37
← MENGENAL STANDAR PROFESI BIDAN GAMBARAN NILAI MOST PROBABLE NUMBER(MPN) COLIFORM TINJA PADA AIR SUMUR GALI DESA SUNGKAI → UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN, HAK PERAWAT INDONESIA UNTUK MENDAPATKAN LEGISLASI PROFESI Posted on Agustus 30, 2009 by Puskesmas Sungkai Senin, 8 Juni 2009 lalu, Pimpinan pusat PPNI melakukan aksi demo damai yang diikuti oleh kurang lebih 5000 perawat Indonesia mendesak DPR RI untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Keperawatan. Dilihat dari sudut Hukum, rancangan UU ini nantinya dapat menjadi payung hukum perawat Indonesia dalam menjalankan praktik profesinya. Namun sampai sejauh ini, rancangan UU keperawatan tersebut belum menjadi agenda yang harus disahkan oleh Anggota DPR RI yang sebentar lagi akan lengser. Apakah perawat Indonesia harus menunggu dan menunggu lagi kepastian DPR untuk mengesahkannya. Padahal RUU tentang Praktik Perawat telah menjadi Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2005-2009. Hal ini berdasarkan Keputusan DPR-RI No. 01/DPR-RI/III/2004- 2005 tentang Persetujuan Penetapan Program Legislasi Nasional Tahun 2005-2009. Dalam Prolegnas 2005-2009 tersebut, telah ditetapkan 284 (duaratus delapan puluh empat) prioritas RUU untuk digarap selama lima tahun. Masuknya RUU Praktik Perawat dalam Prolegnas 2005-2009 melalui proses yang amat panjang. Proses penyusunan Prolegnas diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional. Perawat Indonesia (lebih dari 500.000) merupakan 60 % dari total tenaga Kesehatan telah memberikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia dengan memberi pelayanan di daerah terpencil, perbatasan, desa-desa tertinggal, pulau-pulau terluar dan seluruh tatanan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Masyarakat perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai oleh tenaga perawat yang berkualitas dengan dasar regulasi yang memadai. Disamping itu bagi perawat juga terlindungi dari berbagai resiko kerja dan tuntutan hukum. Selain dihadapkan pada masalah di atas dengan telah di tanda

Mengenal Standar Profesi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

satndar profesi keperawatan

Citation preview

Page 1: Mengenal Standar Profesi

← MENGENAL STANDAR PROFESI   BIDAN GAMBARAN NILAI MOST PROBABLE NUMBER(MPN) COLIFORM TINJA PADA AIR SUMUR GALI DESA   SUNGKAI →

UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN, HAK PERAWAT INDONESIA UNTUK MENDAPATKAN LEGISLASI   PROFESI

Posted on Agustus 30, 2009 by Puskesmas Sungkai

Senin, 8 Juni 2009 lalu, Pimpinan pusat PPNI melakukan aksi demo damai yang diikuti oleh kurang lebih 5000 perawat Indonesia mendesak DPR RI untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Keperawatan. Dilihat dari sudut Hukum, rancangan UU ini nantinya dapat menjadi payung hukum perawat Indonesia dalam menjalankan praktik profesinya. Namun sampai sejauh ini, rancangan UU keperawatan tersebut belum menjadi agenda yang harus disahkan oleh Anggota DPR RI yang sebentar lagi akan lengser. Apakah perawat Indonesia harus menunggu dan menunggu lagi kepastian DPR untuk mengesahkannya. Padahal RUU tentang Praktik Perawat telah menjadi Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2005-2009. Hal ini berdasarkan Keputusan DPR-RI No. 01/DPR-RI/III/2004-2005 tentang Persetujuan Penetapan Program Legislasi Nasional Tahun 2005-2009. Dalam Prolegnas 2005-2009 tersebut, telah ditetapkan 284 (duaratus delapan puluh empat) prioritas RUU untuk digarap selama lima tahun. Masuknya RUU Praktik Perawat dalam Prolegnas 2005-2009 melalui proses yang amat panjang. Proses penyusunan Prolegnas diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional.Perawat Indonesia (lebih dari 500.000) merupakan 60 % dari total tenaga Kesehatan telah memberikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia dengan memberi pelayanan di daerah terpencil, perbatasan, desa-desa tertinggal, pulau-pulau terluar dan seluruh tatanan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Masyarakat perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai oleh tenaga perawat yang berkualitas dengan dasar regulasi yang memadai. Disamping itu bagi perawat juga terlindungi dari berbagai resiko kerja dan tuntutan hukum.Selain dihadapkan pada masalah di atas dengan telah di tanda tanganinya Mutual Recognition Agreement (MRA) di 10 negara ASEAN terutama bidang keperawatan yang akan di berlakukan tahun 2010. Dimana diantara 10 negara Asean tersebut hanya 3 negara yang belum memiliki Undang-Undang Keperawatan yaitu; Indonesia, Laos dan Vietnam. Maka dapat dibayangkan bahwa masyarakat Indonesia akan menjadi sasaran empuk tenaga-tenaga kesehatan asing, tenaga perawat dalam negeri terpinggirkan, pengakuan rendah dan gaji yang tidak memadai.Lalu bagaimanakah bentuk draf Rancangan UU Praktik Keperawatan yang telah siap untuk di Undangkan tersebut. Ada baiknya, atas dasar niat baik untuk menyebarluaskan Rancangan UU tersebut, kami coba tampilkan dengan harapan agar dapat dipelajari oleh seluruh Perawat Indonesia khususnya dan profesi kesehatan lain serta masyarakat umumnya.

RancanganUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR ……………………….

Page 2: Mengenal Standar Profesi

TENTANGKEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMenimbang:a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian integral dari penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan kaidah etik, nilai-nilai moral serta standar profesi.

d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang diberikan kepada perawat karena keahliannya, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi.

e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan praktik keperawatan, perlu keterlibatan organisasi profesi.

f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan praktik keperawatan;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Keperawatan.

Mengingat 1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1)

2. Undang-Undang No. 23, tahun 1992 tentang kesehatan

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN

BAB I

Page 3: Mengenal Standar Profesi

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.(2) Praktik keperawatan adalah tindakan perawat melalui kolaborasi dengan klien dan atau tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi dengan substansi keilmuan khusus, pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologis, psikolologi, sosial, kultural dan spiritual.(3) Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien di sarana pelayanan kesehatan dan tatanan pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional, perawat professional dan perawat profesinoal spesialis(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesioal dengan sebutan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)(7) Perawat professional adalah tenaga professional yang mandiri, bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)(8) Perawat Profesional Spesialis adalah seseorang perawat yang disiapkan diatas level perawat profesional dan mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau kewenangan yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis.(9) Konsil adalah Konsil Keperawatan Indonesia yang merupakan suatu badan otonom, mandiri, non struktural yang bersifat independen.(10) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji.(11) Registrasi adalah pencatatan resmi oleh konsil terhadap perawat yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempuyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk melaksanakan profesinya.(12) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.(13) Surat Izin Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan setelah memenuhi persyaratan.(14) Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan.(15) Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan

Page 4: Mengenal Standar Profesi

(16) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan praktik keperawatan secara mandiri, berkelompok atau bersama profesi kesehatan lain.(17) Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan perawat karena masalah kesehatan aktual atau potensial baik secara langsung maupun tidak langsung(18) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.(19) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh organisasi profesi keperawatan.(20) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.(21) Surat tanda registrasi Perawat dalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan Indonesia kepada perawat yang telah diregistrasi.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Praktik keperawatan dilaksanakan berazaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.Pasal 3

Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:a. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien dan perawat.b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat.BAB III

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 4

Lingkup praktik keperawatan adalah :a. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.b. Memberikan tindakan keperawatan langsung, terapi komplementer, penyuluhan kesehatan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan kunjungan rumah.d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal.e. Melaksanakan program pengobatan dan atau tindakan medik secara tertulis dari dokter.f. Melaksanakan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan

BAB IVKONSIL KEPERAWATAN INDONESIA

Bagian KesatuNama dan Kedudukan

Page 5: Mengenal Standar Profesi

Pasal 5

(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II pasal 3, dibentuk Konsil Keperawatan Indonesia yang selanjutnya dalam undang-undang ini disebut Konsil.(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 6

Konsil berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Bagian KeduaFungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 7

Konsil mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, pembinaan serta penetapan kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan praktik keperawatan.

Pasal 8

(1) Konsil mempunyai tugas:a. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;b. Mengesahkan standar pendidikan perawatc. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi masyarakat.(2) Standar pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b di usulkan oleh organisasi profesi dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

Pasal 9

Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Konsil Keperawatan Indonesia mempunyai wewenang :a. Mengesahkan standar kompetensi perawat dan standar praktik Perawat yang dibuat oleh organisasi profesi;b. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat ;c. Menetapkan seorang perawat kompeten atau tidak melalui mekanisme uji kompetensi;d. Menetapkan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan perawat;e. Menetapkan sanksi disiplin terhadap kesalahan disiplin dalam praktik yang dilakukan perawat; danf. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan profesi keperawatan berdasarkan rekomendasi Organisasi Profesi.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil serta pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

Bagian KetigaSusunan Organisasi dan Keanggotaan

Page 6: Mengenal Standar Profesi

Pasal 11

(1) Susunan peimpinan Konsil terdiri dari :a. Ketua merangkap anggotab. Wakil ketua merangkap anggotac. Ketua- ketua Komite merangkap anggota.(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :a. Komite uji kompetensi dan registrasib. Komite standar pendidikan profesic. Komite praktik keperawatand. Komite disiplin keperawatan(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua Komite merangkap anggota.

Pasal 12(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih oleh dan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur dalam peraturan konsil keperawatan Indonesia

Pasal 13(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji kompetensi dan proses registrasi keperawatan.(2) Komite standar pendidikan profesi mempunyai tugas menyusun standar pendidikan profesi bersama dengan organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan keperawatan .(3) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu praktik Keperawatan.(4) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan kepada para perawat, menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan perawat dalam penerapan praktik keperawatan dan memberikan masukan kepada Ketua Konsil.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja komite-komite diatur dengan Peraturan Konsil

Pasal 14

(1) Keanggotaan Konsil terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi, institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil masyarakat.

(2) Jumlah anggota Konsil 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang berasal dari:a. Anggota yang ditunjuk adalah 12 ( dua belas) orang terdiri dari:– Persatuan Perawat Nasional Indonesia 3 (tiga) orang;– Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;– Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 2 (dua) orang;– Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;– Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;– Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;– Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;– Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orangb. Anggota yang dipilih adalah 9 (sembilan) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama (barat, tengah, timur) Indonesia.

Page 7: Mengenal Standar Profesi

Pasal 15

1. Keanggotaan Konsil ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri dengan rekomendasi organisasi profesi2. Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil harus berdasarkan usulan dari organisasi profesi dan asosiasi sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (2).3. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil diatur dengan Peraturan Presiden.4. Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil adalah 5 (lima) tahun5. dan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode berikutnya, dengan memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

Pasal 16

(1) Anggota Konsil sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus mengangkat sumpah.

(2) Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut : Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika diperlukan untuk kepentingan hukum.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik Indonesia, mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.“

Pasal 17

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil :a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;b. Warga Negara Republik Indonesia;c. Sehat rohani dan jasmani;

Page 8: Mengenal Standar Profesi

d. Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;e. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;f. Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat, kecuali untuk non perawat;g. Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi yang baik; danh. Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama menjadi anggota Konsil.

asal 18

(1) Keanggotaan Konsil berakhir apabila :a. Berakhir masa jabatan sebagai anggota;b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;c. Meninggal dunia;d. Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;e. Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;f. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau

(2) Dalam hal anggota Konsil menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya.(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua Konsil.

Pasal 19

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil dibantu sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris konsil(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan anggota konsil(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil Keperawatan Indonesia(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan Indonesia.

Bagian KeempatTata Kerja

Pasal 20

(1) Setiap keputusan Konsil yang bersifat mengatur diputuskan oleh rapat pleno anggota.(2) Rapat pleno Konsil dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah anggota ditambah satu.(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dapat dilakukan pemungutan suara.

Pasal 21

Page 9: Mengenal Standar Profesi

Pimpinan Konsil melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas anggota dan pegawai konsil agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian KelimaPembiayaan

Pasal 22

(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(2) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan Indonesia.

BAB VSTANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 23

(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan dengan degan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan, organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

BAB VIPENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 24

Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi perawat yang berpraktik dan dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

Pasal 25

(1) Setiap perawat yang berpraktik wajib meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk program sertifikasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan berkelanjutan perawat yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

BAB VIIREGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Page 10: Mengenal Standar Profesi

Pasal 26

(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang diterbitkan Konsil melalui mekanisme uji kompetensi oleh konsil.(2) Surat Tanda Registrasi Perawat sebagaimana ayat (1) terdiri atas 2 (dua) kategori:a. untuk perawat vokasional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)b. untuk perawat profesional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Registered Nurse (RN)(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :a. memiliki ijazah perawat Diploma atau SPK untuk Lisenced Vocasional Nurse (LVN)b. memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis untuk Registered Nurse (RN)c. lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh konsild. Rekomendasi Organisasi Profesi

Pasal 27

(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, lisensi praktik perawat diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin Perawat yang terdiri dari Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) atau Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP)(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LVN berhak memperoleh SIPV dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan bersama.(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh SIPP dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan praktik mandiri.(4) Lisenced vocasional Nurse (LVN) dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di sarana pelayanan kesehatan dapat mengikuti uji kompetensi Registered Nurse(RN).

Pasal 28

(1) Syarat untuk memperoleh SIPV :a. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)b. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatanc. Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan(2) Syarat untuk memperoleh SIPP :a. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Registered Nurse(RN)b. Tempat praktik memenuhi persayaratan untuk praktek mandiric. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatand. Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan(3) SIPV dan SIPP masih tetap berlaku sepanjang:a. Surat tanda Regstrasi Perawat masih berlakub. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tempat praktik untuk memperoleh SIPP diatur dalam peraturan Menteri.

Pasal 29

Page 11: Mengenal Standar Profesi

(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau LVN (Lisence Vocasional Nurse) untuk perawat vokasional.(2) Sebutan RN dan LVN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

Pasal 30

(1) Surat Tanda Registrasi Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.(2) Registrasi ulang untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Perawat dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (3), ditambah dengan angka kredit pendidikan berlanjut yang ditetapkan Organisasi Profesi.(3) Surat Ijin Perawat hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

Pasal 31

(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus dilakukan adaptasi dan evaluasi sebelum di registrasi.(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan milik pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.(3) Ketentuan mengenai Adaptasi selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. keabsahan ijazah;b. registrasi perawat dari negera asalc. kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang dikeluarkan oleh konsild. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dane. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik keperawatan Indonesia.(5) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kemampuan berbahasa Indonesia.(6) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dapat diregistrasi oleh konsil dan selanjutnya dapat diberikan Surat Ijin Perawat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kualifikasi perawat vokasional atau Profesional.

Pasal 32

(1) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan yang bersifat sementara di Indonesia.(2) Surat Ijin Perawat vokasional semetara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara sebagai mana dimaksud ayat (1) berlaku selama 1 ( satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 ( satu) tahun berikutnya.(3) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 31.

Page 12: Mengenal Standar Profesi

Pasal 33

(1) Surat Ijin Perawat Vokasional bersyarat atau Surat Ijin Perawat Profesional bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu tertentu, tidak memerlukan SIPP bersyarat.(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan dari Konsil.(4) Surat Ijin Perawat bersyarat dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diberikan melalui program adaptasi.

Pasal 34

SIPV atau SIPP tidak berlaku karena:a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;c. atas permintaan yang bersangkutan;d. yang bersangkutan meninggal dunia; ataue. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang berwenang

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang, registrasi sementara, dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.BAB VIIIPENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 36

Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.

Pasal 37

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau SIPP berwenang untuk:a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan;b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.

Pasal 38

Page 13: Mengenal Standar Profesi

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPV berwenang untuk :a. melakukan tindakan keperawatan dibawah pengawasan perawat yang memiliki SIPPb. melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf a harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;

Pasal 39

(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan.(2) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.(3) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya sebagai perawat.(4) Ketentuan mengenai daerah yang sulit terjangkau ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah melalui peraturan tersendiri.

Pasal 40

(1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat vokasional (LVN).(2) LVN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN.(3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang setara kompetensi dan pengalamannya.

Pasal 41

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Pasal 42Hak Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38;b. meminta pendapat perawat lain;c. mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standard. menolak tindakan keperawatan; dan

Pasal 43Kewajiban Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai kewajiban:a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;b. mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dand. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Page 14: Mengenal Standar Profesi

Pasal 44Pengungkapan Rahasia Klien

Pengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:a. Persetujuan klienb. Perintah hakim pada sidang pengadilanc. Ketentuan perundangan yang berlaku

Pasal 45Hak Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :a. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan /atau keluarganya;c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;d. Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasie. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya;f. Menerima imbalan jasa profesi

Pasal 46Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan SOPb. Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau tindakan;c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien kecuali untuk kepentingan hukum;d. Menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku;e. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan untuk menyelamatkan iwaf. Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.

Pasal 47Praktik Mandiri

(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok(2) Perawat yang melakukan praktik mandiri mempunyai kewenangan sesuai dengan pasal 4 huruf a, b, c, d, e, dan f.(3) Kegiatan praktik mandiri meliputi:a. intervensi mandiri keperawatan, seperti terapi modalitas/komplementer, konseling, perawatan kebugaran, perawatan dirumah atau dalam bentuk lain sesuai dengan peraturan yang berlakub. pengobatan dan tindakan medik dasar dengan instruksi atau pengawasan dokter dan protokol dari Ikatan Dokter Indonesia,(4) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan:a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;

Page 15: Mengenal Standar Profesi

b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi untuk melakukan asuhan keperawatan(5) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.(6) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib memasang papan nama praktik keperawatan.

BAB IXPEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 48

Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina, mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas masing-masing.

Pasal 49

(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kompetensi profesional dan kepribadian(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui Jenjang Karir Perawat.(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat /Peringkat dan promosi.

Pasal 50

(1) Pemerintah, konsil dan organisasi profesi membina serta mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi perawat pada institusi baik pemerintah maupun swasta;(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada institusi pelayanan pemerintah;(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada institusi pelayanan swasta

Pasal 51

Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50, diarahkan untuk:a. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.b. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawatc. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat;d. Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.

Pasal 52

(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah memiliki SIPV atau SIPP.(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.

Page 16: Mengenal Standar Profesi

Pasal 54

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 53Sanksi Administratif dan Disiplin

(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 37 dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun(2) Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi administrasi sebagai berikut:a. Pemberian Peringatan Tertulisb. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau Pelatihan pada Institusi Pendidikan Keperawatan.c. Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Perawat(3) Pencabutan Surat Izin Perawat sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat berupa:a. Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 6 (enam) bulanb. Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahunc. Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 3 (tiga) tahun

(4) Sanksi Administratif terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat (3) dilakukan oleh Kepala Dinas Kab/Kota atau Pejabat yang berwenang setelah dilakukan penelitian dan usul dari Komite Disiplin Keperawatan Konsil.

Pasal 54Sanksi Pidana

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pasal 55

Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 56

Perawat yang dengan sengaja:(1). tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 48 ayat (4);(2). tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 huruf a sampai dengan huruf f

Page 17: Mengenal Standar Profesi

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 57

Penetapan sanksi pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran dan berat ringannya risiko yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 58

(1). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.(2). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan sesuai KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut sesuai ketentuan.

Pasal 59

Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Praktik Keperawatan, sebelum terbentuknya Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) harus dibentuk paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 61

Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal …………………

PPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Page 18: Mengenal Standar Profesi

Diundangkan di JakartaPada Tanggal ……………….SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd

Ir. HATTA RAJASALEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……………NOMOR ………………

Staf dan Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta

SAMBUTAN WAKIL WISUDAWAN AKPER PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disampaikan pada : Upacara Wisuda Reguler dan Program Khusus Akper PKU Muhammadiyah Surakarta Tahun 2009 Gedung Bathari: Sabtu, 21 Syawal1430 H / 10 Oktober 2009

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Alhamdulillah, Alhamdulillah hirobbil’alamin, Wabihi nasta’inu ‘ala umuriddun-ya Waddin Asyhadu alla ilaaha ilalloh, wa Asyhadu anna Muhammad dan abduhu wa rosulillah. Amma Ba’du..

1. Yang terhormat, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta2. Yang kami hormati, Badan Pelaksana Harian (BPH) AKPER PKU Muhammadiyah

Surakarta beserta jajarannya

Page 19: Mengenal Standar Profesi

3. Yang kami hormati, Direktur AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta beserta jajarannya

4. Yang kami hormati, Staf Dosen, Karyawan dan seluruh Civitas Akademika AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta

5. Yang kami hormati pula, seluruh tamu undangan , dan para Orang Tua Wali Wisudawan

6. Serta rekan-rekan Wisudawan yang berbahagia.

Alhamdulillahhirobbil ‘alamin, Puji Syukur, kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya kepada kita, sehingga pada hari ini, kita masih diberikan kesempatan , untuk bersilaturorahmi, dalam rangka mengikuti acara Wisuda Program Reguler dan Program Khusus Diploma III Keperawatan, AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta, periode XIV.

Hadirin yang berbahagia,

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, selama kami menempuh proses pendidikan di AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta, kebersamaan, pengalaman yang begitu berharga, dan kenangan yang manis maupun yang pahit kita rasakan bersama. Walaupun begitu, itu semua adalah perjalanan hidup yang harus dilalui. Maka pada kesempatan kali ini, saya mewakili rekan-rekan mahasiswa, ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada Direktur AKPER PPKU Muhammadiyah Surakarta beserta Staf Dosen, dan segenap Civitas Akademika, yang telah membantu dan membimbing kami, sehingga dapat menyelesaikan studi di AKPER PPKU Muhammadiyah Surakarta. Semoga, semua yang telah kami peroleh, akan bermanfaat dan menjadikan kami lebih baik.

Kami ucapkan terima kasih pula, kepada Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan ijin kepada kami, khususnya Program Khusus, untuk meningkatkan jenjang pendidikan kami dan teman-teman seprofesi, di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, yang telah mendukung kami dengan sabar, mendidik dan memberikan fasilitas, serta memberikan kesempatan pada kami, dalam rangka praktek klinik dan lapangan, sebagai sarana yang sangat efektif bagi kami, untuk mengenal dunia kerja secara nyata. Serta membekali kami, dengan kemampuan untuk bersaing di dunia kerja penuh tantangan, di era globalisasi yang tidak mengenal batas, ruang dan waktu.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih pula, kepada Dosen Pembimbing Tugas Akhir, yang telah memberikan bantuan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Tugas akhir yang merupakan salah satu syarat kelulusan pada Program Diploma III di Akademi Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta, menjadi representasi dari hasil proses belajara selam 6 semester bagi reguler, dan 4 semester bagi program khusus di Akademi Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta

Tidak lupa, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua, suami/istri, anak-anak kami, yang telah memberikan dorongan motivasi, baik secara moril maupun materiil, hingga kami dapat menyelesaikan studi di AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta

Hadirin yang berbahagia,

Pada kesempatan ini pula, saya mewakili rekan-rekan Wisudawan, ingin memohon maaf kepada keluarga besar AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta dan pihak Rumah Sakit PKU

Page 20: Mengenal Standar Profesi

Muhammadiyah Surakarta, beserta lahan praktek lainnya, atas segala ucapan, sika dan perbuatan kami, selama menjalani proses pendidikan dan praktek klinik. Kami tidak dapat membalas budi baik Bpak/Ibu. Yang dapat kami lakukan, hanyalah serangkaian do’a, semoga Alloh SWT, memberikan kekuatan dan balasan amal mulia Bapak/Ibu sekalian. Oleh karena itu, kami mohon do’a restu Bapak/Ibu sekalian, semoga apa yang kami impikan dan cita-citakan dapat terwujud. Dan semoga AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta, semakin maju berkembang dengan pesat di masa yang akan datan. Amin........

Buat rekan-rekan seperjuangan, Wisuda bukan merupakan akhir, tapi awal perjalan kita dalam menempuh babak baru kehidupan. Karena setelah ini, kita akan memasuki dunia kerja. Dan semoga, apa yang kita dapat selama di AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta, akan memudahkan kita memperoleh kesuksesan. Dan semoga, kebersamaan kita akan selalu terbina.

Cukup sekian, apabila di dalam penyampaian ini ada kesalahan dan kurang berkenan di hati Bapak/Ibu dan hadirin sekalian, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

Billahittaufiq wal hidayah

Wassalamu’alikum Wr. Wb

Undang -undang Praktek Keperawatan UNDANG UNDANG PRAKTEK KEPERAWATANHARAPAN DAN KENYATAAN

Profesi keperawatan sangat diperlukan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan pelayanan kedokteran, laboratorium, apotek, phisioterapi, kesehatan lingkungan, gizi, tentunya juga memberikan kontribusi namun tidak setiap saat bisa bersama pasien terutama saat pasien membutuhkan pelayanan. Sebagai perbandingan pelayanan kesehatan di rumah sakit, pelayanan keperawatan menempati porsi terbesar dengan 24 jam servis atau pelayanan langsung kepada pasien yang terbagi dalam 3 shift dinas. Demikian pula dengan tatanan pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas, Balai pengobatan, rumah bersalin bahkan posyandu dan praktek mandiri maupun praktek berkelompok tidak lepas dari peran perawat. Hal ini tentunya membutuhkan mekanisme dan perlindungan hukum yang jelas. Namun demikian sampai sekarang belum ada undang-undang yang mengatur dan melindungi profesi perawat dan masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan perawat.Semenjak tahun 1983 dengan lokakarya nasional, perawat telah memproklamasikan diri sebagai sebuah profesi dalam bidang kesehatan. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan dibidang keperawatan, ditunjang dengan munculnya jenjang pendidikan tinggi keperawatan setingkat Diploma III, yang sebelumnya pendidikan keperawatan hanya setingkat SD plus, SLTP dan SLTA. Langkah ini juga menepis image bahwa pada era sebelumnya perawat termasuk golongan second class yang sering disebut dengan “pembantu dokter”.Bahkan saat ini telah banyak perawat dengan jenjang Pendidikan sarjana keperawatan, magister keperawatan, Ners, Ners Spesialis dan Ners konsultan. Kepmenkes No 647 tahun 2000 yang direvisi dengan Kepmenkes No 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktek keperawatan salah satu upaya dalam memberikan perlindungan terhadap

Page 21: Mengenal Standar Profesi

profesi perawat dan masyarakat penerima jasa perawatan, ternyata belum mampu menjawab permasalahan yang ada. Perawat diberikan kewenangan dalam asuhan keperawatan yang tentunya bukan asuhan profesi kesehatan bidang lain. Sedangkan masyarakat memandang bahwa perawat adalah tenaga kesehatan yang paham tentang penyakit dan upaya-upaya untuk memperoleh kesehatan. Masyarakat hanya mengetahui bahwa disaat mereka membutuhkan pertolongan atau pelayanan kesehatan maka perawat adalah profesi kesehatan pertama yang dekat dan bisa memberikan apa yang mereka butuhkan. Hal ini terjadi di praktek mandiri maupun tatanan pelayanan kesehatan yang terdepan yaitu Puskesmas. Demikian pula realita yang ada dalam berbagai tatanan pelayaan kesehatan perawat dibebani tugas-tugas rangkap bidang kesehatan lain yang terkadang tidak diimbangi dengan kemampuan dan pemberian kewenangan yang jelas untuk melaksanakan tugas tersebut. Sementara peraturan yang telah ditetapkan membatasi tindakan-tindakan perawat untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Keadaan ini juga belum sesuai dengan harapan masyarakat. Saat mereka datang ketempat pelayanan mereka berharap pulang membawa sesuatu yang bisa membuat sehat, seperti halnya saat mereka datang ke toko pulang bawa barang, pergi ke tukang pijat pulang badan segar, pergi ke sekolah pulang bawa ilmu bahkan pergi ke paranormal mereka pulang bawa jampi-jampi. Walaupun pada keadaan tertentu perawat boleh melakukan tindakan diluar kewenangannya, seperti saat terjadi bencana, pada daerah yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan dan pada pasien dengan kondisi kritis. Hal ini bisa merugikan perawat maupun masyarakat jika ternyata tindakan perawat tersebut menimbulkan permasalahan dengan pasien sebagai penerima pelayanan.Sementara itu era globalisasi yang tidak terbendung, akan memicu munculnya tatanan pelayanan kesehatan asing beserta tenaga kesehatan asing termasuk perawat asing yang akan masuk dan menjadi competitor bagi tatanan pelayanan dan tenaga kesehatan di Indonesia. Sehingga mekanisme dan perlindungan hukum praktek keperawatan semakin dibutuhkan. Tanggal 12 Mei sebagai hari perawat sedunia yang diperingati dengan demo nasional terhadap pengesahan RUU praktek keperawatan yang telah mengalami perubahan draft lebih dari belasan kali, diharapkan mampu mewujudkan harapan perlindungan terhadap praktek keperawatan. Hal lain yang perlu disadari bahwa masih banyak perawat yang masih melakukan praktek keperawatan tanpa dilandasi tingkat pendidikan, kompetensi dan kewenangan yang sesuai . Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tidak diimbangi dengan tersedianya tenaga yang cukup baik kualitas maupun kuantitas menjadi salah satu factor penyebabnya. Disisi lain biaya yang harus ditanggung untuk mendapat pelayanan kesehatan terhitung cukup mahal dan tidak semua bisa tercover dengan program Askeskin maupun sejenisnya.Untuk itu perlu peningkatan taraf pendidikan perawat yang harapannya bisa meningkatkan pemahaman dan kompetensi perawat yang akhirnya berdampak pada perbaikan praktek keperawatan . Selain itu diperlukan perlindungan dan penataan praktek keperawatan dengan memberikan kewenangan yang jelas sesuai dengan kompetensinya melalui UU paktek keperawatan. Peran pemerintah dalam meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan permasalahan praktek keperawatan juga diperlukan. Begitu pula dengan Organisasi Profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi suara perawat nasional, mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat. Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000).Lembaga pendidikan keperawatan diperlukan dalam upaya pembinaan peningkatan kualitas perawat

Page 22: Mengenal Standar Profesi

kita Kepada pihak swasta yang berminat di bidang Institusi pendidikan, diharapkan mampu menerapkan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan melaksanakannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dengan tanpa mengurangi kewajiban yang harus disiapkan sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas tenaga keperawatan. Kata kunci bagi pihak swasta untuk ikut bertanggung jawab terhadap mutu tenaga keperawatan adalah dengan mendirikan Institusi Keperawatan yang memenuhi syarat baik kurikulum maupun sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Lebih-lebih peran legislative yang mempunyai kewenangan dalam mengesahan peraturan dan perundang-undangan sangat dibutuhkan dan sampai saat ini masih membahas RUU Praktek Keperawatan sampai batas waktu yang belum ditetapkan. Masalahnya bagaimana mereka menangkap aspirasi perawat Indonesia yang sampai saat ini kondisinya masih memprihatinkan. Beban kerja yang tinggi dan berdampak pada besarnya tanggungjawab dan resiko kerja tidak diimbangi dengan perlindungan hukum dan kesejahteraan yang sesuai. Apakah perawat yang kurang bisa menyampaikan aspirasinya atau karena perawat tidak mempunyai wakil yang duduk di legislative. Bahkan perawat belum memiliki porsi yang berarti pada semua posisi penting di departemen kesehatan dan birokrasi lain yang mampu memberikan warna dan kebijakan yang berpihak pada profesi perawat.Sehingga sudah saatnya perawat menunjukkan bahwa perawat bagian dari tenaga kesehatan yang professional. Perawat adalah SDM yang potensial dan telah ditempa dengan proses pendidikan akademik, profesi ,keadaan dan kesulitan yang pernah dihadapi. Apapun permasalahanya perlu kerjasama berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan dalam bidang kesehatan terutama keperawatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010, salah satunya dengan UU Praktek Keperawatan mengingat kesehatan bukanlah segalanya namun segalanya tanpa kesehatan bukanlah apa-apa. @ mihardi77

PENGERTIAN ANGINA PECTORIS

Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)

Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)

Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

ETIOLOGI ANGINA PECTORIS

1. Ateriosklerosis2. Spasme arteri koroner3. Anemia berat4. Artritis5. Aorta Insufisiensi

Page 23: Mengenal Standar Profesi

FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGINA PECTORIS

Faktor resiko antara lain adalah:

1. Dapat Diubah (dimodifikasi) 1. Diet (hiperlipidemia)2. Rokok3. Hipertensi4. Stress5. Obesitas6. Kurang aktifitas7. Diabetes Mellitus8. Pemakaian kontrasepsi oral

2. Tidak dapat diubah 1. Usia2. Jenis Kelamin3. Ras4. Herediter5. Kepribadian tipe A

PENCETUS ANGINA PECTORIS

Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:

1. Emosi2. Stress3. Kerja fisik terlalu berat4. Hawa terlalu panas dan lembab5. Terlalu kenyang6. Banyak merokok

GAMBARAN KLINIS ANGINA PECTORIS

Gambaran klinis angina pektoris antara lain:

1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.

2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih dari 30 menit.4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi,

dizzines.6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

TIPE SERANGAN

Tipe serangan Angina Pectoris:

Page 24: Mengenal Standar Profesi

1. Angina Pektoris Stabil 1. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan

kebutuhan oksigen miokard.2. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas3. Durasi nyeri 3 – 15 menit.

2. Angina Pektoris Tidak Stabil 1. Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.2. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.3. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.4. Kurang responsif terhadap nitrat.5. ST. depresi segmen lebih sering ditemukan6. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit

yang beragregasi.3. Angina Prinzmental (Angina Varian)

1. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.2. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroner aterosklerotik.3. EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.4. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut.5. Dapat terjadi aritmia.

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS ANGINA PECTORIS

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.

Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung.

Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Page 25: Mengenal Standar Profesi

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.

Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.

Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANGINA PECTORIS

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi

Page 26: Mengenal Standar Profesi

FOKUS INTERVENSI ANGINA PECTORIS

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.1. Intervensi :

1. Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri.2. Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam

pertama) dengan posisi semi fowler.3. Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.4. Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.5. Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan.6. Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.7. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi8. Kolaborasi pengobatan.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.1. Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.2. Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas

perawatan diri sesuai indikasi.3. Catat warna kulit dan kualittas nadi.4. Tingkatkan katifitas klien secara teratur.5. Pantau EKG dengan sering.

3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.1. Intervensi :

1. Jelaskan semua prosedur tindakan.2. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.3. Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya.4. Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan

serangan jantung dan meningkatkan stabilitas jantung5. Kolaborasi.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

1. Intervensi :1. Tekankan perlunya mencegah serangan angina.2. Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode

angina.3. Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok,

perubahan diet dan olah raga.4. Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas,

hindari tegangan.5. Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.6. Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA ANGINA PECTORIS

1. Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.2. Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 19963. Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 19984. Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, Jakarta, EGC,

19985. Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 19966. Noer, Sjaifoellah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996

Page 27: Mengenal Standar Profesi

7. Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi Buku I Jakarta, EGC, 19948. ……., Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik (Kumpulan Bahan Kuliah edisi ketiga),Jakarta :

RS Jantung Harapan Kita, 1993.9. Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien Volume I, Jakarta, EGC, 199810. Underwood, J C E, Pathologi Volume 1 , Jakarta, EGC, 1999