Upload
others
View
32
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
311
METODE TIM PERAWAT DAN KINERJA PERAWAT
DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
ERWIN SILITONGA
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan. Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif yang baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seperti memberikan
pendidikandan pelayanan yang optimal dapat tercapai.
Metode. Desain Penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 78 orang
dan sampel berjumlah 44 orang dengan tehnik pengambilan sampel random
sampling.
Hasil. Penelitian ini didapatkan penerapan metode tim mayoritas kurang baik
sebanyak 25 orang (56,8%), dan kinerja perawat pelaksanan dalam pemberian
pendidikan kesehatan mayoritas kurang baik sebanyak 19 orang (43,2%). Hasil uji
korelasi Spearman’s menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan di RSUD Tapanuli Selatan (p value = 0,001<0,05).
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka manajemen RSUD Tapanuli
Selatan mengevaluasi secara berkala penerapan metode tim agar dapat
meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seperti
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien.
Kata Kunci: Metode Tim, pendidikan kesehayan
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
312
PENDAHULUAN
Kinerja perawat merupakan
alat yang paling dapat di percaya
oleh manajer perawat dalam
mengontrol sumber daya manusia
dan produktivitas baik kerja individu
dan juga tim. Proses penilaian kinerja
dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan perilaku pegawai
dalam rangka menghasilkan jasa
keperawatan dalam kualitas dan
volume yang tinggi (Nursalam,
2011).
Metode tim perawat
merupakan pembertian asuhan
keperawatan pada sekelompok klien
oleh sekelompok perawat dengan
berbagai jenjang kompetensi
dipimpin oleh ketua tim dengan
kompetensi yang lebih tinggi dari
anggota tim. Keberhasilan
pelaksanaan metode asuhan ini tidak
terlepas dari kinerja seorang perawat
dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien(Blais,
Hayes, Kozier, dan Erb 2007).
Tindakan asuhan
keperawatan salah satunya adalah
dengan melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien yang
merupakan proses membantu
seseorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai
hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain
untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara
kesehatannya dan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik saja,
tetapi juga meningkatkan atau
memperbaiki lingkungan (baik fisik
maupun non fisik) dalam rangka
memelihara dan meningkatkan
kesehatan dengan penuh kesadaran
(Erwin Setyo K, 2012).
Penelitian ini tujuan
umumnya adalah untuk mengetahui
hubungan penerapan metode tim
dengan kinerja perawat pelaksana
dalam pemberian pendidikan
kesehatan. Tujuan khususnya adalah
untuk mengidentifikasi penerapan
metode tim yang digunakan di ruang
rawat inap dan kinerja perawat
pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan di Rumah
Sakit Umum Daerah Tapanuli
Selatan.
Menurut Nursalam (2013),
ada beberapa kelebihan dan
kekurangan metode tim yaitu;
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
313
Kelebihan
1. Dapat memfasilitasi pelayanan
keperawatan secara komprehensif
2. Memungkinkan pelaksanaan
proses keperawatan
3. konflik antar staf dapat
dikendalikan melalui rapat dan
efektif untuk belajar
4. Memberikepuasan anggota tim
dalam berhubungan interpersonal
5. Memungkinkan meningkatkan
kemempuan anggota tim yang
berbeda-beda secara afektif
6. Peningkatan kerja sama dan
komunikasi diantara anggota tim
dapat menghasilkan sikap moral
yang tinggi, memperbaiki fungsi
staf secara keseluruhan,
memberikan anggota tim perasaan
bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan
keperawatan yanvg diberikan
7. Akan menghasilkan kualitas
asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggunga jawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat
untuk selalu bersama klien selama
bertugas
Kelemahan
1. Ketua tim menghabiskan banyak
waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus
mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim dapat
menimbulkan fragmentasi
keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total.
3. Rapat tim membutuhkan waktu
sehingga pada sitiuasi sibuk rapat
tim ditiadakan, sehingga
komunikasi antar anggota tim
terganggu
4. Perawat yang belum terampil dan
belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung
kepada anggota tim yang mampu
5. Akontabilitas dari tim menjadi
kabur
6. Tidak efisien bila dibandingkan
dengn model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang
mempunyai keterampilan tinggi.
Wood (Fitriani,2014) menyatakan
pendidikan kesehatan adalah
pengalaman yang bermanfaat dalam
mempengaruhi kebiasaan, sikap dan
pengetahuan seorang atau
masyarakat. Nyawander (Fitiriani,
2011) menyatakan pendidikan
kesehatan dalah proses perubahan
perilaku yang dinamis, bukan proses
pemindahan materi dari seseorang ke
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
314
orang lain bukan pula seperangkat
prosedur.
Stuart (Fitriani, 2011)
menyatakan pendidikan kesehatan
adalah merupakan komponen
program kesehatan yang isinya
perencanaan untuk perubahan
perilaku individu, krlompok dan
masyarakat sehubgungan dengan
pencegahan penyakit, pemyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
Join Commiission on Health
Education, USE (Fitriani,2011)
menyatakan pendidikan kesehatan
adalah kegiatan-kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan orang dan membuat
keputusan yang tepat sehubungan
dengan pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Susilo Wirawan,
bahwa pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan
kesehatan pada anak melalui ibu
rumah tangga. Pengetahuan yang ada
pada seseorang diterima melalui
indera. Menurut para ahli yang
paling banyak menyalurkan
penegtahuan kedalam otak adalah
indera pandang, kurang lebih 75%
smapai 87% dari pengetahuan
manusia diperoleh melalui indera
pandang 13% melalui indera
pendengaran dan 12% lainnya
tersalur melalui indera yang lain
sehingga salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan sesorang mengenai
kesehatan adalah dengan cara
pendidikan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2003)
peran perawat dalam pendidikan
kesehatan salah satunya adalah
sebagai pendidik yang meliputi:
a. Memberikan pendidikan,
bimbingan, dan pelatihan kepada
tenaga keperawatan dan tenaga
kesehatan lainnya(bagi yang
belum mampu) dalam hal
kesehatan, pendidikan kesehatan
dan lainnya, sehingga mereka
tahu, mau dan mampu
melaksanakan tugas penyuluhan.
b. Memberi pendidikan, bimbingan,
dan pelatihan kepada poara kader
kesehatan, kader posyandu, kader
desa wisma dan lainnya.
c. Memberi pendidikan, bimbingan,
dan pelatihan kepada klien dan
keluarganya.
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif korelasi
dengan rancangan cross sectional
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
315
yaitu yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan penerapan
metode tim dengan kinerja perawat
pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum
Daerah Tapanuli Selatan yang
dilaksanakan tahun 2019.
Populasi responden dalam
penelitian ini adalah semua perawat
di rawat inap RSUD Tapanuli
Selatan yang berjumlah 78 orang.
Penentuanjumlah responden
menggunakan tekhnik random
samplingdanresponden. Besarnya
sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin sehingga
jumlah responden dalam penelitian
ini sebanyak 44 orang yang jumlah
setiap ruangan ditentukan untuk
mewakili. Alat pengumpulan data
dalam penelitian ini untuk metode
tim peneliti mengunakan kuesioner
25 pernyataan diadopsi dari
penelilitian Yusra Mizarra (2017)
dengan cronbach alpha yaitu 0,917,
sedangkan untuk pendidikan
kesehatan peneliti menggunakan
kuesioner 15 pernyataan diadopsi
dari penelilitian Arisal Rijani (2018)
dengan cronbach alpha yaitu 0,850.
Analisa data hubungan antara
penerapan metode tim dengan kinerja
perawat pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan di RSUD
Tapanuli Selatan menggunakan uji
statistik korelasi Spearman’s dengan
α < 0,05 dan CI 95%, dikarenakan
data hasil penelitian berbentuk data
ordinal. Didapatkan hasil, adanya
hubungan yang signifikan antara
penerapan metode tim dengan kinerja
perawat pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan di RSUD
Tapanuli Selatan dengan nilai p
value=0,001 (< α 0,05)
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian yang
digunakan yaitu deskriptif korelasi
dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian
sebanyak 78 orang dan sampel
berjumlah 44 orang dengan tehnik
pengambilan sampel random
sampling.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisa univariat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
316
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15 34.1
Perempuan 29 65.9
Total 44 100.0
Usia
17-25 Tahun 4 9.1
26-35 Tahun 14 31.8
36-45 Tahun 13 29.6
45-55 Tahun 7 15.9
56-65 Tahun 6 13.6
Total 44 100.0
Pendidikan
SPK 5 11.4
D3 Keperawatan 9 20.5
D4 Keperawatan 15 34.1
S1 Keperawatan 9 20.4
Ners 6 13.6
Total 44 100.0
Masa Kerja
< 1 Tahun 7 15.8
1-2 Tahun 20 45.5
3-4 Tahun 12 27.3
> 5 Tahun 5 11.4
Total 44 100.0
Berdasarkan tabel 1, maka
berdasarkan data demografi di RSUD
Tapanuli Selatan mayoritas berjenis
kelamin perempuan sebanyak 29
orang (65,9%), berusia 26-35 tahun
sebanyak 14 orang (31,8%),
pendidikan D4 Keperawatan
sebanyak 15 orang (34,1%) dan masa
lama kerja 1-2 tahun sebanyak 20
orang (45,5%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Penerapan Metode Tim
Penerapan Metode Tim n %
Buruk 3 6.8
Kurang Baik 25 56.8
Baik 16 36.4
Total 44 100.0
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
317
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat
bahwa penerapan metode tim di
RSUD Tapanuli Selatanmayoritas
responden menyatakan kurang baik
sebanyak 25 orang (56,8%).
Hasil penelitian ini didukung
dengan hasil penelitian yang
dilakukan Aifah, (2017) di ruangan
Dahlia di RSUD Dr. Pirngadi Medan
diperoleh sebagian besar pelaksanaan
tidak sesuai standar pelaksanaan
yaitu sebesar (54,7%) yang sesuai
dengan standar pelaksanaan yaitu
berdasarkan pembagian tanggung
jawab menangani pasien, dan
tanggung jawab ketua tim. Selain
daripada itu jika dilihat dari
frekuensi tiap elemen berdasarkan
kuesioner yang dibagikan oleh
peneliti, didapatkan untuk elemen
kepemiminan, koordinasi, dan
komunikasi sebagian besar pada
kategori belum optimal. Ketiga
elemen inilah yang mempengaruhi
masih adanya penerapan metode tim
yang belum optimal di ruangan
Dahlia di RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
Hasil penelitian ini juga didukung
oleh pendapat Sitorus (2006) yang
mengatakan bahwa anggota tim
harus menghargai kepemimpinan
ketua tim karena ketua tim
membantu anggotanya untuk
memahami dan melakukan tugas
sesuai dengan kemampuan mereka.
Dan pelaksanaan metode penugasan
tim yang baik adalah harus mampu
memfasilitasi pelayanan keperawatan
yang komprehensif, menerapkan
penggunaan proses keperawatan
sesuai standar dan menyatukan
kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda.
Pelaksanaan metode tim RSUD
Tapanuli Selatan mayoritas kurang
baik, hal ini dikarenakan belum
sesuainya penerapan metode tim
yang dilakukan oleh perawat sesuai
dengan standart yang berlaku, seperti
ketua tim belum semuanya diketuai
oleh perawat profesional, pembagian
pertanggung jawaban pasien pertim
belum seimbang. Dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana,
pelaksanaan ronde keperawatan di
ruangan belum optimal. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan
tentang ronde keperawatan . Hanya
64,7% perawat yang tahu tentang
ronde keperawatan. Berdasarkan
tugas dan tanggung jawab ketua tim,
pengkajian awal kepada pasien
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
318
sering dilakukan oleh perawat
pelaksana, sementara pengkajian
awal merupakan tugas dari ketua
tim.
Menurut asumsi peneliti
penerapan metode tim yang optimal
akan tercapai apabila semua anggota
tim saling bekerjasama, menghargai,
menghormati setiap pemimpin dan
melakukan komunikasi serta
koordinasi yang baik antar sesama
anggota tim.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Pelaksanan
Dalam Pemberian Pendidikan Kesehatan Kinerja Perawat Pelaksana n %
Buruk 6 13.6
Kurang Baik 19 43.2
Baik 16 36.4
Sangat Baik 3 6.8
Total 44 100.0
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat
bahwa kinerja perawat pelaksana
dalam pemberian pendidikan
kesehatan di RSUD Tapanuli
Selatanmayoritas menyatakan kurang
baiksebanyak 19 orang(43,2%).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dilihat bahwa mayoritas kinerja
perawat pelaksanan dalam pemberian
pendidikan kesehatan di RSUD
Tapanuli Selatan adalah kurang baik
sebanyak 43,2%. Hal ini dapat dilihat
pada pilihan jawaban responden pada
pernyataan kuesioner, bekerjasama
dengan anggota tim dalam
memberikan pendidikan kesehatan,
dengan pilihan jawaban 20% tidak
pernah, 30% jarang, 32% selalu dan
18% sering. Pernyataan bekerjasama
dengan perawat lainnya untuk menilai
hasil pelaksanaan program pendidikan
kesehatan, dengan pilihan jawaban
15% tidak pernah, 37% jarang, 29%
selalu dan 19% sering. Pernyataan
aktif dalam memberi masukan kepada
tim agar pelayanan kepada pasien dan
keluarga semakin lebih baik, dengan
pilihan jawaban 45% tidak pernah,
27% jarang, 23% selalu dan 5%
sering. Dan pernyataan memberikan
bimbingan kepada perawat lain dalam
memberikan pendidikan kesehatan,
dengan pilihan jawaban 30% tidak
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
319
pernah, 29% jarang, 21% selalu dan
20% sering.
Kinerja perawat merupakan
serangkaian kegiatan perawat yang
memiliki kompetensi yang dapat
digunakan dan ditunjukkan dari hasil
penerapan pengetahuan, keterampilan
dan pertimbangan yang efektif dalam
memberikan pelayanan
keperawatan.Kinerja perawat
pelaksana dipengaruhi oleh 3 variabel
yaitu variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologis.
Variabel individu, terdiri dari
kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, demografi dan latar
belakang keluarga. Variabel psikologi
terdiri dari persepsi, sikap, motivasi,
kepribadian dan belajar. Variabel
organisasi terdiri dari sumber daya,
imbalan, beban kerja, struktur,
supervisi dan kepemimpinan. Kinerja
klinis perawat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal, faktor
internal adalah keterampilan dan
motivasi perawat, sedangkan faktor
eksternal adalah supervisi, gaya
kepemimpinan dan monitoring
(Mandagi, et.al., 2015).
Hasil penelitian ini didukung
dengan hasil penelitian yang
dilakukan Hafid, (2015) di RSUD
Syech Yusuf Kab.Gowa didapatkan
bahwa kinerja perawat pelaksana
mayoritas kurang baik sebanyak
70,0%. Dan hasil observasi terhadap
kinerja perawat ditemukan interaksi
dan penerapan pola komunikasi yang
tidak efektif saat melakukan tindakan
keperawatan juga mempengaruhi
pelayanan keperawatan yang diterima
klien selama dirawat dirumah sakit.
Menurut Magopa, (2017)
menyatakan kurang optimalnya
kinerja perawat dalam memberikan
pendidikan kesehatan dikarenakan
tingkat kepatuhan perawat secara
prosedural masih dibawah standar dan
renndahnya kepuasan kerja perawat.
Hal ini juga dipengaruhi oleh masa
kerja, latar belakang pendidikan,
fasilitas atau sarana, kejelasan
prosedur dan ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan terhadap
penghargaan yang diterima. Hal ini
terbukti dengan banyaknya keluhan
perawat yang diterima oleh
manajemen terutama dalam hal
penghargaan.
Kinerja buruk dapat disebabkan
karena adanya unsur dari dalam dan
luar diri tenaga perawat yang
mempengaruhi psikologis sehingga
menurunkan semangat kerja dalam
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
320
rangka pemenuhan pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Unsur
dalam diri individu ini mencakup
pengetahuan, kepercayaan dan
kenyamanan. Sedangkan unsur di luar
diri individu mencakup hubungan
interpersonal dengan rekan kerja,
adanya konflik internal organisasi dan
kurangnya dukungan dari rumah sakit
untuk perawat dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik. Unsur dalam diri individu
ditambah dengan adanya hasil
penerapan keterampilan dan
pertimbangan yang efektif dalam
memberikan pelayanan keperawatan
dapat meningkatkan kompetensi
perawat sehingga dapat
mempengaruhi kinerja perawat
(Ma’wah, 2012).
Hasil analisa bivariat dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Dalam Pemberian Pendidikan Kesehatan Penerapan
Metode Tim
Kinerja Perawat Pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatanb
p
value
r Buruk Kurang
Baik
Baik Sangat
Baik
n % n % n % n %
Buruk 3 6.8 0 .0 0 .0 0 .0 0.001 0.703
Kurang Baik 3 6.8 17 38.6 4 9.1 1 2.3
Baik 0 .0 2 4.5 12 27.3 2 4.5
Total 6 13.6 19 43.2 16 36.4 3 6.8
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat
bahwa penerapan metode tim buruk
semua kinerja perawat pelaksananya
buruk sebanyak 6.8%, penerapan
metode tim kurang baik mayoritas
kinerja perawat pelaksananya kurang
baik sebanyak 38.6%, dan penerapan
metode tim baik mayoritas kinerja
perawat pelaksananya baik sebanyak
27,3%. Diperoleh nilai p = 0,001
(p<0,05) dari hasil uji statistik,
dengan demikian ada hubungan yang
signifikan antara penerapan metode
tim dengan kinerja perawat pelaksana
dalam pemberian pendidikan
kesehatan di RSUD Tapanuli Selatan
tahun 2019. Dan nilai r=0.703
menggunakan uji spearman’s yang
artinya ada hubungan kuat antara
penerapan metode tim dengan kinerja
perawat pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan.
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
321
Berdasarkan uji statistik,
responden dengan penerapan metode
tim buruk semua kinerja perawat
pelaksananya buruk sebanyak 6,8%.
Kinerja buruk dapat disebabkan
karena adanya unsur dari dalam dan
luar diri tenaga perawat yang
mempengaruhi psikologis sehingga
menurunkan semangat kerja dalam
rangka pemenuhan pelayanan
keperawatan di rumah sakit (Ma’wah,
2012).
Responden dengan penerapan
metode tim kurang baik tetapi kinerja
perawat pelaksananya baik sebanyak
9.1% dan sangat baik sebanyak
2,3%.Unsur pendidikan dalam
menilai kinerja seorang perawat tidak
boleh terlewatkan dikarenakan
pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang dalam pola hidupnya
terutama tentang motivasi dan
sikapnya dalam berperan dan bekerja
(Mizarra, 2017).
Dalam penelitian ini mayoritas
pendidikan responden adalah D4
Keperawatan sebanyak 34,1%. Makin
tinggi pendidikan seseorang perawat,
makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki,
sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat sikap seorang
perawat terhadap nilai-nilai yang
harus diperkenalkan terhapat pasien
selama memberikan perawat pada
pasien atau klien (Rudianti, et.al.,
Hasil uji statistik menggunakan uji
korelasi Spearmen menunjukkan ada
hubungan yang signifikan
antarapenerapan metode tim dengan
kinerja perawat pelaksana dalam
pemberian pendidikan kesehatan di
RSUD Tapanuli Selatan(p value
=0,001<α 0,005). Kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit tidak
akan berjalan dengan baik apabila
proses keperawatan yang
dilaksanakan tidak terstruktur dengan
baik. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan
yang bermutu dan profesional adalah
dengan menerapkan model asuhan
keperawatan profesional metode tim
dengan baik yang memungkinkan
perawat profesional dalam mengatur
pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut
(Kasim dan Abdurrouf, 2016).
Hal ini didukung dengan hasil
penelitian Magopa, (2017) tentang
hubungan penerapan metode tim
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
322
dengan kinerja perawat pelaksana di
Irina C RSUP PROF. DR. R. D.
Kandou Manadomenggunakan uji
statistik chi-square didapatkan nilai ρ
= 0,020 < α = 0,05. Semakin baik
penerapan metode tim yang
diterapkan di ruang rawat inap
mempengaruhi kinerja perawat
pelaksana dalam memberika
perawatan pada pasien. Pekerjaan
yang dilakukan dengan kerjasama dan
saling membantu lebih menghasilkan
pekerjaan yang baik dibanding
pekerjaan yang dilakukan sendiri.
Menurut Sedyowinarso, (2012)
mengatakan bahwa kinerja perawat
dalam dokumentasi rencana asuhan
dengan menggunakan tim (90,00)
lebih tinggi dibandingkan ruang
persiapan tim (74,00) dan non-tim
(65,00), dengan hasil terdapat
perbedaan yang bermakna antara
ruangan dengan tim, persiapan tim
dan non-tim. Selaindaripada itu,
kelebihan penerapan metode tim yang
dilakukan diruangan memungkinkan
pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanaan
proses keperawatan, memungkinkan
komunikasi antar tim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim (Suarli,
2009).
Nursalam (2013) menyatakan
bahwa terjadinya perubahan dalam
bidang keperawatan, salah satunya
dipengaruhi oleh kinerja perawat.
Keberhasilan suatu kinerja perawat
sangat ditentukan oleh pemilihan
metode penugasan untuk dapat
diimplementasikan dalam ruang
keperawatan. Semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka sistem
kerja perawat harus efektif dan
efisien.
Menurut Torang (2014), agar dapat
mengefisiensikan dan mengefektifkan
kinerja setiap individu, maka jalinan
hubungan dan komunikasi antar
individu dalam organisasi harus selalu
tercipta dalam suasana yang
harmonis. Dalam hal ini yaitu
komunikasi yang baik antar sesama
perawat maupun dengan atasan
membuat kesalahan persepsi atas
suatu tindakan dapat diminimalkan.
Perawat sendiri dikenal sebagai
sosok yang lembut dalam
melaksanakan pekerjaannya
berdasarkan cinta kasih. Akan tetapi
dalam kenyataannya, sering kita
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
323
mendengar kritik dan kecaman dari
masyarakat terhadap sistem pelayanan
yang kurang bermutu, profesional
atau kurang empati dalam melakukan
program pelayanan kesehatan
terutama di rumah sakit dan keluhan
atas kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Oleh sebab itu perawat sebagai tim
pelayanan kesehatan yang terbesar
dituntut untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan. (Sutopo,
2003).
KESIMPULAN DAN SARAN
Penerapan metode tim di RSUD
Tapanuli Selatan mayoritas kurang
baik sebanyak 25 orang (56,8%).
Kinerja perawat pelaksana dalam
pemberian pendidikan kesehatan di
RSUD Tapanuli Selatan mayoritas
kurang baik sebanyak 19 orang
(43,2%) dan terdapat hubungan yang
signifikan antara penerapan metode
tim dengan kinerja perawat pelaksana
dalam pemberian pendidikan
kesehatan di RSUD Tapanuli Selatan
tahun 2019 dengan nilai p = 0,001
(p<0,05), dan nilai r=0.703
menggunakan uji spearman’s yang
artinya ada hubungan kuat antara
penerapan metode tim dengan kinerja
perawat pelaksana dalam pemberian
pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian ini
maka peneliti menyarankan: agar
manajemen Rumah Sakit melakukan
evaluasi secara berkala tentang
penerapan metode tim agar dapat
ditingkatkan, baik kinerja perawat
dalam memberikan asuhan
keperawatan secara keseluruhan dan
pemberian pendidikan kesehatan
secara khusus dan perawat diharapkan
untuk lebih memperhatikan dan
bertanggung jawab atas setiap peran
yang diberikan kepadanya terutama
dalam hal memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencapai pelayanan
yang optimal pada pasien.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini antara
lain: Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia, LPPM USM-Indonesia,
Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan dan Ketua Program Studi
Ners Universitas Sari Mutiara Medan
yang telah memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya dalam pembuatan
penelitian ini.
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
324
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. (2012). Manajemen
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi.
Jogjakarta: ArRuzz Media.
Blais, K.K; Hayes, J.S; Kozier,
Barbara; Erb, Glenora. 2006. Praktik
Keperawatan Profesional Konsep &
Perspektif Edisi 4. Alih Bahasa:
Yuyun Yuningsih, Nike Bhudi
Subekti; Editor: Fruriolina Ariani,
Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI:
2009.
Douglas, Laura Mae. (2000) The
effective Nurse : Leader and Manager
., 4 Th. Ed,. Mosby -year book, Inc.
Fitriani (2014). Manajemen
keperawatan: manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta:
EGC.
Gillies, (2012), Pendidikan
Kesehatan Dalam Keperawatan,
Jakarta; PT. Index Kelompok
Gramedia.
Hidayat, A. (2007). Metode penelitian
keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
Huffart, Woods. (1996).
Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan. Alih bahasa Widyawati,
dkk. Jakrta: EGC.
Iskandar. (2013). Keperawatan
Profesional. Jakarta: In Media.
Kasim, M & Abdurrouf, M. 2016.
Peningkatan Kualitas Pelayanan dan
Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Dengan Metode Tim.
NurseLine Journal: 62-73
Kriswanto, Erwin Setyo. (2015).
Organisasi dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Ma’wah. (2012). Gambaran
penerapan metode pemberian asuhan
keperawatan tim di ruang rawat inap
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
325
Magopa. (2011). Pengantar profesi
dan praktik keperawatan profesional.
Jakarta: EGC.
Mandagi. (2015). Buku ajar
manajemen keperawatan. Jakarta:
EGC.
Mangkunegara. (2011). Manajemen
sumber daya manusia perusahaan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marquis, B.L., & Huston C.J. (2012).
Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan Teori dan Aplikasi Edisi
7 Alih Bahasa,: Widyawati dan
Handayani.Jakarta: EGC
Mizarra, Yusra, (2017). Kuesioner
Penerapan Metode Tim
Notoatmojdo, Sukidjo (2012)
Pendidikan Kesehatan, Jakarta
Nursalam, (2011). Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan : Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. (2008). Manajemen
Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika.
Putra, S.C. (2014). Buku Ajar
Manajemen Keperawatan. Bogor: IN
MEDIA.
Ratae. (2011). Pengantar
kepemimpinan dan manajemen
keperawatan untuk perawat klinis.
Alih bahasa Samba S, Dkk. Jakarta:
EGC.
Rijani, Arisal. (2018). Kuesioner
Kinerja Perawat Dalam Pemberian
Pendidikan Kesehatan
Roymond, H.S. (2012). Buku Ajar
Manajemen Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rudianti. (2013). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan penerapan
model praktek keperawatan
profesional metode tim di RSUD Dr.
M. Haulussy Ambon tahun 2011.
Rusmianingsih, Nining. (2012).
Hubungan Penerapan Metoda
Pemberian Asuhan Keperawatan Tim
Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di
Instalasi Rawat Inaprumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang. Tesis.
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
326
Fakultas Ilmu Keperawatan.
Universitas Indonesia.
Saniadia. (2014). Gambaran
penerapan metode pemberian asuhan
keperawatan tim di ruang rawat inap
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Setyo Erwin, K. (2012). Kepuasan
kerja perawat pada aplikasi metode
tim dalam pelaksanaan tindakan
asuhan keperawatan di Rumah sakit
Dr. Saiful Anwar malang.
Sigit, A., Keliat, B.A. & Hariyati,
T.S. 2009. Pengaruh fungsi
pengarahan kepala ruang dan ketua
tim terhadap kepuasan kerja perawat
pelaksana di RSUD Blambangan
Banyuwangi. Tesis. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia.
Simorangkir, M. (2015). Pengaruh
Budaya Organisasi dan Fungsi
Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Perawat Pelaksana di RSU Swadana
Daerah Tarutung, Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU. Medan.
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011).
Manajemen Keperawatan:
Manajemen Keperawatan di Ruang
Rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Sriwahyuni. (2011). Pengaruh
Terhadap Kinerja Perawat Dalam
Mengimplementasikan Model Praktik
Keperawatan Profesional. Jurnal
Akademia : 34-36.
Suarli, S., & Bahtiar, Y. (2006).
Manajemen Keperawatan Dengan
Pendekatan Praktis. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar
Menuju Keperawatan Professional.
Jakarta: Trans Info Media.
Sutopo. (2003). Kepemimpinan dan
perilaku organisasi. Bandung :
Alfabeta.
Sutrisno. (2011). Pengantar ilmu
komunikasi dan peran manajemen
dalam komunikasi. Jakarta: Buku
seru.
Tinambunan, D. S. (2016). Pengaruh
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Perawat di Instalasi Rawat Inap
RSUD Arifin Achmad Kota
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
327
Pekanbaru, Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU. Medan.
Torang. (2014). Pengantar
manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Triwibowo, C. (2013). Manajemen
Pelayanan Keperawatan di Rumah
Sakit. Jakarta: Trans Info Media.
Undang-Undang No 36 tahun 2009.
Tentang Pengertian Rumah Sakit.
Jakarta.
Undang-Undang No 38 tahun 2014.
Tentang Keperawatan. Jakarta.
Winarso Sedijo. (2012). Pengaruh
pola kepemimpinan dan metode
penugasan Tim terhadap motivasi
kerja perawat pelaksana di RSUD
Kabanjahe tahun 2012. Tesis.
Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Manajemen Dan
Kepemimpinan Keperawatan UI
Depok