Upload
voanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BADAN PUSAT STATISTIK
PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
PELIMPAHAN WEWENANG PENGAJUAN PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN,
PERSETUJUAN PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN
BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan
dan Pemindahtanganan dalam rangka pengelolaan Barang
Milik Negara di Lingkungan Badan Pusat Statistik, perlu
melimpahkan wewenang pengajuan penetapan status
penggunaan, persetujuan pemanfaatan, penghapusan daft
pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan
Badan Pusat Statistik;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Pelimpahan Wewenang
Pengajuan Penetapan Status Penggunaan, Persetujuan
Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara di lingkungan Badan Pusat Statistik
dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3683);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4778);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3854);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4855);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun
2007 tentang Badan Pusat Statistik;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik
Negara;
8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik
Negara;
9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang
Milik Negara yang tidak digunakan untuk
menyelenggarakan tugas dan fungsi
Kementerian / Lembaga;
10. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
218/KM.6/2013 tentang Pelimpahan sebagian wewenang
Menteri Keuangan yang telah dilimpahkan kepada Direktu-r
Jenderal Kekayaan Negara kepada Pejabat di lingkungan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk dan atas
nama Menteri Keuangan menandatangani surat dan/atau
Keputusan Menteri Keuangan;
11. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di
Daerah;
12. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat
Statistik;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG
PELIMPAHAN WEWENANG PENGAJUAN PENETAPAN
STATUS PENGGUNAAN, PERSETUJUAN PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK
NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK.
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Badan Pusat Statistik yang selanjutnya dalam Peraturan
ini disebut BPS adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden dan memiliki tugas pemerintahan di bidang
statistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. BPS Provinsi adalah instansi vertikal BPS yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPS.
-4-
3. BPS Kabupaten/Kota adalah instansi vertikal BPS yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
BPS Provinsi.
4. Barang Milik Negara yang selanjutnya disebut BMN
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
5. Barang Milik Negara idle adalah tanah dan/atau
bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga.
6. Pelimpahan wewenang adalah Pelimpahan wewenang
kepada Pejabat untuk atas nama pejabat yang diberi
kewenangan untuk menandatangani surat pengajuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Kepala Badan Pusat Statistik.
7. Unit Penatausahaan Pengguna Barang Wilayah yang
selanjutnya disebut UPPB-W adalah unit yang
membantu melakukan penatausahaan BMN pada
tingkat Provinsi yang dilakukan oleh satuan kerja Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi.
8. Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB)
yang selanjutnya disebut UPKPB adalah unit yang
melakukan penatausahaan BMN pada tingkat satuan
kerja/Kuasa Pengguna Barang, yang meliputi seluruh
satuan kerja di BPS, BPS Provinsi, dan BPS
Kabupaten/Kota.
9. Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Barang yang merupakan bagian dari suatu
unit organisasi BPS yang melaksanakan satu atau
beberapa kegiatan dari suatu program.
-5-
Pasal 2
(1) Kepala Badan Pusat Statistik melimpahkan wewenang
kepada UPPB-W sesuai wilayah (satuan kerja) masing-
masing untuk dan atas nama Kepala Badan Pusat
Statistik menandatangani surat pengajuan penetapan
status penggunaan, persetujuan pemanfaatan,
penghapusan dan pemindahtanganan BMN sebagaimana
tercantum secara lengkap dalam Lampiran I Peraturan
Kepala Badan Pusat Statistik ini.
(2) Kepala Badan Pusat Statistik melimpahkan wewenang
kepada UPKPB sesuai wilayah (satuan kerja) masing-
masing untuk dan atas nama Kepala Badan Pusat
Statistik menandatangani surat pengajuan penetapan
status penggunaan, persetujuan pemanfaatan,
penghapusan dan pemindahtanganan BMN yang secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini. *
Pasal 3
Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 tidak mencakup materi pelimpahan wewenang
pengelolaan Barang Milik Negara idle dan Rumah Negara.
Pasal 4
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Pejabat yang ditunjuk wajib memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan meningkatkan pengelolaan risiko dengan sebaik-
baiknya.
-6-
Pasal 5
Pada saat Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini mulai
berlaku:
1. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 161
Tahun 2008 tentang Pelimpahan Wewenang Pengajuan
Penghapusan Barang Milik Negara dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku; dan
2. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 164
Tahun 2011 tentang Pelimpahan Wewenang Pengajuan
Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan dan berlaku surut sejak tanggal
1 November 2013.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 November 2013
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR
MIN
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
PELIMPAHAN WEWENANG PENGAJUAN
PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN,PERSETUJUAN PEMANFAATAN,PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN
BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN
BADAN PUSAT STATISTIK.
DAFTAR WEWENANG YANG DILIMPAHKAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
KEPADA KEPALA UNIT PENATAUSAHAAN PEMBANTU PENGGUNA
BARANG WILAYAH (UPPPB-W)
NO.
1.
2.
MATERI WEWENANG YANG DILIMPAHKAN
Pengajuan penetapan status penggunaan dan penggunaan sementara*)
Barang Milik Negara (BMN) kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara, berupa:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang dihitung secara
proposional dari nilai buku**' BMN per pengajuan usulan di atas
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku BMN per
pengajuan usulan di atas Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
*) Kewenangan pengajuan penggunaan sementara setelah mendapat
persetujuan SEKRETARIS UTAMA.
**) Nilai buku adalah nilai yang tercatat dalam daftar barang atau laporan
barang pengguna/kuasa pengguna.
Pengajuan pemanfaatan BMN dan perpanjangannya kepada Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setelah mendapat
persetujuan SEKRETARIS UTAMA, dalam bentuk:
a. Sewa untuk BMN berupa:
1) Sebagian tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan
disewakan dihitung secara proposional dari nilai buku BMN per
3.
pengajuan usulan lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
2) Selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku BMN yang akan
disewakan per pengajuan usulan lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar
lima ratus juta rupiah);
b. Pinjam pakai dengan pemerintah daerah untuk BMN berupa:
1) tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan
dipinjampakaikan dihitung secara proposional dari nilai buku BMN
per pengajuan usulan lebih dari Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah);
2) selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku BMN yang akan
dipinjampakaikan per pengajuan usulan lebih dari
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah);
c. Kerjasama pemanfaatan untuk BMN berupa:
1) Tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan
dikerjasamakan dihitung secara proposional dari nilai buku BMN per
pengajuan usulan lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah);
2) selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku BMN yang akan
dikerjasamakan per pengajuan usulan lebih dari Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah);
Pengajuan penghapusan BMN kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang mengharuskan dilakukannya
pemusnahan atau karena sebab-sebab lain yang secara normal dapat
diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang,
kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair, terkena bencana alam,
kadaluwarsa, serta terkena dampak dari terjadinya force majeure, berupa:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan usulan
lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan
usulan lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pengajuan pemindahtanganan BMN kepada Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang tidak memerlukan persetujuan
Presiden/DPR, meliputi penjualan, tukar menukar, atau hibah, berupa:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan usulan
lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah); dan
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan
usulan lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
KEPALAJSADAN PUSAT STATISTIK,
AMIN
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
PELIMPAHAN WEWENANG PENGAJUAN
PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN,PERSETUJUAN PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN
DAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK
NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT
STATISTIK.
DAFTAR WEWENANG YANG DILIMPAHKAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
KEPADA KEPALA UNIT PENATAUSAHAAN KUASA PENGGUNA BARANG (UPKPB)
NO. MATERI WEWENANG YANG DILIMPAHKAN
Pengajuan penetapan status penggunaan dan penggunaan sementara")
Barang Milik Negara (BMN) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang, berupa:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang dihitung secara
proposional dari nilai buku**) BMN per pengajuan usulan sampai dengan
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah); dan
b. selain tanah dan/atau bangunan berupa barang yang mempunyai
dokumen kepemilikan dan barang dengan nilai buku di atas
Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan dengan
nilai buku BMN per pengajuan usulan sampai dengan
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
*) Kewenangan pengajuan penggunaan sementara setelah mendapat
persetujuan SEKRETARIS UTAMA.
**) Nilai buku adalah nilai yang tercatat dalam daftar barang atau laporan
barang pengguna/kuasa pengguna.
Pengajuan pemanfaatan BMN dan perpanjangannya kepada Kepala Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setelah mendapat persetujuan
SEKRETARIS UTAMA dalam bentuk:
a. Sewa untuk BMN berupa:
1) sebagian tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan
disewakan dihitung secara proposional dari nilai buku BMN per
pengajuan usulan sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah);
2) selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku BMN yang akan
disewakan per pengajuan usulan sampai dengan Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah);
b. Pinjam pakai dengan pemerintah daerah untuk BMN berupa:
1) tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan
dipinjampakaikan dihitung secara proposional dari nilai buku BMN
per pengajuan usulan sampai dengan Rp.2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah);
2) selain tanah dan/atau dengan nilai buku BMN yang akan
dipinjampakaikan per pengajuan usulan sampai dengan
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
c. Kerjasama pemanfaatan untuk BMN berupa:
1) tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan
dikerjasamakan dihitung secara proposional dari nilai buku BMN per
pengajuan usulan sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah); dan
2) selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku BMN yang akan
dikerjasamakan per pengajuan usulan sampai dengan
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pengajuan penghapusan BMN kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang yang mengharuskan dilakukannya pemusnahan atau
karena sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar
menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakai,
susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluwarsa, serta
terkena dampak dari terjadinya force majeure, berupa:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan usulan
sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); dan
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan
usulan sampai dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pengajuan pemmdahtanganan BMN kepada Kepala Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang yang tidak memerlukan persetujuan
Presiden/DPR, meliputi penjualan, tukar menukar, atau hibah, berupa:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan usulan
sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); dan
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku per pengajuan
usulan sampai dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
YAMIN