Upload
fathina-friyandini
View
56
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
public health
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang. menghadapi banyak masalah kesehatan
masyarakat. Semakin pesatnya pertambahan penduduk serta kemajuan teknologi yang terus
berkembang kita akan dihadapkan dengan masalah-masalah kesehatan yang semakin
komplit. Sebagai Negara Agraris yang memiliki era industrialisasi membawa Indonesia ke
dalam berbagai tradisi, yaitu tradisi epidemiologi, demografi dan lingkungan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan
Millenium (MDGs) dan yang memiliki visi Indonesia sehat 2015 berkomitmen mewujudkan
delapan tujuan pembangunan yang menjadi perwujudan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan menuju kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu perlu perbaikan-perbaikan
dalam segala bidang terutama bidang kesehatan. Sehat salah satu upaya untuk mencapainya
adalah meningkatkan kesehatan lingkungan.
Masalah kesehatan lingkungan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang
sangat berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Menurut ahli kesehatan
HL. BLUM derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor : lingkungan, perilaku,
manusia, dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit
terbanyak yang terdapat di wilayah kerja puskesmas didominasi oleh penyakit yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
Sumatera Barat, di desa maupun di kota, kita sebagai Dinas Kesehatan tentu dapat
menggambarkan masyarakat Sumatera Barat di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang ditandai penduduknya yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup bersih dan sehat memiliki kemampuan dan kemauan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sampai saat ini diketahui bahwa penyakit terbanyak yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan didominasi oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
1
masalah kesehatan lingkungan. Sekitar 53% dari 10 penyakit terbanyak yang ada di wilayah
Puskesmas Lubuk Kilangan berasal dari lingkungan.
Dalam rangka memperbaiki mutu kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan harus
diperbaiki secara mendetail. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu strategi yang
terpadu, khususnya dalam menghadapi kesehatan lingkungan, dimana Puskesmas berperan
penting dalam upaya perbaikian kesehatan lingkungan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis
Lingkungan
b. Tujuan Khusus
Mengetahui tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis
Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang.
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis
Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan secara khusus.
I.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur.
2
BAB 2
ANALISIS SITUASI
2.1 Gambaran Umum
Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan pada
tahun 1981 dengan luas tanah 270 m2 dan gedung puskesmas sendiri didirikan pada tahun
1983 dengan luas bangunan 140 m2, pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah
Pustu Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu
meliputi BP, KIA, dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10
orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian pimpinan Puskesmas sebanyak 15
kali.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri
dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan
jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian
bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat,
gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 7 upaya
kesehatan wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan
(Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB), Program
Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan
pengobatan (BP), dan Perawatan Kesehatan Masyarakat. Selain itu terdapat upaya
kesehatan pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah
Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan
Usia Lanjut (Lansia).
3
2.2 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan
Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan
luas:
a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2
b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2
d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2
e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2
f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2
g. Kelurahan tarantang : 1.85 Km2
Adapun batas – batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai
berikut:
Utara : Kecamatan Pauh
Timur : Kabupaten Solok
Selatan : Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Barat : Kecamatan Lubuk Begalung
2.3 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang
selama tahun 2011 adalah : 46900.Jiwa dengan distribusi kependudukan menurut
kelurahan sebagai berikut:
Kelurahan Pasar ambacang : 16818
Kelurahan anduring : 13412
Kelurahan lubuk lintah : 9737
Kelurahan ampang : 6933
4
2.4 Sarana dan Prasarana
1. Sarana Pendidikan
a. SMU/SMK : 3 Unit
b. SLTP : 4 Unit
c. SD : 23 Unit
d. TK : 15 Unit
2. Sarana Kesehatan
Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:
a. Puskesmas Induk : 1 Unit
b. Puskesmas Pembantu : 3 Unit
- Pustu Indarung
- Pustu Batu Gadang
- Pustu Baringin
c. Rumah Sakit PT Semen Padang : 1 Unit
d. Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit
e. Motor Dinas : 4 Unit
f. Komputer : 2 Unit
g. Mesin Tik : 2 Unit
h. Laptop : 1 Unit
i. LCD/Infocus : 1 Unit
3. Prasarana Kesehatan
a. Posyandu Balita : 43 buah
b. Posyandu Lansia : 13 buah
c. Kader Kesehatan : 164 orang
d. Praktek Dokter Swasta : 5 orang
e. Praktek Bidan Swasta : 21 orang
f. Pos UKK : 3 Pos
g. Pengobatan Tradisional : 38 buah
5
h. Toga : 27 buah
2.5 Ketenagaan
a. Dokter Umum : 2 orang
b. Dokter Gigi : 2 orang
c. Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang
d. Akper : 6 orang
e. SPK : 6 orang
f. Akbid : 6 orang
g. Bidan (D I) : 13 orang
h. Asisten Apoteker : 2 orang
i. AKL : 1 orang
j. AAK : 1 orang
k. Perawat Gigi : 2 orang
l. Pekarya Kesehatan : 3 orang
m. SMA : 2 orang
n. SMP : 1 orang
6
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan
World Health Organisation (WHO) menggambarkan kesehatan lingkungan sebagai
berikut, Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the
environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the
environment that can potentially affect health. Atau bisa disimpulkan sebagai “Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.”
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) “Suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia”.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan Kesehatan Lingkungan
sebagai “suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula”.
Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “ Upaya perlindungan,
pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada
tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”
3.2 Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain :
7
A. Menurut WHO :
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana
alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
B. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3) :
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamanan limbah padat/sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan radiasi
5. Pengamanan kebisingan
6. Pengamanan vektor penyakit
Yang menjadi sasaran Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pasal 22 ayat (2) UU No
23/1992 adalah sebagai berikut :
8
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm
keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.
3.3 Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia 1
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b. Syarat Kimia : Kadar Besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maksimal 500 mg/l).
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur.
9
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar diperlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :
10
a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3
M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah
penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida
untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.
11
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan
jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan
out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman
serta gedung umum, bis kereta api, dan lain-lain. Masalah ini lebih berpotensi menjadi
masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam
ruangan daripada berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar
rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran
pernafasan bagi anak balita.
12
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu
akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian
atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi
saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.
3.4 Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Bertitik tolak dari masalah Kesehatan Lingkungan yang terjadi di Indonesia, ada 5 upaya
dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di Puskesmas di Indonesia, yakni
sebagai berikut :
1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana
Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, Pembinaan kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
3. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Penyehatan Tempat-Tempat Umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,
kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon
kecantikan, serta tempat keramaiannya lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah
Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.
13
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan
pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan
penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
5. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung, berapa rumah penduduk yang mengalami bebas
jentik.
3.5 Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu
organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05)
Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak)
serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.
(Sumirat’96)
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu
disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
3.6 Situasi Penyakit Berbasis Lingkungan di Indonesia
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan
diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di
hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
14
Menurut Profil Ditjen PP dan PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat
pneumonia. Sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ke tahun kian meningkat dimana
pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000
penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka
tersebut kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.
3.7 Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan
Diare
Cacingan
ISPA
Malaria
DBD
TB Paru
Penyakit Infeksi Kulit
Keracunan makanan/minuman/pestisida
Keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja
3.8 Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui
perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensi
secara cepat dan tepat.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:
15
Gambar 3.1 patogenesis penyakit
Sumber : Ahmadi, 2005
Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat)
simpul, yakni :
Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent
penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik
melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.
Beberapa contoh agent penyakit:
Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dan lain-lain.
Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,
16
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat memindahkan agent
penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai media transmisi adalah udara, air,
makanan, binatang, manusia/secara langsung.
Simpul 3: Penduduk (Manusia/Perilaku Pemajanan)
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain perilaku, status gizi,
dan pengetahuan.
Simpul 4: Dampak Kesehatan
Adalah pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi penderita yang berkaitan atau
akibat dari simpul 1, 2, dan 3. Misalnya : Prevalensi kanker payudara dan prevalensi penderita
keracunan tempe bongkrek.
BAB 4
PEMBAHASAN
17
4.1 Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan
Kegiatan program pembinaan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas
Lubuk Kilangan adalah :
a. Pendekatan Lintas Sektoral/Program
Pendekatan lintas sektoral dan lintas program minimal dilaksanakan satu kali
sebulan, jika lintas sektoral dilaksanakan di kecamatan sementara lintas program
dilaksanakan di puskesmas pada waktu staff meeting.
Adapun pertemuan itu bertujuan:
1. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral dan lintas program untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal
2. Menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan kesehatan
khususnya kesehatan lingkungan
b. Inspeksi Sanitasi
Kegiatan dilaksanakan pada sarana air bersih yang berada di 7 kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dimana tujuannya adalah untuk memantau tingkat
risiko pencemaran air bersih yang dimiliki masyarakat
Tabel 4.1 Hasil Pencapaian Kegiatan Inspeksi Sanitasi Puskesmas Lubuk Kilangan 2013
No Kelurahan Jumlah SAB yang diperiksa
Tingkat Risiko Pencemaran Ket
Amat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
1 Batu Gadang
120 - - 79 41
2 Indarung 125 - - 5 30 PDAM 90
3 Padang Besi
116 - - 10 39 PDAM 67
4 Baringin 60 - - 16 445 Tarantan 40 - - 17 236 Koto
Lalang96 - - 19 77
7 Bandar Buat
70 - - 10 40 PDAM 20
8 Puskesmas 627 - - 156 294
18
c. Survey Perumahan dan Lingkungan
Kegiatan ini dilaksanakan pada rumah dan lingkungan dimana kegiatan ini memantau
keadaan fisik rumah, lingkungan, sarana yang dimiliki serta keadaannya.
NO Kelurahan
Jumlah Jenis Rumah Jamban Keluarga SPAL
Jiwa KK P SP K Jumlah
Leher angsa Pakai S.Tank
Leher Angsa Non S.Tang
Non Leher Angsa
MCK Tertutup Terbuka
1 Bandar Buat 14.839 3.753 1125 613 13 1751 1620 553 18 1 1026 725
2 Padang Besi 7.037 1.448 802 389 9 1200 852 289 28 798 402
3 Indarung 11.456 2.885 2561 1852 14 4427 2764 1189 5 2453 1972
4 Koto Lalang 6.843 1.645 1101 998 7 2106 843 798 21 108 1008
5 Batu Gadang 6.68 1.591 629 307 9 945 459 286 11 589 356
6 Baringin 2.367 322 271 69 17 357 128 57 19 198 159
7 Tarantang 2.54 646 426 58 12 496 257 58 14 378 118
Puskesmas 51.762 12.290 6915 4286 81 11282 6923 3230 116 1 6540 4740
Tabel 4.2 Data dasar perumahan dan lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
Penilaian pencapaian rumah sehat mengacu pada KEPMENKES tentang rumah sehat:
1. Rumah yang dibangun oleh developer dianggap rumah sehat
2. Kriteria rumah sehat minimal : akses SAB memenuhi syarat, akses jamban memenuhi
syarat, pencahayaan memenuhi syarat, ventilasi memenuhi syarat dan lantai memenuhi
19
Syarat
Tabel 4.3 Data dasar Sarana Air Bersih di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun
2013
No Kelurahan Jumlah Rumah
Sarana Air Bersih
PDAM/Perpipaan SGL MA Perpipaan TPS
1 Bandar Buat 1751 1475 166 1
2 Padang Besi 1200 224 851 7 125
3 Indarung 4427 3716 251 962 1
4 Koto Lalang 2106 1675 146 285
5 BatuGadang 945 - 714 3 228
6 Baringin 357 - 184 6 236
7 Tarantang 496 - 311 5 180
Puskesmas 11282 7090 2623 21 2016 2
20
Ban-dar
Buat
Padang besi
In-darun
g
Koto lalang
Batu gadan
g
Baringin
taran-tang
Puskemas
Diperiksa
230 188 234 165 98 87 96 1328
MMS
135 112 143 112 67 65 41 810
TMS
95 76 91 53 31 22 55 518
100500900
1300
Gambar 4.1 Grafik pencapaian pemeriksaan rumah sehat puskesmas lubuk kilangan tahun
2013
d. Kunjungan Sekolah
Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah-sekolah dimana kegiatannya meliputi
- Penyuluhan
- Pemeriksaan sanitasi/hygiene
- Pembinaan dokter kecil
21
Tabel 4.4 Hasil penilaian kunjungan sekolah di Lubuk Kilangan 2013
No.
Sekolah Jumlah Diperiksa Memenuhi syarat
kesehatan
Tidak memenuhi
syarat kesehatan
Sekolah yang punya dokter
kecil
1 TK 16 13 7 6 -
2 SD 23 16 9 7 8
3 SMP 4 4 3 1 2
4 SMA/ SMK 3 3 3 0 1
Jumlah 46 36 22 14 11
e. Pemeriksaan dan Pengawasan TTU dan TPM
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan/pengawasan TTU dan TPM yang ada di wilayah
kerja puskesmas, adapun kegiatan meliputi:
- Mencegah penularan penyakit menular melalui makanan dan minuman
- Pemeriksaan terhadap karyawan/sarana yang digunakan
-
Tabel 4.5 Hasil pencapaian pemeriksaan TPM di Lubuk Kilangan 2013
No. Jenis TPM Terdafar Diperiksa Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat
1 Rumah makan 28 28 20 8
2 Catering 2 2 2 0
3 Industri RT 13 13 7 6
4 Warung kopi 30 30 30 0
5 Jajanan 30 30 25 5
Jumlah 102 102 83 19
Tabel 4.6 Hasil pencapaian pemeriksaan TTU di Lubuk Kilangan 2013
22
No Jenis TTU Terdaftar Diperiksa Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
1 Kolam renang 1 0 0 0
2 Hotel 0 0 0 0
3 Rumah sakit 1 1 1 0
4 Puskesmas 1 1 1 0
5 Pustu/Polindes 3 3 2 1
6 Klinik Kesehatan 8 8 8 0
7 Pasar 2 2 1 1
8 Sekolah 44 36 22 14
9 Salon 10 10 8 2
10 Pangkas Rambut 8 8 8 0
11 Mesjid/Musholla 50 33 32 1
12 Terminal 1 0 0 0
13 TP2 Pestisida 2 2 2 0
Jumlah 130 104 85 19
Tabel 4.7 Hasil pencapaian pemeriksaan DAMIU di Lubuk Kilangan 2013
No
.
Kelurahan Terdaftar Diperiksa Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat
1 Batu gadang 2 2 1 1
2 Indarung 4 4 1 3
3 Padang besi 2 2 1 1
4 Baringin 1 1 1 0
23
5 Tarantang 2 2 0 2
6 Koto lalang 2 2 1 1
7 Bandar buat 13 13 2 11
26 26 7 19
f. Pengawasan TP2 Pestisida
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar terawasi tempat penjualan dan
penggunaan pestisida sehingga terhindar dari :
- Efek samping penggunaan pestisida terhadap manusia dan kehidupan lainnya
- Mencegah terjadinya keracunan akibat penjualan dan penggunaan pestisida
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
g. Pengawasan Sampah (TPS)
Pengawasan sampah dilakukan di TPS yang ada di kelurahan sebanyak 42 TPS dari
hasil pengamatan. Semua Tps yang ada sudah dipergunakan secara baik. Ada satu TPS
memliki tingkat kepadatan lalat yang agak tinggi dan dekat dengan lingkungan
pemukiman
h. Klinik Sanitasi
Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan 1x dalam seminggu dengan kasus penyakit yang
berbasis lingkungan yaitu pasien dari KIA dan BP dirujuk ke klinik sanitasi untuk
konsultasi antara lain :
- Konsultasi pasien
- Kunjungan rumah
- Perbaikan sarana
24
Diare
Ispa
malaria DBD TB
Kecacin
gan
Keluhan Akib
at Kerja
Filari
asis
Kulit0
20
40
6037
160 0
140 0 0
51
Jumlah pasien
Gambar 4.2 persentase pencapaian kunjungan klinik sanitasi puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2013
i. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Kegiatan ini dilaksanakan di dalam dan di luar Puskesmas seperti
- Posyandu
- Posyandu lansia
- Sekolah – sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Di dalam gedung puskesmas dilaksanakan 2x setahun karena setiap petugas
mendapatkan jatah untuk memberikan penyuluhan secara bergantian kecuali ada
mahasiswa PKL yang akan memberikan penyuluhan. Penyuluhan ini disampaikan
sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
j. Melaksanakan Program Pamsimas II
Kegiatan ini dilaksanakan di 2 lokasi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
diantaranya :
1. RW 1 RW 2 RW 3 di kelurahan Indarung
2. RT 3 RW 2 Lubuk Sarik Kelurahan Padang Besi
25
Kegiatan ini dengan alokasi biaya T.A 2013, diantara kegiatan yang telah dilakukan
oleh Sanitarian Puskesmas Lubuk Kilangan adalah :
1. Kelurahan Indarung
- Sosialisasi tentang program Pamsimas di kantor Lurah Indarung
- Melaksanakan Pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap kualitas air bersih
prakontruksi dan pascakontruksi
- Penyuluhan serta demo cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RT 6 RW 1
dengan 20 orang
- Pemicuan pamsimas di RT 6 RW 1 dan disini masyarakat ada 10 orang
terpicu dan mau bikin jamban pakai septic tank
- Pelatihan natural leader di Musholla Nurul Hidayah dengan 10 orang peserta
selama 3 hari dengan materi CLTS, penyalit berbasis lingkungan dan demo
pembuatan BOWL
2. Kelurahan Padang Besi
- Sosialisasi Program Pamsimas di Musholla
- Melaksanakan pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap kualitas air bersih
prakontruksi dan pascakontruksi
- Penyuluhan serta demo cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RT 3 RW 2
dihadiri oleh 20 orang
- Pemicuan Pamsimas di RT 3 RW 2 dihadiri oleh 25 orang dan disini ada 5
orang terpicu untuk bangun jamban pakai septic tank
- Pelatihan natural leader di Musholla dengan 10 orang peserta selama 3 hari
dengan materi CLTS, penyakit berbasis lingkungan dan demo pembuatan
BOWL
Dan untuk keberlanjutan nantinya sanitarian beserta peserta pelatihan Natural Leader
akan melakukan kegiatan monitoring di lokasi pamsimas.
26
4.2 Penyakit Menular Berbasis Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan
1. ISPA
Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan tentang penyakit terbanyak yang
ada di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan
788
14695
97
4676
86
59 4546L Ispa
GastritisRematikHypertensiPeny. Pulpa & JaringanPeny. Kulit Karena JamurDiabetes MellitusKelainan RefraksiPeny. Kulit InfeksiPersistensi Gigi
Gambar 4.3 Diagram 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Lubuk Kilangan tahun
2013
Dari grafik diatas penyakit menular berbasis lingkungan yang paling tinggi di
puskesmas Lubuk Kilangan yaitu penyakit ISPA, ini terjadi karena ada 8 faktor kondisi
kesehatan lingkungan rumah yang mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA, yaitu:
a. Keadaan rumah
b. Luas lantai
c. Ventilasi dan pencahayaan siang hari
d. Kamar tidur tidak dengan jendela
e. Kepadatan hunian rumah
f. Bahan bakar memasak
g. Kelembaban udara dalam rumah
h. Pengelolaan sampah di rumah tangga
27
Untuk mengatasi hal tersebut Puskesmas Lubuk Kilangan melakukan program
kesehatan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk Klinik Sanitasi yang
bertujuan untuk merunkan/dan mencegah penyakit yang berbasis lingkungan.
2. Diare
Dari data di atas terlihat bahwa peny akit diare tetap muncul dalam setiap
bulannya hal ini disebabkan oleh belum adanya perhatian terhadap bahaya penyakit
diare,dan perilaku hidup bersih dan sehat. Insiden kasus diare yang terdata selama tahun
2010 adalah sebanyak 778 kasus, yang dilaporkan secara berkala yaitu sekali seminggu
dalam bentuk W.2. Dari sekian banyak penderita, berdasarkan catatan tidak ada penderita
yang dirawat ataupun yang meninggal. Semua penderita mendapatkan oralit.
3. DBD
Grafik Insiden Penyakit DBD berdasarkan jumlah pasien dan Kelurahan pada
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013
JAN FE
BMAR
APRILMEI
JUNI
JULI
AGUSTUS0123456789
DBD
Gambar 4.4 grafik insiden DBD Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013
Sumber : Laporan Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Puskesmas Lubuk Kilangan
Januari-Agustus 2013
Dari Laporan Surveilans tahun 2011 terdapat peningkatan kasus (36) kasus di
banding tahun 2010 (45) kasus sedangkan untuk bulan Januari-Agustus 2012 tercatat
28
Indarung Bandar Buat Padang Besi Batu Gadang
Koto Lalang Tarantang Baringin Puskesmas0
5
10
15
20
25
30
57
2
6 6
0 0
27
sudah ada 22 kasus. Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
karena DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara
berkesinambungan.dengan kegiatan ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya
nyamuk Aedes Aegepti jadi tidak ada lagi dan dapat berkurang.Perilaku dan lingkungan
dengan sanitasi yang buruk juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam
Berdarah Dengue (DBD).
Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini menyebabkan
penyakit DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai setiap tahunnya karena selalu
saja terjadi terutama pada bulan-bulan pasca turunnya hujan.Untuk pencegahan penyakit
ini pengasapan saja (foging focus) tidak cukup membantu hal ini dikarenakan yang mati
hanya nyamuk dewasa.Kegiatan kemasyarakatan dalam bentuk goro bersama dan PSN
dalam bentuk 3M sangatlah membantu dalam mengatasi mewabahnya penyakit DBD ini.
Sebagai daerah yang Endemis Demam Berdarah dengue,wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan senantiasa waspada terhadap kemungkinan kembalinya endemis DBD
pada tahun 2012 ini karena sudah ada 22 kasus sampai bulan Agustus tahun ini di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, 2 orang penderita diantaranya meninggal
dunia yaitu satu orang di kelurahan anduring dan satu orang lagi di kelurahan ampang.
Tindakan yang Dilakukan :
a. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Berdasarkan grafik di atas terdapat penurunan kasus (36 kasus) dibanding tahun
2009 (60 kasus) salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan karena
DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara berkesinambungan. Dengan
kegiatan ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegepti jadi
tidak ada lagi dan dapat berkurang. Perilaku dan lingkungan dengan sanitasi yang buruk
juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam Berdarah Dengue (DBD).
Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini menyebabkan
penyakit DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai setiap tahunnya karena selalu
saja terjadi terutama pada bulan-bulan pasca turunnya hujan. Untuk pencegahan penyakit
ini pengasapan saja (foging focus) tidak cukup membantu hal ini dikarenakan yang mati
hanya nyamuk dewasa. Kegiatan kemasyarakatan dalam bentuk gotong royong bersama
29
dan PSN dalam bentuk 3M sangatlah membantu dalam mengatasi mewabahnya penyakit
DBD ini.
Sebagai daerah yang Endemis Demam Berdarah Dengue, wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan senantiasa waspada terhadap kemungkinan kembalinya
Endemis DBD pada tahun 2012 ini, dalam tahun 2010 kasus DBD yang dapat terpantau
sebanyak 36 kasus yang terjadi dan 2011 45 kasus wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan.
b. Pemeriksaan Jentik Berkala
Untuk pemeriksaan jentik berkala dilaksanakan oleh kader secara berkala ke
rumah-rumah penduduk sambil memberikan arahan/penyuluhan tentang apa itu penyakit
DBD, cara pencegahan dan penanggulanagan serta pengobatannya yang dikoordinir oleh
Petugas Puskesmas agar penyakit DBD tidak menimbulkan Wabah/KLB, yang
diharapkan lebih dari 95 % rumah bebas dari jentik nyamuk Aedes Agepti.
c. Abatisasi
Dalam Pelaksanaan abatisasi tujuannya adalah untuk memberantas/membunuh
jentik nyamuk dengan cara menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan
air yang ada di dalam rumah. Keiikut sertaan masyarakat secara aktif sangatlah penting
untuk pemberantasan sarang nyamuk ini karena tidak akan tuntas oleh pemerintah saja.
3. TB Paru
Grafik Insiden Penyakit TB Paru berdasarkan cakupan bulanan dan Kelurahan
pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011
30
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Ps.Ambacang 0 2 0 2 1 2 0 0 1 0 0 2
Lb.Lintah 1 0 2 0 0 2 1 0 1 1 0 1
Anduring 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
Ampang 0 1 0 3 0 0 1 1 0 0 0 1
0.25
0.75
1.25
1.75
2.25
2.75
3.25
Ps.AmbacangLb.LintahAnduringAmpang
Gambar 4.3 grafik insiden TB Paru Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013
Sumber : laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013
Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai/suspek
TB Paru yang datang berobat ke Puskesmas. Perkiraan penderita TB Paru BTA (+) 13/1000
penduduk walaupun cakupan penemuan penderita TB Paru BTA (+) belum mencapai target yang
diharapkan namum kalau dilihat dari penemuan kasus TB Paru setiap tahunnya mengalami
peningkatan dibandingkan tahun yang lalu. Cakupan penemuan kasus TB Paru BTA (+) tahun
2011 sebesar 39 % (28 Kasus) dari perkiraan 68 kasus.
4. Malaria
Grafik Insiden Penyakit Malaria berdasarkan cakupan bulanan dan Kelurahan pada
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013.
31
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des0
0.20.40.60.8
11.21.41.61.8
2
1 1
0
1
0 0 0 0 0 0 0 00
2
1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
LP
Gambar 4.4 Grafik Insiden Malaria Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013
Sumber: laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013
Melihat grafik di atas dapat diketahui bahwa angka kejadian Malaria terjadi pada
bulan Sepember. Terdapat 3 kasus yaitu 2 orang menderita Malaria Falciparum dan 1
orang menderita Malaria Vivax. Sewaktu dilakukan survei dan penyelidikan
epidemiologi di rumah penderita ditemukan banyaknya nyamuk yang bersarang pada
kain yang bergantungan di ruang tamu, dan banyaknya terdapat jentik nyamuk di tempat
penampungan air, seperti bak mandi. Di sekeliling rumah penderita ditemukan juga
kaleng bekas yang berisi jentik nyamuk, serta banyaknya sampah yang berserakan dan
juga ditemukan semak-semak sebagai tempat bersarang nyamuk.
Pada tahun 2011 ini ada 3 kasus malaria di Kelurahan Pasar Ambacang
disebabkan oleh kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat.
32
7. Campak
Untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit Campak, maka sesuai
kesepakatan global dengan WHO dipandang perlu unuk dilaksanakannya kegiatan cres
campak. Pada Puskesmas Lubuk Kilangan sendiri tidak ditemukan adanya kasus campak
pada tahun 2013.
8. Filariasis (Kaki Gajah)
Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh sejenis cacing, ditularkan melalui
gigitan nyamuk yang menyumbat saluran getah bening yang dapat menimbulkan cacat
seumur hidup.
Cara Penularan :
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi Kaki Gajah/Filariasis apabila orang
tersebut di gigit nyamuk yang infeksi yaitu nyamuk yang mengandung Larva Filariasis.
Cara Pencegahan :
1. Hindari dari gigitan nyamuk : Gunakan kelambu sewaktu tidur, tutup ventilasi rumah dengan
kawat kasa nyamuk, gunakan obat nyamuk
semprot/baker, dll.
2. Memberantas nyamuk : Bersihkan tanaman air pada rawa-rawa, menimbun, mengeringkan/
mengalirkan genangan air, bersihkan semak-semak di sekitar rumah.
3. Minum obat serentak pada masyarakat untuk menghilangkan cacing yang hidup di saluran
getah bening dan darah 1 kali setahun selama 5 tahun berturut-turut.
Pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat 1 kasus pasien yang menderita
penyakit Filariasis. Walaupun hanya 1 kasus yang ada, tetapi masyarakat wajib minum obat
untuk mencegah penyakit Filariasis, karena sudah merupakan Program Pemerintah.
33
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama memiliki program-program yang
terus berjalan, dimana terdapat basic seven program salah satunya Kesehatan Lingkungan.
program kesehatan lingkungan dibutuhkan untuk merubah dan memperbaiki perilaku serta
lingkungan masyarakat itu sendiri yang akan memperngaruhi derajat kesehatannya.
Program kesehatan lingkungan di puskesmas lubuk kilangan sudah dilaksanakan namun
memang memiliki kendala baik dari sumber dayanya, sarana prasarana pendukung maupun
partisipasi dari masyarakat itu sendiri yang membutuhkan perhatian dari semua pihak yang
terlibat baik itu kerja sama lintas program maupun lintas sektor. Dan terpenting adalah
memahami bahwa kesehatan lingkungan bukan hanya sebuah program namun kesadaran dan
tanggungjawab bersama.
5.2. Saran
a) Menganalisis tentang pelaksanaan dari program kesehatan lingkungan lebih mendalam
lagi baik saran maupun tujuan serta strategi dalam pelaksanaan programnya.
b) Sebaiknya adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk menjalankan program
kesehatan lingkungan yang sebaik – baiknya
c) Adanya data sanitasi di setiap Kelurahan
d) Pembina wilayah lebih pro aktif lagi dalam penanggulangan masalah kesehatan
lingkungan di wilayah binaannya
e) Melaksanakan penyuluhan kesehatanlingkungan
34
DAFTAR PUSTAKA
1. www.litbang.depkes.go.id
2. http://one.indoskripsi.com
3. http://muharrikyanuar.wordpress.com
4. http://els.bappenas.go.id
5. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2013
6. Lokakarya mini Puskesmas Lubuk Kilangan 2013
35