit M., et all. ( 2002 ). Strength Training for Older Adult. Tufts University.

Schteingart, D. E. ( 2003 ). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit . Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer, SC., Bare, BG. ( 2002 ).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Alwi Idrus,. dkk. ( 2007 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Suyono, S. ( 2002 ). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Syahbudin, S. ( 2001 ). Pedoman Diabetes Melitus. Jakarta : Depkes RI

Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes Melitus : Panduan lengkap mengenal dan mengatasi Diabetes Melitus dengan cepat dan mudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Topan, E. ( 2005 ). Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo

Waspadji, S. ( 2004 ). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai penerbit FKUI

Wilds, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., et all. ( 2004 ). Global prevalence of diabetes : estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetic Care

World Health Organisation ( 2012 ). Prevalence of Diabetes Worldwide. www. who. int di akses pada 11 agustus 2013

WHO. ( 2006 ). Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglicemia. Switzerland

Yullizar, D. ( 2005 ). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Page 13: Manuskrip Echa