Upload
nyosida
View
198
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
Cell-wall thickness: possible mechanism ofacriflavine resistance in Meticillin-Resistant
Staphylococcus aureus
Mako Kawai, Sakuo Yamada, Ai IshidoshiroYoshihiro Oyamada,Hideaki Ito, and Jun-ichi Yamagishi
Presentan: Niniek Yusida,drNIM : S 970109007
Pembimbing: B. Rina A,S., dr ,Sp PK
PPDS PATOLOGI KLINIK FK UNS SURAKARTA April 2012
Jurnal mikrobiologi
Evaluasi tugas stase mikrobiologi
No JUDUL PRESENTASI TANGGAL PRESENTASI KET
1 Cell-wall thickness: possible mechanism ofacriflavine resistance in meticillin-resistantStaphylococcus aureus 17 April 2012 √
MRSA : bakteri patogen resisten
thd berbagai
AB
menyebabkan INOS
luas.
Resistensi
perubahan selular
akumulasi antiseptik
perubahan cell
envelope ; membatasi
uptake / mekanisme
efflux
Pendahuluan
S.aureus qacA, qacB, smr, norA dan mdeA,
gen resisten terhadap antiseptik
gen norA dan mdeA pada kromosom
gen qacA, qacB,smr : pada plasmid.
qacA/B : MFS (major facilitator
superfamily) ,smr : small multidrug-resistance family
Tujuan penelitian
Salah satu mekanisme resistensi Acriflavine adalah overexpresi gen efflux pump.
Studi ini, memeriksa distribusi gen multidrug efflux pump dan menyelidiki mekanisme resistensi Acriflavine pada MRSA isolat KT24, yang tidak memiliki gen efflux pump .
S. aureus209P, ATCC 12600, ATCC 29210, RN4220, RN2677 digunakan sebagai strain referensi
Strain S. aureus dikultur aerobik pada soybean casein digest broth (SCDB).
METODE
Penentuan kerentanan antimikroba
MIC ditentukan dengan metode pengenceran agar ganda serial
menggunakan Mueller-Hinton agar-agar
aktivitas norA efflux pump , MIC ditentukan dengan reserpin (konsentrasi akhir 20 μg/ml).
PCR amplifikasi. gen: qacA/B, smr, qacE, qacG, qacH dan qacJ,
diamplifikasi dengan PCR dengan primer set (tabel.1).
PCR menggunakan polimerase Taq Ex (Takara) selama 30 siklus 15 detik ,94ºC, 30 detik 60ºC dan 1 menit 72ºC.
Produk PCR dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa.
Akumulasi dan efflux etidium bromida
Organisme ditumbuhkan di
SCDB, ,2% inokulum
ditambahkan ke MHB
Uji uptake etidium-br.
ditambahkan e.br inkubasi
Fluoresensi dengan
luminescence spectrometer
Uji efflux etidium bromida
E.br dan karbonil sianida
m-chlorophenylhy
drazone ditambahkan
inkubasi
Fluoresensi ditentukan
dengan luminescence spectrometer
• Setelah inkubasi 37 ºC, dipanen,dicuci 2x dengan PBS Dulbecco
bakteri
Elektron mikroskop analisis.
scanning mikroskop elektron
suspensi sel dipasang
pada coverslip
Sampel diwarnai 1% asam tannic
dan 1% OsO4
diperiksa dg electron
microscope 15 kV
foto ketebalan dinding sel
dengan perbesaran akhir
610 000
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada studi ini, diuji kerentanan terhadap Acriflavine dan distribusi antiseptik-resistensi gen pada clinically isolated MRSA.
S. aureus 209P (S. 209P) digunakan sebagai strain rentan representatif.
MIC Acriflavine pada S. 209P : 1 μg/ml, semua isolat klinis MRSA : 4 - >128
μg/ml.
Berdasarkan MIC Acriflavine untuk S.209P, isolat MRSA dikelompokkan menjadi tiga :
resisten tingkat tinggi (MIC>64 μg/ml) resisten tingkat menengah (MIC 16-32 μg/ml) resisten tingkat rendah (MIC 4-8 μg/ml). deteksi PCR terhadap gen qacA/B dan smr,
yang merupakan plasmid-mediated resistance gene pada Tabel 2.
S. 209P tidak memiliki gen qacA/B atau smr Qac A/B = 55% (21/38) dan smr = 21% (8/38) gen qacA / B dan smr : 13% (5/38) dan tidak
memiliki qacA / B atau smr : 11% (4/38) ˃80% isolat MRSA memiliki plasmid gen
resistensi. Gen qacA/B lebih tinggi pada kel.resisten
tinggi MIC Acriflavine pembawa gen qacA /B dan gen
smr tidak lbh tinggi dari pembawa gen qacA /B atau smr.
Temuan ini, menunjukkan :gen qacA / B tersebar luas di MRSA
penelitian sebelumnya menunjukkan reserpin mampu menghambat pompa norA .
Ekspresi norA menjelaskan pengurangan 4x lipat MIC Acriflavine dengan adanya reserpin.
Setelah penambahan reserpin, MIC Acriflavine mengalami penurunan : 42% (16/38)
multidrug efflux system tidak meningkatkan kerentanan terhadap Acriflavine di MRSA.
MRSA KT24 menunjukkan resistensi tinggi terhadap Acriflavine (MIC 128 μg/ml) tanpa memiliki gen qacA/B dan smr.
Penentuan kerentanan dengan reserpin : tidak ada ekspresi norA di MRSA KT24.
MIC antiseptik untuk MRSA KT24 dan strain rentan S. 209P ditunjukkan pada Tabel 3.
MIC Acriflavine, acrinol dan et. bromida, untuk MRSA KT24 signifikan lebih tinggi daripada terhadap S. 209P.
MRSA KT24 ,tingkat resistensi tinggi terhadap Acriflavine (MIC 128 μg /ml) tapi rendah terhadap benzalkonium klorida (MIC 4 μg /ml).
Kerentanan MRSA KT24 sangat bervariasi, MIC antara 2 μg - >128 μg /ml.
MRSA KT24 resisten terhadap eritromisin, norfloksasin dan tetrasiklin,tapi rentan terhadap vankomisin, kloramfenikol, rifampisin ,Novobiocin.
MRSA KT24 resisten terhadap berbagai macam antiseptik dan antimikroba dengan struktur dan mekanisme kerja berbeda.
Studi ini mempelajari mekanisme yang mendasari resistensi MRSA KT24 terhadap Acriflavine.
• S. 209P, serapan etidium bromida cepat, akumulasi efektif• serapan, awal dan akumulasi etidium bromida MRSA KT24 signifikan lebih rendah (Gambar 1a). • tingkat efflux etidium bromida MRSA KT24 sama dengan S.209P (Gb.1b).
Menilai aktivitas efflux dan permeabilitas sel
Active efflux pumps penting dalam resistensi mikro-organisme terhadap antiseptik
penyerapan dan akumulasi etidium bromida pada MRSA KT24, mengakibatkan berkurangnya kerentanan terhadap agen antiseptik.
Penghalang permeabilitas adalah salah satu mekanisme resistensi MRSA KT24 thd Acriflavine.
Diperiksa hidrofobisitas MRSA KT24 dan dibandingkannya dengan S. aureus209P.
MRSA KT24 memiliki permukaan hidrofobik, dan S.aureus. 209P adalah hidrofilik.
Dominan hidrofobisitas mungkin karena molekul protein di permukaan organisme dan muncul dari kurangnya teichoic asam, protein A atau produksi koagulase
protein permukaan MRSA KT24 mungkin berbeda dengan S. aureus. 209P.
Wadstro (1990) melaporkan bahwa sel-permukaan hidrofobik dapat mempengaruhi kerentanan bakteri terhadap antimikroba dan antiseptik
fase Stasioner sel MRSA KT24 dibandingkan dengan orang-209P S. aureusberdasarkan analisis mikroskop elektron scanning (Gambar 2a).
Tidak perbedaan dalam ukuran sel dan permukaan sel antara S. aureus209P dan MRSA KT24.
Pengamatan mikroskop elektron : Sel MRSA KT24 dan 209P pada fase eksponensial awal memiliki permukaan luar kasar dan ketebalan dinding sel meningkat bertahap, pada pertumbuhan ,dinding sel MRSA KT24 lebih tebal di setiap tahap daripada S. 209P (Gambar 2b).
Karakteristik mekanisme resistensi morfologi sel diamati oleh elektron mikroskop.
Fig. 2. Morphological analysis of MRSA KT24. Scanning electron microscopy (a) and transmission electron microscopy (b) of S.aureus 209P (i) and MRSA KT24 (ii) and measurements of cellwallthickness (c) at the early exponential (EE), late exponential (LE) and stationary (S) growth phases. (c) Open bars, S. aureus209P; filled bars, MRSA KT24.
diperiksa perubahan morfologi dalam MRSA KT24 sel terkena sub-MIC konsentrasi Acriflavine.
Gambar. 3 menunjukkan mikrograf elektron transmisi sel kultur di SCDB dengan Acriflavine selama 4 jam.
Penebalan dinding sel MRSA KT24 secara signifikan lebih tebal setelah paparan 16 μg Acriflavine /ml (0,125 MIC) (Gbr. 3b).
mekanisme resistensi Acriflavine MRSA KT24 melibatkan penghalang permeabilitas yang mempengaruhi ketebalan sel-dinding .
Nishino (1975) melaporkan pengobatan eritromisin mengakibatkan penebalan dinding sel dan pembengkakan permukaan di S. Staphylococcus.
Penelitian terbaru MRSA menunjukkan vankomisin terjebak di dalam lapisan peptidoglikan sebagai penghalang fisik penetrasi vankomisin dan mengakibatkan resistensi .
Penebalan dinding sel bertanggung jawab terhadap vankomisin resistensi pada S. aureus (Cui et al, 2003.)
MRSA KT24 memiliki dinding sel menebal, tapi rentan terhadap vankomisin (Hiramatsu et al., 1997).
Mekanisme penebalan dinding sel pada MRSA KT24 berbeda dengan resistensi vankomisin.
studi korelasi antara ketebalan dinding sel dan ketahanan Acriflavine diperlukan untuk memperjelas peran fisiologis sel-dinding tebal di S. aureus.
Telaah Kritis MakalahJudul Singkat, jelas, deskriptif, ekspresif,
menggambarkan keseluruhan isi, sesuai dengan permasalahan.
Abstrak - Tidak terstruktur dengan jelas, memuat latar belakang, hasil dan kesimpulan. - Tidak menyebutkan kata kunci
Latar Belakang Fakta2 ditulis secara jelas dan sistematik.Disertakan, teori/konsep terkait studi pustaka.
Permasalahan
Terdapat identifikasi masalah dan kesesuaian dengan latar belakang.
Telaah Kritis Makalah
Tujuan Jelas, dapat dimengerti dan sesuai dengan latar belakang
Manfaat Ada dan sesuai dengan latar belakang
Tinjauan Pustaka
Relevan dengan textbook, terdapat tinjauan yang komprehensif dengan yang diteliti.
Telaah Kritis Makalah
Metodologi
Populasi spesifik disebutkan dengan jelas
Data /skala numerik
Besar sampel disebutkan dengan jelas
Prosedur koleksi data disebutkan dengan jelas
Analisis statistik -
Bahan dan cara √
Hasil dan Pembahasan Sesuai tujuan dan permasalahan
Kesimpulan dan saran Sesuai tujuan dan permasalahan
Telaah Kritis Makalah
Telaah Kritis Makalah
Secara keseluruhan jurnal ini cukup baik, menambah wawasan tentang mekanisme resistensi kuman MRSA terhadap Acrilavine