93
REHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM Oleh : DEWI RATNA SARI NIM : 110.2010.072 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter Muslim Pada FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA APRIL 2014

Meniere

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fdssd

Citation preview

REHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM

Oleh :DEWI RATNA SARINIM : 110.2010.072

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter MuslimPada

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIJAKARTA APRIL 2014

ABSTRAKREHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIEREDITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM

Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang dapat mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan, ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus dan gangguan pendengaran. Pada Penyakit Meniere terdapat keluhan vertigo berulang yang disebabkan adanya hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum, untuk meringankan atau mengurangi keluhan, dilakukan Terapi Rehabilitasi Vestibular. Tujuan umum penulisan skripsi ini adalah memberikan informasi mengenai rehabilitasi vestibular untuk gejala vertigo pada penyakit meniere ditinjau dari segi kedokteran dan Islam. Tujuan khususya adalah memberikan informasi mengenai peranan rehabilitasi vestibular untuk mengurangi gejala vertigo pada penyakit meniere, memberikan informasi pandangan Islam mengenai telinga sebagai fungsi indera pendengaran dan keseimbangan dalam tubuh serta memberikan informasi pandangan Islam mengenai rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere.Terapi Rehabilitasi Vestibular merupakan suatu program terapi didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular. Terapi tersebut berupa intratympanic dexamethasone or intratympanic gentamicin dan labyrinthectomy. Pada terapi dengan intratympanic gentamicin dosis rendah (3 mg/ml, 1-2 suntikan perbulan) berhasil 81% bermanfaat mengurangi gejala vertigo pada Penyakit Meniere.Dalam kehidupan ini, manusia akan diuji dengan berbagai macam ujian, antara lain pada Penderita Meniere dengan keluhan tinnitus, gangguan pendengaran dan vertigo yang berulang. Terapi rehabilitasi vestibular bermanfaat untuk mengurangi gejala vertigo pada Penderita Meniere serta substansi dan teknik suntikan obat yang diberikan tidak mengandung unsur haram dalam hal ini Ajaran Islam membolehkan tindakan tersebut.Ilmu kedokteran dan Ajaran Islam sejalan membolehkan terapi rehabilitasi vestibular pada Penderita Meniere.Dokter muslim agar lebih meningkatkan ilmu pengetahuan untuk edukasi mengurangi, mencegah dan mengobati gejala vertigo pada Penyakit Meniere. Kepada peneliti diharapkan lebih menjelaskan secara detail sampel penelitian dalam jurnal agar dapat dibandingkan pada setiap terapi yang diberikan. Bagi para ulama menerangkan pentingnya anjuran berobat dengan bekerja sama dokter ahlinya untuk mengurangi gejala vertigo berulang pada Penyakit Meniere.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta.

Jakarta, April 2014

Pembimbing Medik Pembimbing Agama Islam

(Dr. Sofyan Suri Susilo Hadi, Sp.THT) (Dra. Hj. Siti Nur Riani, M.Ag)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Rehabilitasi Vestibular pada Penyakit Meniere Ditinjau dari Kedokteran dan Islam. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar dokter muslim pada Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta.Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :1. Dr. dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta.2. dr. Elita Donanti, M.Biomed selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta.3. dr. Yurika Sandra, M.Biomed selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta yang telah menyetujui judul skripsi ini.4. Dr. H. Insan Sosiawan A. Tunru, Ph.D yang telah menyetujui judul skripsi ini. 5. Dr. Sofyan Suri Susilo Hadi, Sp.THT selaku Pembimbing Medik yang telah meluangkan waktu dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.6. Dra. Hj. Siti Nur Riani, M.Ag selaku Pembimbing Agama Islam yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.7. dr. Yulia Suciati, M.Biomed selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini 8. Kepala dan seluruh staf Perpustakaan Universitas YARSI.9. Kedua orang tua penulis, H. Sobirin dan Hj. Sorniyati, yang penulis cintai dan telah memberikan dukungan penuh berupa moril dan materil serta doa yang tiada henti kepada penulis.10. Kakak beserta istri dan adik penulis, Abdul Rachman Andriyanto beserta Sari Komalasari dan Taufik Saputra, yang penulis sayangi yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.11. Bapak Juhadi, yang penulis hormati dan telah memberikan dukungan penuh berupa doa yang tiada henti kepada penulis.12. Sahabat penulis yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis, Aan Muthmainnah, Ade Agustia, Amelia Alresna, Fenia Indah, Dinar Syifa, Fitri Rahmawati, Galuh Risky, Yuke Putri, Dewi Nadila, Rahayu Kartika, Ristianti Affandi, Ridwan Rizkyanto dan Johan Satria.13. Teman-teman penulis di Fakultas Kedokteran angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... iABSTRAK .......................................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iiiKATA PENGANTAR ....................................................................................... ivDAFTAR ISI ..................................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xDAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1I.I. Latar Belakang .............................................................................................. 1I.II. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3I.III. Tujuan ......................................................................................................... 3I.III.I. Tujuan Umum ................................................................................... 3I.III.II. Tujuan Khusus ................................................................................. 4I.IV. Manfaat ....................................................................................................... 4I.IV.I. Bagi Penulis ...................................................................................... 4I.IV.II. Bagi Universitas ..............................................................................4I.IV.III. Bagi Masyarakat ............................................................................ 4

BAB IIREHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU KEDOKTERAN .... 5II.I. Anatomi dan Fisiologi Telinga ........................... 5II.I.I. Anatomi Telinga ................................................................................. 5II.I.II. Fisiologi Telinga ............................................................................... 8II.II. Penyakit Meniere .......................................................................... 10II.II.I. Definisi Penyakit Meniere ............................................................... 10II.II.II. Epidemiologi Penyakit Meniere ............................................. 11 II.II.III. Etiologi Penyakit Meniere ............................................................. 11 II.II.IV. Patofisiologi Penyakit Meniere ..................................................... 14II.II.V. Manifestasi Klinis Penyakit Meniere ............................................. 16II.III. Vertigo ................................................................................................ 17II.III.I. Definisi Vertigo ............................................................................. 17II.III.II. Jenis Vertigo ................................................................................. 17II.III.III. Manifestasi Klinis Vertigo .......................................................... 21II.III.IV. Patofisiologi Vertigo Pada Penyakit Meniere ............................ 23II.IV. Terapi Rehabilitasi Vestibular .......................................................... 26II.IV.I. Definisi Terapi Rehabilitasi Vestibular ........................................ 26II.IV.II. Fungsi Terapi Rehabilitasi Vestibular ........................................ 26II.IV.III. Jenis dan Mekanisme Terapi Rehabilitasi Vestibular ............... 27II.V. Pembahasan ....................................................................................... 33

BAB IIIREHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE DILIHAT DARI SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM ............. 35III.I. Pandangan Islam tentang Fungsi Telinga ................................................... 35III.II. Pandangan Islam tentang Penyakit Meniere ............................................. 37III.III. Pandangan Islam tentang Rehabilitasi Vestibular Pada Penyakit Meniere ........................................................................... 40

BAB IV KAITAN PANDANGAN ILMU KEDOKTERAN DENGAN PANDANGAN ISLAM MENGENAI REHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE ....................... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 47 V.I. Simpulan ........................................................................................... 47 V.II. Saran ................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran Anatomi Telinga .......................................................... 8Gambar 2. Gambaran Telinga Bagian Dalam dengan Penyakit Meniere ....... 11Gambar 3. Gambaran Histologi Helikotrema ................................................. 23Gambar 4. Gambaran Histologi Organ Corti .................................................. 23Gambar 5. Gambaran Organ Keseimbangan .................................................. 26Gambar 6. Gambaran Teknik Labyrinthectomy ............................................. 30Gambar 7. Gambaran Teknik Intratympanic Dexamethasone or intratympanic Gentamicin .................................................................................... 32

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Terapi Rehabilitasi Vestibular ................................................ 33

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang dapat mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan di mana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibatkan dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Dari data penelitian yang didapat sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia menderita Penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun ke atas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara jumlah penderita pria dan wanita (Andrews, 2010).Pada Penyakit Meniere terdapat keluhan berupa vertigo berulang. Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar. Vertigo terbagi secara umum berdasarkan keterlibatan vestibulum yaitu vertigo vestibuler (disertai gejala otonom, seperti mual, muntah, nistagmus) dan non-vestibuler (tidak ditemukan gejala otonom, tetapi terdapat kesalahan proses informasi pada sistem syaraf pusat). Vertigo diklasifikasi menjadi dua tipe yaitu tipe sentral dan perifer. Pada tipe sentral umumnya adalah gangguan vaskuler (batang otak atau serebellum), sedangkan pada tipe perifer umumnya idiopatik atau sesuai dengan manifestasi patologis di telinga (seperti gangguan di saluran kanalis semisirkularis, yaitu di telinga bagian tengah yang bertugas mengkontrol keseimbangan dan juga dapat disebabkan oleh gangguan fungsi pendengaran). Vertigo pada Penyakit Meniere termasuk pada jenis vertigo vestibuler dan tipe perifer (Anonim A, 2013).Terapi pada Penyakit Meniere dapat berupa medikamentosa simtomatik dan rehabilitasi non-invasif. Terapi medikamentosa simtomatik berupa obat-obatan yang hanya mengurangi serangan sesuai dengan gejala yang tampak, sedangkan pada Penyakit Meniere terdapat keluhan vertigo berulang. Oleh karena itu, untuk meringankan atau mengurangi keluhan tersebut maka dilakukan terapi rehabilitasi vestibular (berupa non-invasif). Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan dan mencegah seseorang agar tidak jatuh dengan cara mengembalikan fungsi sistem vestibular (Prasetya, 2012). Terapi rehabilitasi non-invasif pada Penyakit Meniere berupa intratympanic dexamethasone or intratympanic gentamicin dan Labyrinthectomy. Dalam hal ini terapi intratympanic gentamicin dosis rendah (3 mg/ml, 1-2 suntikan perbulan) merupakan pilihan terbaik yang efektif untuk mengurangi gejala vertigo pada penyakit meniere (Phasya, 2013).Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kesempurnaan. Baik kesempurnaan jasmani maupun rohani yang sangat berpengaruh pada perkembangan manusia. Saat terjadinya proses penciptaan manusia serta terbentuknya organ-organ tubuh, hal itu sangat berperan penting di dalam proses suatu kehidupan. Salah satu organ tubuh yang ada pada hampir setiap manusia adalah telinga. Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan alat keseimbangan dalam tubuh. Walaupun pendengaran dan penglihatan hampir selalu bergandengan berjalan, Allah SWT menyebutkan kata pendengaran dalam Al-Qur'an selalu didahulukan daripada penglihatan (Hamzah, 2012). Penyakit Meniere merupakan suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang dapat mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Jika telinga mengalami kerusakan, maka fungsi pendengaran akan terganggu dan keseimbangan dalam tubuh tidak akan berfungsi dengan baik. Terapi rehabilitasi vestibular merupakan terapi untuk mengembalikan fungsi telinga sebagai indera pendengaran dan keseimbangan dalam tubuh (Anonim B, 2013). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai rehabilitasi vestibular terhadap vertigo pada penyakit meniere ditinjau dari kedokteran dan Islam.1.2 Permasalahan1.2.1 Mengapa rehabilitasi vestibular dapat mengurangi gejala vertigo pada penyakit meniere?1.2.2 Bagaimana pandangan Islam mengenai fungsi telinga sebagai indera pendengaran dan keseimbangan dalam tubuh?1.2.3 Bagaimana pandangan Islam mengenai rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumMemberikan informasi mengenai rehabilitasi vestibular untuk gejala vertigo pada penyakit meniere, ditinjau dari segi kedokteran dan Islam.

1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Memberikan informasi mengenai peranan rehabilitasi vestibular untuk mengurangi gejala vertigo pada penyakit meniere.1.3.2.2 Memberikan informasi pandangan Islam mengenai telinga sebagai fungsi indera pendengaran dan keseimbangan dalam tubuh.1.3.2.3 Memberikan informasi pandangan Islam mengenai rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere.1.4 Manfaat1. Bagi Penulis Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar dokter muslim di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI serta menambah wawasan pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran dan agama Islam tentang rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere.2. Bagi Universitas YARSIPenyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di perpustakaan Universitas YARSI serta menjadi bahan masukan bagi civitas akademika mengenai rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere ditinjau dari kedokteran dan Islam.3. Bagi MasyarakatDiharapkan dengan skripsi ini dapat membantu menambah khasanah pengetahuan masyarakat dan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara melakukan rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere ditinjau dari segi kedokteran dan Islam.

BAB IIREHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE DITINJAU DARI KEDOKTERAN

A. 2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga2.1.1. Anatomi TelingaTelinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Anatomi Telinga Luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit ditemukan kelenjar serumen. Kulit pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat membentuk perios (Andrews, 2010).Anatomi Telinga Tengah. Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut : Luar : membrane tympani Depan : tubae eustachius Bawah : venae jugularis (bulbus jugularis) Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verticalis Atas : tegmen tympani (meningen/otak) Dalam : berturut-turut dari atas ke bawah canalis semisircularis horizontal, canalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan processus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Processus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dan antrum mastoid. Tubae eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah (Andrews, 2010).Anatomi Telinga Dalam. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah canalis semisircularis. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membrane Reissner) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak membrane corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tectoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan canalis corti, yang membentuk organ corti. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia, yang disebut kupula, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih berat daripada endolimfe. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista (Andrews, 2010).

Gambar 1. Gambaran Anatomi TelingaSumber : http://www.virtualmedicalcentre.com/uploads/VMC/TreatmentImages/2191_ear_anatomy_450.jpg

2.1.2. Fisiologi TelingaPendengaranGetaran suara pertama kali ditangkap oleh daun telinga dan dihantarkan melalui liang telinga dan diteruskan ke membrana timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang-tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrana timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius. Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral, namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior, jaras pendengaran berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis (Andrews, 2010).KeseimbanganKeseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan propioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula. Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia akan menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada system tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin (Andrews, 2010).2.2. Penyakit Meniere2.2.1. Definisi Penyakit MenierePenyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi fungsi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus dan pendengaran yang berkurang secara progresif, biasanya pada satu telinga (Boies, 1997). Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam (Andrews, 2010).

Gambar 2. Gambaran Telinga Bagian Dalam dengan Penyakit MeniereSumber : http://www.drmkotb.com/myimages/Meniere%60s%20disease.jpg2.2.2. Epidemiologi Penyakit MeniereDari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara jumlah penderita pria dan wanita (Andrews, 2010).2.2.3. Etiologi Penyakit MenierePenyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibatkan dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan (Soepardi, 2007). Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain (Andrews, 2010) :1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa5. Infeksi telinga tengah6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas7. Trauma kepala8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan10. Infeksi virus golongan herpesviridae11. Herediter

Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere (Andrews, 2010) : Virus Herpes (HSV). Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut. Herediter.Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya. Alergi. Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :1. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.2. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus.3. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus. Trauma kepala. Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.

Autoimun. Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25% penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40% pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.

2.2.4. Patofisiologi Penyakit MenierePada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada morfologi pada membran Meissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea, helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan. Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani. Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus. Organ keseimbangan bekerja sebagai sebuah sistem. Ada tiga gelung pipa (semicircular canal) berisi cairan yang ketiga gelungnya bermuara ke dalam ruang vestibular.Di setiap ujung gelung pipa terdapat ujung-ujung saraf cupula yang berada dalam ruang ampulla. Cupula ini bersifat peka rangsangan jika tersentuh oleh aliran cairan dalam gelung pipa yang mengalir sesuai dengan posisi dan gerakan kepala. Dalam posisi-posisi kepala tertentu kadang aliran dalam gelung menyentuh cupula, kadang pula tidak. Ada tidaknya sentuhan aliran cairan dalam masing-masing gelung pipa terhadap masing-masing cupula yang akan memberi informasi ke otak lewat saraf keseimbangan (vestibular nerve). Informasi ini yang mengabarkan ke otak mengenai posisi tubuh. Lalu otak menata posisi seimbang dengan memerintahkan kepala dan postur tubuh jika ternyata berada dalam posisi tidak atau kurang seimbang, sehingga tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang (Andrews, 2010).2.2.5. Manifestasi Klinis Penyakit MeniereTanda-tanda dan gejala utama dari penyakit Meniere adalah (Phasya, 2013) : Vertigo yang berulang. Vertigo adalah sensasi yang mirip dengan pengalaman ketika tubuh berputar cepat beberapa kali dan tiba-tiba berhenti. Tubuh akan merasa seolah-olah ruangan berputar dan kehilangan keseimbangan. Episode vertigo terjadi tanpa peringatan dan biasanya berlangsung selama 20 menit sampai dua jam atau lebih, bahkan hingga 24 jam. Vertigo yang berat dapat menyebabkan mual dan muntah. Gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran pada penyakit Meniere dapat berfluktuasi, terutama pada permulaan penyakit. Kebanyakan penderita Meniere mengalami gangguan pendengaran permanen akhirnya. Tinnitus. Tinnitus adalah suara dering, mendengung, meraung, bersiul atau mendesis di telinga. Pada penyakit Meniere, tinnitus sering terdengar pada nada rendah. Kepenuhan aural. Kepenuhan aural adalah perasaan penuh atau tekanan dalam telinga.Gejala penyakit Meniere dimulai dengan perasaan penuh di telinga, kemudian terjadi tinnitus dan penurunan fungsi pendengaran diikuti dengan vertigo yang berat disertai mual dan muntah. Gejala ini bisa berlangsung dua sampai tiga jam. Tingkat keparahan, frekuensi, dan durasi gangguan bervariasi, terutama pada awal penyakit. Sebagai contoh, bisa saja hanya muncul gejala vertigo berat yang sering, sedangkan gejala lainnya hanya ringan. Atau bisa saja vertigo dan kehilangan pendengaran yang dialami hanya ringan dan jarang, namun tinnitus yang lebih sering mengganggu (Phasya, 2013).2.3. Vertigo2.3.1. Definisi VertigoVertigo berasal dari bahasa Yunani, vetere yang berarti berputar, vertigo mengacu pada adanya sensasi gerakan atau perasaan seseorang bahwa tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya atau lingkungan bergerak terhadap dirinya. Rasa itu bisa dalam bentuk berputar, bergoyang atau melayang (Anonim C, 2009).2.3.2. Jenis VertigoMenurut situs Neurologychannel, sistem vestibular bertanggungjawab untuk mengintegrasikan rangsangan terhadap indra dengan pergerakan tubuh serta menjaga agar suatu obyek berada dalam fokus penglihatan saat tubuh bergerak. Saat kepala bergerak, informasi disampaikan ke labirin, suatu organ di telinga bagian dalam berupa tiga saluran berbentuk setengah lingkaran yang dikelilingi cairan. Labirin lantas menyalurkan informasi gerakan ke syaraf vestibular atau nervus VIII yang kemudian membawa informasi ke batang otak, dilanjutkan sampai ke serebelum (bagian otak yang mengontrol koordinasi, keseimbangan, pergerakan, tekanan darah dan kesadaran). Jika ada gangguan pada sistem ini, disebut vertigo vestibular, dunia akan terasa seperti berputar. Serangan vertigo jenis ini umumnya terjadi secara mendadak, bersifat datang-pergi (episodik), disertai rasa mual atau muntah, kadang-kadang ada denging di telinga. Pencetus serangan ini adalah gerakan kepala. Vertigo vestibular dibedakan menjadi tipe sentral yaitu gangguan terjadi pada batang otak sampai otak besar dan tipe perifer yaitu gangguan terletak pada batang otak sampai labirin di telinga bagian dalam. Adapun vertigo non-vestibular sensasi yang dirasakan adalah melayang, bergoyang atau sempoyongan. Serangan terjadi secara terus-menerus, tetapi tidak ada mual ataupun muntah. Vertigo akibat gangguan sistem visual biasanya dicetuskan oleh situasi yang ramai, banyak orang atau benda lalu-lalang (Nadesul, 2011).Berdasarkan gejalanya yang menonjol/klinis, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok penyakit (Anonim C, 2009) : Vertigo yang paroksismal Vertigo yang kronis Vertigo yang serangannya mendadak/akut, berangsur-angsur mengurangMasing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menurut gejala penyertanya menjadi 3 (tiga) kelompok (Anonim C, 2009) :Vertigo yang ParoksismalYaitu vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika nanti serangan tersebut muncul lagi. Di antara serangan-serangan itu penderita sama sekali bebas dari keluhan vertigo.Vertigo jenis ini dapat dibedakan lagi atas segala penyertanya, yaitu :1. Yang disertai dengan keluhan telinga : Kelompok penyakit ini memiliki kumpulan gejala/sindroma yang sama yang disebut sindrom Meniere. Termasuk di dalam kelompok ini ialah : Morbus Meniere, Araknoiditis ponto serebelaris, Sindrom Lermoyes, Serangan iskemia sepintas orteria vertebralis, Sindroma Cogan, Tumor fosa kranii posterior, Kelainan gigi/odontogen.2. Yang tanpa disertai keluhan telinga. Termasuk di sini : Serangan iskemia sepintas arteria vertebro basilaris, Epilepsi, Vertigo akibat lesi lambung, Ekuivalen migren, Vertigo pada anak (vertigo de Lenfance), Labirin picu (Trigger labyrinth).3. Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi. Termasuk di sini :- Vertigo posisional paroksismal yang laten- Vertigo posisional paroksismal benignVertigo KronisYaitu vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut.Berdasarkan gejala penyertanya, dibedakan tiga kelompok :1. Yang disertai dengan keluhan dari telinga : Otitis media kronika, Meningitis TB, Labirintitis kronika, Lues serebri, Lesi labirin akibat bahan ototoksik, Tumor serebelopontis.2. Yang tanpa disertai keluhan dari telinga : Kontusio serebri, Ensefalitis pontis, Sindrom pasca komosio, Pelagra, Siringobulbi, Hipoglikemi, Sklerosis multipleks, Kelainan okuler, Intoksikasi obat-obatan, Kelainan Psikis, Kelainan kardiovaskuler, Kelainan endokrin.3. Vertigo yang timbulnya dipengaruhi posisi :- Hipotensi ortostatik- Vertigo servikalisVertigo yang Serangannya Mendadak/Akut, Berangsur-angsur Mengurang, tetapi penderita tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan.Berdasarkan gejala penyertanya yang menonjol dibedakan atas dua kelompok :1. Disertai dengan keluhan telinga : Trauma labirin, Herpes zoster otikus, Labirinitis akuta, Perdarahan labirin, Neuritis nervus VIII, cedera pada arteria auditiva interna/arteia vestibulokoklearis.2. Tanpa disertai keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, Neuritis vestibularis, Sindrom arteria vestibularis anterior, Ensefalitis vestibularis, Vertigo epidemika, Sklerosis multipleks, Hematobulbi, Sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

2.3.3. Manifestasi Klinis Vertigo Vertigo vestibular tipe sentral :Vertigo sentral (central vertigo) melibatkan proses penyakit yang mempengaruhi batang otak (brain stem) atau cerebellum. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor atau trauma di bagian kepala, neurodegenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Vertigo sentral beronset kronis atau perlahan (gradual). Penyebab umum vertigo sentral adalah vaskuler, demyelinating, neoplasma. Intensitas vertigo sentral ringan hingga sedang. Mual (nausea) dan muntah (vomiting) jarang terjadi pada vertigo sentral. Vertigo sentral jarang berhubungan dengan posisi (positionally related). Kehilangan pendengaran (hearing loss) jarang terjadi pada vertigo sentral. vertigo sentral biasanya tidak disertai tinnitus. Defisit neurologis (neurologic deficits) umumnya terjadi pada vertigo sentral. Sifat nystagmus pada vertigo sentral adalah nonfatigable, banyak arah (multidirectional), tidak dihambat oleh fiksasi okuler.

tipe perifer :Vertigo perifer (peripheral vertigo) disebabkan oleh disfungsi struktur perifer hingga ke batang otak (brain stem). Vertigo perifer beronset akut (waktunya singkat atau serangannya cepat terjadi), durasi gejala terjadi dalam hitungan menit, harian, mingguan, namun berulang (recurrent). Penyebab umum vertigo perifer adalah infeksi (labyrinthitis), menieres, neuronitis, iskemia, trauma, toksin. Intensitas vertigo perifer sedang hingga berat. Mual (nausea) dan muntah (vomiting) umumnya terjadi pada vertigo perifer. Vertigo perifer umumnya berhubungan dengan posisi (positionally related). Kehilangan pendengaran (hearing loss) hingga ketulian (deafness) umumnya terjadi pada vertigo perifer. Tinnitus (telinga berdenging) seringkali menyertai vertigo perifer. Pada vertigo perifer tidak ada defisit neurologis. Sifat nystagmus pada vertigo perifer adalah fatigable, berputar (rotary) atau horisontal, dan dihambat oleh fiksasi okuler.Gangguan kesehatan yang biasanya berhubungan dengan vertigo perifer antara lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan) gangguan ini mengakibatkan melakukan respon yang salah terhadap sesuatu hal, penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran). Semua gangguan kesehatan itu bisa menjadi permanen jika keluhan vertigo tidak segera disembuhkan secara permanen (Anonim A, 2013). Vertigo non-vestibular :Pusing, kekosongan di kepala, dan gelap pada mata. Lesi pada bagian saraf pusat dapat menyebabkan nistagmus patologis. Vertigo non-vestibular bisa disebabkan lesi pada bagian non-vestibular dari sistem regulator keseimbangan atau bisa juga disebabkan kesalahan proses informasi di sistem saraf pusat (Anonim A, 2013).

2.3.4. Patofisiologi Vertigo pada Penyakit MeniereSetiap individu mampu berorientasi dengan lingkungan sekitar disebabakan adanya informasi yang datang dari indera. Tetapi apabila terjadi hal yang menyimpang, unit pemroses sentral tidak dapat memproses informasi secara wajar yang akhirnya memberikan tanda peringatan. Tanda tersebut dapat dalam bentuk yang disadari, seperti (Anonim C, 2009) : 1. Bersumber dari pusat vertibular ialah vertigo.2. Bersumber dari sistem saraf otonom ialah mual, muntah, dll.3. Bersumber dari sistem motorik ialah rasa tidak stabil.Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh (Anonim C, 2009) :1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfe.Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media di mulai dari daerah apeks koklea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit meniere. Perubahan posisi dari tegak menjadi telentang dengan kepala menggantung dan telinga di bawah, menyebabkan pergeseran hebat pada kupula kanalis posterior. Timbulnya vertigo memerlukan waktu beberapa detik, karena untuk pergeseran massa tersebut diperlukan waktu. Besarnya sensasi vertigo dan nistagmus dipengaruhi oleh besarnya pergeseran kupula. Vertigo yang cepat hilang dapat disebabkan karena massa telah bergeser dan kupula kembali ke posisi normal. Organ keseimbangan bekerja sebagai sebuah sistem. Ada tiga gelung pipa (semicircular canal) berisi cairan yang ketiga gelungnya bermuara ke dalam ruang vestibular. Di setiap ujung gelung pipa terdapat ujung-ujung saraf cupula yang berada dalam ruang ampulla. Cupula ini bersifat peka rangsangan jika tersentuh oleh aliran cairan dalam gelung pipa yang mengalir sesuai dengan posisi dan gerakan kepala. Dalam posisi-posisi kepala tertentu kadang aliran dalam gelung menyentuh cupula, kadang pula tidak. Ada tidaknya sentuhan aliran cairan dalam masing-masing gelung pipa terhadap masing-masing cupula yang akan memberi informasi ke otak lewat saraf keseimbangan (vestibular nerve). Informasi ini yang mengabarkan ke otak mengenai posisi tubuh. Lalu otak menata posisi seimbang dengan memerintahkan kepala dan postur tubuh jika ternyata berada dalam posisi tidak atau kurang seimbang, sehingga tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang (Andrews, 2010).

Gambar 3. Gambaran Histologi HelikotremaSumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=&imgrefurl=http%3A%2F%2Fkoklea.tripod.com%2Fkoklea.htm&h=0&w=0&sz=1&tbnid=dBe3UlGjiUwaqM&tbnh=182&tbnw=276&zoom=1&docid=X5nb6eTUHSN8hM&ei=pvYOU5uUD-S4iQfj_IDoDQ&ved=0CAIQsCUoAA

Gambar 4. Gambaran Histologi Organ CortiSumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0c/Cochlea-crosssection.png/250px-Cochlea-crosssection.png

Gambar 5. Gambaran Organ Keseimbangan

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/33/Balance_Disorder_Illustration_A.png/190px-Balance_Disorder_Illustration_A.png

2.4. Terapi Rehabilitasi Vestibular 2.4.1. Definisi Terapi Rehabilitasi VestibularTerapi rehabilitasi vestibular merupakan suatu program terapi yang didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular (Prasetya, 2012).2.4.2. Fungsi Terapi Rehabilitasi VestibularTujuan terapi ini adalah untuk mengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan dan mencegah seseorang agar tidak jatuh, yaitu dengan cara mengembalikan fungsi sistem vestibular. Adapun tujuan yang lain dari VRT, yaitu untuk meningkatkan stabilitas gaze (adaptasi vestibular), meningkatkan stabilitas postural, memperbaiki vertigo, serta memperbaiki aktivitas sehari-hari (Prasetya, 2012).Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit meniere, terapi profilaktif juga belum memuaskan, tetapi 60-80% akan remisi spontan atau mengurangi serangan sesuai dengan gejala yang tampak dan memperbaiki vertigo episodik atau berulang (Purnama, 2012).2.4.3. Jenis dan Mekanisme Terapi Rehabilitasi VestibularTerapi pada Penyakit Meniere dapat berupa medikamentosa simtomatik dan rehabilitasi non-invasif. Terapi medikamentosa simtomatik berupa obat-obatan yang hanya mengurangi serangan sesuai dengan gejala yang tampak.Selama masa serangan, pasien dianjurkan untuk berbaring pada tempat datar. Menggerakkan anggota badan sesedikit mungkin, dengan mata terbuka dan melihat suatu fokus tempat secara tetap. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi perasaan berputar. Tetaplah pada posisi ini sampai serangan vertigo hilang, kemudian bangun secara perlahan-lahan. Setelah serangan pasien merasa sangat kelelahan dan butuh tidur untuk beberapa jam. Jika perasaan mual dan berputar tetap muncul dalam jangka waktu lebih dari 24 jam, maka yang dilakukan pertama adalah pemberian obat-obat simtomatik, seperti sedative dan bila terdapat mual dapat diberikan anti muntah. Setelah diagnosis telah ditemukan, baru diobati penyebabnya. Untuk mengurangi tekanan hydrops endolimfe, maka diberikan obat-obatan vasodilator. Tekanan endolimfe juga dapat dikurangi dengan cara disalurkan ketempat lain dengan jalan operasi, yaitu dengan membuat shunt. Untuk memperkuat syaraf pada penyakit meniere, dapat diberikan obat-obatan neurotonik dan obat-obatan anti iskemik. Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih sistem vestibuler, terapi ini sangat menolong. Kadang-kadang vertigo dapat diatasi dengan latihan teratur dan baik (Andrews, 2010).Obat-obat yang sering digunakan selama serangan berlangsung (Nuzulul, 2011) :1. Sedatif Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo.2. Antihistamin dan antiemetik Antihistamin dan antiemetik tertentu efektif menghentikan atau mengurangi keparahan serangan vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin (Marezine). Antiemetik yang biasa digunakan adalah antiemetik diferidol.3. AntikolinergikProbantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.4. VasodilatorVasodilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskular.5. DiuretikDiuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe.6. Obat supresi vestibular Klonazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan Lorazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan Diazepam, diberikam 2 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan Meclizine, diberikan 12,5 -25 mg 3-4 kali sehari

Terapi rehabilitasi vestibular (berupa non-invasif/tidak mengganggu fungsi organ lain) : LabyrinthectomyLabyrinthectomy atau destruksi total pada labirintus membranaseus, (penghancuran bagian vestibular telinga dalam) merupakan terapi pembedahan untuk menyembuhkan vertigo berulang/episodik pada penyakit Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan fungsi pendengaran secara total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan apabila pada salah satu telinga sudah kehilangan pendengaran sedangkan telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi normalnya (Anonim D, 2012).Ketika pendengaran kurang dari 80 dB atau kurang dari 20% (6 Pasien) skor pengenalan kata, labyrinthectomy direkomendasikan. Prosedur ini dilakukan lewat canalis auricularis dan mengorbankan fungsi pendengaran. Setelah flap timpanomeatal diangkat melalui canalis auricularis, labyrinthectomy yang meliputi pengeboran promontorium dan pembukaan membran basalis dari koklea. Kemudian neuroepitelium dari labyrinth diangkat dengan sudut yang tepat. Namun kadang-kadang pengontrolan vertigo dapat tidak berhasil dengan labyrinthectomy. Teknik ini cepat dan merupakan standar pembedahan penyakit meniere. Teknik ini terbukti aman dengan insiden komplikasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus paralisis fasialis setelah pembedahan (Andrews, 2010). Akan tetapi, terapi tersebut merupakan pilhan terakhir karena harus mengorbankan fungsi pendengaran secara total dan permanen (Zhai, 2010).

Gambar 6. Gambaran Teknik LabyrinthectomySumber : http://www.dizziness-and-balance.com/images/Canal-Plug-d.jpg Intratympanic Dexamethasone or intratympanic GentamicinDeksametason merupakan anestesi lokal namun jenis obat ini kurang efektif bila dibandingkan dengan gentamisin. Akan tetapi, resiko efek samping dari obat ini lebih rendah dibandingkan dengan gentamisin.Suntikan gentamisin berisi antibiotik beracun diberikan melalui gendang telinga dengan menggunakan jarum kecil ke telinga bagian dalam (Post, 2010).Prosedur pengobatan bedah ini paling tidak invasif terhadap pengobatan penyakit meniere. Tujuan prosedur terapi adalah untuk mengobati telinga yang bergejala dengan obat vestibulotoksik untuk menghasilkan defisit vestibular menyeluruh selama meminimalisir hilangnya pendengaran.Keuntungan dari pemberian obat secara langsung pada telinga bagian dalam adalah (Andrews, 2010) : Penyakit telinga diobati secara langsung tanpa mempengaruhi fungsi sistemik tubuh Mencegah efek samping sistemik Konsentrasi tinggi obat pada pengobatan telinga bagian dalam dapat diperoleh Pengobatan rendah biaya dibandingkan dengan labyrinthectomy Dibandingkan dengan labyrinthectomy, pengobatan ini mempunyai resiko lebih rendah karena tidak ada anestesi umumHal-hal yang diperlukan pada prosedur meliputi anestesi telinga dengan suntikan, setelah itu dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani. Telinga tengah diamati dengan endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi membran diatas koklea. Jika terdapat obstruksi membran, maka harus diambil terlebih dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan ke dalam tympanostomy dan obat dimasukkan lewat tabung ventilasi kedalam koklea sampai terdapat tahanan.Standar dosis yang digunakan adalah dosis rendah (3 mg/ml) 1-2 suntikan perbulan. Jika menggunakan dosis tinggi (3 mg/ml) 4-6 suntikan perminggu, maka akan mempunyai efek samping atau resiko yang besar seperti kehilangan fungsi pendengaran dan seringkali vertigo yang berkepanjangan akibat dari dosis yang diberikan terlalu tinggi (Timothy, 2013).26 pasien menjalani injeksi intratympanic deksametason. Pusing membaik pada 70% (14 Pasien), tinnitus membaik pada 41% (7 Pasien), dan kepenuhan aural membaik pada 36% (4 Pasien). Pada kelompok intratympanic gentamicin pada 2 tahun follow-up 81% (20 Pasien). Pada kelompok gentamisin, 4 pasien menunjukkan penurunan PTA (nilai ambang post treatment) dari 10 dB sedangkan pada kelompok deksametason tidak berubah (Nguyen, 2009).

Gambar 7. Gambaran Teknik Intratympanic Dexamethasone or intratympanic GentamicinSumber : http://www.dizziness-and-balance.com/treatment/ttg.htmlTabel 1. Jenis Terapi Rehabilitasi Vestibular

Sumber : http://www.dizziness-and-balance.com/treatment/ttg.html

2.5. PembahasanDari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Terapi pada Penyakit Meniere dapat berupa medikamentosa simtomatik dan rehabilitasi non-invasif. Terapi medikamentosa simtomatik berupa obat-obatan yang hanya mengurangi serangan sesuai dengan gejala yang tampak, sedangkan pada Penyakit Meniere terdapat keluhan vertigo berulang, untuk meringankan atau mengurangi keluhan tersebut maka dilakukan terapi rehabilitasi vestibular (berupa non-invasif). Terapi rehabilitasi vestibular merupakan suatu program terapi yang didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan dan mencegah seseorang agar tidak jatuh, yaitu dengan cara mengembalikan fungsi sistem vestibular. Terapi rehabilitasi vestibular (non-invasif) pada Penyakit Meniere berupa intratympanic dexamethasone or intratympanic gentamicin, dan labyrinthectomy. Pada terapi intratympanic dexamethasone or intratympanic gentamicin dilakukan dengan menyuntikan gentamisin (3 mg/ml) berisi antibiotik beracun atau deksametason (1 mg/ml) dosis rendah yang diberikan melalui gendang telinga menggunakan jarum kecil ke telinga bagian dalam dibiarkan 30 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani. Telinga tengah diamati dengan endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi membran diatas koklea. Jika terdapat obstruksi membran, maka harus diambil terlebih dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan ke dalam tympanostomy dan obat dimasukkan lewat tabung ventilasi kedalam koklea sampai terdapat tahanan sampai mengenai organ target keseimbangan vestibular yaitu sakkulus dan utrikulus yang terdapat pada labirin canalis semisircularis. Jika menggunakan dosis tinggi, maka akan mempunyai efek samping atau resiko yang besar seperti kehilangan fungsi pendengaran dan seringkali vertigo yang berkepanjangan akibat dari dosis yang diberikan terlalu tinggi. Pada jurnal terdapat 26 pasien menjalani injeksi intratympanic deksametason. Pusing membaik pada 70% (14 Pasien), tinnitus membaik pada 41% (7 Pasien), dan kepenuhan aural membaik pada 36% (4 Pasien). Pada kelompok intratympanic gentamicin pada 2 tahun follow-up 81% (20 Pasien). Pada kelompok gentamisin, 4 pasien menunjukkan penurunan PTA (nilai ambang post treatment) dari 10 dB sedangkan pada kelompok deksametason tidak berubah.

BAB IIIREHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE DILIHAT DARI SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM

3.1.Pandangan Islam tentang Fungsi Telinga Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kesempurnaan. Baik kesempurnaan jasmani dan rohani yang sangat berpengaruh pada perkembangan manusia. Saat terjadinya proses penciptaan manusia serta terbentuknya organ-organ tubuh, hal itu sangat berperan penting di dalam proses suatu kehidupan. Salah satu organ tubuh yang ada pada hampir setiap manusia adalah telinga (Anonim B, 2013). Telinga adalah salah satu organ pengindera yang berfungsi sebagai alat pendengaran dalam tubuh (Sherwood L, 2009). Allah SWT berbicara tentang pendengaran dan berfirman dalam beberapa ayat Al-Quran, yaitu di antaranya (Ashuri, 2011) :

Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, pengelihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Q.S Al-Muminun (23); 78)

Artinya : Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S Al-Sajdah (32); 9)

Artinya : Katakanlah : Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S Al-Mulk (67); 23)

Dari ketiga ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan pendengaran secara sempurna agar manusia bersyukur. Dalam hal ini bersyukur adalah dengan menggunakan dan menjaga dengan baik alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran Allah SWT serta taat beribadah dan patuh kepada-Nya. Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk beribadah. Sebagaimana firman-Nya (Yazid, 2007) :

Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.(Q.S. Adh-Dhariyat (51); 56)

Dari ayat yang telah dikemukakan di atas, tampak jelas bahwa Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Ibadah adalah mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT seperti amalan wajib dan sunah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya seperti haram dan makruh (Hamdani, 2012). Semua itu nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya yaitu (Hamzah, 2012) :

Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, peglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra (17); 36)Berdasarkan uraian di atas, Allah SWT menciptakan manusia dengan segala kesempurnaan. Salah satu bentuknya yaitu dengan adanya organ telinga yang berfungsi sebagai indera pendengaran dalam tubuh. Kesempurnaan itu harus disyukuri dan dijaga dengan baik untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah dengan mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Hal ini saling berkaitan, karena semua yang dikerjakan itu nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

3.2.Pandangan Islam tentang Penyakit Meniere Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang secara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe (hidrops endolimfe) pada telinga dalam (Andrews, 2010). Dalam kehidupan, manusia akan diuji dengan bermacam-macam ujian antara lain dihadapi oleh suatu penyakit, baik rohani maupun jasmani. Semua itu didatangkan oleh Allah SWT sebagai suatu ujian yang harus dihadapi (Kurnia, 2013). Sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. (QS. Al-Baqarah (2); 155)Ayat di atas menjelaskan sesungguhnya dunia adalah darul-bala (tempat ujian). Siapa yang tidak mendapat ujian atau musibah dalam hartanya, akan diuji jasadnya. Maka sudah merupakan sunnatullah bahwa setiap insan pastilah akan mendapatkan ujian dan cobaan baik berupa keburukan atau kebaikan. Allah SWT telah menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini adalah ujian dan cobaan sebagaimana dalam firman-Nya (Kurnia, 2013) :

Artinya : "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(Q.S. Al-Mulk (2); 67)Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT akan menguji setiap orang dengan ujian atau cobaan dan manusia tidak bisa menghindar. Hikmah dari ujian atau cobaan itu agar manusia dapat mempersiapkan diri untuk bisa bersikap sabar. Sebagaimana firman Allah SWT (Putra, 2009) :

Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Q.S Al-Baqarah (2); 177)

Allah SWT akan memberikan balasan kepada orang yang sabar :

Artinya : Sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Q.S An Nahl (16); 96)Seorang muslim bersifat sabar akan meningkat ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT dan mendapatkan pahala yang dilipat gandakan, sesuai dengan hadits Nabi SAW (Hafis, 2009) : : : [ ]Artinya : Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahualaihi wasallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi : Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan. (HR. Bukhori dan Muslim)

Berdasarkan uraian di atas, Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi fungsi pendengaran dan keseimbangan tubuh. Dalam suatu kehidupan, manusia nantinya akan mengalami penyakit yang berbeda-beda. Semua itu didatangkan oleh Allah SWT sebagai suatu ujian atau cobaan yang harus dihadapi. Manusia tidak akan terhindar dari cobaan atau ujian, maka setiap orang harus mempersiapkan diri untuk bisa bersikap sabar. Allah SWT tidak akan memberi cobaan atau ujian di luar kemampuan umatnya. Seseorang yang mempunyai sifat sabar, ketakwaan dan keimanannya kepada Allah SWT akan ditingkatkan serta pahala yang didapatkan akan dilipat gandakan.

3.3.Pandangan Islam tentang Rehabilitasi Vestibular pada Penyakit MenierePenyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi fungsi pendengaran dan keseimbangan tubuh. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus dan pendengaran yang berkurang secara progresif. Penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat (Andrews, 2010). Pada penyakit meniere terdapat keluhan vertigo berulang, hal itu disebabkan karena adanya hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum (Anonim C, 2009).Vertigo yang berulang dapat mengganggu fungsi keseimbangan tubuh. Pada diri manusia, fungsi keseimbangan dalam tubuh mempunyai peranan penting. Jika keseimbangan tidak berfungsi dengan baik, seseorang tidak dapat berdiri seimbang dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik. Allah SWT menganjurkan kepada setiap manusia agar seimbang dalam segala sesuatunya, dalam menjalani kehidupan ataupun penyakit diri. Allah SWT tidak menyukai hal yang berlebih-lebihan, Allah Taala berfirman (An-Najah, 2010 ) :

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Q.S Al-A'raaf (7); 31)Dari penggalan ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT mengajarkan kepada manusia untuk hidup seimbang dan Allah SWT tidak menyukai hal yang kadarnya berlebih-lebihan (Ridwan, 2012). Oleh karena itu, untuk mengembalikan cairan endolimfe agar tetap seimbang dalam gejala vertigo pada penyakit meniere dilakukan terapi rehabilitasi vestibular (Prasetya, 2012).Terapi rehabilitasi vestibular merupakan program terapi yang didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular (Prasetya, 2012).Berobat dilakukan untuk kesembuhan diri dan tidak memperburuk. Ada cara berobat yang sesuai dengan syariat agama Islam antara lain dengan menggunakan bacaan ayat Al-Quran atau doa-doa di dalam Al-Quran yang diajarkan oleh Nabi diniatkan untuk mengobati pada bagian yang terkena sakit. Cara ini dengan izin Allah SWT akan menyembuhkan orang yang terkena penyakit. Uraian tersebut terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-Nya (Zuhri, 2011) : Artinya : Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat penyakit tersebut mengenai (orang yang sakit) maka dia akan sembuh atas izin Allah SWT. (HR. Muslim)

Artinya : Bahwasanya Nabi dahulu apabila terkena sakit beliau membaca untuk (mengobati) dirinya dengan muawwidzat (yaitu surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas).(HR. Muslim)

Dan berobat pada orang ahlinya, sesuai dengan ayat Al-Quran (Miftah, 2010) : Artinya : "Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai keahlian jika kamu tidak mengetahui."(QS. An-Nahl (16); 43)

Berdasarkan ayat di atas, setiap penyakit harus diobati dan dilakukan oleh orang yang ahlinya, agar mendapatkan cara pengobatan yang baik dan dapat disembuhkan penyakitnya. Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Manusia hanya berusaha dengan baik untuk memperoleh kesembuhan dan akhirnya tetap atas izin Allah SWT penyakit itu dapat disembuhkan. Manusia berusaha untuk melakukan pengobatan, tetapi tetap dengan menggunakan obat dan teknik yang dihalalkan.Pada dasarnya tujuan terapi yang berlandaskan pengobatan dalam hukum Islam dibolehkan. Pengobatan dalam hal ini dilakukan oleh dokter ahlinya berdasarkan tujuan untuk mengurangi gejala vertigo pada penyakit meniere. Teknik yang digunakan berupa intratympanic gentamicin dengan menyuntikan gentamisin berisi antibiotik beracun dosis rendah (3 mg/ml, 1-2 suntikan perbulan) yang diberikan melalui gendang telinga menggunakan jarum kecil ke telinga bagian dalam dibiarkan 30 menit dan setelah itu dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani. Telinga tengah diamati dengan endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi membran diatas koklea. Jika terdapat obstruksi membran, maka harus diambil terlebih dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan ke dalam tympanostomy dan obat dimasukkan lewat tabung ventilasi ke dalam koklea sampai terdapat tahanan (Andrews, 2010). Terapi rehabilitasi vestibular menggunakan obat deksametason berisi cairan anestesi lokal dan gentamisin berisi cairan antibiotik beracun dengan tidak ada yang mengandung unsur haram atau mengancam jiwa. Rasulullah melarang berobat dengan barang haram dan berobat kepada dukun, paranormal dan sejenisnya, atau menggunakan jimat (Yafie et al, 1997). Rasulullah SAW bersabda : Artinya: Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan menjadikan untuk kalian bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, berobatlah, tetapi jangan berobat dengan barang haram. (HR. Abu Daud)

Dari hadits di atas dijelaskan bahwa Allah SWT menurunkan penyakit kepada manusia dan Allah SWT pula yang memberi obat dari setiap penyakitnya. Dalam berobat tidak boleh mengandung unsur haram. Pada dasarnya di dalam Islam seorang muslim dianjurkan untuk menjaga 5 pokok kemaslahatan yang menjadi prinsip dasar dalam syariat, yaitu memelihara agama (Hifzh Ad-Din), memelihara jiwa (Hifzh An-Nafs), memelihara akal (Hifzh Al-Aql), memelihara keturunan (Hifzh An-Nasl), memelihara harta (Hifzh Al-Mal). Kelima pokok kemaslahatan tersebut harus dijaga demi tegaknya syariat dan aturan Islam. Memelihara jiwa (Hifzh An-Nafs) merupakan salah satu pondasi eksistensi manusia. Hidup yang dijalani harus dipelihara karena merupakan rahmat Allah SWT yang harus disyukuri dengan sebaik-baiknya. Berikhtiar dan mengupayakan pengobatan termasuk dalam memelihara jiwa (Hifzh An-Nafs) (Lismanto, 2012). Terapi rehabilitasi vestibular merupakan pengobatan yang termasuk memelihara jiwa (Hifzh An-Nafs) manusia, bertujuan untuk mengurangi gejala vertigo berulang dengan harapan dapat mengembalikan keseimbangan cairan di telinga dan meminimalisir gangguan fungsi pendengaran. Organ telinga tersebut nantinya digunakan manusia sebagai indera pendengaran untuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT, yang sebagaimana dalam firman-Nya Q.S. Adh-Dhariyat (51); 56 (Yazid, 2007).

BAB IVKAITAN PANDANGAN ANTARA KEDOKTERAN DAN ISLAM TENTANG REHABILITASI VESTIBULAR PADA PENYAKIT MENIERE

Setelah memperhatikan uraian pada bab II dan bab III, maka kaitan pandangan antara kedokteran dan Islam tentang rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere adalah sebagai berikut : menurut ilmu kedokteran Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang dapat mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berupa vertigo berulang, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang, biasanya pada satu telinga. Pada Penyakit Meniere terdapat keluhan berupa vertigo berulang. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum, untuk meringankan atau mengurangi keluhan tersebut dilakukan terapi rehabilitasi vestibular. Terapi rehabilitasi vestibular merupakan suatu program terapi yang didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular. Dalam hal ini terapi intratympanic gentamicin dosis rendah (3 mg/ml, 1-2 suntikan perbulan) bermanfaat untuk mengurangi gejala vertigo pada Penyakit Meniere.Berdasarkan pandangan Islam terapi rehabilitasi vestibular dapat digunakan pada Penyakit Meniere dalam rangka memelihara jiwa (Hifzh An-nafs) manusia dan bermanfaat untuk mengurangi keluhan berupa gejala vertigo yang berulang pada Penderita Meniere. Substansi dan teknik suntikan obat yang diberikan dalam terapi tersebut tidak mengandung unsur haram dan tidak bertentangan dengan syariat Islam maka diperbolehkan berobat oleh dokter ahlinya.Pendapat Kedokteran dan Islam dalam hal terapi rehabilitasi vestibular pada Penyakit Meniere tetap digunakan karena bermanfaat untuk mengembalikan keseimbangan cairan di telinga bagian dalam dengan efek samping meminimalisir gangguan pendengaran dan pengobatan tersebut dapat mengurangi gejala vertigo yang berulang untuk Penderita Meniere.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN1. Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang dapat mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Pada Penyakit Meniere terdapat keluhan vertigo berulang yang disebabkan adanya hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum, untuk meringankan atau mengurangi keluhan tersebut maka dilakukan terapi rehabilitasi vestibular. Terapi rehabilitasi vestibular merupakan suatu program terapi yang didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular. Terapi tersebut bermanfaat untuk mengembalikan keseimbangan cairan di telinga bagian dalam dengan efek samping meminimalisir gangguan pendengaran. Pada terapi intratympanic gentamicin dengan dosis rendah (3 mg/ml, 1-2 suntikan perbulan) yang diberikan melalui gendang telinga menggunakan jarum kecil ke telinga bagian dalam bermanfaat 81 % untuk pengobatan yang bertujuan mengurangi gejala vertigo pada penyakit meniere.2. Organ telinga berfungsi sebagai indera pendengaran dan keseimbangan dalam tubuh. Telinga sebagai indera pendengaran difungsikan dengan baik untuk beribadah kepada Allah SWT, sedangkan pada keseimbangan telinga berfungsi agar manusia berdiri seimbang serta melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Dalam hal ini, Allah SWT menganjurkan manusia untuk hidup seimbang dan tidak berlebih-lebihan untuk kesehatan dirinya sendiri.3. Terapi rehabilitasi vestibular merupakan program terapi yang didesain untuk menghasilkan adaptasi dan substitusi terhadap vestibular sehingga bermanfaat untuk mengembalikan keseimbangan cairan di telinga bagian dalam pada Penderita Meniere. Substansi dan teknik suntikan obat yang diberikan tidak mengandung unsur haram serta tidak bertentangan dengan syariat Islam maka pengobatan dalam hal ini hukumnya diperbolehkan.5.2. SARAN1. Kepada masyarakat haruslah menjaga kebersihan tubuh seperti organ telinga yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan keseimbangan dalam tubuh.2. Kepada dokter muslim agar lebih meningkatkan pengetahuan dalam perkembangan ilmu kedokteran yang berkembang pesat disertai pengetahuan tentang agama agar dokter muslim mempunyai pengetahuan untuk edukasi mengurangi, mencegah dan mengobati gejala vertigo pada Penyakit Meniere.3. Kepada peneliti diharapkan lebih menjelaskan secara detail sampel penelitian dalam jurnal agar dapat dibandingkan pada setiap terapi yang diberikan.4. Bagi para ulama disarankan agar selalu mengingatkan umat muslim untuk menjaga kebersihan tubuh salah satunya organ telinga. Selain itu juga menerangkan betapa pentingnya anjuran berobat dengan bekerja sama dokter ahlinya untuk mengurangi gejala vertigo berulang pada Penyakit Meniere.

xii

ii